Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Chapter 35

"Gak boleh...!" seru Imron yang langsung mengangkat tubuhku yang berada di atas pangkuannya dengan kontol masih tertancap di memekku, Imron membawaku ke dalam kamar yang kutempati tadi. Tapi belum juga melangkah jauh, Juned sudah berdiri menghadap di belakangku, atau di depan Imron. Aku berusha menoleh ke belakang, membuat Imron terhuyung huyung hampir hilang keseimbangannya.

"Hei, biar Kokom jawab..!" bentak Juned yang tidak rela melepaskanku begitu saja. Dia menahan tangan Imron yang bersusah payah menggendongku. Aku terkejut dengan situasi yang tiba tiba saja memanas. Pesta sex yang tadi terjadi sekarang busa berubah menjadi arena pertarungan memperebutkanku.

"Juned, jangan kurang ajar kamu. Kamu mau gigimu kembali ompong kena bogemku?" bentak A Agus yang masih terus memompa memek Ustadzah Aisyah, bentakan A Agus membuat Juned melepaskan tangannya dari Imron. Hebat bentakkan A Agus membuat Juned melepaskan tangannya dari Imron, sepertinya dia pernah berkelahi dengan A Agus dan menjadi pihak yang kalah.

"Ma....maaf, Kang...! Saya cuma nagih janji, Ceu Haji." kata Juned dengan suara pelan. Kegarangannya hilang dalam sekejap mendengar ancaman A Agus. Aku tersenyum senang karena bisa terlepas dari Juned, karena pada dasarnya aku tidak menyukainya sejak pertama kali bertemu.

"Sekarang sia balik lamun henteu, peureup aing bakal ngahakan, sia. ( Sekarang kamu pulang, kalau tidak bogem mentahku menghantam kamu )" kata A Agus membuat kami yang mendengarnya terdiam. Belum pernah aku melihat A Agus semarah ini. Sepertinya A Agus tidak main main dengan ancamannya, dia bangkit dari atas tubuh Ustadzah Aisyah, kontolnya terlihat tegang dan basah oleh lendir memek Ustadzah Aisyah.

"Tapi, Kang...!" kata Juned sambil menatap ke arah Emak seperti minta perlindungan dari kemarahan A Agus, tapi Emak hanya melengos. Sepertinya Emak setuju dengan tindakan A Agus. Entah apa yang membuat Emak setuju, karena aku sempat melihat keraguan di wajahnya walau hanya sekilas.

"Lebih baik kamu pulang, aku tidak membutuhkanmu lagi." jawab Emak tegas, nalurinya sebagai ibu yang tidak rela melihat anak kesayangannya dinikmati pria buruk rupa itu. Mungkin itu alasan Emak melepaakan Juned pergi walau sebenarnya Emak masih ingin menikmati sodokan kontol Juned.

Aku melepaskan diri dari gendongan Imron yang terlihat mulai kelelahan sehingga kontolnya terlepas dari memekku, aku ingin melihat situasi yang sedang terjadi dengan leluasa tanpa membuat Imron harus bekerja keras menggendong tubuhku. Situasi yang sangat panas, A Agus sudah bersiap dengan tangan terkepal siap melancarkan pukulan pembuka.

Juned segera mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya dengan tergesa gesa, sepertinya dia sangat takut dengan kemarahan A Agus. Mungkin dia sudah pernah merasakan bogem menyah A Agus hingga giginya tanggal seperti yang dikatakan A Agus, tadi. Tanpa menoleh lagi, Juned segera meninggalkan kami diikuti oleh A Agus yang tetap bugil.

Imron menarik tanganku masuk ke dalam kamar, meninggalkan ruang tengah, seolah dia ingin memiliku seutuhnya tanpa berbagi dengan pria lain walaupun itu adalah A Agus. Entah kenapa, aku menurut saja tanpa berusaha menolak, rayuan Imron rupanya masih berbekas di hatiku. Sampai kamar, Imron langsung melumat bibirku yang tidak siap dengan aksinya, membuatku terhuyung ke belakang dan jatuh ke atas ranjang yang sangat empuk bergoyang karena beban tubuhku.

*********

"Sudah bangun, Kom?" tanya Imron saat aku membuka mata, wajah Imron begitu dekat dengan wajahku membuat hatiku berdesir. Imron menatapku lembut, tayapannya terasa aneh buatku. Seperti itukah tatapan mata seorang pria kepada gadis yang dicintainya?

"Iya !", jawabku malu karena Imron terus menatapku. Untuk pertama kalinya aku tidak berani menatp Imron secara terang terangan.

" jam 7, tadi subuh kamu aku bangunin, tapi kamu gak bangun..! Padahal aku pengen shalat berjama'ah denganmu." bisik Imron mesra.

"Astaghfirullah... !" kataku kaget mendengar sudah jam 7, berarti aku tidak shalat shubuh. Aku menyibakkan selimut yang menutupi tubuh bugilku dan bangun, tidak perduli Imron leluasa melihat tubuh bugilku, toh semalam dia sudah melihat semuanya, menciumi semua bagian tubuhku bahkan kontolnya merasakan jepitan memekku dan menumpahkan pejuhnya di dalam memekku.

Belum sempat aku turun dari ranjang, Imron menarikku sehingga aku kembali terlentang di sampingnya. Aku menatapnya heran, apa dia belum puas menikmati tubuhku setelah semalam dia menyemburkan pejuhnya di memekku sebanyak 5 X. Apa dia masih menginginkan jepitan memekku.

"Aku mau mandi dulu, badanku bau..!" tolakku saat Imron mulai menciumi payudaraku yang dipenuhi bercak merah akibat perbuatan Imron.

"Wangi, badan kamu wangi..!" jawab Imron, kemabali menciumi payudaraku dengan bernafsu. Ternyata apa yang dikatakan Ustadzah Aisyah benar, aku akan dibuat menjerit keenakan oleh Imron. Pemuda ini seperti tidak pernah letih untuk terus menggumuliku.

"Imronnnn...!" aku menggelinjang nikmat saat jari Imron menusuk lobang memekku yang langsung basah oleh cumbuan Imron pada buah dadaku. Aku kembali larut dalam gairah birahiku, Imron begitu pandai membangkitkan birahiku.

"Ini anak anak, pagi pagi bukannya mandi terus sarapan, malah mau ewean lagi...!" kata Emak yang tiba tiba audah berada di dalam kamar. Aku meluhat Emak yang sudah berpakaian rapi lengkap dengan jilbabnya, wajahnya sudah dipoles make up tipis.

"Imron, Mak. Kokom mau mandi malah diginiin.." rajukku manja, tubuhku terus menggelinjang, saat jari jari Imron semakin liar mengaduk memekku. Aku benar benar menyukai cara Imron memperlakukan tubuhku disertai rayuan demi rayauan yang mengaduk aduk perasaanku. Benar benar bertolak belakang dengan penampilannya yang pendiam dan seperti alim, khas penampilan para santri.

"Imron, biar si Kokom mandi dulu. Bu Haji mau ngajak kalian jalan jalan..!" kata Emak memperingatkan Imron yang sebenarnya sudah berpakaian lengkap, tapi nafsunya kembali bangkit melihat tubuhku yang polos dan payudaraku yang dipenuhi bercak merah yang ditinggalkan Imron semalam.

"Iya, Bu Haji..! Tapi kontol Imron gimana? Sekali aja ya, Bu Haji!"" kata Imron menghentikan aksinya padaku, tangannya menunjuk ke arah kontolnya yang menggelembung dari balik celana katun yang dipakaianya. Si santri mesum terlihat seperti tidak merasa bersalah menunjukkan celananya yang menggelembung di hadapan Emakku.

"Sekali aja, ya...!" kata Emak setelah lebih dahulu melihat ke arahku yang reflek menganggukkan kepala sebagai tanda menyetujui apa yang dikatakan Imron. Emak keluar kamar untuk memberi kami kesempatan menuntaskan hasrat yang belum tersalurkan.

Aku segera mendorong tubuh Imron, tanganku sudah mulai terlatih membuka celana seorang pria, dalam sekejap celana panjang dan CD Imron sudah terlempas dan kulemparkan begitu saja tanpa arah. Aku langsung melahap kontol Imron dengan bernafsu, menghisapnya dengan keras sambil menggerakkan kepala naik turun mengocok kontol Imron yang terasa nikmat. Aku ingin memberikan layanan blowjob yang tidak akan dilupakan oleh Imron sebagai balas budi karena semalam dia sudah memuaskanku.

"Aduhhhhh Kokom, ennnnnak banget...!" Imron memegang kepalaku. Aku semakin bersemangat mengocok kontol Imron dengan mutku disertai jilatan pada kepala kontolnya yang menheluarkan cairan nikmat yang entah apa namanya, yang pasti itu bukan pejuh.

"Aduh, ampun Kom, kontolku ngilu...!" seru Imron berusaha melepaskan kontolnya dari hisapanku. Aku turuti kemauan Imron, tanpa memberinya kesempatam aku berjongkok di atas kontol Imron yang sudah tegang maksimal, mengarahkannya tepat di pintu masuk memekku yang sudah basah siap menerima kehadiran kontol Imron tanpa rasa waswas memekku sakit.

"Och....!" rintihanku bergema di dinding dinding kamar saat perlahan kontol Imron masuk ke dalam memekku, mataku terpejam menikmati setiap inci kontol yang menggesek dinding memekku yang sangat sensitif. Nikmat sekali tanpa rasa ngilu yang selalu kurasakan saat kontol jumbo A Agus menerobos memekku. Ukuran kontol Imron sangat pas dengan memekku sehingga mampu memberikan kenikmatan maksimal tanpa diiringi rasa sakit.

"Kom, memek kamuu benar benar nikmat, memek Teh Aisyah gak seenak memek kamu...!" kata Imron membuatku semakin melayang oleh sanjungannya. Membuatku semakin bersemangat untuk memberikan kenikmatan maksimal ke Imron.

"Imron, dari semalam aku bilang memek Kokom lebih enak dari memek Teteh, awas aja kalau kamu minta ngewe sama Teteh, gak akan Teteh kasih..." kata Ustadzah Aisyah yang tiba tiba maauk, mengancam Imron. Aku hanya tersenyum menyambut kedatangan Ustadzah Aisyah yang sudah berpakaian rapi, aroma parfum yang lembut tercium menyegarkan.

"Yang sering minta duluan biasanya juga, Teh Aisyah..!" jawab Imron santai sambil meremas payudaraku yang ranum. Payudara yang masih terus berkembang.

"Imron...!" aku merintih nikmat saat puting payudaraku dipelintir Imron. Perlahan aku menaikkan tempo goyanganku memompa kontol Imrin tanpa memperdulikan kehadiran Ustadzah Aisyah yang terus menatap kami dengan pandangan iri.

"Benerkan kata Teh Aisyah, kamu bakal dibikin kelojotan sama Imron..!" bisik Ustadzah Aisyah diteruskan dengan menjilati leher jenjangku yang mulai basah oleh keringat, rasa geli yang timbul semakin membakar birahiku untuk terus memacu kontol Imron.

"Iya Teh, enak banget. Imron pinter ngewe...!" jawabku lirih menikmati setiap hujaman kontol Imron yang terasa pas di memekku. Hujaman kontol di memekku menimbulkan suara becek yang begitu merdu, aku sangat senang mendengarnya.

"Aisyah, kamu ditungguin malah ngeliatin orang yang lagi ngewe..! Ngewenya jangan lama lama, Emak ngajak kita ke Bogor." kata A Agus maauk tanpa permisi melalui pintu yang memang terbuka. Aku menatap A Agus sayu, dia harus melihat bahwa aku sangat menikmati kontol Imron yang berada dalam memekku.

"Kok ke Bogor? Mau ngapain?" tanyaku heran. Kenapa rencana Emak selalu berubah rubah dengan cepat.

"Mau minta tolong Mang Jalu ngurusin A Agus, tadi A Agus dapat kabar orang yang A Agus tabrak meninggal." jawab A Agus dengan wajah kusut, urusannya bisa menjebloskan dia ke penjara.

Mendengar penjelasan A Agus, aku menghentikan gerakkanku mengocok kontol Imron, aku takut A Agus masuk penjara. Aku begitu dekat dengan A Agus, dia kakak yang paling memanjakanku termasuk dalam urusan ngewe, aku tidak bisa membayangkan kalau sampai A Agus masuk penjara.

"Kom, gantian aku yang di atas..!" kata Imron yang tidak rela kontolnya hanya diam di dalam memekku. Tanpa menunggu persetujuanku, Imron duduk dan merangkulku agar kontolnya tidak terlepas dari jepitan memekku. Perlahan Imron mengangkat tubuhku dan membaringkan ke ranjang. Tanpa beristirahat, Imron memompa memekku yabg terlentang pasrah.

"MangJalu bisa nolong A Agus biar gak dipenjara?" tanyaku penuh harap. Sementara Imron semakin cepat memompa memekku. Harapan dan kenikmatan muncul dalam waktu yang bersamaan.

"Mudah mudahan, bisa. Aisyah, angkat rokmu...!" kata A Agus menjawab sambil mendorong Ustadzah Aisyah dari belakang agar menungging dan menyuruh Ustadzah Aisyah menaiikan rok lebarnya ke pinggang. Dengan cepat A Agus menurunkan CD Ustadzah Aisyah sampai lepas, rupanya dia menjadi teraangsang melihat aksi Imron yang sedang memacu tubuhku.

"Agus....!" Ustadzah merintih saat A Agus menghujamkan kontolnya ke memeknya dengan cepat, rupanya memek Ustadzah Aisyah sudah basah karena melihatku sedang diewe adiknya. Kembali pesta sex terjadi pagi hari, menyambung pesta semalam yang terhenti karena kami kelelahan.

Kamar menjadi semakin panas oleh desahan dan rintihan dua pasang manusia yang sedang berpacu menuntaskan syahwat hewani mereka. Dua wanita yang selama imi dikenal sebagai gadis alim yang menutup auratnya menjadi budak sex dua pejantan tangguh yang berlomba menghujamkan kontolnya ke dalam memek kami.

"Imron, Kokom gak tahannnnnnn!" aku berteriak keras menyambut orgasme ke tigaku pagi ini, teriakkanku disambut oleh semburan pejuh Imron yang tersisa sedikit karena semalam sudah terkuras habis.

"Akkku juga ngecrot...!" Imron menghujamkan kontolnya sedalam yang dia bisa, menembakkan sisia pejuh yang habis terkuras semalam. Aku memeluknya dengan, rela Imron bangkit dan menarik kontolnya dari memekku, aku masih ingin kontol Imron tetap dalam jepitan memekku yang terus berkedut menikmati sisa sisa orgasme dahsyat.

Di sampingku A Agus seperti tidak mau kalah, dia semakin cepat memompa memek Ustadzah Aisyah yang menungging dan hampir nyungsep akibat hentakkan A Agus yang bertenaga.

"Terussss Gusss, akkkku kelllluar...!" teriakkan Ustadzah Aisyah lebih kencang dari suaraku saat mendapatkan orgasmenya. Tangannya mencengkeram sprei dengan keras.

"Akkkku jugaaa...!" A Agus mengeram, tubuhnya mengejang beberapa kali saat pejuhnya tumpah di memek Ustadzah Aisyah yang terlihat bahagia.

"Aku mau mandi, badan lengket semua..." kataku menatap Imron yang masih menindihku, kontolnya terasa mengecil di memekku.

"Aku mandiin, ya..!" kata Imron sambil melumat bibirku dengan mesra, aku tidak keberatan membalas lumatan bibir Imron dengan cinta yang tiba tiba muncul. Cinta anak ingusan yang begitu mudah terjebak oleh rayuan gombal seorang pria, gadis ingusan yang belum pernah mendengar rayuan seorang pria dan saat mendengarnya untuk pertama kali, dengan mudahnya ia jatuh.

"Gak mau, nanti kamu malah ngajak ngewe lagi..!" kataku merajuk manja sambil mendorong Imron agar bangun dari atas tubuhku. Kontolnya ikut tercabut saat Imron menggulingkan tubuhnya ke samping.

"Teteh gak cebok, dulu ?" tanyaku heran melijat Ustadzah Aisyah langsung memakai CDnya, padahal memeknya dipenuhi pejuh A Agus.

"Biar pejuh Aamu bisa ngehamilin Teh Aisyah, biar Aamu mau bertanggung jawab menikahi Teh Aisyah.." jawab Ustadzah Aisyah membuatku heran, bagaimana kalau dia hamil dan A Agus tidak mau bertanggung jawab, bukankah itu akan mempermalulan dirinya sendiri. Atau mungkin Ustadzah Aisyah sudah pasang spiral sepertiku. Enyahlah, segala kemungkinan bisa saja terjadi.

Aku meninggalkan mereka, dengan tubuh tetal bugil aku ke luar kamar untuk ke kamar mandi. Aku merasa tidak perlu mengambil handuk dari dalam ranselku, karena di kamar mandi pasti sudah tersedia handuk bersih.

"Kom, kamu keluar kamar telanjang, gimana kalau ada orang?" tanya Emak menegur kenekatanku. Aku hanya tersenyum dan meninggalkan Emak yang melotot melihat tingkahku. Si gadis manja yang mewarisi kebinalannya. Ya, aku benar benar mewarisi kebinalan Emak.

Aku menutup pintu kamar mandi tanpa menguncinya, benar dugaanku sudah ada handuk bersih yang tergantung. Pasti handuk Emak atau handuk Ustadzah Aisyah, bisa juga handuk A Agus atau Imron, tapi siapa perduli. Handuk siapapun aku akan memakainya untuk mengeringkan tubuhku sehabis mandi, nanti.

Air yang membasahi tubuhku terasa menyegarkan. Air di sini lebih dingin dari pada air di rumahku dan rasanya lebih menyegarkan. Aku ingin berlama lama mandi, tapi suara gaduh dari depan membuatku terburu buru menyelesaikan mandiku. Entah apa yang terjadi, samar samar aku mendengar adu mulut Emak dari depan.

Aku segera menyudahi mandiku dan melilitkan handuk di tubuhku. Setengah berlari aku keluar kamar mandi menuju kamar, karena aku tidak mungkin langsung ke depan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Di kamar sudah tidak ada siapa siapa, sepertinya semua ke depan.

Aku segera memakai BH dan CD yang tergantung di dinding, BH dan CD yang kemarin aku pakai, padahal selama ini aku tidak pernah memakai BH dan CD lebih dari satu hari. Tapi keadaan memaksaku untuk memakai BH dan CD yang kemarin aku pakai. Tiba tiba Ustadzah Aisyah disusul Emak masuk kamar.

"Ada apa, Mak ?" tanyaku heran melihat Emak dan Teh Aisyah masuk dengan berlinang air mata.

"Aamu ditangkap Polisi, dia dituduh sebagai otak rencana pembunuhan ayahmu.." kata Emak membuatku sangat terkejut sehingga baju yang kupegang dan baru mau aku pakai terlepas dari genggamanku.

Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd