Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Chapter 10

Ahirnya aku pulang ke rumah juga setelah melakukan petualangan menegangkan ke Gunung Kemukus, petualangan yang membuka mataku bahwa ternyata ke dua orang tuaku adalah pelaku pesugihan sex. Kenapa aku bilang sex, karena sarat utamanya adalah melakukan hubungan sex bebas antar para peziarah. Ritual yang menurutku sangat menjijikkan. Kenapa orang tuaku melakukan hal itu? Apa karena mereka ingin mendapatkan kekayaan dengan cepat. Ebtahlah, aku tidak mau berpikir lagi.

Bukankah Ecih juga sudah melakukan ritual di Gunung Kemukus dengan Satria. Bahkan sahabatku jni melepaskan perawannya demi ritual. Walau alasan Ecih karena dia tidak mau perawannya diambil calon suaminya yang sudah tua. Tetap saja dia adalah pelaku ritual sex dan yang beruntung mendapatkan keperawanannya adalah Satria, pemuda gantsng yang terlihat cool. Entah kenapa aku menjadi iri dengan keberuntungan Ecih, perawannya pecah oleh pemuda seganteng Satria. Aku agak menyesal, kenapa aku menolak ajakan Satria. Apa aku bisa kembali bertemu dengannya.

Aku membuka hp ku, melihat daftar kontak WAku. Satria, aku perbesar photonya. Hmm, tampan. Siapa gadis yang beruntung jadi pacarnya. Kenapa aku tiba tiba jadi cemburu dengan gadis yang jadi pacarnya, padahal aku tidak tahu siapa orangnya.

"Assalam mu'alaikum..! " suara yang sangat akrab di telingaku. Aku hampir lupa hari ini kedua orang tuaku pulang. Aku setengah berlari ke pintu depan dan membuka pintunya yang terkunci.

"Emak..!" kataku berteriak senang memeluk ibuku. Aku tidak bisa membencinya karena melakukan Pesugihan Sex di Gunung Kemukus, mereka melakukannya demi anak anak agar tidak mengalami hidup serba kekurangan seperti yanf pernah alami dulu.

"Si Geulis, pake kolokan gini. Kamukan sudah besar. Dua bulan lagi kamu sudah SMA." kata ibuku sambil mengelus rambutku yang halus.

"Kangen...!" kataku sambil membenamkan wajahku di payudaranya yang besar berusaha mencium bau lelaki laim dan aku tidak menemukannya kecuali bau tubuh ibuki setelah melakukan perjalanan jauh berbaur dengan wangi parfumnya yang mulai memudar.

"Sudah, ibu mau masuk. Capek...!" kata ibuku mendorong tubuhku yang sudah setinggi dia.

Tentu saja ibuku pasti lelah melakukan perjalanan dari Gunung Kemukus sampai rumah. Jaraknya sangat jauh bisa sampai 18 jam karwna aku mengalaminya. Perjalanan yang sangat melelahkan. Aku melepaskan pelukanku dan menggandeng tangan ibuku masuk.

"Sama Ayah kamu gak cium tangan?" tanya ayah, menyadarkanku dengan kehadirannya. Aku lebih fokus memeluk ibuku sekedar mencari bau tubuh lelaki lain yang menempel di tubuhnya.

"Kokom lupa..!" kataku tertawa sambil menyambut tangannya yang langsung aku cium. Entah dorongan apa yang membuatku sangat ingin memeluk ayahku. Aku memeluk dan membenamkan wajahku ke dadanya yang bidang. Bau tubuh dan keringat ayahku membuatku merasa nyaman. Bukan hanya sekedar nyaman seperti seorang anak kepada ayahnya. Ada sensasi lain yang kurasakan saat mencium bau tubuhnya. Sensasi yang kurasakan sebagai wanita yang sudah akil baligh.

"Tumben kamu meluk ayah?" tanya ayahku heran, karena terahir kali aku memelukknya saat kelas satu SD dan setelah itu aku tidak pernah mau memeluknya, karena aku mulai memahami perbedaan seorang wanita dan seorang pria. Seakrab apapun, aku mulau merasa malu saat ayahku melihat bagian tubuhku teratama payudaraku. Itulah sebabnya aku mulai memakai hijab untuk menutup auratku.

"Kokom, kangen..!" kataku manja dan melepaskan pelukanku dengan wajah bersemu merah. Apa lagi saat ayahku memandangiku heran.

"Emak bawa oleh oleh apa?" tanyaku melihat banyak bungkusan yang dibawanya. Sudah pasti itu oleh oleh yang selalu dibelinya untukku dan juga untuk para tetangga. Kebiasaan yang sudah belasan tahun dilakukan ibuku.

"Ari Kokom, emak dateng bukannya dikasih minum malah nanyain oleh oleh." kata ibu menggeleng gelengkan kepalanya dengan kelakuanku.

"Eh, iya. Kokom lupa..!" kataku tertawa malu. Kenapa aku bisa melupakan kebiasaanku. Kenapa pesona bau tubuh lelaki membuatku begitu terobsesi membuat sekujur tubuhku merinding merasakan sensasi asing yang begitu nikmat.

Aku ke dapur, tapi pikiranku masih tertuju dengan bau tubuh ayahku. Bau tubuh lelaki yang membuatku bergairah. Istigfar, Kom. Itu ayahmu. Teriak hatiku. Ini gila, bahkan bau badan ayahku mampu membuatku bergairah dan seperti ada cairan yang mengalir di memekku, begitu terasa membuat nafasku tersengal sengal tanpa dapat kutahan. Apa yang sebenarnya terjadi denganku. Kenapa bau tubuh lelaki membuatku bergairah.

"Lama amat, kom. Ayah sudah haus nich..!" kata ayahku yang tiba tiba sudah berada di sampingku, membuat jantungku hanpir copot. Bau tubuhnya yang berkeringat membuat dengkulku menjadi lemas dan tanpa dapat kutahan lagi, aju jatuh.

"Kokom, kamu kenapa?" tanya ayah kaget, tangannya reflek menahan tubuhku dalam pelukannya. Ya Tuhan, bau tubuh ayahku. Aku semakin merapatkan tubuhku ke tubuh ayahku. Aku memejamkan mata merasakan sensasi yang indah.

******

"Mak, Kokom berangkat ngaji dulu.!" kataku berpamitan kepada ibuku diikuti Ecih dan Tina.

Ada yang aneh dengan Tina, dia tidak banyak bicara seperti biasanya bahkan dia tidak menyakan ke mana aku dan Ecih menghilang selama beberapa hari, seperti kebiasaannya selama ini.

"Kamu kenapa, Tina?" tanyaku melihat Tina yang selalu melamun seperti sedang melamun. Eantah apa yang sedang dipikirkannya.

"Gak kenapa kenapa .." kata Tina sambil berjalan mendahului kami. Bruk "Aduhhh..!" teriak Tina tersandung hingga jatuh. Al Qur'an yang dipegangnya terlempar jauh.

"Tina, ari kamuh teh kunaon? { kamu itu kenapa. Tin?)" teriak Ecih segera membantu agr Tina bangun dari tengkurapnya di tanah yang berlumpur sehabis diguyur hujan tadi siang.

"Kamu sebenarnya ada masalah apa?" tanyaku sambil mengambil Qut'an yang untungnya terjatuh di atas hamparan rumput sehingga tidak terkena lumpur. Aku tidak jadi marah melihat wajah dan baju Tina yang penuh dengan tanah basah. Aku berbalik iba bahkan aku tertawa melihat wajah Tina yang penuh lumpur. Disusul dengan tawa Ecih yang tidak kalah nyaringnya denganku.

"Kalian malah ngetawain aku, zich?" Tina cemberut. Harus kuakui, walau Tina tidaklah secantik Ecih, tapi wajahnya manis dan tidak membosankan saat dipandang.

"Abis muka kamu lucu..!" kata Ecih sambil menahan tawanya agar tidak terlalu kencang.

"Kita pulang aja, gak usah ngaji. Kita ke rumah kamu, aja." kataku sambil menggandeng tangan Tina berbalik arah ke arah rumah Tina mengambil jalan memutar agar tidak lewat rumahku.

Sampai rumah Tina ternyata ayah dan Ibunya sedang ke rumah tetangga membicarakan rencana mencari serpihan gabah yang terbuang sehabis panen. Biasanya kalau nasib baik, mereka berhasil mengumpulkan setengah karung gabah perorang. Kadang lebih. Tanpa sadar aku membayangkan kehidupanku yang serba berkecukupan, di gudang ayahku setiap habis panen puluhan ton gabah tersimpan. Kami tidak perlu membeli beras untuk makan.

"Kamu mandi sana..!" kataku menyuruh Tina sambil duduk di teras. Sebentar lagi maghrib, aku berencana shalat di rumah Tina, Ecih pasti setuju dan selalu setuju dengan keputusanku.

Tidak lama kemudian Tina sudah kembali menemui kami dengan baju yang sudah diganti dengan yang bersih. Tangannya membawa dua gelas berisi air teh hangat yang menggugah seleraku yang sedang haus. Aku segera meminum air yang disodorkan Tina habis tidak tersisa.

"Kamu kenapa, Tin?" tanyaku sambil meletakkan gelas kosong ke atas meja bambu yang mengkilap karena sering tersentuh tangan. Bukan mengkilap karena pelitur.

"Gak apa apa..!" kata Tina menunduk. Matanya mulai berkaca kaca dan ahirnya tangisnya pecah membuatku dan Ecih saling berpandangan heran, sebenarnya apa yang terjadi sehingga Tina menangis.

"Kamu gak apa apa?" tanyaku hawatir setelah tangis Tina reda.

"Akk akkku diiiiperkosssa..!" jawaban Tina membuatku shock dan tidak mapu bicara apa apa. Aku melihat ke arah Ecih yang juga sangat terkejut dengan apa yang didengarnya. Nasib Tina yang tragis membuatku iba. Aku memeluknya dan Tina kembali menangis terisak isak.

"Siapa yang merkosa kamu?" tanyaku setelah tangis Tina reda. Aku akan membuat perhitungan dengan orang yang sudah merkosa Tina sahabatku. Aku menyesal kenapa aku tidak mengajak Tina berpetualang ke Gunung Kemukus, kalau saja Tina ikut, dia tidak akan kehilangan keperawanannya. Eh, bukankah Ecih juga kehilangan perawannya karena ikut ke Gunung Kemukus? Tapi bedanya, Ecih kehipangan perwan dengan sukarwla bukan karena dipaksa dan Ecih menikmatinya.

"Mang...Mang Gandi...!" Tina menggigit bibirnya. Aku terperanjat mendengar nama Mang Gandi disebut sebagai orang yang merkosa Tina, bandot tua yang bekerja pada ayahku. Aku akan membuat perhitungan dengan bandot tua yang sudah merusak mahkota kesucian sahabatku ini.

"Kurang ajar, kita haros lapor ke polisi." gumamku marah. Ternyata Mang Gandi adalah serigala berbuku domba, dia akan merasakan akibatnya.

"Jangan, Kom. Kalau orang tahu Tima udah gak perawan, gak akan ada laki laki yang mau menikah dengan Tina..!" kata Tina wajahnya terlihat puncak.

Aku menatap Ecih dengan perasaan bingung, bukankah Ecih juga sudah tidak perawan, tapi Ecih justru merasa senang karena perawannya sudah hilang. Ya, tidak ada yang tahu hal itu kecuali aku.

"Iya Kom, kalau orang tahu Tina gak perawan semua laki akan kabur..?" kata Ecih menatapku. Tentu Ecih lebih tau dengan situasi yang sedang dihadapi Tina karena dia juga sudah tidak perawan. Tapi, apa perbuatan bejad Mang Gandi harus dibiarkan begitu saja tanpa tindakan. Bukankah itu artinya membenarkan perbuatan Mang Gandi.

"Kamu gak usah sedih, Tin. Aku juga udah gak perawan, kok." kata Ecih membuatku kaget, bagaiman bisa dia membongkar aibnya sendiri.

"Ka...kamu juga gak, perwan?" tanya Tina menatap Ecih tidak percaya. "Kamu juga diperkosa Mang Gandi?" tanya Tina lagi membuat mataku semakin melotot. Aku takut Ecih mengatakan hal yang sebenarnya bahwa dia kehilangan perawan di Gunung Kemukus.

"Bukanlah, aku diperwanin..... A Agus..!" kata Ecih membuatku bengong. Antara lega karena Ecih tidak mengatakan kejadian di Gunung Kemukus dan kaget karena Ecih menyebut kakak tertuaku sebagai pelakunya.

"Jangan bohong, Cih!" kataku membentak marah karena Ecih berani menfitnah kakak tertuaku seenaknya. Ecih mengedipkan matanya seperti sebuah isyarat dan perlahan aku menyadarinya.

"Assalam mu'alaikum!" kata suara yang tiba tiba membuatku menjadi mual. Itu suara Asep, kami semua sudah mengenal suaranya yang has.

Mau apa lagi si monyet ini datang. Rasanya mustahil mau menemui orang tuanya Tina.

Bersambung.
 
......... Duuh tiga serangkai tinggal kokom ....
Ecih jebol sama pemuda tampan mempesona diberikan Secara sukarela ..
Tina jebol sama tua bangka srigala berbulu domba lepas karena terpaksa ..
.
.
Ayo kokom mau ikut jalan yg Mana .. hahaha
 
Terakhir diubah:
sista.... emang joosss, syar'i suka ngaji tapi jujur kalo wanita (berapapun umurnya) tetep kepengen ngerasain surganya dunia
langcrooooooootken
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd