Di Gedung jurusanku tercinta, gedung dimana aku mengurus segala administrasi emngenai kuliahku. Aku terpaku dan jengkel dengan kenyataan yang tertulis di amplop kedua. Amplop yang berada di tanganku sekarang. Ingin rasanya aku berteriak, kenpa? Kenapa aku tidak bisa lepas dari nama wanita ini? Arghhhhh..... semuanya menjadi sangat kacau bagiku, pasti akan ada pertanyaan ini itu dan lain sebagainya. Aku benar-benar ingin lepas tapi tidak bisa. Segera aku berbalik ke bagian tata usaha jurusanku.
"Bu maaf, kenapa DPL saya sama dengan dosbing TA saya, apa ndak bisa ganti yang lain?" ucapku kepada pegawai TU
"Itu yang menentukan kan ketua jurusan (Kajur), ya tanya sama kajurnya saja mas" ucapnya
"Kalau ganti bisa ndak bu?" ucapku
"ndak bisa" ucap seorang wanita di belakangku, aku segera menoleh ke belakang. Ah sial, Bu Dian.
"Eh..." Aku terkejut dengan kehadiran Bu Dian
"Kenapa? Kan malah kamu lebih gampangkan? Selain mengurusi PKL, kamu juga bisa mengurusi TA kamu dan ndak perlu susah-susah nyari-nyari dosen" ucapnya judes dan langsung meninggalkan aku menuju ruangannya
"Benar tuh kata mbak Dian, kamu itu dikasih enak malah ndak mau" ucap pegawai TU. Dengan langkah gontai aku menuju ke ruangan
"Selamat siang Bu..." ucapku kepada Bu Dian
"Siang!" ucapnya sedikit keras
"Duduk!" ucapnya, aku kemudian duduk dihadapannya
"Bu, ini saya mau menyerahkan Surat Pengantar PKL saya" ucapnya
"Sudah tahu, kenapa kamu mau minta ganti segala? Kenapa?" ucapnya
"Ya itu kan... anu... bu... emmm" ucapku gelagapan. Kleeeeeeek... masuklah Bu Erna
"Eh, Arya, bimbingan TA Ar?" ucap Bu Erna
"Tidak, bu ini mau PKL, mau menyerahkan surat pengantar PKL ke DPL" ucapku
"Owh... asyik dong dapat Bu Dian lagi" ucapnya. Aku Cuma menunduk
"Kamu itu diajak bicara malah bicara sama orang lain!" ucap Bu Dian kepadaku
"Eh... itu... anu... ini.... " ucapku gelagapan
"Yan, jangan kasar-kasar sama arya kalau kamu ndak mau biar aku saja jadi DPL-nya hi hi hi, kamu mu ndak Ar?" ucapnya sambil meletakan tas dan menata buku-buku
"mau bu, mau" ucapku langsung menjawab pernyataan bu Erna
"Owh... gitu iya? Kenapa ndak ganti dosbing sekalian saja, kalau perlu ganti universitasnya sekalian" ucap Bu Dian judes sekali. Aku hanya menunduk tak bisa berkata-kata.
"Wah ar, ada yang ndak ikhlas, Bu erna takut ndak jadi aja ya hi hi hi , dah dian sayang" ucap Bu Erna meninggalkan ruangan tanpa digurbis oleh Bu Dian, ruangan menjadi hening sesaat
"Kenapa kamu mau ganti DPL?!" ucap Bu Dian
"Jawab!" ucap Bu Dian sedikit membentak, aku benar-benar mulai jengkel dengan Dosenku ini. kenapa masalah sepele seperti ini saja aku bisa kena marah?
"SSSShhhhh... Hufttttt...." kuhela nafas yang panjang
"Maaf Bu, jika saya membuat Bu Dian marah, hanya saja saya ingin mencari pengalaman baru dengan dosen yang lainnya, karena TA saya sudah bersama Bu Dian dan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berkelanjutan lagi"
"Di tambah saya merasa tidak enak sama pak felix, itu alasan saya bu, mohon maaf jika ada kata-kata yang salah" ucapku datar
"Eh..."dia terkejut, tatapan matanya memperlihatkan kekecewaan. Kupandangi sejenak mata itu dan kemudian aku menunduk
"Kamu dengan saya saja, nanti akan saya jenguk jika sudah ada surat turun dari jurusan. Sudah kamu langsung ke Perusahaan tempat kamu PKL saja. Agar kamu secepatnya bisa memulai PKL kamu" ucapnya datar tanpa memandangku dan membuka amplop dariku
"Sudah sana jangan malah duduk dihadapan saya" ucapnya
"DPL-nya ganti tidak bu?" ucapku
"Tidak" ucapnya sambil membaca surat itu.
"Saya pamit dulu bu" ucapku kemudian bangkit
"Hati-hati" ucapnya tanpa memandangku
"Iya bu" balasku yang kemudian meninggalkan ruangan dosen
Setiap hal yang aku rasakan ketika dekat dengannya adalah sesuatu yang berbeda kadang hangat kadang dingin. Mungkin memang salahku ketika aku harus bersikap masa bodoh terhadapnya, tapi mau bagaimana lagi? Aku juga tidak bisa terlalu jauh dalam berhubungan dengannya. Aku tahu posisiku, sekalipun aku pernah menyayanginya. setiap kali aku mencoba untuk jauh, setiap itu pula dia datang entah dari mana, mungkin dia makhluk dari planet lain yang bisa membaca pikiranku. Sebuah bunyi pukulan dari sematponku. Bu Dian.
From : Bu Dian
Aku DPL-mu karena kamu punya janji denganku
Selamat PKL, semoga bisa menjadikan pengalaman baru untuk kamu
To : Bu Dian
Terima kasih Bu
Segra aku melangkah ke warung yang biasanya aku tongkrong bersama Rahman. Namun sekarang aku hanya sendiri. Apa aku harus benar-benar cari pacar saja ya? Biar bisa menjauhi Dosen Judesku ini? tapi kalaupun harus mencari pacar, kasihan itu cewek kalau hanya untuk mainan saja. Setelah makan, sebentar aku nongkrong lama di warung. Ku buka file-file dalam folder semprotku dan aku menonton dengan khitmad, tak kuhiraukan orang yang berlalu lalang dihadapanku. Toh mereka juga tidak tahu aku sedang menonton apa. Birahiku muali naik karena tak ada pelampiasan langsung saja aku pulang dan menuju tempat parkir. Baru saja aku menaiki REVIA kesayanganku dan memakai helm, Kulihat Bu Dian sedang berjalan dengan memakai kaos lengan panjang.
"itukan, kaosku" bathinku
Seketika itu pula Bu Dian memandangku dan melempar senyum kearahku, dia berdiri menghadap ke arahku. Tangannya men-dadahi-ku, aku hanya tersenyum sambil menganggukan kepalaku. Segera kutarik kebelakang motorku dan meninggalkan tempat parkir.ku arahkan REVIA menuju jalan pulang. Matahari yang bersinar seudah merasa sangat lelah hingga sinarnya terasa sangat berwarna kuning seperti halnya pagi hari tadi. Jalanan mulai ramai dengan para pekerja pabrik yang sudah mulai membawa keringatnya kembali kerumah. Para pedagang kaki lima pun mulai tampak mendirikan gubuk-gubuk kecil tempat beristirahat dan menunggu pelanggan setelah lelah mengelilingi kota. Aku melaju diantara mereka yang tampak memikul beban hidupnya. Ada yang tersenyum ada pulan yang mengrenyitkan dahinya karena keramaian jalanan daerah ini. Sampailah aku dirumah dengan sedikit lelah pada tubuhku. Kulangkahkan kakiku menuju ke dalam rumah, kutemukan Ayahku dengan secangkir minuman entah itu kopi atau teh. Kukecup tangannya dan dia kemudian meninggalkanku menuju pekarangan rumah dengan asap yang berterbangan dari mulutnya. Kuletakan tas di sofa ruang keluarga, Kuhampiri Ibu yang masih asyik dengan pekerjaan mencuci piringnya. Kupeluk Ibu dari belakang.
"Kenapa kangen ya?" Ucap Ibu
"Ibu tidak kangen sama Arya?" ucapku
"Ya Kangen to ya" ucap Ibu
"Bu..." ucapku dengan kedua tanganku hinggap di susunya, mungkin karena efek dari film yang baru aku tonton di warung tadi
"erghhh... Iya..." balasnya
"pengen..." ucapnya
"Pengan apa? Yang jelas" ucap Ibu
"Bu, pengen dikulum" ucapku
"Apanya?" ucap Ibu
"Kontol Arya, ya bu" ucapku dengan nada manja dan memohon. Ibu kemudian berbalik ke arahku dan mengecup bibirku.
"Sudah lama Ibu pengen denger kamu minta tanpa harus Ibu yang memulai sayang" ucap Ibu kemudian berjongkok di hadapanku. Ibu lalu membuka resleting celanaku dan menurunkannya sedikit bersama celana dalamku. Di elus-elusnya batang dedek arya dengan kedua tangannya
"DI kamar saja bu, nanti..." ucapku terpotong
"Ssssttt... " desis Ibu dengan menyilangkan jarinya di bibirnya.
Ibu kemudian mengulum dedek arya dengan lembutnya. Kuluman disertai permainan lidahnya membuatku semakin bernafsu, jari-jari manisnya bermain-main di bawah buah zakarku membuat ku semakin tegang dan meledak-ledak. Dan yang membuatku semakin menjadi-jadi adalah permainan lidahnya dilubang pipisku, membuat sensasi yang sangat berbeda.
"Argh... bu enak banget... ehmmmmm... terus bu...." desahku pelan
"mmmm... mmm... slurppp.... enak ya sayang... buat kamu Ibu kasih yang paling enak... mmm slurp...." desah pelan Ibu sambil mengulum dan menjilati lubang pipis dedek arya.
"Arghhh... Bu mau keluar, Arya mau keluarhhh... ssshhhh...." desahku pelan
"Keluarkan sayang mmmm.... slurp.... mmmm...." ucap Ibu sembari mengulum dedek arya
Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot
Dan ditelannya spermaku tanpa bersisa, membuat pemandangan yang indah bagiku. Segera Ibu membersihkan sisa-sisa sperma yang masih tersisa dengan bibir indahnya.
"Nimaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaassss!" teriak Ayahku dari pekarangan rumah. Segera Ibu menyelesaikan kulumannya dan aku segera menarik kembali celanaku dan duduk di kursi meja makan. Ku dekatkan posisi dudukku hingga mepet dengan meja makan. Ibu kemudian berdiri dan berkumur di tempat cucian piring.
"Nimaaaaaasss" teriak Ayahku semakin dekat
"Ada apa kang mas? Kok teriak-teriak?" ucap Ibu lembut
"Buatkan aku teh lagi, dipanggil dari tadi tidak ada jawaban" ucap Ayahku
"Ya namanya juga lagi bersih-bersih, iya nanti nimas antarkan" ucap Ibu
"Kamu Arya, mandi dulu atau bantu Ibumu jangan Cuma malas-malasan di meja dapur" ucap Ayahku. Aku hanya menoleh sedikit dan tersenyum mengangguk ke arah Ayahku. Posisiku memanng tidak menguntungkan resleting celanaku belum aku tutup dan sedikit menjepit-jepit dedek arya, perihnya. Ayah kemudian kembali ke pekarangan rumah, beberapa menitk kemuadian disusul Ibu yang membawa teh hangat. Sekembalinya Ibu, Ibu kemudian berada di tempat seperti semula. Segera aku hampiri Ibu dengan posisi dedek arya tegang mengarah kearahnya. Segera aku peluk Ibu dan kucium lehernya, tangan kananku kemudian turun keselaangkangan Ibu.
"Sudah Basah ya bu" ucapku
"kamu erghhh tadi bikin ibu horni sayang emmmhhhh..." ucap Ibu. Aku tersenyum dan kusingkap rok selutut Ibu hingga pinggangnya. Kuturunkan celana dalam Ibu, kaki kananya diangkat sehingga sekarang celana dalam Ibu tersangkut di paha kirinya. Sedikit kuangkat kaki kirinya dan kumajukan bibirku, kubuka bibir vagina Ibuku dengan tangan kananku. Kujulurkan lidahku dan kumainkan di bibir vaginanya.
"Arghhh... sayang... emhhhh.... pelan sayang.... nikmat sekali... lidahmuhhh sangat lembut" ucap Ibuku
"slurrpp... untuk slurpp... ibu, akan kuberikan slurrpp yang paling nikmathh...." ucapku seraya menjilati vaginanya
Jilatan lembutku bermain dibibir vaginanya. Klitorisnya tak luput dari jilatan lidahku. Kadang lidahku bermain-main di klitorisnya, telunjuk jari kananku kumasukan perlahan dan sedikit aku tekuk. Aku maju mundurkan jari telunjukku dan membuat ibu mengelinjang nikmat.
"Pelan sayaang... kocokanmuhh terlaluhhh sssh keras.. nanti ayahmuh tahu ssssh" desah manja dan pelan Ibu. Namun tak kugubris dan aku terus menjilat dan mengcokan jari kananku di dalam vagina Ibuku.
"erghh,,,, mmmm shhhhh ibu hampi sampaihhh sssssshhhhh sayang emmmhhh...." desah Ibu
Tiba-tiba saja tubuh ibu mengejang beberapa kali, kedua tangannya tiba-tiba memegang kepalaku denga sangat erat. kedua tangannya menahan kepalaku agar tetap berada di vaginanya. Kurasakan cairan hangat mengalir di jari tanganku dan sedikit di bibirku. Setelah tubuh Ibu tidak mengejang, aku kemudian berdiri berhadapan dengan ibu. Kuangkat kaki kanannya, dengan sedikit membuka kedua kakiku aku arahkan dedek arya ke dalam vagina Ibu. Kedua tangan Ibu ditaruhnya dibahuku dan Ibu sedikit menjijitkan kedua kakinya. Bless... akhirnya masuk semua batangku dan aga sedikit linu dengan posisi berdiri ini. Aku mulai menggoyang...
"pelan sayanghhh... jangan sampai bunyinya terdengar oleh a....yah... muwh erghhhh..." desah pelan Ibuku. segera aku sumpal bibirnya dengan bibirku. Aku terus menggoyang dan menggoyang pinggulku.
"clek clek clek..." bunyi perpaduan alat kelamin kami berdua
"erghhh.. kontol arya masuk di tempik Ibu..." desah pelanku sembari melepas ciuman
"he'emmmmhhh... masuk dan penuh sekali sayanghhh... keras.... ouwhggghhhh... nikmat sayang terus..." ucap Ibu
"Sempith sekalih buwh... tempikmu enak sekali... arya ngenthu ibu owghh...." ucapku
"erghhh... sayang jorok ischhh... oufth... terushhh kenthu Ibu, goyang lebih kerashhh sayanghhh erghhhh..." racaunya dengan sangat pelan
"emmmhh... Ibu juga jorok arghh.... nikmat sekali Ibuku sayag..." ucapku pelan
Dengan posisi ini, dedek arya terasa sangat linu namun gesekan antara dinding vagina Ibu dnegan batang dedek arya tetap memberi kenikmatan bagiku. Begitupula Ibu, semakin memelukku dengan sangat eratnya. Bibirnya dijatuhkan ke bahu kiriku dan sedikit mengigit bahuku. Aku semakin keras meggoyang, entah aku tidak tahu ayah mendengarnya atau tidak. Karena dari yang aku dengar ayah berbicara di telepon dengan seseorang.
"Emmmhh... Ibu mau keluarhhh.... erghhh.... lebih cepat lagi sayanghh...." ucap Ibu
"Aku ju bu ufthhh.... emmmmhhh....." ucapku
Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot
Seketika itu Ibu memelukkku dengan sangat erat. tubuhnya mengejang beberapa kali, kemudian pelukannya semakin erat. kaki kanannya aku turunkan, terdengar desaha lembut dari bibirnya. Kurasakan cairan hangat kami bertemu dan berkumpul bersama. Lama kami berpelukan dengan posisi kaki Ibu masih sedikit berjinjit dan dedek arya berada di dalamnya. Dan Plup... dedek arya keluar dengan sendirinya, kedua kaki Ibu tidak berjinjit lagi.
"Nakal kamu ya hssshh hssh hsshh..." ucap Ibu dengan senyuma manjanya
"Sekali-kali Bu.. he he he" ucapku
"berkali-kali juga ndak papa sayang cup muachh..." ucapnya sembari memeberikan ciuman kepadaku.
Ibu kemudian menyuruhku segera naik keatas, dan Ibu sendiri mandi. Selang beberapa saat Ibu menyuruhku mandi untuk membersihkan badan. Setelah mandi kini aku berada di kamar, terdengar Ibu berbicara dengan ayah meminta ijin untuk ke kamarku. Kleeek... Ibu kemudian masuk ke dalam kamarku dan duduk disampingku
"kelihatannya mereka akan melakukan pertemuan" ucap Ibu
"eh..."
"Kapan bu dengan siapa? Kok Ibu tahu?" ucapku
"ibu jagi nguping sayaaaaang" ucpanya sambil membetet hidungku
"kurang lebihnya akhir tahun nanti, tapi waktu tepatnya ibu tidak tahu hanya mereka berbicara 5-6 bulan kemudain" ucap Ibu
"berarti setelah aku KKN bu, tapi kalau KKN apa Ibu bisa jada diri? Arya takutnya ibu kenapa-napa" ucapku
"Itu bisa diatur sayang, Ibu bisa minta kakek untuk menemaninya selama kamu KKN, lagian Kakek juga sudah tahu kebusukan mereka tapi Ibu belum cerita mengenai temuan-temuanmu" ucap Ibu, aku hanya mengangguk.
"Bu, kiral-kira Ibu tahu tidak sebenarnya dia itu berkerja sama dengan siapa saja?" ucapku
"Yang jelas, yang termasuk pentolan dari mereka semua yang terlibat kelihatanya 4-5 orang. karena dari percakapan Ayah kamu, Ibu pernah mendengan kata-kata "kita berempat" dan juga "Kita berlima" sebenarnya mana yang benar Ibu tidak tahu nak" ucap
"sebentar bu, jika berempat kelihatanya tidak mungkin tapi kalau berlima bisa jadi benar bu, karena dari email yang aku baca ada tiga nama yang belum terpecahkan sampai sekarang"
"hufth... semakin rumit saja bu ini, apa mending sekarang aku bunuh saja dia ya?" lanjutku dengan nada kebingungan
"Jika dia mati dengan mudah maka orag yang berada disekelilingnya bisa selamat dan apa yang kau lakukan jadi percuma, dan akan lebih banyak lagi orang yang akan menderita nak" ucap Ibu
"buat Dia menderita, walau harus menunggu" ucap Ibu sembari mengecupku dan meninggalkanku di kamar. kujawab dengan senyum dan anggukanku
Jika dilihat dari beberapa email yang aku baca, mereka sebenarnya berlima tapi kenapa Ibu mendengar kata-kata berempat. Segera aku membuka sematpon KS tanpa mengaktifkan koneksi data dan kulihat nama-nama samaran disitu ada banyak sekali. Jika mereka berlima kenapa jumlah dalam group sangat banyak, dan jika mereka berempat juga tidak mungkin. Jika Ayah dan Om Nico membuat dua buah kelompok dalam perkumpulan mereka dengan Ayah dan Om Nico sebagai anggota tetap jumlah seharusnya yang ada di group paling tidak ada 7 orang. tetapi ini jumlahnya lebih banyak. Jika pada kelompok pertama dibuat lima anggota ada Ayah dan Om Nico, lalu kemlompok kedua dibuat 4 orang ada Ayah dan Om Nico tetap saja jumlahnya seharusnya 7 orang dengan Ayah dan Om Nico sebagai Pengadu Domba. Ku aktifkan data, muncul beberapa percakapan canda gurau dari mereka yang berada di group. Tak ada yang penting, hanya saja di group mereka Ayah tampak meminta ijin untu jalan
Mahesa
Eh geng, aku karo Nico 5 sasi ngkas meh refreshing sek yo
Acarane tahun ngarep
(Eh geng, aku sama nico 5 bulan lagi mau refreshing dulu ya, acaranya tahun depan)
Dari beberapa orang menanggapinya dengan guyonan dan santai, kelihatanya ini bukan sesuatu yang penting. Tapi dari penuturan Ibu, 5 bulan lagi dan ini sama persis dengan penuturan Ayah di Group. Kucoba cek email dari Om Nico, dan tak ada satupun email yang masuk. Segera aku menghubungi Anton.
"Halo Ar, ada apa?"
"Ton, ada perkembangan tidak?"
"Ndak ada Ar, aktifitas mereka sama seperti pekerja-pekerja yang lain"
"aku dapat informasi dari percakapan Ayahku, mengenai jumlah mereka, aku mendengar berlima dan berempat"
"Hm... Ar, pentolan dari komplotan mereka sebenarnya berlima Ar, aku belum tahu mengenai berempat karena rekan kerjaku belum bisa menemukan bukti baru lagi, email mereka mati semua ar"
"jelas emai mereka mati, karena mereka berganti email" bathinku
"Hm... bagaimana dengan percakapan BBM atau messenger yang lain?"
"Kalao messenger yang lain tidak ada Ar, karena mereka menggunakan BBM, sedangkan pada BBM proteksinya cukup bagus, sulit bagi kami menembus, harus minta ijin dulu sama pengelola utama BBM dan sedang diusahakan namun kelihatannya akan ditolak karena BBM mengutamakan pricasi pengguna" (ini hanya sekedar imajinasi saja, detail mengenai proteksinya nubie kurang begitu tahu hanya berdasarkan artikel yang nubie baca)
"Haduh susah juga ya nton"
"mangkanya bro, kamu kalau punya informasi langsung kasihkan ke aku, oke?"
"Oke, ton, dah dulu ya ton"
"Sip!"
Hufth... memang sesuatu yang sulit bagiku untuk mengatakan keseluruhan kepada Anton. Aku tidak ingin dia menyelesaikannya hanya dengan memenjarakan mereka saja. Aku ingin mereka menderita seperti halnya orang-orang yang telah dibuat menderita oleh mereka semua.
Malam semakin larut, dan aku kemudian bergabung dengan Ayah dan Ibuku, untuk makan malam. Perbincanngan antar kami semua berjalan dengan lancar, aku juga berusaha berusaha bercanda dengan Ayahku agar tidak timbul kecurigaan kepada diriku. Selesai makan aku kemudian kembali ke kamar untuk merebahkan lelahku selama satu hari ini.
Keesokan harinya aku hanya berangkat ke tempat PKL-ku untuk menyerahkan surat pengantar dari kampus. Ketika pertama kali ke Perusahaan ini aku hanya bertemu dengan bagian resepsionisnya saja, yang kemudian di pertemukan dengan humas perusahaan. Bahkan sampai sekarang aku belum tahu akan ditempatkan dimana. Hari ini hanya menyerahkan surat tugas dan perkenalan awal saja agar pada saat hari pertamaku PKL aku bisa langsung ditempatkan serta tidak perlu lagi berputar-putar untuk kesana-kesini, itu tujuanku tapi tidak tahu apa yang akan terjadi nanti setelah aku serahkan surat pengantar ini.
"Selamat siang, pak ini saya yang kemarin mau mengantarkan surat pengantar PKL saya pak" ucapku
"Owh mas-nya yang kemarin, langsung masuk saja mas, parkirnya di tempat parkir tamu tapi kalau besok sudah masuk PKL, parkirnya di tempat parkir karyawan ya mas" ucap Pak Satpam
"Iya pak, terima kasih" ucapku
Aku kemudian memarkir motorku sesuai dengan petunjuk pak satpam. Ku langkahkan kakiku menuju pintu masuk perusahaan, dan brrrr.... adeeeem dibandingkan diluar puanasnya minta ampun. Biasa di kawasan Industri semua terasa panas. Kutemui bagian resepsionis, setelah aku utarakan maksud dan tujuanku,aku disuruh menunggu sebentar untuk menunggu kedatangan pihak humas. Setelah lama menunggu akhirnya datang juga bapaknya yang kira-kira umurnya samalah dengan pak felix.
"Mas, ayo langsung saja tak perkenalkan sama yang punya kepentingan dengan study mas-nya" ucap bapaknya tanpa duduk terlebih dahulu langsung mengajakku
"Iya pak, oia pak ini surat pengantarnya" ucapku. Memang beruntung sekali aku kali ini langsung bisa diperkenalkan sama yang punya job yang akan saya tempati
"oia, saya terima"
"ya udag ayo sambil jalan mas, mas... siapa namanya?" ucap pak humas
"Arya pak" ucapku sambil mengikuti
"nanti mas-nya dibagian QC (Quality Control), jadi mas-nya yang sabar ya kalau disana, karena sampel yang masuk itu banyak, jadi orang-orang disana agak-agak tegang, ndak papa ya mas,ya buat pengalaman" ucap pak humas
"Iya pak, saya siap, PKL saya ini kan untuk mencari pengalaman kerja pak" ucapku. Kami kemudian mengobrol sedikit mengenai sejarah perusahaan ini. perusahaan yang berjalan dalam bidang makanan ini, produk utama dari perusahaan ini adalah mie instant, kecap, saos untuk produk lokal dan luar negeri dan juga sayur-sayuran kering berupa okra, ada juga wasabi yang nantinya akan di ekspor ke negara kelahiran nenekku.
Tok tok tok tok....
"Iya masuk" ucap seorang wanita dari balik pintu yang bertuliskan Manager Quality Control (QC)
Klek....
"Mbak, ini yang mau PKL katanya mau kenalan dulu sama yang punya Job disini" ucap pak humas
"Oia, silahkan masuk" ucap wanita tersebut yang berbalutkan kerudung hijau di kepalanya
"saya tinggal ya mbak" ucap pak humas kepada mbak manager
"oke, mas silahkan kenalan dulu dengan anak-anak QC juga sama managernya, kalau nanti sudah selesai bisa langsung pulang saja tidak usah mencari saya karena saya mau ada urusan keluar" ucap pak humas
"oia pak, siap!" ucapku dan pak humaspun keluar dari ruangan
"Silahkan duduk" ucap mbaknya manager, mbak? Karena masih kelihatan muda bagiku. Aku kemudian duduk di kursi yang lumayan menghilangkan rasa lelahku
"namanya siapa?" ucap mbak manager
"Arya, Arya Mahesa Wicaksono" ucapku
"Oke Arya, saya manager disini, nama saya Echa Alisia, biasa dipangglil Echa" ucapnya
"iya mbak, eh bu" ucapku
"sudah, panggil mbak saja saya juga baru 4 tahun lulus dari perguruan tinggi" ucapnya, aku hanya mengangguk dan tersenyum. Benar-benar hebat, baru 4 tahun sudah jadi manager.
"kamu mulai besok akan bekerja dengan QC lainnya di laboratorium selama 1 bulan penuh, jadi saya harap kamu bisa bekerja sama dengan mereka. Perusahaan ini masih tergolong baru karena baru 15 tahun berdiri dan semua QC yang akan ditemui merupakan lulusan sekolah kejuruan"
"untuk lulusan perguruan tinggi masih minim yang kita ambil, dikarenakan lulusan perguruan tinggi kurang berminat bekerja disini dan juga sekalipun ada yang bekerja disini akan ditempatkan di bagian yang lainnya dan besok ketika kamu akan bekerja disini kamu merupakan lulusan perguruan tinggi kedua yang akan di lab disana ada mbak Erni sebagai kepala laboratorium sekaligus supervisor QC, paham?" ucap mbak echa
"paham bu eh mbak" ucapku dengan tersenyum
"walaupun mereka semua lulusan SMK tapi mereka semua dapat beasiswa dari perusahaan untu melanjutkan ke peruguran tinggi dengan jurusan yang sesuai, mereka sekarang ikut kuliah jalur ekstensi, yang kuliahnya setelah mereka bekerja disini" ucapnya melanjutkan penjelasan
"Owh.. iya mbak saya tahu dan saya paham" ucapku
"Kamu dari tadi senyum-senyum terus ada apa? Padahal orang disekelilingku saja tidak ada yang berani senyum-senyum seperti kamu" ucapnya
"senyum tanda kebahagiaan mbak, saya bahagia bisa diterima PKKL disini" ucapku sekenanya
"ndak takut sama saya?" ucap mbak echa
"Eh... saya pikirkan nanti itu mbak" ucapku. Kemudian mbak echa melihatku dengan seksama dan memandangku seperti memandang alien
"Ada apa mbak?" ucapku
"ndak papa, kapan-kapan ajari aku untuk bisa tersenyum setiap hari" ucapnya sambil bangkit
"iya mbak saya usahakan dan kalau saya ingat" ucapku
"ya sudah ayo kita ke lab" ucapnya, aku kemudian membuntutinya dari belakang menuju ke lab. Sesampainya di lab mbak echa hanya memperkenalkan aku sebentar dan kemudian pergi lagi
"Ela, ini mahasiswa PKL dikenal-kenalkan dulu ya, saya tinggal lagi banyak laporan yang belum aku koreksi"
"Nanti kalau sudah selesai, kamu boleh langsung pulang, Ar, senin kamu bisa langsung menuju ke lab tanpa harus ke ruangan saya dulu, siapkan mental kamu mulai hari jumat ini" ucap mbak echa
"Iya mbak" ucapku. Setelah mbak echa pergi, kini hanya aku dengan Mbak Ela, perempuan yag paling 4 tahun diatasku. Dia kemudian mengambil telepon intraseluler menghubungi seseorang didalam telepon
"Duduk dulu mas" ucapnya
"Iya mbak" ucapku
Klek.. aku kemudian menoleh ke arah pintu, masuk dua orang yang aku kenal
"Lho mas Arya" ucap mereka berdua secara bersamaan
"Hei, Encus, Yanto, pa kabar?" ucapku
"baik mas, lha mas to yang PKL disini" ucap encus
"iya, wah hebat kalian sudah kerja ya, asyik dong" ucapku
"kalian sudah saling kenal?" ucap Mbak Ela
"iya mbak, dia itu kakak kelas waktu SMP,kita kepisah waktu mas arya di SMA dan aku di SMK dia bukan hanya kakak kelas tapi seperti kakak kandung buat kami berdua" ucap yanto
"lebay kamu yan" ucapku
"Ya sudah, gini ya Ar, aku perkenalkan diri dulu, aku Ela Kalab (kepala Lab) dan juga supervisor disini nanti job kamu akan saya jelaskan dan Encus serta yanto akan membimbing kamu selama PKL disini" ucap Mbak Ela
"Okay mbak siap!" ucapku
"Oia, saya tak keluar dulu mau ke ruang mbak echa ada keperluan, kalian ngobrol dulu saja mumpung ini sampel sedikit karena ini hari jumat" ucap Mbak Ela, yang kemudian meninggalkan kami
"Weh mas, seneng aku bisa ketemu mas Arya" ucap yanto
"Iya mas, kangen" ucap encus
"kalian itu ada-ada saja"
"Wah hebat ya kalian masih muda tapi dah kerja, bisa nyetak uang sendiri" ucapku
"ya ndak gitu mas, kan mas sendiri yang nyaranin kita untu masuk ke SMK kalau ndak mau melanjutkan kuliah" ucap Yanto yang kemudian memgingatkan aku tentang masa ketika mereka lulus dan bertemu aku di warung wongso
"Oia ya lupa aku, tapi kan dapat beasiswa kuliah, lumayan kan?"ucapku
"Iya mas, untuk kita waktu itu nurut sama mas, coba kalau ndak nurut bisa-bisa kita jadi pengangguran" ucap Encus. Kami kemudian sedikit bercanda untuk memncairkan suasana dan juga bernostalgi.
"Mas, gimana tadi waktu ketemu mbak echa?" ucap yanto
"ndak gimana-mana" ucapku
"galak lho mas, lha wong kita dulu pertama kali masuk langsung di semprot" ucap encus
"aku ndak kena semprot, kan masalahnya aku mahasiswa magang dan kalian karyawan jelas perlakuannya beda, aku disini Cuma sementara, ada ataupun tidak aku disini ndak akan mempengaruhi kerja pabrik, kalau kalian kan disini kerja jadi mungkin sikap mbak echa ke kalian itu untuk mendisiplinkan kalian dan juga membuat kalian lebih giat bekerja gitu" ucapku sekenanya
"Dah lama aku ndak dengar kata-kata bijakmu mas" ucap mereka berdua,
"yaelah... ha ha ha ha... bijak dari korea??? Ha ha ha ha" tawaku bersama mereka berdua. Selepas aku bercengkrama dengan mereka masuk mbak ela yag kemudian menjelaskan jobdes (uraian pekerjaan) kepadaku, ada juga QC lapangan yang bakal jarang aku temui selama aku berada di laboratorium tetapi ada kemungkinan bertemu ketika aku istirahat. Setelah semua sudah jelas kemudian aku ijin pamit kepada mbak ela, encus, dan yanto tidak lupa aku juga pamit kepada mbak echa dengan menghampirinya di ruanganya.
"mbak, maaf mengganggu, saya mau ijin pulang dulu dan terima kasih atas penjelasan dan sambutannya mbak" ucapku
"Oia, sama-sama, jangan lupa senin masuk jam setengah delapan, telat push-up" ucapnya sambil tersenyum kepadaku
"Oke mbak siap pokoknya saya itu" ucapku
"Ooia ndak usah terlalu formal dengan aku ya" lanjut mbak maya
"Owh oke oke siap mbak" ucapku sembari meninggalkan ruangan mbak maya.