Angin pantai yang berhembus kencang serta debur ombak yang buihnya menerpa telapak kakiku menyadarkan diriku dari semua lamunan. Aku berjalan kembali setelah sebelumnya aku membantu seekor penyu yang nampak kesulitan untuk merangkak menuju daratan.
Kutatap kembali langit senja di cakrawala. Matahari sedikit lagi menyentuh bibir laut, memendarkan cahaya oranye yang mengkilat di lautan luas. Di garis pantai, tampak beberapa serdadu tentara sedang bahu membahu menggotong berbagai peralatan dan perlengkapan dari pos terluar di pulau ini ke dalam kapal patroli TNI AL yang berlabuh di sebuah dok kecil. Di belakang mereka tampak sebuah mercusuar yang terlihat menjulang dari balik hutan di ujung pulau.
Dari kejauhan terdengar suara burung - burung yang berkicau, seolah tidak peduli akan terbenamnya matahari. Baru saja aku pergi dari sana, untuk menenangkan diriku diantara hutan bakau dan kicauan burung yang sahut menyahut. Melodi dari alam yang natural tidak pernah gagal dalam menenangkanku sekesal apapun diriku.
Salah satu perwira datang menghampiriku dan mengajakku untuk melakukan upacara penurunan bendera. Para prajurit terlihat sudah berbaris rapi mendengarkan komandan mereka sedang berbicara di depan mereka.
Sangsaka Merah Putih yang masih berkibar meski ditiup angin laut itu perlahan lahan diturunkan dengan iringan hormat tangan kami semua yang berada dibawahnya. Sang Merah Putih kemudian dilipat rapi dan dimasukkan kedalam kotak kayu ketika sampai di dasar tiang.
Satu persatu kami semua menaiki kapal patroli itu yang akan mengantarkan kami menuju KRI Bung Tomo yang menunggu di lepas pantai. Suasana haru meliputi semuanya saat kami sudah naik keatas geladak kapal dan kapal mulai angkat sauh menjauh dari dok. Semua tentara memandangi pulau itu untuk terakhir kalinya, tak jarang beberapa prajurit menitikkan air matanya.
Dari kejauhan terdengar bunyi klakson kapal laut yang tak lama kemudian dibalas oleh kapal ini. Itu adalah tanda, secara resmi kami menyerahkan Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia.
"Pak.. " Panggil salah satu prajurit yang berdiri di sampingku. Aku hanya menoleh saja tanpa menjawab. Hartoyo nama prajurit itu. Aku bisa melihat dari nama yang terjahit di seragamnya.
"Sebenarnya seperti apa sih pak, persengketaan kedua pulau itu sampai kita bisa kalah?" Tanya dirinya penasaran.
Aku menghembuskan nafasku dan mengingat kembali semuanya dari awal.
Oiya, ane juga mau nampilin teaser buat cerita ane di LCPI nanti.. masih dalam penulisan sih, mungkin akan selesai dalam waktu dekat ini. Begitu selesai akan ane post dan linknya ane numpang ngiklan disini ya suhu suhu semuanyaa
Terimakasihh
Terakhir diubah: