Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Yeyen, Adik Iparku

Mbahghepenk

Semprot Kecil
Daftar
4 Jan 2020
Post
74
Like diterima
1.179
Lokasi
Tambun
Bimabet
Helow. MbahGhepenk di sini.

Sudah lama sebenarnya saya berkeinginan bikin post di sini, namun baru kesampaian sekarang.

Sebenarnya saya bukan orang baru dalam dunia perceritaan, sempat juga buat blog khusus cerita dewasa, sayangnya terus menerus tumbang.

Oke. Langsung saja. Cerita berikut merupakan salah satu cerita favorit saya yang telah lama beredar dalam berbagai situs, blog serta forum-forum dewasa. Sayang ending cerita terlalu menggantung. Karena alasan itu lah muncul ide saya untuk menyelesaikannya.

Bagian pertama merupakan cerita asli hasil copas dengan banyak editing meski saya berusaha untuk tak terlalu banyak mengubah.

Bagian selanjutnya merupakan rekaan saya yang berupa cerita lanjutan dengan akhir yang lebih memuaskan saya. Semoga pembaca berkenan dan sama-sama terpuaskan.

***


(Bagian Pertama)

“Masak apa Yen?” kataku sedikit mengejutkan adik iparku, yang saat itu sedang berdiri sambil memotong-motong tempe kesukaanku di meja dapur.

978a571342900711.jpg

Ngagetin aja sih, hampir aja kena tangan nih,” katanya sambil menunjuk ibu jarinya dengan pisau yang dipegangnya.

“Tapi nggak sampe keiris kan?” tanyaku menggoda.

“Mbak Ratri mana Mas, kok nggak sama-sama pulangnya?” tanyanya tanpa menolehku.

“Dia lembur, nanti aku jemput lepas magrib,” jawabku.

“Kamu nggak ke kampus?” aku balik bertanya.

“Tadi sebentar, tapi nggak jadi kuliah. Jadinya pulang cepat.”

“Aauww,” teriak Yeyen tiba-tiba sambil memegangi salah satu jarinya. Aku langsung menghampirinya, dan kulihat memang ada darah menetes dari jari telunjuk kirinya.

“Sini aku bersihin,” kataku sambil membungkusnya dengan serbet yang aku raih begitu saja dari atas meja makan.

Yeyen nampak meringis saat aku menetesi lukanya dengan Betadine, walau sebenarnya hanya irisan kecil saja. Beberapa saat aku menetesi jarinya itu sambil kubersihkan sisa-sisa darahnya. Yeyen nampak terlihat canggung saat tanganku terus membelai-belai jarinya. “Udah ah Mas,” katanya berusaha menarik jarinya dari genggamanku.

Aku pura-pura tak mendengar, dan masih terus mengusapi jarinya dengan tanganku kemudian membimbing dia untuk duduk di kursi meja makan, sambil tanganku tak melepaskan tangannya. Sedangkan aku berdiri persis di sampingnya.

Udah nggak apa-apa kok Mas, Makasih ya,” katanya sambil menarik tangannya dari genggamanku. Kali ini dia berhasil melepaskannya.

“Makanya jangan ngelamun dong. Kamu lagi inget Ma si Novan ya?” godaku sambil menepuk-nepuk lembut pundaknya.

“Yee, nggak ada hubungannya, tau,” jawabnya cepat sambil mencubit punggung lenganku yang masih berada dipundaknya.

Kami memang akrab, karena umurku dengan dia hanya terpaut 4 tahun saja. Aku saat ini 27 tahun, sedang istriku yang juga kakak dia 25 tahun.

“Mas boleh tanya nggak. Kalo cowok udah deket Ma temen cewek barunya, lupa nggak sih Ma pacarnya sendiri?” tanyanya tiba-tiba sambil menengadahkan mukanya ke arahku yang masih berdiri sejak tadi.Sambil tanganku tetap meminjat-mijat pelan pundaknya, aku hanya menjawab, “Tergantung.”

“Tergantung apa Mas?” desaknya seperti penasaran.

“Tergantung, kalo si cowok ngerasa temen barunya itu lebih cantik dari pacarnya, ya bisa aja dia lupa sama pacarnya,” jawabku sekenanya sambil terkekeh.

Kalo Mas sendiri gimana? Umpamanya gini, Mas punya temen cewek baru, trus tu cewek ternyata lebih cantik dari pacar Mas. Mas bisa lupa nggak Ma cewek Mas?” tanya dia. Aku hanya ketawa kecil aja mendengar pertanyaan itu.

“Yee, malah ketawa sih,” katanya sedikit cemberut.

“Ya bisa aja dong. Buktinya sekarang aku deket Ma kamu, aku lupa deh kalo aku udah punya istri,” jawabku lagi sambil tertawa.

“Hah, awas lho ya. Ntar Yeyen bilangan lho Ma Mbak Ratri,” katanya sambil tertawa.

“Gih bilangin aja, emang kamu lebih cantik dari Mbak kamu kok,” kataku terbahak, sambil tanganku mengelus-ngelus kepalanya.

“Huu, Mas nih ditanya serius malah becanda.”

“Lho, aku emang serius kok Yen,” kataku serius. Kini belaian tanganku di rambutnya, sudah berubah sedikit menjadi semacam remasan-remasan gemas.

Yeyen tiba-tiba berdiri. “Yeyen mo lanjutin masak lagi nih Mas. Makasih ya dah diobatin.”

Aku hanya membiarkan saja dia pergi ke arah dapur kembali. Lama aku pandangi dia dari belakang, sungguh cantik dan sintal tubuh adik iparku ini. Aku mendekati dia, kali ini berpura-pura ingin membantu sambil meraih beberapa lembar tempe dari tangannya.

Tak mau dibantu, Yeyen berusaha tak melepaskan tempe dari tangannya. “Udah ah, nggak usah Mas,” katanya sambil menarik tempe yang sudah aku pegang sebagian.

Saat itu, tanpa kami sadari ternyata cukup lama tangan kami saling menggenggam. Yeyen nampak ragu untuk menarik tangannya dari genggamanku. Aku melihat mata dia, dan tanpa sengaja pandangan kami saling bertabrakan.

Lama kami saling berpandangan. Perlahan wajahku mendekat tanpa sedikit pun Yeyen berusaha menghindar. Kuraih kepalanya, dan kutarik agar lebih mendekat. Hanya hitungan detik saja, kini bibiku sudah menyentuh bibirnya.

“Maafin aku Yen,” bisiku sambil terus berusaha mengulum bibir adik iparku ini. Yeyen tak menjawab, tak juga memberi respon atas ciumanku itu. Kucoba terus melumati bibir tipisnya, dia belum juga memberikan respon.

Tanganku masih memegang bagian belakang kepala Yeyen sementara tangaku yang satu mulai kulingkarkan ke pinggul dan memeluknya.

“Sshh...hhhmmmm...” Yeyen seperti mulai terbuai dengan jilatan demi jilatan lidahku yang terus menyentuh dan menciumi bibirnya.

Tanpa Yeyen sadari, tangannya sudah melingkar di pinggulku. Dan lumatanku pun sudah mulai direspon olehnya, walau masih ragu-ragu.

Yeyen kembali mendesah. Mendengar itu, aku semakin ganas menjilati bibir Yeyen. Perlahan tapi pasti, dia pun mulai mengimbangi ciumanku itu. Sementara tanganku dengan liar meremas-remas rambutnya, sedang yang satunya mulai meremas-remas pantat sintal adik iparku itu.

Cukup lama kami berciuman sebelum akhirnya Yeyen berusaha menarik wajahnya sedikit menjauh dari wajahku, “Mas, udah ya Mas."

Aku menghentikan ciuman. Kuraih kedua tangan Yeyen, membimbingnya untuk melingkarkan di leherku. Meski terlihat ragu-ragu gadis itu pun melingkarkannya di leherku.

“Yeyen takut Mas,” bisiknya tak jauh dari ditelingaku.

“Takut kenapa, Yen?” kataku setengah berbisik.

“Yeyen nggak mau nyakitin hati Mbak Ratri Mas,” katanya lebih pelan.

Aku pandangi mata dia, ada keseriusan ketika ia mengatakan kalimat terakhir itu. Tapi, sepertinya aku tak lagi memperdulikan ketakutannya. Kuraih dagunya, dan kudekatkan lagi bibirku ke bibirnya. Yeyen dengan masih menatapku tajam, tak berusaha berontak ketika bibir kami mulai bersentuhan kembali.

Tanganku mulai meremas-remas kembali rambut Yeyen. Terus turun hingga berhenti persis di bagian pantatnya yang hanya terbalut celana pendek tipis lalu mulai meremas-remas dengan nakal.

“Aahh...Mas,” desahnya.
Salah satu tanganku mulai bergerak, berusaha mencari-cari payudara Yeyen dari balik kaos oblongnya. Akhirnya kudapati juga buah dada Yeyen yang mulai mengeras itu. Dengan posisi kami berdiri seperti itu, batang penisku yang sudah menegang dengan mudah kugesek-gesekan persis di mulut vagina Yeyen.

Kendati masih sama-sama terhalangi oleh celana kami masing-masing, tetapi aku yakin Yeyen dapat merasakan batang kemaluanku yang tegang.

“Oohhhh Mas."

Tanganku kembali bergerak, memegang bagian belakang celana pendeknya dan perlahan-lahan kuberanikan diri untuk mencoba melepaskan sekaligus beserta celana dalamnya tanpa perlawanan dari Yeyen.

Aku raih salah satu tangan Yeyen untuk memegang batang kontolku kendati masih terhalang oleh celana jeans. Perlahan tangannya terus kubimbing untuk membukakan kancing dan kemudian menurunkan resleting celana. Beberapa saat kemudian, aku membantu tangannya memerosotkan celana dan dalamanku. Kini, masih dalam posisi berdiri, bagian bawah tubuh kami telah telanjang.

Tanganku kembali membimbing tangan Yeyen agar memegangi batang kontolku yang sudah menegang. Gadis itu pun mulai memainkan dan mengocok-ngocoknya perlahan. Ada semacam tegangan tingi yang kurasakan saat ia mengocok dan sesekali meremas-remas kontolku itu.

“Oohh,” tanpa sadar aku mengerang karena nikmatnya diremas-remas seperti itu.

“Mas, udah Mas. Yeyen takut Mas,” katanya sambil sedikit merenggangkan genggamannya di batang kemaluanku yang sudah sangat menegang itu.

“Aahh,” tapi tiba-tiba dia mengerang sejadinya saat salah satu jariku menyentuh bibir kemaluannya. Membelai mengikuti belahan memek Yeyen. Kemudian dengan liar kukeluar-masukan salah satu jariku di lubang vaginanya.

“Aaooww, mass, eennaakk..” katanya mulai meracau.

Mendengar itu, birahiku semakin tak terkendali saja. Perlahan kuraih batang kemaluanku dari genggamannya, dan kuarahkan sedikit demi sedikit ke lubang kemaluan Yeyen yang sudah sangat basah. Penisku kugesekan persis di klitorisnya.

Please, jangan dimasukin Mas,” pinta Yeyen, saat aku mencoba mendorong batang zakarku ke liang vaginanya.

“Nggak Papa Yen, sebentaar aja,” pintaku sedikit berbisik ditelinganya.

“Yeyen takut Mas,” katanya berbisik sambil tak sedikit pun ia berusaha menjauhkan vaginanya dari kepala kontolku yang sudah berada persis di mulut guanya.

Tangan kiri Yeyen mulai meremas-remas pantatku, Sementara tangan kanannya seperti tak mau lepas dari batang kemaluanku itu. Untuk sekedar membuatnya sedikit tenang, aku sengaja tak langsung memasukan batang kemaluanku. Aku hanya meminta ia memegangi saja.

Yeyen yang saat itu sebenarnya sudah terlihat bernafsu sekali, hanya mengangguk pelan sambil menatapku tajam. Remasan demi remasan jemari yeyen di batang zakarku, dan sesekali di buah zakarnya, membuatku kelojotan.

“Aku udah gak tahan banget Yen,” bisikku pelan.

“Yeyen takut banget Mas,” katanya sambil mengocok-ngocok lembut kemaluanku itu.

Kembali kami saling berciuman, sementara tangan kami sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Saat bersamaan dengan ciuman kami yang semakin memanas, aku mencoba kembali untuk mengarahkan kepala kontolku ke lubang vaginanya.

Yeyen tak berontak lagi. Kutekan pantat dia agar semakin maju, dan saat bersamaan tangan Yeyen yang sedang meremas-remas pantatku perlahan-lahan mulai mendorongnya maju pantatku.

“Kita sambil duduk, sayang.”
Merasa kesulitan dengan posisi berdiri, aku sambil membimbing Yeyen ke kursi meja makan. Aku mengambil posisi duduk sambil merapatkan kedua pahaku. Sementara Yeyen kududukan di atas kedua pahaku dengan posisi pahanya mengangkang sambil kutarik agar dia duduk di pahaku.

Tanganku kembali mengarahkan batang kemaluanku yang posisinya tegak berdiri itu agar pas dengan lubang vagina Yeyen. Dia sepertinya mengerti dengan maksudku, dengan lembut ia memegang batang kemaluanku sambil berupaya mengepaskan posisi lubang vaginanya dengan batang kemaluanku. Dan bless, perlahan-lahan batang kemaluanku menusuk lubang vagina Yeyen.

“Aahh..aaooww..mass,” Yeyen mengerang.

Kutekan pinggulnya agar dia benar-benar menekan pantatnya. Dengan demikian, batang kontolku pun melesak semuanya masuk ke lubang vaginanya.

“Aooww..teruss mass...aahh..”

Beberapa menit berlalu dengan Yeyen kini naik turun di pangkuanku, pantatnya terus memutar seperti inul sedang ngebor.

“Ohh..nikmat banget mass..” katanya lagi sambil bibirnya melumati mukaku.

Untuk mengimbangi dia, aku pun menjilati dan mengisap-isap puting susunya. Darahku semakin mendidih rasanya saat pantatnya terus memutar-mutar mengimbangi gerakan naik-turun pantatku.

“Mass..Yeeyeen mau.." kata-katanya terputus.

Aku semakin kencang menaik-turunkan gerakan pantatku. “Yeyeen mauu..kee..kkeeluaarr mass..” Yeyen semakin meracau.

Tiba-tiba, “Krriingg!"

“Aaooww, Mas ada yang datang Mas..” bisik Yeyen sambil tanpa hentinya mengoyang-goyangkan pantatnya.

“Yenn!" suara seseorang memanggil dari luar, “cepetan buka Yenn, aku kebelet nih."

Tak salah, itu adalah suara Ratri kakaknya sekaligus istriku. “Hah, Mbak Ratri Mas,” katanya terperanjat.

Yeyen seperti tersambar petir, ia langsung pucat dan berdiri melompat meraih celana dalam dan celana pendeknya yang tercecer di lantai dapur. Sementara aku tak lagi bisa berkata apa-apa, selain secepatnya meraih celana dan memakainya. Sementara itu suara bel dan teriakan istriku terus memanggil. “Yeenn, tolong dong cepet buka pintunya. Mbak pengen ke air nih,” teriak istriku dari luar sana.

Yeyen yang terlihat panik sekali, buru-buru memakai kembali celananya, sambil berteriak, “sebentar Mbak!!”

“Mas buruan dipake celananya,” Yeyen masih sempet menolehku dan mengingatkanku untuk secepatnya memakai celana. Dia terus berlari ke arah pintu depan, setelah dipastikan semuanya beres, iparku itu pun membuka pintu.

Aku buru-buru berlari ke arah ruang televisi dan langsung merebahkan badan di karpet agar terlihat seolah-olah sedang ketiduran. “Gila,” pikirku.

“Huu, lama banget sih buka pintunya? Orang dah kebelet kayak gini,” gerutu istriku kepada Yeyen sambil terus ke kamar mandi.

“Iya sori, aku ketiduran Mbak,” kata Yeyen begitu istriku sudah keluar dari kamar mandi.

“Haa, leganyaa,” katanya sambil meraih gelas dan meminum air yang disodorkan oleh adiknya.

“Mas Jeje mana Yen?”

“Tuh ketiduran dari tadi pulang ngantor di situ,” kata Yeyen sambil menunjuk aku yang sedang berpura-pura tidur di karpet depan televisi.

“Ya ampun, Mas kok belum ganti baju sih?” kata istriku sambil mengoyang-goyangkan tubuhku dengan maksud membangunkan.
“Pindah ke kamar gih Mas,” katanya lagi.

Aku berpura-pura ngucek-ngucek mata, agar kelihatan baru bangun beneran. Aku tak langsung masuk kamar, tapi menyolong ke dapur mengambil air minum.

“Lho katanya pulang ntar abis magrib, kok baru jam setengah lima udah pulang? Kamu pulang pake apa?” tanyaku berbasa-basi pada istriku.

“Nggak jadi rapatnya Mas. Pake taksi barusan,” jawab dia.

"Lho, kamu lagi masak toh Yen? Kok belum kelar gini dah ditinggal tidur sih?” kata istriku kepada Yeyen setelah melihat irisan-irisan tempe berserakan di meja dapur, “mana berantakan.” katanya lagi.

"Iya tadi emang lagi mo masak Tapi nggak tahan ngantuk. Jadi kutinggal tidur aja deh,” Yeyen berusaha menjawab sewajarnya sambil senyum-senyum.

Sore itu, tanpa mengganti pakaiannya dulu, akhirnya istriku yang melanjutkan masak. Yeyen membantu seperlunya. Sementara itu, aku hanya cengar-cengir sendiri saja sambil duduk di kursi yang baru saja kupakai berdua dengan Yeyen bersetubuh, walau belum sempat mencapai puncaknya.

“Waduh, kasihan Yeyen. Dia hampir aja sampai klimaksnya, eh keburu
datang nih mbaknya,” batinku sambil nyengir melihat mereka berdua yang lagi masak.

***​
 
Terakhir diubah:
Oke, kita lanjutkan.
Untuk part 2 ASLI KARYA PRIBADI. Tanpa panjang lebar, silahkan enjoy.

(Bagian Kedua)

"Aahhhh..hahhh..hahhh...uuuhhhh.."

Suara erangan dan desahan Ratri, istriku, berpadu saat dengan liar dan cepat kuhujamkan batang kontolku pada vaginanya dalam posisi 'doggy style'. Dengan bertumpu pada sikutnya, Ratri mengimbangi tiap hujamanku dengan memutar pantatnya.

Satu hentakan. Ratri mengejang kaku, tubuhnya gemetar dengan pinggul semakin mengangkat dan tangan mencengkeram erat sprei. Nafasnya pun tertahan sembari mengerang menandakan orgasme yang kembali melanda untuk ketiga kalinya di malam itu. Setelah beberapa saat, Ambruklah istriku, tertelungkup dan tersengal-sengal kehabisan nafas. Memaksa kontolku yang terjepit vaginanya terlepas.

"Ooh mas. Hari ini mas buas banget. Kelabakan aku," komentar Ratri setelah nafasnya teratur dan membalikan badan terlentang.

Aku hanya tersenyum tak menjawab. Mana mungkin aku memberitahunya jika adiknya lah yang membuat nafsuku menggelegak, butuh disalurkan.

Pergumulan kami kembali dimulai. Ratri yang mulai kelelahan berusaha sebaik mungkin mengimbangi permainanku. Tak sampai lima menit, istriku kembali mengalami orgasmenya.

"Hahhh...hahh..hahhh..ampun mas. Ratri nyerah. Sambung besok malam ya? Aku harus bangun pagi nih," mohonnya tersengal-sengal.

Aku yang belum apa-apa tentu tak rela mengakhiri, namun apa boleh buat. Tak tega rasanya harus memaksa Ratri. Tersenyum, aku mengecup kening istriku yang berkilat oleh peluh lalu mencabut kontolku dari liang vaginanya dan berbaring di sebelahnya. Memeluk tubuh telanjangku, Ratri tak lama langsung tertidur lelah mengakhiri persetubuhan kami yang belum usai.

Seperempat jam sudah. Ratri mengubah posisi, memunggungiku yang terlentang dan masih terjaga. Masih sama-sama telanjang. Tentu saja aku tak bisa tidur dengan kontolku masih mengacung gagah.

Selama bermenit-menit, aku berusaha menuntaskan gairahku dengan bermansturbasi namun tanpa hasil.

Aku menyerah. Bangkit dari ranjang, ku pakai boxerku lalu keluar kamar untuk merokok di teras rumah. Sebelumnya aku ke kamar mandi membersihkan sisa-sisa lendir Ratri yang mulai mengering di kontolku.

Asap rokok membumbung keluar dari sela-sela bibir dan hidungku yang duduk bertelanjang dada pada teras rumah. Pikiranku melayang, mengenang kejadian siang tadi bersama Yeyen, adik iparku. Perlahan, kontolku yang mulai melemas kembali mengacung keras di balik boxer tanpa CD.

Aku tak tahan lagi. Satu hembusan terakhir, kubuang puntung rokokku dan masuk ke dalam rumah lalu mengunci pintu. Tak perduli dengan akal sehatku yang melarang dan mengingatkan bahwa ada Ratri di rumah, aku bulatkan tekad berjalan perlahan menuju kamar Yeyen. Akan kutuntaskan persetubuhan kami siang tadi.

Kriieeett!!

Derit pintu kamar Yeyen saat pelan-pelan kubuka. Aku bersukur kamar Yeyen yang berada di lantai satu jauh dari kamarku di atas.

"Yen.." panggilku berbisik.

Gelap, tak ada sahutan. Aku meraba dinding mencari sakelar lampu, menemukannya lalu menekan dan teranglah kamar itu. Mengejapkan mata beberapa kali, menyesuaikan penglihatanku dalam kamar yang tiba-tiba terang, aku menoleh ke arah ranjang. Berbaring pada 'single bed' sosok Yeyen terlihat cantik, pulas dengan posisi miring memunggungi tembok.

"Oh my god," bisikku terkesima.

Bagaimana tidak. Malam itu Yeyen tertidur pulas dalam kondisi tak berpakaian, hanya sebuah selimut putih yang menutupi bagian bawah perutnya hingga sebatas pangkal paha. Menggelitik rasa penasaran apakah di balik selimut itu adik iparku juga tak mengenakan apapun.

Birahiku semakin menggelegak. Kulepaskan boxer yang kukenakan, membebaskan kontolku yang telah mengacung keras lalu melangkah perlahan mendekati ranjang Yeyen dan duduk di tepiannya.

"Yen.." Kembali kupanggil namanya dengan berbisik namun Yeyen tetap terpejam dalam tidur lelapnya.

Sepasang payudara montoknya yang membusung bergerak pelan mengikuti tarikan nafasnya yang teratur.

Kujulurkan tangan kanan dan dengan lembut menyentuh puting kecil Yeyen yang mencuat dengan ujung jari lalu menyusuri lingkar hitam di sekeliling puting.

"Hhhmmmm..." gumam Yeyen lalu tiba-tiba bergerak mengubah posisi menjadi terlentang namun tetap terpejam. Sedikit terkejut aku pun menarik tanganku.

Menarik nafas panjang, berusaha sedikit meredakan nafsu yang kian menggelora, sekali lagi kujulurkan tangan menyentuh payudara Yeyen dan bermain di putingnya.

Pelan-pelan nafas Yeyen semakin berat seiring jari tanganku yang kian intens memainkan putingnya. Sesekali kuremas lembut bukit indah adik iparku, membuatnya sedikit menggerakan tubuh namun tetap terlentang dengan mata terpejam.

Tak puas hanya menggunakan tangan, kutundukan wajah dan menjulurkan lidah menggelitik puting Yeyen dengan ujung lidahku dan berputar menyusuri lingkar hitam putingnya itu, sesekali kukecup dan kuhisap. Semuanya dengan gerakan lembut dan perlahan.

Cukup lama aku memainkan payudara Yeyen tanpa sedikitpun dia terjaga. Aku mulai bertanya-tanya, entah adik iparku ini pura-pura masih tertidur atau dia memang tipe yang tidurnya sangat lelap. Yang manapun itu, saat ini aku menikmati kenakalan yang kulakukan pada tubuhnya.

Uuuhhh..aku mulai tak tahan. Aku harus menyelesaikan hasratku, ditambah tak semestinya aku bermain lama-lama, sewaktu-waktu Ratri bisa saja terbangun dan mencariku.

Aku pun segera memghentikan permainanku pada payudara Yeyen lalu menggeser posisi ke bawah. Pelan-pelan aku mulai menarik selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya hingga separuh paha mulusnya.

Sungguh indah apa yang kulihat saat ini. Terpampang di depanku belahan memek Yeyen yang tampak mulus tanpa sehelai rambut pun. Rupanya dia baru saja mencukurnya rapi. Memek iparku itu berkilat oleh cairan licin. Aku tersenyum, ternyata rangsanganku berhasil membuat adik Ratri ini basah.

Mataku lalu berkeliling memperhatikan kamar lalu tertuju pada sebuah botol kecil di atas meja rias, sebuah botol minyak zaitun. Tepat apa yang kubutuhkan. Tak lama kemudian, dengan botol di tangan aku memposisikan diri di kaki Yeyen.

Tergesa-gesa usai mengoleskan batang kontolku yang mengeras, aku memposisikan Yeyen agar mengangkang dengan kedua kaki agar terlipat dan dengkul menghadap ke atas lalu perlahan mengarahkan kepala kontolku menuju liang vagina adik iparku.

"Hhmmm.." Yeyen kembali bergumam saat kepala kontolku melesak masuk.

Agak seret. Sepertinya cairan memek Yeyen masih kurang licin. Tubuhnya refleks bergerak semakin naik menghindari kepala kontolku yang melesak masuk hingga terlepas dari jepitan memeknya. Aku pun meraih botol minyak yang ku letakan di ranjang lalu mengoleskannya pada memek Yeyen, membuatnya sedikit bergelinjang.

Aku mencoba lagi. Kali ini tangan kiriku menahan paha Yeyen sedang tangan kananku mengarahkan batang kontolku ke memeknya lalu kudorong pinggul perlahan.

Sleepp..berhasil. Batang kontolku kini melesak masuk dalam liang vagina Yeyen yang berkedut dan menjepitnya erat.

Sesaat aku tak bergerak, memberi waktu bagi vagina Yeyen menyesuaikan diri dengan benda asing masuk dalam tubuhnya sembari menikmati pijatan dinding vaginanya pada batang kontolku lalu dengan kedua tangan menahan paha Yeyen, aku kembali menarik kontolku. Tak sampai kepala kontol, aku kembali mendorongnya melesak masuk.

"Uuuhhhh..." Yeyen mulai mendesah, tarikan nafasnya semakin terdengar berat seiring gerakan keluar-masuk kontolku dalam vaginanya yang semakin lancar.

Aku terus bergerak, mempertahankan irama sodokanku selama beberapa saat. Tanganku yang memegangi paha Yeyen kini berpindah di sisi tubuhnya, menahah berat badanku.

"Uuhhhh...hhhhmmmm..."

Yeyen mulai membuka matanya perlahan, mengerjap beberapa kali menyesuaikan dengan terangnya kamar dan akhirnya pandangan mata iparku ini bertemu dengan tatapanku yang tersenyum menyambut bangunnya sang putri tidur dari mimpi indahnya.

"Mass?!! Haahhhh...haaahhhh... ngapain Mas di sini?! Uuuuhhh..." mendesah nikmat, Yeyen yang baru saja terjaga tak mampu menutupi keterkejutan dengan keberadaanku di kamarnya, memompa kemaluannya dengan batang perkasaku.

Aku tak menjawab. Kupindahkan tanganku yang menahan paha Yeyen di sisi tubuhnya sebagai tumpuan berat badanku yang semakin kucondongkan ke depan lalu aku pun semakin mempercepat hentakan pinggul.

"Aahhhh...haahhh..haaahhhh...massss...lepasin masss..ooohhh..nanti mbak Ratri bangun..uuhhh.." terengah-engah Yeyen memohon agar aku melepaskannya yang kujawab dengan menghujam kontolku kuat-kuat.

"Maaasss... udaahhh mas... hahhh... Haahhh... please... kluarin..." pinta Yeyen kembali dengan kedua tangan mencengkeram lenganku dan berusaha mendorongku agar melepaskannya namun aku tetap bergeming.

Entah berapa lama waktu berlalu, sejujurnya aku tak peduli. Aku yang kini menindih Yeyen tanpa henti terus memompa memeknya. Tubuh kami yang tak mengenakan apapun berkilat dibasahi peluh.

Tak lagi Yeyen memohon agar aku melepaskannya. Tangannya yang mencengkeram lenganku kini memelukku erat sembari terus mendesah dan mengerang nikmat. Kedua kakinya terangkat dan semakin melebarkan kangkangannya.

"Yen.." sambil mengerang aku berbisik memanggil nama Yeyen.
"Iya mas..hahhh..hahhh..."

"Mas mau keluar sayang... uuuhhhh... mau di kluarin di mana?" tanyaku pada Yeyen.

"Kluarin aja masss..Yeyen juga mau sampe..."

Mendapat lampu hijau, aku pun semakin mempercepat gerakan pinggulku dan sesekali memutar pantatku. Yeyen yang juga berusaha mengejar orgasmenya yang segera melanda mengimbangi gerakanku dengan ikut memutar pinggulnya. Hingga pada satu titik tubuh adik iparku itu tiba-tiba mengejang diikuti jeritan kecil dari bibirnya yang ranum.

"Aaahhhh...aakkuuu keluaarr masss...uuugggghhh.."

Aku yang juga merasakan desakan orgasme yang akan melanda terus memacu sodokanku.

"Ooohhh..iya masss...terrruuusss masss..haahhh...hahhhh...hahhh..."
"Aaarrrrgggghhhh..."

Mengejanglah seluruh tubuhku. Dalam satu hujaman keras, aku membenamkan seluruh batang kontolku dalam vagina Yeyen dan memenuhi liang kenikmatannya dengan lahar panas yang tertahan sejak siang tadi.

Yeyen bereaksi dengan semakin mempererat pelukannya. Pantatnya terangkat menyambut sodokan kontolku sedang Kedua kakinya melingkar di pinggulku, menahan agar aku semakin membenamkan batang perkasaku dalam vaginanya.

Untuk beberapa saat, kami mempertahankan posisi. Merasakan nikmatnya dinding vagina Yeyen memijat kontolku, seakan memeras seluruh sperma yang memancar hebat dan kubalas dengan kedutan pada batangku.

Dalam pelukan Yeyen yang tak berbusana, tubuhku gemetar lalu melemas seiring meredanya deraan orgasme kami. Untuk pertama kalinya selama persetubuhan di malam itu, bibir kami mulai saling menyumbu, menghisap dan menautkan lidah.

Tak perlu banyak variasi dan tanpa banyak bicara berakhirlah malam penuh birahi kami. Aku telah terpuaskan, begitu pula Yeyen. Masih ada malam-malam dam hari-hari lain di mana kami bisa lebih leluasa mengeksplorasi hasrat birahi. Setidaknya itulah pesan yang kutangkap saat Yeyen mengantarku dengan tetap bertelanjang sampai ambang pintu kamarnya.

Untuk sejenak kami kembali berpagutan, lalu aku pun kembali ke kamarku sendiri dengan senyum puas di wajah.

***​

Kisah ini saya akhiri di sini ya. Saya sendiri masih mempertimbangkan untuk membuat kelanjutannya, tapi mungkin di lain waktu. Sementara, saya akan posting beberapa cerita yang sempat terbit di (alm) blog saya.
So, stay tuned
 
Makasih suhu
Mantap ringkas kemas & bikin tegang hehe
 
Sungguh mempesona nasib kakak ipar yang punya adik ipar bisa di ekse
 
Kl copas/rewrite baiknya dicantumin gan.Spy penulis aslinya gak ngerasa karyanya dijiplak tanpa izin.
 
Kl copas/rewrite baiknya dicantumin gan.Spy penulis aslinya gak ngerasa karyanya dijiplak tanpa izin.
Sudah niat begitu gan. Permasalahannya penulis aslinya udah ga ketrack. Saya inget sumbernya aja, 17tahun.com
Kalo2 ada agan yg merasa atau kenal penulis aslinya, silahkan kontak saya
 
Uenaak tenan, dapet tempat pelampiasan kakak adik :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd