Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
sama om jalu bagus juga tuh, teh
berasa ketemu bapak nya yg ilang.. bertiga ma emak..
tpi ngak tau juga sih, siapa yg mau di temuin mak ijah.atau ada seseorang..
kokom mah,ngikut kata emak aja deh..
hehe..
 
Bimabet
Chapter 16

Mendengar suara Mang Gandhi, aku buru buru mengambil pakaianku yang berserakan di kursi. Setengah berlari aku masuk kamar. Gila, apa yang telah aku lakukan bersama Mang Ikat? Jinah? Ya, aku telah berzinah dengan Mang Ikat, dosa yang sangat besar, tapi aku sangat menikmatinya.
Sisa sisa pejuh Mang Ikat yang kental masih terasa dimulutku.

"Eh, ada Ikat. Sudah berapa ronde nich?" tanya Mang Gandhi suaranya terdengar jelas sampai kamarku.

"Baru pemanasan, keburu Kang Gandhi datang.." Mang Ikat menjawab tenang.

Sinting, mereka berbicara seolah mereka sudah sering bersama sama menikmati tubuh ibuku.

"Kamu abis disepong si Kokom, ya?" tanya Mang Gandhi membuatku kaget, bagimana dia bisa tahu.

"Sembarangan kamu, Kang...!" suara ibuku terdengar kikuk.

"Aku kan dari tadi ada di luar ngedengerin kalian ngobrol. Jadi aku tahu apa yang sudah terjadi. Aku juga pengen ngerasain disepong Kokom..!" kata Mang Gandhi agak kurang ajar.

"Jangan macam macam, Kang...!" kata ibu, nada suaranya agak bergetar.

"Cuma pengen nyobain ngenyot susu dan memek Kokom, aku janji gak akan ngewein Kokom..!" kata Mang Gandhi semakin kirang ajar, nada suaranya penuh dengan ancaman yang tidak main main

Aku menjadi semakin gelisah mendengar percakapan mereka yang sangat melecehkanku. Gairahku kembali bangkit dan membuat sekujur tubuhku merinding membayangkan Mang Gandhi mengenyot payudara dan menjilati memekku. Ich, kenapa dari dalam memekku seperti keluar cairan nikmat. Nikmat sekali. Sementara di luar terjadi perdebatan sengit, aku tidak tahu apa yang mereka perdebatkan. Aku hanya sedang membayangkan tubuhku dilecehkan Mang Gandhi.

Suara ketukan pintu dan panggilan ibj membuyarkan lamunanku. Aku buru buru membuka pintu dengan harap harap cemas berharap ibu menyuruhku menemui Mang Gandhi.

"Kamu masih telanjang?" tanya ibu membuatku malu. Aku baru sadar belom memakai pakain. Payudaraku penuh dengan bekas merah seperti yang kulihat di payudara ibu.

"Tadinya mau mandi...!" kataku menunduk malu, menghindari tatapan mata ibuku yang penuh selidik.

"Mang Gandhi nungguin kamu di depan, minta jatah seperti Mang Ikat." kata ibu. Tanpa sadar aku tersenyum membayangkan kenikmatan yang akan aku nikmati kembali. Untung ibu tidak melihatnya karena sudah berjalan mendahuluiku.

"Ibu habis ewean, ya?" tanyaku setelah menyadari ibuku yang telanjang bulat. Ibu tidak menjawav, pantatnya yang bulat berisi terlihat berlenggak lenggok di hadapanku. Aku mengikuti ibu ke ruang tamu dengan tubuh telanjang. Percuma aku pakai baju, nanti juga aku akan ditelanjangi Mang Gandhi.

Mang Gandhi melitot tidak berkedip melihatku yang sudah bugil, aku tidak berusaha menutupi payudara maupun memekku dari pandangan kurang ajar Mang Gandhi. Toch sebenyar lagi dia akan menyusu lada puting payudaraku dan menjilati memekku. Tidak ada gunany menutupi payudara dan memekku dari pandangan kurang ajarnya.

Mang Gandhi dengan tidak sabar menghampiriku, tapi langkahnya terhalang oleh ibu yang berada di depanku.

"Kang Gandhi harus janji tidak akan ngewe dengan Kokom. Aku mau Kokom tetap perawan..!" kata ibuku tegas. Keperawananku adalah harga mati yang harus tetap terjaga. Mungkin begitu pikiran ibu.

"Akang janji. Akang cuma pengen nyobain nyusu dan ngejilatin memek Nenk Kokom..?" kata Mang Gandhi sambil membuka pakaiannya hingga bugil. Bertambahlah orang yang bugil diruangan ini menjadi empat orang.

"Hayo Ceu Haji, kita ewean. Saya sudah gak tahan." kata Mang Ikat yang masuh berdiri di depanku menghalangi Mang Gandhi.

Ibu menuruti kemauan Mang Ikat membaringkan tubuhnya di kasur lantai yang terhampar di depan tv, tempat tadi ibu dan Asep ewean tadi. Mang Ikat langsung menungging, wajahnya langsung terbenam di memek ibu yang terpampang menggoda.

"Buruan Nenk, sepongin kontol Mang Gandhi..!" kata Mang Gandhi meremas payudaraku. Aku menunduk, menikmati pelecehan yang dilakukan Mang Gandhi. Tangan Mang Gandhi terus meremas payudaraku dengan kasar, terasa sekali telapak tangannya yang kasar membuatku terpejam menikmatinya. Tuhan, kenapa aku jadi begini.

"Nenk, kok malam merem disuruh nyepongin kontol?" tanya Mang. Aku menunduk malu, pelecehan yang dilakukan Mang Gandhi membuatku bahagia. Ini hukuman yang setimpal atas perbuatanku.

"Disuruh nyepong, tapi Mang Gandhi terus megangin tetek Kokom..!" kataku lirih. Mataku melihat kontol Mang Gandhi sudah ngaceng maksimal. Panjangnya sama dengan kontol Mang Ikat, tapi diameternya lebih besar dan sepertinya lebih keras.

"Hehehe, habis tetek Nenk Kokom bagus banget...!" kata Mang Gandhi melepaskan payudaraku yang menjadi merah karena remasannya yang kasar dan bertenaga.

Aku berjongkok tepat di depan Kontol Mang Gandhi yang ternyata lebih bau dari kontol Mang Ikat. Bau yang terasa semakin membakar gairahku. Aku membelai kontol Mang Gandhi dengan lembut sambil menghirup baunya hingga memenuhi paru paruku. Nikmat, lidahku terjulur menjilati batangnya yang lebih keras dari pada kontol Mang Ikat. Warnanyapun lebih hitam. Ada yang unik dari kontol Mang Gandhi, batangnya dipenuhi bulu.

"Mang, kok kontolnya buluan?" tanyaku heran.

"Iya, ini yang bikin Nenk Haji ketagihan Mamang ewe...!" kata Mang Gandhi bangga.

"Buruang Kang, ewe memek Ijah...?" kata ibu terdengar tidak sabar.

Aku mngulum kontol Mang Gandhi samnil melirik ke arah ibuku. Panhanya mengangkang lebar, Mang Ikat merangkak du atas tubuhnya, sekilas aku melihat kontol Mang Ikat menusuk memek ibu. Aku kembali kosenyrasi mengulum kontol Mang Gandhi. Rasanya aneh, saking banyaknya bulu yang tumbuh di batang kontol Mang Gandhi.

"Ewe Ijah yang kencsng Kang... Ennnnnak Kang...!" kata ibuku memancingku untuk kembali melihat ke arahnya. Dalam semalam aku melihat ibu ewean dengan dua orang berbeda, tidak ubahnya seperti seorang pelacur yang menjajakan diri ke setiap lelaki yang ditemuinya. Wanita yang selama ini kukenal alim ternyata seorang hyper sex.

Konsentrasi terpecah, antara menikmati kontol Mang Gandhi yang berada di mulutku dan melihat ibu yang sedang digenjot Mang Ikat. Mang Gandhi ternyata tidak sekasar Mang Ikat yang memompa kontolnya di mulutku. Mang Gandhi hanya diam menikmati seponganku.

"Waduh, ternyata Kokom sudah pintar nyepong...!" kata Mang Gandhi sambil membelai pipiku yang halus. Memperlakukanku dengan lembut.

Aneh, aku justru merasa kecewa dengan kelembutan yang diberikan Mang Gandhi, aku ingin Mang Gandhi seperti Mang Ikat memompa kontolnya dengan kasar di mulutku. Sensasi yang kurasakan sangat luar biasa. Seperti saat Mang Gandhi meremas payudaraku dengan keras, rasanya nikmat sekali.

"Aduh gelo, memek Ceu Haji enak pisan, padahal udah sering diewe rame rame sama krang swkampung..!" kata Mang Ikat begitu menghina ibu dan menganggapnya tidak kebih dari seorang pelacur kampung.

Aku melihat ibu yang sedang dipompa dengan kasar oleh Mang Ikat. Aku merasa cemburu melihat ibu yang sedang dilecehkan oleh Mang Ikat dengan kata kata kotor.

"Nenk, kok bersnti?" tanya Mang Gandhi melihatku mslepaskan kontolnya dari mulut dan asik melihat ibukubsedang diewe dengan kasar oleh Mang Ikat.

Dengan setengah hati aku kembali mengulum kontol Mang Gandhi. Bulu bulu yang memenuhi batang kontol Mang Gandhi membuatku merasa terganggu sangat terganggu.

"Sudah Nenk, Mang Gandhi mau nyusu." kata Mang Gandhi seperti mengerti apa yang kurasakan. Mungkin juga dirasakan setiap wanita yang mengulum kontol Mang Gandhi..

Aku hanya mengangguk senang. Kenapa aku tidak berbaring di samping ibu biar aku bisa melihat jelas ibu sedang diewe. Tanpa berpikir dua kali aku berjalan mendekati ibu dan berbaring di sampingnya.

"Memek Ceu Haji benar benar mantab,....!" kata Mang Ikat dan aku bisa melihat ekspresi wajahnya yang sedang menikmati jepitan memek ibu.

"Ochhhh Mang...!" aku merintih geli saat Mang Gandhi mulai menjilati memekku, tapi rasa nikmatnya masih kalah saat Mang Ikat yang menjilati memekku. Aku lebih menikmati adegan Mang Ikat yang sedang memompa memek ibu sambil meremas payudara ibu dengan keras.

"Gelo si Ikat, memek aku bisa ringsek kamu sodok gak pake perasaan.... Terusssss Kat...!" kata ibu terlihat sangat menikmati sodokan kontol Mang Ikat.

"Ceu, akkkkuuuu mauuuu kelllluar... Kelllluar di mana?" tanya Mang Ikat dengan wajah menahan nikmat.

"Kelllluar di luar aja. Akku belllom suntik KB...!" kata ibu sambil mendorong Mang Ikat.

"Keluarin di mulutku..!" kataku reflek. Aku terkejut dengan perkataanku sendiri.

Mendengar perkataanku, Mang Ikat berhlgerak cepat ke arahku. Kontolnya diarahkan ke mulutku yang langsung mengulumnya dengan rakus. Rasanya asin dan agak pait, mungkin ini rasa lendir memek ibu.

"Aing bucattttt, ennnakkk..!" Mang Ikat mengerang bersamaan dengan tembakan pejuhnya yang tidak sebanyak tadi. Dengan sigap aku langsung menelan pejuh Mang Ikat yang sangat nikmat. Aku terus menghisap kontol Mang Ikat agar tidak ada pejuh yang tersisa.

"Kang Gandhi, buruan ewe memek Ijah...!" kata ibuku yang rupanya masih belum puas sehingga meminta Mang Gandhi menggantikan Mang Ikat.

"Udah Kom, kontol Mang Ikat ngilu...!" kata Mang Ikat menarik kontolnya dari mulutku. Aku hanya tersenyum melihat Mang Ikat menyerah, ada rasa bangga bisa menaklukkan ayah sahabatku ini.

"Kang, kontol akang benar benar juara...!" kata ibuku, bergerak menyambut hujaman kontol Mang Gandhi. Wajahnya yang lembut berubah menjadi liar. Apakah senikmat itu diewe sampai ibu rela menjadi budak sekx.

"Memek Nenk Haji juga ennnak banget...!" kata Mang Gandhi, gerakkan pinggulnya begitu cepat dan bertenaga. Wajahnya terbenam di payudara ibu dan menghisap putingnya dengan rakus.

Aku beringsut ke selangkangan ibu yang sedang diewe. Aku sangat ingin melihat memek ibu disodok kontol Mang Gandhi yang berbulu. Dari sini aku bisa melihat jelas kontol Mang Gandhi yang keluar masuk memek ibu, kontol Mang Gandhi dipenuhi cairan kental yang berwarna putih, seperti kontol Mang Ikat saat berada di wajahku. Cairan putih yang menurutku gurih.

"Gelllo, bulu kontol akang bikin memek Ijah ennnnak...!" kata ibu sambil menggerakkan pinggul menyambut hujaman kontol Mang Gandhi.

Aku terpesona dengan adegan yang terjadi di depan mata. Aku sangat ingin merasakan hal yang sama, tapi aku belum mempunyai keberanian.


Kang, ijahhhh kelllluar...! " ibuku menjerita, pinggulnya terangkat dan tangannya menahan pantat Mang Gandhi..

"Akang juga mauuuj kelllluar...!" Mang Gandhi mengeram.

"Kellluarin di luar Kang..!" kata ibu seperti tadi, ibu mendorong Mang Gandhi.

"Sini Mang, Kokom isep...!" kembali aku menawarkan mulutku untuk tempat mengeluarkan pejuh.

******

"Kom, bangun...!" kata ibu membangunkan tidurku yang begitu nyenyak.

"Jam berapa Bu?" tanyaku sambil menggeliat merenggangkan tubuh.

"Jam 10 pagi..!" kata ibu tersenyum memandangku.

"Astagfirullah.. Kok ibu baru bangunin Kokom shalat shubuh?" kataku kaget. Mataku masih terasa mengantuk karena aku baru tidur jam 2 pagi. Aku melihat ibu, wajahnya terlihat segar padahal semalam dia habis diewe habis habisan oleh tiga lelaki. Dari Asep, Mang Ikat dan Mang Gandhi. Mungkin karena sudah terbiasa.

"Ecih kabur dari rumah..!" kata ibu membuatku langsung bangun.

Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd