Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ya Dia Pacarku, Riska..

Sabaaarr suhuu jangan terlalu dipaksaka buat cepat cepat page 30, tahan tahan dulu biar nanti klimaksnya enak 😁😁😁😁
 
Update ni...

Selamat menikmati semuaa....



Sudah satu minggu kami menghabiskan waktu liburan ini, sudah banyak kegiatan yang kami lakukan bersama, mulai dari sekedar jalan sampai melakukan kegiatan outbond yang lumayan menguras tenagaku, maklum saja karena memang aku sudah jarang sekali berolah raga. Kami sangat menikmati liburan kali ini, dan rasanya aku dan Riska menjadi lebih dekat dan diapun kembali menjadi perhatian sama aku.


Satu minggu berada di kawasan resort terasa membosankan karena hanya itu-itu saja, kalo aja aku gak sama Riska pasti aku udah gak betah deh.



Untungnya semua kebosanan itu dapat ditutupi dengan tingkah laku Riska yang menjadi sangat manja, mulai dari minta di suapin bahkan dia juga minta dimandiin.



Aku yang malas liburan di kota karena Riska pasti bakal belanja sesuka dia dan aku pasti kerepotan bawain belanjanya, makanya aku ajak dia liburan ke alam terbuka. Ternyata sama saja, kalo di kota aku seperti pembantu dia yang bawain belanjaannya, tapi disini lebih parah karena aku malah jadi seperti babysitter karena sifat manjanya kumat.


Karena memang liburan kami rencananya gak matang dan gak kami susun dulu karena aku pikir bakal lebih bebas kalo gak pake rencana-rencanaan, malah menjadi boomerang bagi kami karena baru seminggu saja kami sudah bingung mau ngapain dan mau kemana. Akhirnya semalam aku putuskan untuk mengajak Ajun jalan bareng aja siapa tau dia paham daerah sini dan bisa jadi guide juga.




Akupun memberitahu Riska kalo besok kami akan jalan bareng ditemeni si Ajun, Riska setuju-setuju aja sih tapi dia punya permintaan jalanya ke kota dulu soalnya dia mau beli beberapa keperluannya, dengan berat hati aku mengiyakan karena sudah jelas besok akan jadi hari yang melelahkan karena satu hal pasti, yaitu si Riska bakal BELANJA !




Pagi harinya aku bangun sekitar jam setengah tujuh pagi, setelah beberapa saat malas-malasan aku mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah mandi aku menelepon Andi untuk mengingatkan dia, dan ternyata dia sudah bangun dan dia juga bilang sudah mandi. Dia mengundangku ke kamarnya untuk sekedar ngopi sambil ngobrol.




Aku lihat Riska masih tertidur pulas dengan tubuh telanjang. Ya, dia tidur telanjang karena memang semalam kami habis bercinta. Aku goyangkan tubuh dia tapi dia tertidur pulas. Akhirnya akupun memencet hidungnya dan akhirnya karena merasa sesak nafas dia bangun juga.




"iihh kamu iseng banget sih? Kalo tadi kebablasan aku jadi lupa napas gimana?" wajah Riska tampak bersungut-sungut. Tapi wajahnya terlihat cantik sekali, aku sangat suka wajah dia pas bangun tidur itu.

"katanya mau belanja?" tanyaku mengingatkan.


"oh iya, yaudah aku mandi deh" Wajah Riska terlihat berbinar, akupun menjadi sangat gemas melihatnya.


"Yaudah sana mandi cepetan, terus nanti kita ke kamar Ajun, dia ngajak ngopi dikamarnya" Aku berkata sambil menyalakan sebatang rokok.


"Duh paling gak suka kalo mandi ditunggu-tunggu gitu, sayang ke tempat Ajunnya sendirian aja deh, ini aku mandi sekalian mau siap-siap dulu, tar kalo udah kelar aku kabarin ya sayang" Riska beranjak dari tempat tidurnya kemudian mengecup mesra bibirku, kemudian setengah berlari dia menyambar handukku dan masuk kekamar mandi.


Akupun lalu berjalan ke kamar Ajun. Dikamar dia kami ngopi sambil merokok sambil ngobrolin kenangan kita waktu sekolah dulu, mulai saat kita naksir cewek yang sama tapi ternyata cewek itu berkomitmen gamau pacaran selama sekolah, hingga saat aku menolong Ajun yang waktu itu hampir dikeroyok anak-anak STM.



Sungguh jantan sekali aku waktu SMA dulu.
Sekitar satu jam aku mengobrol sama Ajun, saking serunya obrolan kita sampai aku lupa waktu. Saat itupun hampir saja aku melupakan kalo di kamar lain di hotel ini ada pacarku, kalau aja Riska gak menelpon aku buat ngabarin kalau dia sudah siap. Akupun mengajak Ajun cepat-cepat bersiap, sebelum Riska ngamuk karena aku kelamaan.


Saat aku dan Ajun sampai di depan kamar, kulihat Riska sudah berdiri didepan pintu sambil memainkan Hpnya. Aku tertegun melihat panampilan Riska.



Aku melihat Riska memakai gaun putih dengan corak bunga-bunga, corak yang khas dengan baju-baju yang dijual di sekitar resort, gaun itu mirip daster karena berbentuk baju terusan,tapi yang membuatku tertegun adalah pahanya yang mulus jadi terekspos. Ini adalah gaun yang biasa dipakai kalau sedang di pantai, tapi rencana kami berjalan hari ini adalah ke kota!


"Eh udah dateng ya kalian, emang jalannya jauh banget ya sayang? Kok 15 menit baru sampe sih? Capek tau nunggunya" Riska sedikit merengut.


"Yaa jelas capek lah, orang kamu jinjit kok bukan cuma berdiri hehe" Ucapku sambil sedikit mengejeknya. Saat itu dia memang menggunakan sepatu high heels yang lumayang tinggi, sehingga bagian pinggulnya sedikit terangkat.




"Yaudah yuk jalan, kan kotanya jauh banget, bisa-bisa kita pulangnya malem nanti hihi" Riska berkata begitu sambil menggandeng tanganku, ini sih bukan menggandeng tapi menyeret.


"Aku yang nyetir aja sini, udah lama gak nyetir ni soalnya dulu waktu pendidikan dilarang bawa kendaraan sendiri, eh pas udah kerja juga gak dikasih inventaris haha" ajun menawarkan diri.


Singkat kata, saat ini kami sudah ada di dalam mobil. Ajun di barisan bangku paling depan di belakang kemudi, aku dan Riska duduk di bangku belakangnya.


"Kamu beruntung banget Ris dapet cowo sebaik dia" Ajun mulai membuka percakapan, sambil memonyongkan bibirnya seperti menunjukku.


" kok bisa dibilang beruntung sih jun? Tolak ukurnya apa coba?" tanya Riska.


"Ya dia kan mantannya banyak, tapi dia bilang sekarang dia lebih milih kamu" Jawab Rudi.


"Masa sih cowok jelek gini banyak mantannya? Ngaku-ngaku aja kali" Riska berujar sambil mukanya terlihat mengamati wajahku. Akupun cuek aja dijadikan mereka bahan pembicaraan.


"Iya deh beneran, masa sih dia gak cerita ke kamu? Yeni, Vika, Tami, Fira, Rita , Rina, Sari, Puspa, Rika, Mona, Rosa, Risma, Zeli, Sendy, Putri, Abriel, Indah, Aulia, Riska, eh yang terakhir itu belum putus ya" Ajun tertawa lepas bisa mengejaiku.




"Enak aja ngomongnya! Ngedoain ya? Huh" Riska sepertinya sebel mendengar ocehan Ajun.


"Udah Jun, nyetir aja yang bener bawa nyawa anak orang ini loh" Protesku.


Sepanjang jalan kami saling mengobroldan kulihat antara Riska dan ajun sudah mulai akrab, karena Ajun ini memang orangnya ramah dan suka sok akrab gitu, tapi dari sifat sok akrabnya itu malah akhirnya membuat dia jadi akrab beneran sama Riska.


Setelah sekitar satu jam lebih di perjalanan akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami. Kamipun mampir resto sebentar untuk makan, Riska memilih tempat duduknya yang didepan kaca dengan kursi yang ada menghadap kaca.



Sementara Aku memilih duduk disampingnya dan Ajun duduk di depanku. Di dalam resto tersebut kulihat beberapa orang memperhatikan kami, tapi aku rasa mereka cuma fokus ke satu arah, yaitu Riska.


Kami ngobrol dengan serunya, aku yang penasaran dengan apa yang mereka lihat akhirnya akupun pamit diri untuk cuci tangan. Saat selesai cuci tangan, aku yang penasaran mencoba duduk ditempat yang kosong diantara mereka. Yaampun, aku lihat kaki Riska di bawah terbuka, walaupun tidak terbuka lebar tapi aku bisa lihat betapa mulus pahanya, dari sini pemandangan tidak terhalang karena letak duduk Ajun tidak persis di depannya dan kursi yang ada di depan Riska diambil oleh orang yang akan duduk di samping meja kami, karena jumlah mereka lumayan banyak.


Sambil berpura-pura menelepon seseorang aku tetap duduk di situ sambil memperhatikan Riska, aku lihat pahanya yang putih mulus dan roknya yang tertarik keatas karena posisi duduknya, kulihat samar ada setitik kain putih dibalik roknya itu, aku yakin itu adalah celana dalam Riska. Aku berpikir, kenapa gak disilangkan aja kakinya untuk menutupi pahanya, walaupun mungkin pahanya akan dapat dinikmati bebas oleh orang tapi paling tidak paha dalamnya, bahkan celana dalamnya tidak akan terlihat orang lain.




Aku lihat Riska dan Ajun masih asyik mengobrol, aku melirik ke arah kaki Riska. Kulihat Riska menggerak-gerakan pahanya sedikit. Aku sangat kaget dan hampir copot jantungku saat kulihat dia tertawa sambil tubuhnya condong ke belakang untuk menahan tawa, dan kulihat kakinya terbuka lumayan lebar saat dia tertawa dan dari sini dapat terlihat jelas saat ini Riska memakai celana dalam berwarna putih.




"Mas itu temennya ya mas? Seksi banget mas, bisa di booking gak? Aku bayar berapa aja deh" Ucap seorang pria yang terlihat sangat berwibawa karena dia memakai jas dan dari penampilannya kulihat dia memang seperti orang penting.



"Maaf pak itu temen saya pak, dia cewek baik-baik pak gak bisa di ajak begituan. Sekali lagi maaf pak" Ucapku halus sambil tersenyum dan sedikit membungkukkan badanku.



Aku sebenarnya tidak sudi membungkuk kepadanya, walaupun kulihat dia orang berpengaruh tapi rasanya bodoh banget kalo harus membungkuk sama orang yang berwibawa diluar, tapi didalamnya mesum!




"Oh tapi kok penampilannya kaya cewek nakal ya mas? Kayaknya liar banget kalo di ranjang pasti. Ah sayang banget gak bisa di booking" Ucap pria tersebut dengan mimik kecewa.


"Iya pak gak bisa, maaf pak saya tinggal dulu pak kami mau jalan-jalan" kataku tetap memperlihatkan rasa hormat kepadanya, kemudian aku beranjak dari situ dan langsung aku ajak mereka berdua pergi dari situ.


Aku bersama Riska dan Ajun kemudian meninggalkan tempat itu, Riska mengajak kami mampir di counter peralatan kosmetik. Hampir satu jam kami terjebak di dalam counter tersebut, Riska masih saja sibuk memilih lipstick yang pas dengannya. Kulihat dia mengoles lipstick ke biibirnya yang seksi itu kemudian dia tersenyum ke arah kami sambil meminta pendapat. Hampir semua yang dicobanya aku lihat memang cocok dengannya, karena memang pada dasarnya bibir dia sudah sangat seksi sekali.



Tapi setelah meminta pendapat kemudian dia berkaca, dan dia menghapus lipstick itu dan kemudian mengoleskan yang lainnya. Kejadian itu berulang berkali-kali hingga membuatku dan Ajun seperti lelaki yang putus asa.



Kenapa sih cewek itu kalo masalah kosmetik kenapa gak menetap pilih salah satu brand atau modelnya aja, Kaya cowok kan kalo udah nemuin sabun muka yang cocok kan pasti dia akan memakai itu terus. Ribetnya jadi cewe ini.


Akhirnya ritual memilih kosmetik kelar juga, tapi satu neraka baru sepertinya akan segera hadir saat kami melewati lorong yang disitu berderet toko-toko pakaian dari berbagai merek.



Riska kemudian menarikku memasuki salah satu toko itu, dia bilang cuma mau sebentar. Ajunpun terlihat dengan enggan mengekori langkah kami.


Sekitar setengah jam aku dan Ajun duduk sambil menunggu Riska selesai memilih bajunya, sampai akhirnya Riska menghampiri kami sambil membawa beberapa lembar pakaian.


"Sayang, pilihin baju buat aku ya, bagusan yang mana" Ucap Riska sambil tersenyum dan menari tanganku.


Akupun bangkit dan lagi-lagi Ajun dengan langkah terpaksa mengikuti kami ke ruang ganti dan menunggu Riska dari luar, sesaat kemudian Riska terlihat membuka tirai dan memperlihatkan kepada kami pakaian yang baru saja dia pilih.




"Sayang gimana cocok gak baju ini?" Riska bertanya sambil sedikit berpose memperlihatkan calon baju barunya.




"Bagus kok sayang, cocok" Sebenarnya aku lihat itu kurang pas di badan Riska karena memang agak terlalu longgar dan warnanya agak gelap begitu.




"Kalo menurut Ajun gimana?" Tanya Riska yang menoleh ke arah Ajun.




"Eh iya, eh, bagus kok, cocok banget jadi keliatan tambah cantik." Ucap Ajun agak kaget dimintai pendapat oleh pacar temennya sendiri.




Riska dengan mata berbinar kembali memasuki ruang ganti. Aku dan ajun sadar sebenernya dari beberapa pakaian yang dia coba itu sebenernya gak cocok buat Riska, tapi daripada nanti dia milih-milih baju lagi mending kami sedikit bohong aja daripada kami dikerjain dia lagi.



Seingatku sudah sekitar 6 baju yang dia coba, aku juga melihat baju yang tadi ditangannya sudah dia coba semua. Jadi aku pikir sekarang dia sedang memakai gaunnya sendiri dan segera kami akan meninggalkan neraka ini. Saat tirai terbuka aku sudah siap untuk berbalik dan berjalan ke arah kasir.


"Sayang kalo yang ini cocok gak?" tanya Riska


"heenggg, kok beli gituan?" Aku terhenyak melihat apa yang dia pakai.


Dia sekarang sedang memakai sebuah lingerie yang sangat seksi sekali. Dimana lingerie itu hanya menutupi bagian dadanya dan sebatas menutupi pas di garis bawah pantatnya.



Lingeri itu berwarna hitam tetapi tebuat dari bahan transparan hingga kulit Riska yang putih terlihat sedikit tersamarkan tapi masih bisa jelas terlihat, bagian dada yang menutupi payudaranya walaupun memang terlihat sedikit agak tebal tetapi masih tercetak putingnya dari balik lingerie itu. Akupun menyapukan mataku kedalam ruang ganti itu dan kulihat memang ada sebuah BH yang tergantung di gantungan baju yang udah disediakan oleh manajemen toko ini.


"Iya sayang soalnya dikosku tu panas banget kalo malem jadi aku sering gak bisa tidur kalo malem, makanya tadi waktu aku lihat ini kok kayaknya bahannya adem ya jadi ya udah deh aku beli" Riska menjelaskan alasannya kepadaku,


"Gimana Jun? Cocok gak nih?" Ucap Riska sambil memutar Badannya menghadap Ajun.


" co cok, cocok banget Ris, pas banget putihnya gleg" Ucap Ajun sambil menelan ludahnya. Kali ini jawaban dari Ajun sepertinya sangat jujur dari hatinya, karena aku lihat kepolosan dari mukanya.


Sadar Riska juga sedang memperhatikannya juga, sedetik kemudian Ajun mengalihkan pandangannya dari pantat Riska. Saat itu memang seksi sekali Riska pacarku itu, dimana dibagian atas putingnya dapat tercetak lumayan jelas, sementara bagian bawahnya dapat terlihat dengan jelas celana dalam Riska karena memang bahannya transparan.




"" Ih sayang Ajun kok lihatnya gitu banget sih kaya mau makan aku? Takut sayang, Ajun jangan macem-macem, ada pacarku loh, dihajar dia baru tau rasa kamu!" Riska merengek sambil memeluk tanganku hingga aku nisa merasakan tonjolan putingnya yang dia tempelkaan di lenganku.




"Ya sorry Ris, aku kan normal, kalo aku maho sih cowomu udah aku embat dari dulu. Abisnya dia lebih seksi sih dari kamu weee" kulihat Ajun malah mengejek Riska, dan tanpa kuduga Riskapun ikut tertawa kemudian dia masuk lagi kekamar ganti.




Setelah membayar dikasir, kamipun memutuskan untuk pulang ke hotel saja. Tapi sebelum pulang kami mampir foodcourt untuk minum-minum saja sambil bercanda menceritakan masa lalu aku dan Ajun ke Riska.



Setelah minuman habis kamipun beranjak, tapi tiba-tiba Riska minta izin ke toilet, karena minuman sudah habis akupun menyuruh Riska untuk cepat-cepat saja di toiletnya.




Akhirnya sekarang kami sudah berada di mobil dan sedang berjalan menuju hotel kami, di dalam mobil Riska tertidur di pundakku sementara aku dan Ajun masih sibuk mengobrol.



Terdengar suara dari HP Riska sepertinya ada pesan masuk, karena dari nadanya pendek saja jadi aku berkesimpulan itu adalah pesan. Riska kemudian terbangun dan sambil mengucek matanya dia mengambil tasnya untuk mengambil Hpnya.



"Ya ampun sayang, aku lupa pake celana dalem" Ujar riska sedikit berteriak kaget sambil menunjukkan celana dalam putih yang tadi dipakainya sekarang berada di tangannya dan dia angkat sambil menunjukkannya kepadaku, tentu saja teriakan dia mengundang perhatianku dan perhatian Ajun yang sedaritadi mengobrol sama aku sambil melirik spion yang ada diatasnya.




"Tuh bener kan belum dipake" Tiba-tiba Riska menarik roknya seperti ingin membuktikannya kepadaku. Jelas aja Ajun juga melihatnya, karena terasa dia sempat mengerem mendadak.




"sayang jangan gitu deh! Kan ada Ajun, apa gak maulu?" Ucapku protes sedikit memarahinya.


"ups iyah lupa, Ajun maaf yah tadi aku agak teledor. Duh jadi malu ini, tapi dia gak bakal macem-macem kan sayang? Kan ada kamu" Ucap dia sambil menutup mukanya kemudian menyandarkan kembali kepalanya dipundakku.


Kulihat dari kaca spion diatas dashboard depan, disitu Ajun terlihat memandangku dari spion, kemudian saat tatapan kami bertemu kulihat dia seperti mengucapkan sesuatu yang tanpa suara, dia seperti mengucapkan antara kata maaf atau kata mantap, tapi aku berkesimpulan bahwa mungkin dia sedang minta maaf. Akupun kemudian menganggukan kepalaku dan melihat keluar jendela.




"Eh sayang itu didepan orang jualan duren ya? Pengenn dong. Jun stop didepan itu ya yang jualan duren" Ucap Riska,




Aku dan riska pun turun dari mobil untuk membeli durian, karena penjual durian itu menjual duriannya secara lesehan maka aku takut saat Riska jongkok maka akan terlihatlah vagina dia oleh penjual gorengan.



Tadi sebelum turun aku lihat aku lihat celana dalam dia ada di tas dia, sementara tas itu terbuka lebar sepertinya Riska lupa untuk menutupnya, tapi saat aku akan menutupnya Riska sudah menarikku. Ajun yang memang tidak suka durian memilih untuk tetap dimobil.


Aku merasa lega karena Riska tidak jongkok melainkan dia berlutut, sepertinya dia sekarang sadar bahwa dia sedang tidak memakai celana dalam. Kulihat Riska mulai menanyakan harga masing-masing durian.



Dia sepertinya memang pecinta durian karena dia seperti hafal betul mana durian yang benar-benar matang dan yang belum matang. Penjual durian yang sepertinya lebih muda dari kami, mungkin dia baru aja lulus SMA itu jelas kewalahan untuk meyakinkan calon pembeli yang ternyata susah untuk ditipu.


Nafasku serasa ingin berhenti saat Riska menurunkan bahunya untuk menunjuk salah satu durian yang letaknya jauh dijangkauan, karena dengan membungkuk belum juga bisa meraih yang dia ingin, kulihat diapun agak merangkak untuk meraihnya.



Dengan posisi seperti itu sudah jelas roknya akan tersingkap dan Ajun yang sedang ada dalam mobil pasti dapat melihat vagina Riska dengan jelas karena roknya yang tersingkap.



Aku tidak berani menoleh karena kupikir pasti nantinya malah ada rasa canggung antara kami dan malah jadi rasa sungkan. Beruntung atau sialnya, ada mobilku yang menutupi kelakuan Riska dari pandangan orang di jalan Raya, sialnya di dalam mobil itu ada Ajun yang pasti akan menikmati penampakan vagina dari Riska.




Riska bertahan di posisi itu lumayan lama karena dia bertahan sambil menawar durian tersebut, terjadi sedikit perdebatan sebelum akhirnya disepakati harga durian tersebut.



Aku dan Riska memutuskan untuk makan durian itu ditempat aja karena gak enak kalau dibawa pulang ke hotel pasti akan membuat Ajun merasa tersiksa dengan aroma dari durian yang kami bawa.




Selama memakan durian Riska terlihat duduk normal seperti biasanya, wajahnya terlihat menikmati sekali durian itu, sampai sampai dia melahap juga sisa sisa durian yang ada di jari-jari dia. Setelah selesai makan kemudian akupun membayarnya dan kembali ke mobil.




Saat masuk kedalam mobil kulihat celana dalam Riska yang tadi ada di tasnya sekarang tergeletak di kursi disebeleh Riska atau diantara kami.




"Duuh kok lupa aku masukin ke tas sih ya" ucap Riska sambil mengambil celana dalamnya.




Ada satu hal yang menjadi perhatiannku, di celana dalam tersebut ada cairan kental yang seperti susu tapi berwarna agak bening. Sebagai cowok tentu aku tahu kalau itu adalah sperma, ya pasti itu Ajun.
Aku melihat Riska sepertinya sadar ada "sesuatu" di celana dalamnya, aku lihat saat memasukan celana dalam tersebut terlihat jari telunjuknya seperti mengorek atau mengoles sesuatu dari celana dalamnya, sesaat kemudian dia dengan cepat mengemut jarinya tersebut.




"hhhmmmm, masih terasa, enak juga" ucap Riska sambil melirik ke Ajun dari Spion.




"Apanya Ris yang terasa?" Ucap Ajun sambil terlihat membalas senyuman Riska.
"Oh enggak, ini tadi rasa durennya masih terasa di jariku" Riska menjawab sambil menggigit jarinya dan tersenyum.




Kulihat Ajun kemudian mengalihkan perhatiannya dari kaca spion itu dan sambil senyum senyum dia melanjutkan nyetirnya. Riska sudah tertidur dan karena mengantuk akupun ikut tertidur.



Tapi masih seperti tidur ayam yaitu setengah tidur dan setengah sadar, akupun tau saat mobilku berhenti akupun juga sebenernya udah terbangun tapi masih malas, biar aja nanti mereka yang membangunkanku, hitung hitung kasih kerjaan buat mereka.




"woii Ris bangun Ris udah sampai" Ajun sepertinya sedang membangunkan Riska,
"Bangun woii sudah sampai" kurasa lenganku ditepuk Ajun, aku bisa tau karena tepukan dia lumayan keras. Tapi kutepis sambil pura-pura tetap terlelap. Aku ingin mereka berusaha membangunkanku agar mereka tau gimana rasanya susah bangunin orang.



Dulu saat SMA aku juga sering beberapa kali menginap dirumah Ajun dan dia juga susah dibangunin.


"Wah kayaknya cowo kamu tepar Ris” ujar Ajun


"Iya kayaknya, kamu bantu dia masuk ya jun" Ucap Riska. Yes, berhasil ngerjain mereka ni aku sekarang.


"eh Ris, ada sesuatu yang mau aku omongin, kita ngomong diluar yuk" Ajak Ajun sambil membuka pintu mobilku.


"Mau ngomong apa?" Tanya Riska sambil bersandar di mobil.



Riska terdengar sedikit berbisik, akupun memincingkan mata. Kulihat kaca mobil depan gak dia tutup sehingga apa yang mereka bicakan juga bisa kudengar.




"Rokok?" Tawar Ajun sambil mengeluarkan sebungkus rokok, kulihat Ajun menyalakan rokoknya kemudian Riska mengambil sebatang dan Ajun membantu menyalakan roko Riska.




"Kamu tadi sengaja mamerin tubuh kamu ke aku kan?" tanya Ajun to the point.




"huh, ya enggak lah, yang ada tu kamu onani pake celana dalemku, sampe banjir tu celana dalemku" Sergah riska.




"Gimana gak onani aku, awalnya aku iseng pake celana dalem kamu buat nutup hidungku dari bau duren, eh kamunya diluar malah nungging-nungging gitu, liat memekmu yang montok ya aku jadi horni lah, yaudah deh aku coli aja pake cdmu" Jawab Ajun sambil berbisik.




Kulihat tangan Ajun sudah di paha Riska, pelan-pelan naik ke atas ingin menaikkan rok riska, Riska sempat terhanyut tapi kemudian dia menahan tangan Ajun.




"Aku ini pacar temen kamu, jangan lakuin ini atau kupastikan kamu bakal dihajar pacarku" Riska menepis tangan Ajun dan kemudian dia berjalan kearahku, aku memincingkan mata dan kulihat Riska sepertinya sangat marah sama Ajun.




Kudengar pintu terbuka dan kemudian suara lembut membangunkanku.




"Sayang, udah sampe ni, ayo kita balik ke kamar istirahat dikamar aja ya. Kamu kayaknya mabok duren deh" Ajak Riska sambil tanganku di raihnya dan ditaruh di pundaknya.




"eh gapapa sayang, aku kuat jalan kok" Aku yang sudah keluar kemudian pura-pura bersandar di mobil.




Kulihat Riska menghampiri Ajun untuk meminta kunci mobilku, kulihat dia begitu acuh.




Setelah mendapat kunci kemudian Riska menutup semua kaca mobilku kemudian terdengar suara "TUIT TUIT" pertanda mobilku sudah terkunci.




"Loh belanjaannya gak dibawa?" tanyaku sambil berpura-pura jalan sempoyongan.
"Tinggal di mobil aja, lagian kamu bawa badan kamu aja susah malah sok-sokan mau bawain belanjaanku segala. So sweet banget sih sayang" Jawab Riska sambil memeluk pinggangku.


"Aku emang sweet kok hahaha" jawabku sambil tertawa.


"iih, sok sweet ya sayang, bukan so sweet. Duh baru mabok duren aja udah hilang pendengaran, apalagi kalo mabuk janda?" Jawab Riska.




Aku menatap mukanya yang cemberut, kemudian aku cium kening dia lalu kami tertawa bersama.




Sesampainya dikamar Riska langsung memelukku dari belakang, sambil bibirnya menyusuri leherku. Tangan dia dengan terampil membuka bajuku, kemudiian tangannya menyusuri dadaku yang ditumbuhi bulu. Kurasakan ciuman Riska sekarang sudah sampai di punggungku dan tangannya sekarang sudah berusaha melepas ikat pinggangku. Kurasakan celana jeansku sekarang sudah terlepas dan sekarang celana dalamku juga dipelorotkan Riska.




Pelan Riska mengelus penisku sambil memelukku dari belakang dan menciumi tengkukku. Rasanya sungguh nikmat sekali antara geli dan ngilu. Kemudian Riska sekarang berjalan memutar dan posisinya sekarang ada didepanku, dia mencium bibirku dan kemudian ciuman dia turun dan terus turun.



Sampailah dia di depan penisku dan kulihat dia langsung mengecupi penisku, Lidah Riska dia julurkan dan dia mulai menjilati lubang kencingku dan kemudian dia mulai melumat penisku. Sambil melumat penisku dia terus menatapku dengan pandangan sayu dan tangan kiri dia sedang memainkan vaginanya.




Riska bangkit kemudian mencium bibirku dan kemudian dilanjutkan dengan menyerang leherku hingga membuatku mengerang keenakan. Tapi sesaat kemudian Riska berjalan menuju ke meja rias yang ada di kamar, kemudian tangannya bertumpu pada meja sehingga sekarang dia sedang menungging, kemudian dia menoleh ke arahku dan tersenyum menggoda.



Akupun setengah berlari langsung berjalan ke arahnya, kuremas-remas pantatnya daan kusingkap dasternya, terpampanglah pantat montok Riska yang sudah tidak terhalang apapun karena memang dia sudah tidak memakai celana dalam. Wajahkupun langsung kuturunkan untuk mencium pantat Riska, tepi tangan Riska menahanku.




"Langsung masukin aja sayang, Riska udah basah kok" Riska meminta dengan manja dan tatapan sayu.


Akupun langsung menancapkan penisku ke vaginanya dan langsung memompanya, memang terasa licin sekali vagina Riska ini, dia sudah sangat basah sepertinya dia memang sudah sangat horni. Aku terus genjot dia dengan posisi itu sampai aku berejakulasi dan kusemprotkan spermaku ke bongkahan pantat dia. Kamipun langsung menghempaskan diri ke kasur, kemudian dia menyusupkan kepalanya ke dadaku, akupun langsung mencium kening dia.


Ada sedikit harapan yang tercercah bagiku untuk menyelesaikan masalah ini. Melihat Riska bisa menahan birahinya saat menghadapi Ajun yang secara fisik lebih ganteng dari Andi maupun Rudi.



Menolak cowok seganteng Ajun saja dia bisa,Riskaku sayang pasti bisa mengendalikan nafsunya saat menghadapi Andi ataupun Rudi. Aku yakin itu, apalagi sekarang juga secara tidak resmi kami telah bertunangan!


Sekarang aku hanya tinggal memikirkan cara untuk menjauhkan mereka...​
 
Update ni...

Selamat menikmati semuaa....



Sudah satu minggu kami menghabiskan waktu liburan ini, sudah banyak kegiatan yang kami lakukan bersama, mulai dari sekedar jalan sampai melakukan kegiatan outbond yang lumayan menguras tenagaku, maklum saja karena memang aku sudah jarang sekali berolah raga. Kami sangat menikmati liburan kali ini, dan rasanya aku dan Riska menjadi lebih dekat dan diapun kembali menjadi perhatian sama aku.


Satu minggu berada di kawasan resort terasa membosankan karena hanya itu-itu saja, kalo aja aku gak sama Riska pasti aku udah gak betah deh.



Untungnya semua kebosanan itu dapat ditutupi dengan tingkah laku Riska yang menjadi sangat manja, mulai dari minta di suapin bahkan dia juga minta dimandiin.



Aku yang malas liburan di kota karena Riska pasti bakal belanja sesuka dia dan aku pasti kerepotan bawain belanjanya, makanya aku ajak dia liburan ke alam terbuka. Ternyata sama saja, kalo di kota aku seperti pembantu dia yang bawain belanjaannya, tapi disini lebih parah karena aku malah jadi seperti babysitter karena sifat manjanya kumat.


Karena memang liburan kami rencananya gak matang dan gak kami susun dulu karena aku pikir bakal lebih bebas kalo gak pake rencana-rencanaan, malah menjadi boomerang bagi kami karena baru seminggu saja kami sudah bingung mau ngapain dan mau kemana. Akhirnya semalam aku putuskan untuk mengajak Ajun jalan bareng aja siapa tau dia paham daerah sini dan bisa jadi guide juga.




Akupun memberitahu Riska kalo besok kami akan jalan bareng ditemeni si Ajun, Riska setuju-setuju aja sih tapi dia punya permintaan jalanya ke kota dulu soalnya dia mau beli beberapa keperluannya, dengan berat hati aku mengiyakan karena sudah jelas besok akan jadi hari yang melelahkan karena satu hal pasti, yaitu si Riska bakal BELANJA !




Pagi harinya aku bangun sekitar jam setengah tujuh pagi, setelah beberapa saat malas-malasan aku mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah mandi aku menelepon Andi untuk mengingatkan dia, dan ternyata dia sudah bangun dan dia juga bilang sudah mandi. Dia mengundangku ke kamarnya untuk sekedar ngopi sambil ngobrol.




Aku lihat Riska masih tertidur pulas dengan tubuh telanjang. Ya, dia tidur telanjang karena memang semalam kami habis bercinta. Aku goyangkan tubuh dia tapi dia tertidur pulas. Akhirnya akupun memencet hidungnya dan akhirnya karena merasa sesak nafas dia bangun juga.




"iihh kamu iseng banget sih? Kalo tadi kebablasan aku jadi lupa napas gimana?" wajah Riska tampak bersungut-sungut. Tapi wajahnya terlihat cantik sekali, aku sangat suka wajah dia pas bangun tidur itu.

"katanya mau belanja?" tanyaku mengingatkan.


"oh iya, yaudah aku mandi deh" Wajah Riska terlihat berbinar, akupun menjadi sangat gemas melihatnya.


"Yaudah sana mandi cepetan, terus nanti kita ke kamar Ajun, dia ngajak ngopi dikamarnya" Aku berkata sambil menyalakan sebatang rokok.


"Duh paling gak suka kalo mandi ditunggu-tunggu gitu, sayang ke tempat Ajunnya sendirian aja deh, ini aku mandi sekalian mau siap-siap dulu, tar kalo udah kelar aku kabarin ya sayang" Riska beranjak dari tempat tidurnya kemudian mengecup mesra bibirku, kemudian setengah berlari dia menyambar handukku dan masuk kekamar mandi.


Akupun lalu berjalan ke kamar Ajun. Dikamar dia kami ngopi sambil merokok sambil ngobrolin kenangan kita waktu sekolah dulu, mulai saat kita naksir cewek yang sama tapi ternyata cewek itu berkomitmen gamau pacaran selama sekolah, hingga saat aku menolong Ajun yang waktu itu hampir dikeroyok anak-anak STM.



Sungguh jantan sekali aku waktu SMA dulu.
Sekitar satu jam aku mengobrol sama Ajun, saking serunya obrolan kita sampai aku lupa waktu. Saat itupun hampir saja aku melupakan kalo di kamar lain di hotel ini ada pacarku, kalau aja Riska gak menelpon aku buat ngabarin kalau dia sudah siap. Akupun mengajak Ajun cepat-cepat bersiap, sebelum Riska ngamuk karena aku kelamaan.


Saat aku dan Ajun sampai di depan kamar, kulihat Riska sudah berdiri didepan pintu sambil memainkan Hpnya. Aku tertegun melihat panampilan Riska.



Aku melihat Riska memakai gaun putih dengan corak bunga-bunga, corak yang khas dengan baju-baju yang dijual di sekitar resort, gaun itu mirip daster karena berbentuk baju terusan,tapi yang membuatku tertegun adalah pahanya yang mulus jadi terekspos. Ini adalah gaun yang biasa dipakai kalau sedang di pantai, tapi rencana kami berjalan hari ini adalah ke kota!


"Eh udah dateng ya kalian, emang jalannya jauh banget ya sayang? Kok 15 menit baru sampe sih? Capek tau nunggunya" Riska sedikit merengut.


"Yaa jelas capek lah, orang kamu jinjit kok bukan cuma berdiri hehe" Ucapku sambil sedikit mengejeknya. Saat itu dia memang menggunakan sepatu high heels yang lumayang tinggi, sehingga bagian pinggulnya sedikit terangkat.




"Yaudah yuk jalan, kan kotanya jauh banget, bisa-bisa kita pulangnya malem nanti hihi" Riska berkata begitu sambil menggandeng tanganku, ini sih bukan menggandeng tapi menyeret.


"Aku yang nyetir aja sini, udah lama gak nyetir ni soalnya dulu waktu pendidikan dilarang bawa kendaraan sendiri, eh pas udah kerja juga gak dikasih inventaris haha" ajun menawarkan diri.


Singkat kata, saat ini kami sudah ada di dalam mobil. Ajun di barisan bangku paling depan di belakang kemudi, aku dan Riska duduk di bangku belakangnya.


"Kamu beruntung banget Ris dapet cowo sebaik dia" Ajun mulai membuka percakapan, sambil memonyongkan bibirnya seperti menunjukku.


" kok bisa dibilang beruntung sih jun? Tolak ukurnya apa coba?" tanya Riska.


"Ya dia kan mantannya banyak, tapi dia bilang sekarang dia lebih milih kamu" Jawab Rudi.


"Masa sih cowok jelek gini banyak mantannya? Ngaku-ngaku aja kali" Riska berujar sambil mukanya terlihat mengamati wajahku. Akupun cuek aja dijadikan mereka bahan pembicaraan.


"Iya deh beneran, masa sih dia gak cerita ke kamu? Yeni, Vika, Tami, Fira, Rita , Rina, Sari, Puspa, Rika, Mona, Rosa, Risma, Zeli, Sendy, Putri, Abriel, Indah, Aulia, Riska, eh yang terakhir itu belum putus ya" Ajun tertawa lepas bisa mengejaiku.




"Enak aja ngomongnya! Ngedoain ya? Huh" Riska sepertinya sebel mendengar ocehan Ajun.


"Udah Jun, nyetir aja yang bener bawa nyawa anak orang ini loh" Protesku.


Sepanjang jalan kami saling mengobroldan kulihat antara Riska dan ajun sudah mulai akrab, karena Ajun ini memang orangnya ramah dan suka sok akrab gitu, tapi dari sifat sok akrabnya itu malah akhirnya membuat dia jadi akrab beneran sama Riska.


Setelah sekitar satu jam lebih di perjalanan akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami. Kamipun mampir resto sebentar untuk makan, Riska memilih tempat duduknya yang didepan kaca dengan kursi yang ada menghadap kaca.



Sementara Aku memilih duduk disampingnya dan Ajun duduk di depanku. Di dalam resto tersebut kulihat beberapa orang memperhatikan kami, tapi aku rasa mereka cuma fokus ke satu arah, yaitu Riska.


Kami ngobrol dengan serunya, aku yang penasaran dengan apa yang mereka lihat akhirnya akupun pamit diri untuk cuci tangan. Saat selesai cuci tangan, aku yang penasaran mencoba duduk ditempat yang kosong diantara mereka. Yaampun, aku lihat kaki Riska di bawah terbuka, walaupun tidak terbuka lebar tapi aku bisa lihat betapa mulus pahanya, dari sini pemandangan tidak terhalang karena letak duduk Ajun tidak persis di depannya dan kursi yang ada di depan Riska diambil oleh orang yang akan duduk di samping meja kami, karena jumlah mereka lumayan banyak.


Sambil berpura-pura menelepon seseorang aku tetap duduk di situ sambil memperhatikan Riska, aku lihat pahanya yang putih mulus dan roknya yang tertarik keatas karena posisi duduknya, kulihat samar ada setitik kain putih dibalik roknya itu, aku yakin itu adalah celana dalam Riska. Aku berpikir, kenapa gak disilangkan aja kakinya untuk menutupi pahanya, walaupun mungkin pahanya akan dapat dinikmati bebas oleh orang tapi paling tidak paha dalamnya, bahkan celana dalamnya tidak akan terlihat orang lain.




Aku lihat Riska dan Ajun masih asyik mengobrol, aku melirik ke arah kaki Riska. Kulihat Riska menggerak-gerakan pahanya sedikit. Aku sangat kaget dan hampir copot jantungku saat kulihat dia tertawa sambil tubuhnya condong ke belakang untuk menahan tawa, dan kulihat kakinya terbuka lumayan lebar saat dia tertawa dan dari sini dapat terlihat jelas saat ini Riska memakai celana dalam berwarna putih.




"Mas itu temennya ya mas? Seksi banget mas, bisa di booking gak? Aku bayar berapa aja deh" Ucap seorang pria yang terlihat sangat berwibawa karena dia memakai jas dan dari penampilannya kulihat dia memang seperti orang penting.



"Maaf pak itu temen saya pak, dia cewek baik-baik pak gak bisa di ajak begituan. Sekali lagi maaf pak" Ucapku halus sambil tersenyum dan sedikit membungkukkan badanku.



Aku sebenarnya tidak sudi membungkuk kepadanya, walaupun kulihat dia orang berpengaruh tapi rasanya bodoh banget kalo harus membungkuk sama orang yang berwibawa diluar, tapi didalamnya mesum!




"Oh tapi kok penampilannya kaya cewek nakal ya mas? Kayaknya liar banget kalo di ranjang pasti. Ah sayang banget gak bisa di booking" Ucap pria tersebut dengan mimik kecewa.


"Iya pak gak bisa, maaf pak saya tinggal dulu pak kami mau jalan-jalan" kataku tetap memperlihatkan rasa hormat kepadanya, kemudian aku beranjak dari situ dan langsung aku ajak mereka berdua pergi dari situ.


Aku bersama Riska dan Ajun kemudian meninggalkan tempat itu, Riska mengajak kami mampir di counter peralatan kosmetik. Hampir satu jam kami terjebak di dalam counter tersebut, Riska masih saja sibuk memilih lipstick yang pas dengannya. Kulihat dia mengoles lipstick ke biibirnya yang seksi itu kemudian dia tersenyum ke arah kami sambil meminta pendapat. Hampir semua yang dicobanya aku lihat memang cocok dengannya, karena memang pada dasarnya bibir dia sudah sangat seksi sekali.



Tapi setelah meminta pendapat kemudian dia berkaca, dan dia menghapus lipstick itu dan kemudian mengoleskan yang lainnya. Kejadian itu berulang berkali-kali hingga membuatku dan Ajun seperti lelaki yang putus asa.



Kenapa sih cewek itu kalo masalah kosmetik kenapa gak menetap pilih salah satu brand atau modelnya aja, Kaya cowok kan kalo udah nemuin sabun muka yang cocok kan pasti dia akan memakai itu terus. Ribetnya jadi cewe ini.


Akhirnya ritual memilih kosmetik kelar juga, tapi satu neraka baru sepertinya akan segera hadir saat kami melewati lorong yang disitu berderet toko-toko pakaian dari berbagai merek.



Riska kemudian menarikku memasuki salah satu toko itu, dia bilang cuma mau sebentar. Ajunpun terlihat dengan enggan mengekori langkah kami.


Sekitar setengah jam aku dan Ajun duduk sambil menunggu Riska selesai memilih bajunya, sampai akhirnya Riska menghampiri kami sambil membawa beberapa lembar pakaian.


"Sayang, pilihin baju buat aku ya, bagusan yang mana" Ucap Riska sambil tersenyum dan menari tanganku.


Akupun bangkit dan lagi-lagi Ajun dengan langkah terpaksa mengikuti kami ke ruang ganti dan menunggu Riska dari luar, sesaat kemudian Riska terlihat membuka tirai dan memperlihatkan kepada kami pakaian yang baru saja dia pilih.




"Sayang gimana cocok gak baju ini?" Riska bertanya sambil sedikit berpose memperlihatkan calon baju barunya.




"Bagus kok sayang, cocok" Sebenarnya aku lihat itu kurang pas di badan Riska karena memang agak terlalu longgar dan warnanya agak gelap begitu.




"Kalo menurut Ajun gimana?" Tanya Riska yang menoleh ke arah Ajun.




"Eh iya, eh, bagus kok, cocok banget jadi keliatan tambah cantik." Ucap Ajun agak kaget dimintai pendapat oleh pacar temennya sendiri.




Riska dengan mata berbinar kembali memasuki ruang ganti. Aku dan ajun sadar sebenernya dari beberapa pakaian yang dia coba itu sebenernya gak cocok buat Riska, tapi daripada nanti dia milih-milih baju lagi mending kami sedikit bohong aja daripada kami dikerjain dia lagi.



Seingatku sudah sekitar 6 baju yang dia coba, aku juga melihat baju yang tadi ditangannya sudah dia coba semua. Jadi aku pikir sekarang dia sedang memakai gaunnya sendiri dan segera kami akan meninggalkan neraka ini. Saat tirai terbuka aku sudah siap untuk berbalik dan berjalan ke arah kasir.


"Sayang kalo yang ini cocok gak?" tanya Riska


"heenggg, kok beli gituan?" Aku terhenyak melihat apa yang dia pakai.


Dia sekarang sedang memakai sebuah lingerie yang sangat seksi sekali. Dimana lingerie itu hanya menutupi bagian dadanya dan sebatas menutupi pas di garis bawah pantatnya.



Lingeri itu berwarna hitam tetapi tebuat dari bahan transparan hingga kulit Riska yang putih terlihat sedikit tersamarkan tapi masih bisa jelas terlihat, bagian dada yang menutupi payudaranya walaupun memang terlihat sedikit agak tebal tetapi masih tercetak putingnya dari balik lingerie itu. Akupun menyapukan mataku kedalam ruang ganti itu dan kulihat memang ada sebuah BH yang tergantung di gantungan baju yang udah disediakan oleh manajemen toko ini.


"Iya sayang soalnya dikosku tu panas banget kalo malem jadi aku sering gak bisa tidur kalo malem, makanya tadi waktu aku lihat ini kok kayaknya bahannya adem ya jadi ya udah deh aku beli" Riska menjelaskan alasannya kepadaku,


"Gimana Jun? Cocok gak nih?" Ucap Riska sambil memutar Badannya menghadap Ajun.


" co cok, cocok banget Ris, pas banget putihnya gleg" Ucap Ajun sambil menelan ludahnya. Kali ini jawaban dari Ajun sepertinya sangat jujur dari hatinya, karena aku lihat kepolosan dari mukanya.


Sadar Riska juga sedang memperhatikannya juga, sedetik kemudian Ajun mengalihkan pandangannya dari pantat Riska. Saat itu memang seksi sekali Riska pacarku itu, dimana dibagian atas putingnya dapat tercetak lumayan jelas, sementara bagian bawahnya dapat terlihat dengan jelas celana dalam Riska karena memang bahannya transparan.




"" Ih sayang Ajun kok lihatnya gitu banget sih kaya mau makan aku? Takut sayang, Ajun jangan macem-macem, ada pacarku loh, dihajar dia baru tau rasa kamu!" Riska merengek sambil memeluk tanganku hingga aku nisa merasakan tonjolan putingnya yang dia tempelkaan di lenganku.




"Ya sorry Ris, aku kan normal, kalo aku maho sih cowomu udah aku embat dari dulu. Abisnya dia lebih seksi sih dari kamu weee" kulihat Ajun malah mengejek Riska, dan tanpa kuduga Riskapun ikut tertawa kemudian dia masuk lagi kekamar ganti.




Setelah membayar dikasir, kamipun memutuskan untuk pulang ke hotel saja. Tapi sebelum pulang kami mampir foodcourt untuk minum-minum saja sambil bercanda menceritakan masa lalu aku dan Ajun ke Riska.



Setelah minuman habis kamipun beranjak, tapi tiba-tiba Riska minta izin ke toilet, karena minuman sudah habis akupun menyuruh Riska untuk cepat-cepat saja di toiletnya.




Akhirnya sekarang kami sudah berada di mobil dan sedang berjalan menuju hotel kami, di dalam mobil Riska tertidur di pundakku sementara aku dan Ajun masih sibuk mengobrol.



Terdengar suara dari HP Riska sepertinya ada pesan masuk, karena dari nadanya pendek saja jadi aku berkesimpulan itu adalah pesan. Riska kemudian terbangun dan sambil mengucek matanya dia mengambil tasnya untuk mengambil Hpnya.



"Ya ampun sayang, aku lupa pake celana dalem" Ujar riska sedikit berteriak kaget sambil menunjukkan celana dalam putih yang tadi dipakainya sekarang berada di tangannya dan dia angkat sambil menunjukkannya kepadaku, tentu saja teriakan dia mengundang perhatianku dan perhatian Ajun yang sedaritadi mengobrol sama aku sambil melirik spion yang ada diatasnya.




"Tuh bener kan belum dipake" Tiba-tiba Riska menarik roknya seperti ingin membuktikannya kepadaku. Jelas aja Ajun juga melihatnya, karena terasa dia sempat mengerem mendadak.




"sayang jangan gitu deh! Kan ada Ajun, apa gak maulu?" Ucapku protes sedikit memarahinya.


"ups iyah lupa, Ajun maaf yah tadi aku agak teledor. Duh jadi malu ini, tapi dia gak bakal macem-macem kan sayang? Kan ada kamu" Ucap dia sambil menutup mukanya kemudian menyandarkan kembali kepalanya dipundakku.


Kulihat dari kaca spion diatas dashboard depan, disitu Ajun terlihat memandangku dari spion, kemudian saat tatapan kami bertemu kulihat dia seperti mengucapkan sesuatu yang tanpa suara, dia seperti mengucapkan antara kata maaf atau kata mantap, tapi aku berkesimpulan bahwa mungkin dia sedang minta maaf. Akupun kemudian menganggukan kepalaku dan melihat keluar jendela.




"Eh sayang itu didepan orang jualan duren ya? Pengenn dong. Jun stop didepan itu ya yang jualan duren" Ucap Riska,




Aku dan riska pun turun dari mobil untuk membeli durian, karena penjual durian itu menjual duriannya secara lesehan maka aku takut saat Riska jongkok maka akan terlihatlah vagina dia oleh penjual gorengan.



Tadi sebelum turun aku lihat aku lihat celana dalam dia ada di tas dia, sementara tas itu terbuka lebar sepertinya Riska lupa untuk menutupnya, tapi saat aku akan menutupnya Riska sudah menarikku. Ajun yang memang tidak suka durian memilih untuk tetap dimobil.


Aku merasa lega karena Riska tidak jongkok melainkan dia berlutut, sepertinya dia sekarang sadar bahwa dia sedang tidak memakai celana dalam. Kulihat Riska mulai menanyakan harga masing-masing durian.



Dia sepertinya memang pecinta durian karena dia seperti hafal betul mana durian yang benar-benar matang dan yang belum matang. Penjual durian yang sepertinya lebih muda dari kami, mungkin dia baru aja lulus SMA itu jelas kewalahan untuk meyakinkan calon pembeli yang ternyata susah untuk ditipu.


Nafasku serasa ingin berhenti saat Riska menurunkan bahunya untuk menunjuk salah satu durian yang letaknya jauh dijangkauan, karena dengan membungkuk belum juga bisa meraih yang dia ingin, kulihat diapun agak merangkak untuk meraihnya.



Dengan posisi seperti itu sudah jelas roknya akan tersingkap dan Ajun yang sedang ada dalam mobil pasti dapat melihat vagina Riska dengan jelas karena roknya yang tersingkap.



Aku tidak berani menoleh karena kupikir pasti nantinya malah ada rasa canggung antara kami dan malah jadi rasa sungkan. Beruntung atau sialnya, ada mobilku yang menutupi kelakuan Riska dari pandangan orang di jalan Raya, sialnya di dalam mobil itu ada Ajun yang pasti akan menikmati penampakan vagina dari Riska.




Riska bertahan di posisi itu lumayan lama karena dia bertahan sambil menawar durian tersebut, terjadi sedikit perdebatan sebelum akhirnya disepakati harga durian tersebut.



Aku dan Riska memutuskan untuk makan durian itu ditempat aja karena gak enak kalau dibawa pulang ke hotel pasti akan membuat Ajun merasa tersiksa dengan aroma dari durian yang kami bawa.




Selama memakan durian Riska terlihat duduk normal seperti biasanya, wajahnya terlihat menikmati sekali durian itu, sampai sampai dia melahap juga sisa sisa durian yang ada di jari-jari dia. Setelah selesai makan kemudian akupun membayarnya dan kembali ke mobil.




Saat masuk kedalam mobil kulihat celana dalam Riska yang tadi ada di tasnya sekarang tergeletak di kursi disebeleh Riska atau diantara kami.




"Duuh kok lupa aku masukin ke tas sih ya" ucap Riska sambil mengambil celana dalamnya.




Ada satu hal yang menjadi perhatiannku, di celana dalam tersebut ada cairan kental yang seperti susu tapi berwarna agak bening. Sebagai cowok tentu aku tahu kalau itu adalah sperma, ya pasti itu Ajun.
Aku melihat Riska sepertinya sadar ada "sesuatu" di celana dalamnya, aku lihat saat memasukan celana dalam tersebut terlihat jari telunjuknya seperti mengorek atau mengoles sesuatu dari celana dalamnya, sesaat kemudian dia dengan cepat mengemut jarinya tersebut.




"hhhmmmm, masih terasa, enak juga" ucap Riska sambil melirik ke Ajun dari Spion.




"Apanya Ris yang terasa?" Ucap Ajun sambil terlihat membalas senyuman Riska.
"Oh enggak, ini tadi rasa durennya masih terasa di jariku" Riska menjawab sambil menggigit jarinya dan tersenyum.




Kulihat Ajun kemudian mengalihkan perhatiannya dari kaca spion itu dan sambil senyum senyum dia melanjutkan nyetirnya. Riska sudah tertidur dan karena mengantuk akupun ikut tertidur.



Tapi masih seperti tidur ayam yaitu setengah tidur dan setengah sadar, akupun tau saat mobilku berhenti akupun juga sebenernya udah terbangun tapi masih malas, biar aja nanti mereka yang membangunkanku, hitung hitung kasih kerjaan buat mereka.




"woii Ris bangun Ris udah sampai" Ajun sepertinya sedang membangunkan Riska,
"Bangun woii sudah sampai" kurasa lenganku ditepuk Ajun, aku bisa tau karena tepukan dia lumayan keras. Tapi kutepis sambil pura-pura tetap terlelap. Aku ingin mereka berusaha membangunkanku agar mereka tau gimana rasanya susah bangunin orang.



Dulu saat SMA aku juga sering beberapa kali menginap dirumah Ajun dan dia juga susah dibangunin.


"Wah kayaknya cowo kamu tepar Ris” ujar Ajun


"Iya kayaknya, kamu bantu dia masuk ya jun" Ucap Riska. Yes, berhasil ngerjain mereka ni aku sekarang.


"eh Ris, ada sesuatu yang mau aku omongin, kita ngomong diluar yuk" Ajak Ajun sambil membuka pintu mobilku.


"Mau ngomong apa?" Tanya Riska sambil bersandar di mobil.



Riska terdengar sedikit berbisik, akupun memincingkan mata. Kulihat kaca mobil depan gak dia tutup sehingga apa yang mereka bicakan juga bisa kudengar.




"Rokok?" Tawar Ajun sambil mengeluarkan sebungkus rokok, kulihat Ajun menyalakan rokoknya kemudian Riska mengambil sebatang dan Ajun membantu menyalakan roko Riska.




"Kamu tadi sengaja mamerin tubuh kamu ke aku kan?" tanya Ajun to the point.




"huh, ya enggak lah, yang ada tu kamu onani pake celana dalemku, sampe banjir tu celana dalemku" Sergah riska.




"Gimana gak onani aku, awalnya aku iseng pake celana dalem kamu buat nutup hidungku dari bau duren, eh kamunya diluar malah nungging-nungging gitu, liat memekmu yang montok ya aku jadi horni lah, yaudah deh aku coli aja pake cdmu" Jawab Ajun sambil berbisik.




Kulihat tangan Ajun sudah di paha Riska, pelan-pelan naik ke atas ingin menaikkan rok riska, Riska sempat terhanyut tapi kemudian dia menahan tangan Ajun.




"Aku ini pacar temen kamu, jangan lakuin ini atau kupastikan kamu bakal dihajar pacarku" Riska menepis tangan Ajun dan kemudian dia berjalan kearahku, aku memincingkan mata dan kulihat Riska sepertinya sangat marah sama Ajun.




Kudengar pintu terbuka dan kemudian suara lembut membangunkanku.




"Sayang, udah sampe ni, ayo kita balik ke kamar istirahat dikamar aja ya. Kamu kayaknya mabok duren deh" Ajak Riska sambil tanganku di raihnya dan ditaruh di pundaknya.




"eh gapapa sayang, aku kuat jalan kok" Aku yang sudah keluar kemudian pura-pura bersandar di mobil.




Kulihat Riska menghampiri Ajun untuk meminta kunci mobilku, kulihat dia begitu acuh.




Setelah mendapat kunci kemudian Riska menutup semua kaca mobilku kemudian terdengar suara "TUIT TUIT" pertanda mobilku sudah terkunci.




"Loh belanjaannya gak dibawa?" tanyaku sambil berpura-pura jalan sempoyongan.
"Tinggal di mobil aja, lagian kamu bawa badan kamu aja susah malah sok-sokan mau bawain belanjaanku segala. So sweet banget sih sayang" Jawab Riska sambil memeluk pinggangku.


"Aku emang sweet kok hahaha" jawabku sambil tertawa.


"iih, sok sweet ya sayang, bukan so sweet. Duh baru mabok duren aja udah hilang pendengaran, apalagi kalo mabuk janda?" Jawab Riska.




Aku menatap mukanya yang cemberut, kemudian aku cium kening dia lalu kami tertawa bersama.




Sesampainya dikamar Riska langsung memelukku dari belakang, sambil bibirnya menyusuri leherku. Tangan dia dengan terampil membuka bajuku, kemudiian tangannya menyusuri dadaku yang ditumbuhi bulu. Kurasakan ciuman Riska sekarang sudah sampai di punggungku dan tangannya sekarang sudah berusaha melepas ikat pinggangku. Kurasakan celana jeansku sekarang sudah terlepas dan sekarang celana dalamku juga dipelorotkan Riska.




Pelan Riska mengelus penisku sambil memelukku dari belakang dan menciumi tengkukku. Rasanya sungguh nikmat sekali antara geli dan ngilu. Kemudian Riska sekarang berjalan memutar dan posisinya sekarang ada didepanku, dia mencium bibirku dan kemudian ciuman dia turun dan terus turun.



Sampailah dia di depan penisku dan kulihat dia langsung mengecupi penisku, Lidah Riska dia julurkan dan dia mulai menjilati lubang kencingku dan kemudian dia mulai melumat penisku. Sambil melumat penisku dia terus menatapku dengan pandangan sayu dan tangan kiri dia sedang memainkan vaginanya.




Riska bangkit kemudian mencium bibirku dan kemudian dilanjutkan dengan menyerang leherku hingga membuatku mengerang keenakan. Tapi sesaat kemudian Riska berjalan menuju ke meja rias yang ada di kamar, kemudian tangannya bertumpu pada meja sehingga sekarang dia sedang menungging, kemudian dia menoleh ke arahku dan tersenyum menggoda.



Akupun setengah berlari langsung berjalan ke arahnya, kuremas-remas pantatnya daan kusingkap dasternya, terpampanglah pantat montok Riska yang sudah tidak terhalang apapun karena memang dia sudah tidak memakai celana dalam. Wajahkupun langsung kuturunkan untuk mencium pantat Riska, tepi tangan Riska menahanku.




"Langsung masukin aja sayang, Riska udah basah kok" Riska meminta dengan manja dan tatapan sayu.


Akupun langsung menancapkan penisku ke vaginanya dan langsung memompanya, memang terasa licin sekali vagina Riska ini, dia sudah sangat basah sepertinya dia memang sudah sangat horni. Aku terus genjot dia dengan posisi itu sampai aku berejakulasi dan kusemprotkan spermaku ke bongkahan pantat dia. Kamipun langsung menghempaskan diri ke kasur, kemudian dia menyusupkan kepalanya ke dadaku, akupun langsung mencium kening dia.


Ada sedikit harapan yang tercercah bagiku untuk menyelesaikan masalah ini. Melihat Riska bisa menahan birahinya saat menghadapi Ajun yang secara fisik lebih ganteng dari Andi maupun Rudi.



Menolak cowok seganteng Ajun saja dia bisa,Riskaku sayang pasti bisa mengendalikan nafsunya saat menghadapi Andi ataupun Rudi. Aku yakin itu, apalagi sekarang juga secara tidak resmi kami telah bertunangan!


Sekarang aku hanya tinggal memikirkan cara untuk menjauhkan mereka...​
Keep lancrooot suhuu
 
jgn2 riska ngtest ajun se nekat apa hu??

btw hp nya riska drtd bunyi, masih penasaran si andi atau rudi ng chat apa
 
Update ni...

Selamat menikmati semuaa....



Sudah satu minggu kami menghabiskan waktu liburan ini, sudah banyak kegiatan yang kami lakukan bersama, mulai dari sekedar jalan sampai melakukan kegiatan outbond yang lumayan menguras tenagaku, maklum saja karena memang aku sudah jarang sekali berolah raga. Kami sangat menikmati liburan kali ini, dan rasanya aku dan Riska menjadi lebih dekat dan diapun kembali menjadi perhatian sama aku.


Satu minggu berada di kawasan resort terasa membosankan karena hanya itu-itu saja, kalo aja aku gak sama Riska pasti aku udah gak betah deh.



Untungnya semua kebosanan itu dapat ditutupi dengan tingkah laku Riska yang menjadi sangat manja, mulai dari minta di suapin bahkan dia juga minta dimandiin.



Aku yang malas liburan di kota karena Riska pasti bakal belanja sesuka dia dan aku pasti kerepotan bawain belanjanya, makanya aku ajak dia liburan ke alam terbuka. Ternyata sama saja, kalo di kota aku seperti pembantu dia yang bawain belanjaannya, tapi disini lebih parah karena aku malah jadi seperti babysitter karena sifat manjanya kumat.


Karena memang liburan kami rencananya gak matang dan gak kami susun dulu karena aku pikir bakal lebih bebas kalo gak pake rencana-rencanaan, malah menjadi boomerang bagi kami karena baru seminggu saja kami sudah bingung mau ngapain dan mau kemana. Akhirnya semalam aku putuskan untuk mengajak Ajun jalan bareng aja siapa tau dia paham daerah sini dan bisa jadi guide juga.




Akupun memberitahu Riska kalo besok kami akan jalan bareng ditemeni si Ajun, Riska setuju-setuju aja sih tapi dia punya permintaan jalanya ke kota dulu soalnya dia mau beli beberapa keperluannya, dengan berat hati aku mengiyakan karena sudah jelas besok akan jadi hari yang melelahkan karena satu hal pasti, yaitu si Riska bakal BELANJA !




Pagi harinya aku bangun sekitar jam setengah tujuh pagi, setelah beberapa saat malas-malasan aku mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah mandi aku menelepon Andi untuk mengingatkan dia, dan ternyata dia sudah bangun dan dia juga bilang sudah mandi. Dia mengundangku ke kamarnya untuk sekedar ngopi sambil ngobrol.




Aku lihat Riska masih tertidur pulas dengan tubuh telanjang. Ya, dia tidur telanjang karena memang semalam kami habis bercinta. Aku goyangkan tubuh dia tapi dia tertidur pulas. Akhirnya akupun memencet hidungnya dan akhirnya karena merasa sesak nafas dia bangun juga.




"iihh kamu iseng banget sih? Kalo tadi kebablasan aku jadi lupa napas gimana?" wajah Riska tampak bersungut-sungut. Tapi wajahnya terlihat cantik sekali, aku sangat suka wajah dia pas bangun tidur itu.

"katanya mau belanja?" tanyaku mengingatkan.


"oh iya, yaudah aku mandi deh" Wajah Riska terlihat berbinar, akupun menjadi sangat gemas melihatnya.


"Yaudah sana mandi cepetan, terus nanti kita ke kamar Ajun, dia ngajak ngopi dikamarnya" Aku berkata sambil menyalakan sebatang rokok.


"Duh paling gak suka kalo mandi ditunggu-tunggu gitu, sayang ke tempat Ajunnya sendirian aja deh, ini aku mandi sekalian mau siap-siap dulu, tar kalo udah kelar aku kabarin ya sayang" Riska beranjak dari tempat tidurnya kemudian mengecup mesra bibirku, kemudian setengah berlari dia menyambar handukku dan masuk kekamar mandi.


Akupun lalu berjalan ke kamar Ajun. Dikamar dia kami ngopi sambil merokok sambil ngobrolin kenangan kita waktu sekolah dulu, mulai saat kita naksir cewek yang sama tapi ternyata cewek itu berkomitmen gamau pacaran selama sekolah, hingga saat aku menolong Ajun yang waktu itu hampir dikeroyok anak-anak STM.



Sungguh jantan sekali aku waktu SMA dulu.
Sekitar satu jam aku mengobrol sama Ajun, saking serunya obrolan kita sampai aku lupa waktu. Saat itupun hampir saja aku melupakan kalo di kamar lain di hotel ini ada pacarku, kalau aja Riska gak menelpon aku buat ngabarin kalau dia sudah siap. Akupun mengajak Ajun cepat-cepat bersiap, sebelum Riska ngamuk karena aku kelamaan.


Saat aku dan Ajun sampai di depan kamar, kulihat Riska sudah berdiri didepan pintu sambil memainkan Hpnya. Aku tertegun melihat panampilan Riska.



Aku melihat Riska memakai gaun putih dengan corak bunga-bunga, corak yang khas dengan baju-baju yang dijual di sekitar resort, gaun itu mirip daster karena berbentuk baju terusan,tapi yang membuatku tertegun adalah pahanya yang mulus jadi terekspos. Ini adalah gaun yang biasa dipakai kalau sedang di pantai, tapi rencana kami berjalan hari ini adalah ke kota!


"Eh udah dateng ya kalian, emang jalannya jauh banget ya sayang? Kok 15 menit baru sampe sih? Capek tau nunggunya" Riska sedikit merengut.


"Yaa jelas capek lah, orang kamu jinjit kok bukan cuma berdiri hehe" Ucapku sambil sedikit mengejeknya. Saat itu dia memang menggunakan sepatu high heels yang lumayang tinggi, sehingga bagian pinggulnya sedikit terangkat.




"Yaudah yuk jalan, kan kotanya jauh banget, bisa-bisa kita pulangnya malem nanti hihi" Riska berkata begitu sambil menggandeng tanganku, ini sih bukan menggandeng tapi menyeret.


"Aku yang nyetir aja sini, udah lama gak nyetir ni soalnya dulu waktu pendidikan dilarang bawa kendaraan sendiri, eh pas udah kerja juga gak dikasih inventaris haha" ajun menawarkan diri.


Singkat kata, saat ini kami sudah ada di dalam mobil. Ajun di barisan bangku paling depan di belakang kemudi, aku dan Riska duduk di bangku belakangnya.


"Kamu beruntung banget Ris dapet cowo sebaik dia" Ajun mulai membuka percakapan, sambil memonyongkan bibirnya seperti menunjukku.


" kok bisa dibilang beruntung sih jun? Tolak ukurnya apa coba?" tanya Riska.


"Ya dia kan mantannya banyak, tapi dia bilang sekarang dia lebih milih kamu" Jawab Rudi.


"Masa sih cowok jelek gini banyak mantannya? Ngaku-ngaku aja kali" Riska berujar sambil mukanya terlihat mengamati wajahku. Akupun cuek aja dijadikan mereka bahan pembicaraan.


"Iya deh beneran, masa sih dia gak cerita ke kamu? Yeni, Vika, Tami, Fira, Rita , Rina, Sari, Puspa, Rika, Mona, Rosa, Risma, Zeli, Sendy, Putri, Abriel, Indah, Aulia, Riska, eh yang terakhir itu belum putus ya" Ajun tertawa lepas bisa mengejaiku.




"Enak aja ngomongnya! Ngedoain ya? Huh" Riska sepertinya sebel mendengar ocehan Ajun.


"Udah Jun, nyetir aja yang bener bawa nyawa anak orang ini loh" Protesku.


Sepanjang jalan kami saling mengobroldan kulihat antara Riska dan ajun sudah mulai akrab, karena Ajun ini memang orangnya ramah dan suka sok akrab gitu, tapi dari sifat sok akrabnya itu malah akhirnya membuat dia jadi akrab beneran sama Riska.


Setelah sekitar satu jam lebih di perjalanan akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami. Kamipun mampir resto sebentar untuk makan, Riska memilih tempat duduknya yang didepan kaca dengan kursi yang ada menghadap kaca.



Sementara Aku memilih duduk disampingnya dan Ajun duduk di depanku. Di dalam resto tersebut kulihat beberapa orang memperhatikan kami, tapi aku rasa mereka cuma fokus ke satu arah, yaitu Riska.


Kami ngobrol dengan serunya, aku yang penasaran dengan apa yang mereka lihat akhirnya akupun pamit diri untuk cuci tangan. Saat selesai cuci tangan, aku yang penasaran mencoba duduk ditempat yang kosong diantara mereka. Yaampun, aku lihat kaki Riska di bawah terbuka, walaupun tidak terbuka lebar tapi aku bisa lihat betapa mulus pahanya, dari sini pemandangan tidak terhalang karena letak duduk Ajun tidak persis di depannya dan kursi yang ada di depan Riska diambil oleh orang yang akan duduk di samping meja kami, karena jumlah mereka lumayan banyak.


Sambil berpura-pura menelepon seseorang aku tetap duduk di situ sambil memperhatikan Riska, aku lihat pahanya yang putih mulus dan roknya yang tertarik keatas karena posisi duduknya, kulihat samar ada setitik kain putih dibalik roknya itu, aku yakin itu adalah celana dalam Riska. Aku berpikir, kenapa gak disilangkan aja kakinya untuk menutupi pahanya, walaupun mungkin pahanya akan dapat dinikmati bebas oleh orang tapi paling tidak paha dalamnya, bahkan celana dalamnya tidak akan terlihat orang lain.




Aku lihat Riska dan Ajun masih asyik mengobrol, aku melirik ke arah kaki Riska. Kulihat Riska menggerak-gerakan pahanya sedikit. Aku sangat kaget dan hampir copot jantungku saat kulihat dia tertawa sambil tubuhnya condong ke belakang untuk menahan tawa, dan kulihat kakinya terbuka lumayan lebar saat dia tertawa dan dari sini dapat terlihat jelas saat ini Riska memakai celana dalam berwarna putih.




"Mas itu temennya ya mas? Seksi banget mas, bisa di booking gak? Aku bayar berapa aja deh" Ucap seorang pria yang terlihat sangat berwibawa karena dia memakai jas dan dari penampilannya kulihat dia memang seperti orang penting.



"Maaf pak itu temen saya pak, dia cewek baik-baik pak gak bisa di ajak begituan. Sekali lagi maaf pak" Ucapku halus sambil tersenyum dan sedikit membungkukkan badanku.



Aku sebenarnya tidak sudi membungkuk kepadanya, walaupun kulihat dia orang berpengaruh tapi rasanya bodoh banget kalo harus membungkuk sama orang yang berwibawa diluar, tapi didalamnya mesum!




"Oh tapi kok penampilannya kaya cewek nakal ya mas? Kayaknya liar banget kalo di ranjang pasti. Ah sayang banget gak bisa di booking" Ucap pria tersebut dengan mimik kecewa.


"Iya pak gak bisa, maaf pak saya tinggal dulu pak kami mau jalan-jalan" kataku tetap memperlihatkan rasa hormat kepadanya, kemudian aku beranjak dari situ dan langsung aku ajak mereka berdua pergi dari situ.


Aku bersama Riska dan Ajun kemudian meninggalkan tempat itu, Riska mengajak kami mampir di counter peralatan kosmetik. Hampir satu jam kami terjebak di dalam counter tersebut, Riska masih saja sibuk memilih lipstick yang pas dengannya. Kulihat dia mengoles lipstick ke biibirnya yang seksi itu kemudian dia tersenyum ke arah kami sambil meminta pendapat. Hampir semua yang dicobanya aku lihat memang cocok dengannya, karena memang pada dasarnya bibir dia sudah sangat seksi sekali.



Tapi setelah meminta pendapat kemudian dia berkaca, dan dia menghapus lipstick itu dan kemudian mengoleskan yang lainnya. Kejadian itu berulang berkali-kali hingga membuatku dan Ajun seperti lelaki yang putus asa.



Kenapa sih cewek itu kalo masalah kosmetik kenapa gak menetap pilih salah satu brand atau modelnya aja, Kaya cowok kan kalo udah nemuin sabun muka yang cocok kan pasti dia akan memakai itu terus. Ribetnya jadi cewe ini.


Akhirnya ritual memilih kosmetik kelar juga, tapi satu neraka baru sepertinya akan segera hadir saat kami melewati lorong yang disitu berderet toko-toko pakaian dari berbagai merek.



Riska kemudian menarikku memasuki salah satu toko itu, dia bilang cuma mau sebentar. Ajunpun terlihat dengan enggan mengekori langkah kami.


Sekitar setengah jam aku dan Ajun duduk sambil menunggu Riska selesai memilih bajunya, sampai akhirnya Riska menghampiri kami sambil membawa beberapa lembar pakaian.


"Sayang, pilihin baju buat aku ya, bagusan yang mana" Ucap Riska sambil tersenyum dan menari tanganku.


Akupun bangkit dan lagi-lagi Ajun dengan langkah terpaksa mengikuti kami ke ruang ganti dan menunggu Riska dari luar, sesaat kemudian Riska terlihat membuka tirai dan memperlihatkan kepada kami pakaian yang baru saja dia pilih.




"Sayang gimana cocok gak baju ini?" Riska bertanya sambil sedikit berpose memperlihatkan calon baju barunya.




"Bagus kok sayang, cocok" Sebenarnya aku lihat itu kurang pas di badan Riska karena memang agak terlalu longgar dan warnanya agak gelap begitu.




"Kalo menurut Ajun gimana?" Tanya Riska yang menoleh ke arah Ajun.




"Eh iya, eh, bagus kok, cocok banget jadi keliatan tambah cantik." Ucap Ajun agak kaget dimintai pendapat oleh pacar temennya sendiri.




Riska dengan mata berbinar kembali memasuki ruang ganti. Aku dan ajun sadar sebenernya dari beberapa pakaian yang dia coba itu sebenernya gak cocok buat Riska, tapi daripada nanti dia milih-milih baju lagi mending kami sedikit bohong aja daripada kami dikerjain dia lagi.



Seingatku sudah sekitar 6 baju yang dia coba, aku juga melihat baju yang tadi ditangannya sudah dia coba semua. Jadi aku pikir sekarang dia sedang memakai gaunnya sendiri dan segera kami akan meninggalkan neraka ini. Saat tirai terbuka aku sudah siap untuk berbalik dan berjalan ke arah kasir.


"Sayang kalo yang ini cocok gak?" tanya Riska


"heenggg, kok beli gituan?" Aku terhenyak melihat apa yang dia pakai.


Dia sekarang sedang memakai sebuah lingerie yang sangat seksi sekali. Dimana lingerie itu hanya menutupi bagian dadanya dan sebatas menutupi pas di garis bawah pantatnya.



Lingeri itu berwarna hitam tetapi tebuat dari bahan transparan hingga kulit Riska yang putih terlihat sedikit tersamarkan tapi masih bisa jelas terlihat, bagian dada yang menutupi payudaranya walaupun memang terlihat sedikit agak tebal tetapi masih tercetak putingnya dari balik lingerie itu. Akupun menyapukan mataku kedalam ruang ganti itu dan kulihat memang ada sebuah BH yang tergantung di gantungan baju yang udah disediakan oleh manajemen toko ini.


"Iya sayang soalnya dikosku tu panas banget kalo malem jadi aku sering gak bisa tidur kalo malem, makanya tadi waktu aku lihat ini kok kayaknya bahannya adem ya jadi ya udah deh aku beli" Riska menjelaskan alasannya kepadaku,


"Gimana Jun? Cocok gak nih?" Ucap Riska sambil memutar Badannya menghadap Ajun.


" co cok, cocok banget Ris, pas banget putihnya gleg" Ucap Ajun sambil menelan ludahnya. Kali ini jawaban dari Ajun sepertinya sangat jujur dari hatinya, karena aku lihat kepolosan dari mukanya.


Sadar Riska juga sedang memperhatikannya juga, sedetik kemudian Ajun mengalihkan pandangannya dari pantat Riska. Saat itu memang seksi sekali Riska pacarku itu, dimana dibagian atas putingnya dapat tercetak lumayan jelas, sementara bagian bawahnya dapat terlihat dengan jelas celana dalam Riska karena memang bahannya transparan.




"" Ih sayang Ajun kok lihatnya gitu banget sih kaya mau makan aku? Takut sayang, Ajun jangan macem-macem, ada pacarku loh, dihajar dia baru tau rasa kamu!" Riska merengek sambil memeluk tanganku hingga aku nisa merasakan tonjolan putingnya yang dia tempelkaan di lenganku.




"Ya sorry Ris, aku kan normal, kalo aku maho sih cowomu udah aku embat dari dulu. Abisnya dia lebih seksi sih dari kamu weee" kulihat Ajun malah mengejek Riska, dan tanpa kuduga Riskapun ikut tertawa kemudian dia masuk lagi kekamar ganti.




Setelah membayar dikasir, kamipun memutuskan untuk pulang ke hotel saja. Tapi sebelum pulang kami mampir foodcourt untuk minum-minum saja sambil bercanda menceritakan masa lalu aku dan Ajun ke Riska.



Setelah minuman habis kamipun beranjak, tapi tiba-tiba Riska minta izin ke toilet, karena minuman sudah habis akupun menyuruh Riska untuk cepat-cepat saja di toiletnya.




Akhirnya sekarang kami sudah berada di mobil dan sedang berjalan menuju hotel kami, di dalam mobil Riska tertidur di pundakku sementara aku dan Ajun masih sibuk mengobrol.



Terdengar suara dari HP Riska sepertinya ada pesan masuk, karena dari nadanya pendek saja jadi aku berkesimpulan itu adalah pesan. Riska kemudian terbangun dan sambil mengucek matanya dia mengambil tasnya untuk mengambil Hpnya.



"Ya ampun sayang, aku lupa pake celana dalem" Ujar riska sedikit berteriak kaget sambil menunjukkan celana dalam putih yang tadi dipakainya sekarang berada di tangannya dan dia angkat sambil menunjukkannya kepadaku, tentu saja teriakan dia mengundang perhatianku dan perhatian Ajun yang sedaritadi mengobrol sama aku sambil melirik spion yang ada diatasnya.




"Tuh bener kan belum dipake" Tiba-tiba Riska menarik roknya seperti ingin membuktikannya kepadaku. Jelas aja Ajun juga melihatnya, karena terasa dia sempat mengerem mendadak.




"sayang jangan gitu deh! Kan ada Ajun, apa gak maulu?" Ucapku protes sedikit memarahinya.


"ups iyah lupa, Ajun maaf yah tadi aku agak teledor. Duh jadi malu ini, tapi dia gak bakal macem-macem kan sayang? Kan ada kamu" Ucap dia sambil menutup mukanya kemudian menyandarkan kembali kepalanya dipundakku.


Kulihat dari kaca spion diatas dashboard depan, disitu Ajun terlihat memandangku dari spion, kemudian saat tatapan kami bertemu kulihat dia seperti mengucapkan sesuatu yang tanpa suara, dia seperti mengucapkan antara kata maaf atau kata mantap, tapi aku berkesimpulan bahwa mungkin dia sedang minta maaf. Akupun kemudian menganggukan kepalaku dan melihat keluar jendela.




"Eh sayang itu didepan orang jualan duren ya? Pengenn dong. Jun stop didepan itu ya yang jualan duren" Ucap Riska,




Aku dan riska pun turun dari mobil untuk membeli durian, karena penjual durian itu menjual duriannya secara lesehan maka aku takut saat Riska jongkok maka akan terlihatlah vagina dia oleh penjual gorengan.



Tadi sebelum turun aku lihat aku lihat celana dalam dia ada di tas dia, sementara tas itu terbuka lebar sepertinya Riska lupa untuk menutupnya, tapi saat aku akan menutupnya Riska sudah menarikku. Ajun yang memang tidak suka durian memilih untuk tetap dimobil.


Aku merasa lega karena Riska tidak jongkok melainkan dia berlutut, sepertinya dia sekarang sadar bahwa dia sedang tidak memakai celana dalam. Kulihat Riska mulai menanyakan harga masing-masing durian.



Dia sepertinya memang pecinta durian karena dia seperti hafal betul mana durian yang benar-benar matang dan yang belum matang. Penjual durian yang sepertinya lebih muda dari kami, mungkin dia baru aja lulus SMA itu jelas kewalahan untuk meyakinkan calon pembeli yang ternyata susah untuk ditipu.


Nafasku serasa ingin berhenti saat Riska menurunkan bahunya untuk menunjuk salah satu durian yang letaknya jauh dijangkauan, karena dengan membungkuk belum juga bisa meraih yang dia ingin, kulihat diapun agak merangkak untuk meraihnya.



Dengan posisi seperti itu sudah jelas roknya akan tersingkap dan Ajun yang sedang ada dalam mobil pasti dapat melihat vagina Riska dengan jelas karena roknya yang tersingkap.



Aku tidak berani menoleh karena kupikir pasti nantinya malah ada rasa canggung antara kami dan malah jadi rasa sungkan. Beruntung atau sialnya, ada mobilku yang menutupi kelakuan Riska dari pandangan orang di jalan Raya, sialnya di dalam mobil itu ada Ajun yang pasti akan menikmati penampakan vagina dari Riska.




Riska bertahan di posisi itu lumayan lama karena dia bertahan sambil menawar durian tersebut, terjadi sedikit perdebatan sebelum akhirnya disepakati harga durian tersebut.



Aku dan Riska memutuskan untuk makan durian itu ditempat aja karena gak enak kalau dibawa pulang ke hotel pasti akan membuat Ajun merasa tersiksa dengan aroma dari durian yang kami bawa.




Selama memakan durian Riska terlihat duduk normal seperti biasanya, wajahnya terlihat menikmati sekali durian itu, sampai sampai dia melahap juga sisa sisa durian yang ada di jari-jari dia. Setelah selesai makan kemudian akupun membayarnya dan kembali ke mobil.




Saat masuk kedalam mobil kulihat celana dalam Riska yang tadi ada di tasnya sekarang tergeletak di kursi disebeleh Riska atau diantara kami.




"Duuh kok lupa aku masukin ke tas sih ya" ucap Riska sambil mengambil celana dalamnya.




Ada satu hal yang menjadi perhatiannku, di celana dalam tersebut ada cairan kental yang seperti susu tapi berwarna agak bening. Sebagai cowok tentu aku tahu kalau itu adalah sperma, ya pasti itu Ajun.
Aku melihat Riska sepertinya sadar ada "sesuatu" di celana dalamnya, aku lihat saat memasukan celana dalam tersebut terlihat jari telunjuknya seperti mengorek atau mengoles sesuatu dari celana dalamnya, sesaat kemudian dia dengan cepat mengemut jarinya tersebut.




"hhhmmmm, masih terasa, enak juga" ucap Riska sambil melirik ke Ajun dari Spion.




"Apanya Ris yang terasa?" Ucap Ajun sambil terlihat membalas senyuman Riska.
"Oh enggak, ini tadi rasa durennya masih terasa di jariku" Riska menjawab sambil menggigit jarinya dan tersenyum.




Kulihat Ajun kemudian mengalihkan perhatiannya dari kaca spion itu dan sambil senyum senyum dia melanjutkan nyetirnya. Riska sudah tertidur dan karena mengantuk akupun ikut tertidur.



Tapi masih seperti tidur ayam yaitu setengah tidur dan setengah sadar, akupun tau saat mobilku berhenti akupun juga sebenernya udah terbangun tapi masih malas, biar aja nanti mereka yang membangunkanku, hitung hitung kasih kerjaan buat mereka.




"woii Ris bangun Ris udah sampai" Ajun sepertinya sedang membangunkan Riska,
"Bangun woii sudah sampai" kurasa lenganku ditepuk Ajun, aku bisa tau karena tepukan dia lumayan keras. Tapi kutepis sambil pura-pura tetap terlelap. Aku ingin mereka berusaha membangunkanku agar mereka tau gimana rasanya susah bangunin orang.



Dulu saat SMA aku juga sering beberapa kali menginap dirumah Ajun dan dia juga susah dibangunin.


"Wah kayaknya cowo kamu tepar Ris” ujar Ajun


"Iya kayaknya, kamu bantu dia masuk ya jun" Ucap Riska. Yes, berhasil ngerjain mereka ni aku sekarang.


"eh Ris, ada sesuatu yang mau aku omongin, kita ngomong diluar yuk" Ajak Ajun sambil membuka pintu mobilku.


"Mau ngomong apa?" Tanya Riska sambil bersandar di mobil.



Riska terdengar sedikit berbisik, akupun memincingkan mata. Kulihat kaca mobil depan gak dia tutup sehingga apa yang mereka bicakan juga bisa kudengar.




"Rokok?" Tawar Ajun sambil mengeluarkan sebungkus rokok, kulihat Ajun menyalakan rokoknya kemudian Riska mengambil sebatang dan Ajun membantu menyalakan roko Riska.




"Kamu tadi sengaja mamerin tubuh kamu ke aku kan?" tanya Ajun to the point.




"huh, ya enggak lah, yang ada tu kamu onani pake celana dalemku, sampe banjir tu celana dalemku" Sergah riska.




"Gimana gak onani aku, awalnya aku iseng pake celana dalem kamu buat nutup hidungku dari bau duren, eh kamunya diluar malah nungging-nungging gitu, liat memekmu yang montok ya aku jadi horni lah, yaudah deh aku coli aja pake cdmu" Jawab Ajun sambil berbisik.




Kulihat tangan Ajun sudah di paha Riska, pelan-pelan naik ke atas ingin menaikkan rok riska, Riska sempat terhanyut tapi kemudian dia menahan tangan Ajun.




"Aku ini pacar temen kamu, jangan lakuin ini atau kupastikan kamu bakal dihajar pacarku" Riska menepis tangan Ajun dan kemudian dia berjalan kearahku, aku memincingkan mata dan kulihat Riska sepertinya sangat marah sama Ajun.




Kudengar pintu terbuka dan kemudian suara lembut membangunkanku.




"Sayang, udah sampe ni, ayo kita balik ke kamar istirahat dikamar aja ya. Kamu kayaknya mabok duren deh" Ajak Riska sambil tanganku di raihnya dan ditaruh di pundaknya.




"eh gapapa sayang, aku kuat jalan kok" Aku yang sudah keluar kemudian pura-pura bersandar di mobil.




Kulihat Riska menghampiri Ajun untuk meminta kunci mobilku, kulihat dia begitu acuh.




Setelah mendapat kunci kemudian Riska menutup semua kaca mobilku kemudian terdengar suara "TUIT TUIT" pertanda mobilku sudah terkunci.




"Loh belanjaannya gak dibawa?" tanyaku sambil berpura-pura jalan sempoyongan.
"Tinggal di mobil aja, lagian kamu bawa badan kamu aja susah malah sok-sokan mau bawain belanjaanku segala. So sweet banget sih sayang" Jawab Riska sambil memeluk pinggangku.


"Aku emang sweet kok hahaha" jawabku sambil tertawa.


"iih, sok sweet ya sayang, bukan so sweet. Duh baru mabok duren aja udah hilang pendengaran, apalagi kalo mabuk janda?" Jawab Riska.




Aku menatap mukanya yang cemberut, kemudian aku cium kening dia lalu kami tertawa bersama.




Sesampainya dikamar Riska langsung memelukku dari belakang, sambil bibirnya menyusuri leherku. Tangan dia dengan terampil membuka bajuku, kemudiian tangannya menyusuri dadaku yang ditumbuhi bulu. Kurasakan ciuman Riska sekarang sudah sampai di punggungku dan tangannya sekarang sudah berusaha melepas ikat pinggangku. Kurasakan celana jeansku sekarang sudah terlepas dan sekarang celana dalamku juga dipelorotkan Riska.




Pelan Riska mengelus penisku sambil memelukku dari belakang dan menciumi tengkukku. Rasanya sungguh nikmat sekali antara geli dan ngilu. Kemudian Riska sekarang berjalan memutar dan posisinya sekarang ada didepanku, dia mencium bibirku dan kemudian ciuman dia turun dan terus turun.



Sampailah dia di depan penisku dan kulihat dia langsung mengecupi penisku, Lidah Riska dia julurkan dan dia mulai menjilati lubang kencingku dan kemudian dia mulai melumat penisku. Sambil melumat penisku dia terus menatapku dengan pandangan sayu dan tangan kiri dia sedang memainkan vaginanya.




Riska bangkit kemudian mencium bibirku dan kemudian dilanjutkan dengan menyerang leherku hingga membuatku mengerang keenakan. Tapi sesaat kemudian Riska berjalan menuju ke meja rias yang ada di kamar, kemudian tangannya bertumpu pada meja sehingga sekarang dia sedang menungging, kemudian dia menoleh ke arahku dan tersenyum menggoda.



Akupun setengah berlari langsung berjalan ke arahnya, kuremas-remas pantatnya daan kusingkap dasternya, terpampanglah pantat montok Riska yang sudah tidak terhalang apapun karena memang dia sudah tidak memakai celana dalam. Wajahkupun langsung kuturunkan untuk mencium pantat Riska, tepi tangan Riska menahanku.




"Langsung masukin aja sayang, Riska udah basah kok" Riska meminta dengan manja dan tatapan sayu.


Akupun langsung menancapkan penisku ke vaginanya dan langsung memompanya, memang terasa licin sekali vagina Riska ini, dia sudah sangat basah sepertinya dia memang sudah sangat horni. Aku terus genjot dia dengan posisi itu sampai aku berejakulasi dan kusemprotkan spermaku ke bongkahan pantat dia. Kamipun langsung menghempaskan diri ke kasur, kemudian dia menyusupkan kepalanya ke dadaku, akupun langsung mencium kening dia.


Ada sedikit harapan yang tercercah bagiku untuk menyelesaikan masalah ini. Melihat Riska bisa menahan birahinya saat menghadapi Ajun yang secara fisik lebih ganteng dari Andi maupun Rudi.



Menolak cowok seganteng Ajun saja dia bisa,Riskaku sayang pasti bisa mengendalikan nafsunya saat menghadapi Andi ataupun Rudi. Aku yakin itu, apalagi sekarang juga secara tidak resmi kami telah bertunangan!


Sekarang aku hanya tinggal memikirkan cara untuk menjauhkan mereka...​
Mungkin ga sih cerita ini akan di isi dengan penyesalan dari riska dengan kelalkuan nya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd