Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Villa Upon the Hill

kisaku

Adik Semprot
Daftar
7 Sep 2012
Post
117
Like diterima
266
Bimabet
posting karya lama gw yg belum rilis di sini


Senja telah tiba, matahari mulai tenggelam di ufuk barat mewarnai langit dengan warna jingga yang indah sebelum pergi ke belahan bumi yang lain. Pemandangan senja di daerah pegunungan itu nampak begitu asri, perbukitan yang hijau, pohon-pohon rindang dan langit yang menguning. Waktu saat itu telah menunjukkan pukul setengah enam sore. Beberapa orang pekerja di sebuah kawasan villa elit nampak sedang beres-beres dan menyelesaikan pekerjaan yang tanggung di sebuah villa yang sedang direnovasi.
“Huah…segernya, ayo-ayo siapa lagi nih !” Parjo mengelap rambutnya dengan handuk yang tergantung di lehernya, ia keluar dengan bertelanjang dada dan hanya memakai celana panjangnya saja.
“Gua dulu yah, udah gerah nih daritadi” kata salah seorang dari kuli bangunan itu yang mukanya agak bopengan itu.
“Wei…wei, gua dulu aja, lu mah mandinya kaya ganti kulit, tobat dah nunggu lu mandi!” sela yang kurus berkumis tipis.
“Ya udah kita bareng aja yuk mandinya kalau males nungguin mah !” kata si muka bopeng.
“Macem-macem aja, masa gua mandi bareng laki-laki, apa kata dunia nanti !” balas si kurus sambil berjalan ke dalam, “udah gua dulu aja !”
“Heh…heh, udah-udah, kok kaya anak kecil aja sih mandi sampe rebutan gitu !” Parjo, si mandor itu berkacak pinggang menegor anak buahnya.
Seorang lagi yang sedang membereskan peralatan tersenyum-senyum saja melihat tingkah mereka. Saat itu, sebuah mobil panther merah datang dan berbelok memasuki pekarangan villa di seberang mereka sehingga mengalihkan perhatian para kuli yang sedang rebutan giliran mandi itu.

Keempatnya terpana ketika pintu kemudi terbuka, dari dalamnya keluar seorang gadis cantik berkacamata hitam dan berambut dikuncir ke belakang dengan pakaian minim yaitu tanktop pink dipadu celana hotpants yang sangat pendek sehingga mengekspos bentuk tubuhnya yang indah terutama sepasang pahanya yang jenjang dan putih mulus itu. Setelah itu pintu sebelah dan belakang juga terbuka dan keluar gadis lain yang tidak kalah cantik dari gadis berkacamata hitam yang mengemudikan mobil itu. Jumlah mereka seluruhnya ada empat, salah seorang diantaranya seorang gadis bule berambut pirang, mereka rata-rata berusia awal duapuluhan atau mungkin kurang, keempatnya memakai pakaian santai yang minim dan menggoda mata setiap pria untuk memelototinya. Dilihat dari penampilan, mereka sepertinya mahasiswi anak-anak orang kaya yang menghabiskan liburan di villanya. Canda tawa cekikikan khas gadis muda terdengar begitu mereka turun dari mobil. Si gadis berkacamata hitam itu melemparkan kunci pada seorang dari mereka yang berambut panjang lurus dan menyuruhnya membuka pintu, sementara ia berjalan ke belakang mobil untuk membuka bagasi. Keempat kuli bangunan itu makin terpesona ketika gadis itu menaikan kacamata hitamnya ke atas sehingga memperlihatkan matanya yang indah, apalagi ketiga gadis itu ternyata melihat ke arah mereka. Seperti mau copot saja jantung keempat pria itu. Gadis itu tersenyum manis sebagai basa-basi lalu mengambil travel bag dari bagasi.
“Gila tuh bos, bodynya mantep banget, jadi gemes pengen noel !” kata si kurus terus memandangi ke seberang sana.
“Edan tuh paha bisa mulus gitu, kalau dipegang kaya apa rasanya yah” timpal yang bertopi caping yang terakhir membereskan peralatan tadi.
“Ada bulenya segala lagi, wah-wah coba kalau bisa mandi sama dia, ck..ck !” si muka bopeng geleng-geleng kepala mulai berfantasi.

“Hee…udah-udah mupeng melulu lu orang pada, ayo mandi-mandi sana buru, udah mau gelap nih !” Parjo membuyarkan lamunan mesum anak buahnya sekalian jaga wibawa setelah gadis itu masuk ke dalam.
“Huehehe…si bos juga bengong gitu tadi, hayo sama-sama mupeng dong !” ledek si muka bopeng.
“Sialan, gua gergaji juga nih lo !”
Si bopeng segera berlari kecil ke dalam sambil tertawa-tawa. Parjo mengambil kemejanya dan memakainya, lalu ia menyelipkan sebatang rokok pada bibir tebalnya. Di pikirannya masih terbayang kecantikan dan keseksian empat gadis dari villa seberang itu.
“Ini malem kita nginep disini kayanya lebih enak nih Jo, ya ga hehehe !” kata si topi caping itu menepuk bahu Parjo dan duduk di sebelahnya.
“Ah bisa aja lo Min, enak apa susah tidur gara-gara ga tahan liat yang di seberang sana !” ujarnya sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
Sudah lima hari ini Parjo dan anak buahnya bekerja merenovasi villa itu..Pemilik baru villa itu merombak beberapa bagian villa itu agar sesuai seleranya, tadi siang orang itu datang dan mengomel karena ada sedikit kesalahan tata letak sehingga mereka harus mengubahnya sedikit, karena itulah kerja hari ini sedikit lebih lama dari biasanya. Dalam hati kecil sebenarnya ingin mengintip mereka, siapa tahu beruntung melihat mereka sedang berenang atau ganti baju, tapi ia segera tersadar dan mengingat lagi anak istrinya di ibukota sehingga membuyarkan pikiran kotor itu. Ia lalu mengecek pekerjaan hari itu sambil ngobrol-ngobrol santai dengan dua pekerjanya.
“Nah gini nih maunya si tante cerewet itu, semoga besok-besok dia kesini gak ngomel lagi kaya tadi, dasar ibu-ibu” katanya mengamati pekerjaaan yang telah diperbaiki.
“Kalau bagian sini perlu dilapis marmer lagi ga bos ?” tanya si kurus.
“Lapisin aja biar bagus, takutnya si tante itu ribut lagi”

“Udah tuh Mat, gua ga lama kan, tuh mandi sana !” si bopeng keluar dengan handuk tergantung di bahu.
“Tumben cepet lu, kenapa, ada kuntilanak di kamar mandi ?” goda si kurus berkumis yang bernama Mamat itu.
Mamat baru saja hendak masuk ke dalam ketika tiba-tiba gadis dari villa seberang itu memanggil ke arah mereka. Keempatnya sempat celingak-celinguk karena tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka disitu. Gadis itu lalu menyeberangi jalan yang tidak terlalu lebar itu dan mendekati mereka.
“Bisa tolong turunin barang di bagasi gak Pak ? lumayan berat sih.” tanya gadis yang mengemudikan mobil tadi, ia masih memakai bajunya yang tadi kecuali kacamata hitamnya.
“Ooo…iya, iya Non, bisa !” jawab Parjo tanpa mampu berkonsentrasi.
Maklumlah gadis di hadapannya ini benar-benar mempesona, jauh diatas standar wanita-wanita di warung remang-remang ataupun lokalisasi murahan. Seperti kerbau dicocok hidungnya mereka mengikuti si gadis itu ke seberang.
“Omong-omong Non-non ini lagi liburan disini yah ?” Mamat mencoba mengajak ngobrol tanpa bisa melepas pandangan matanya dari tubuh gadis itu,
“Non yang punya villa ini yah ?” tanya Parjo yang dijawab gadis itu dengan anggukan.
Aroma harum parfum mahal tercium dari tubuh gadis ini, begitu menggoda dan membangkitkan gairah. Suatu ketika lengan kekar Parjo bersentuhan dengan lengan halus gadis itu.
“Gile mulusnya, bener-bener kaya sutra !” diam-diam ia bersyukur dalam hati.
Si bopeng dan Amin yang berjalan di belakangnya juga terus memperhatikan pinggul gadis itu yang padat di balik celana hotpantsnya yang pendek, tangan mereka gatal ingin mengelusnya tapi takut kena damprat.

“Nah ini Pak, isinya bahan-bahan makanan buat barbeque-an sama alat masak, tolong yah Pak !” pintanya setelah membuka bagasi menunjuk sebuah box plastik.
“Ooo…ini sih gampang Non, mari sini saya angkatin !” sekali angkat box itu sudah pindah ke dekapan Parjo, si mandor itu.
“Makasih yah Pak, ayo kita ke dalam !” gadis itu berterima kasih dengan mengembangkan senyumnya yang manis sambil menutup bagasi.
Kalau saja para kuli bangunan itu jeli dan pandangan mereka tidak melulu pada gadis jelita ini, mereka akan dengan jelas melihat di bawah karpet bagasi itu terdapat genangan darah dan rambut manusia. Mereka mengikuti gadis itu masuk ke villa dengan hati girang, setidaknya bisa berkenalan atau diberi minum kopi juga sudah cukuplah.
“Taro sini aja Pak!” gadis itu menyuruh Parjo meletakan kotak itu meja dapur, “makasih ya, Bapak-bapak mau minum apa ?”
“Apa aja deh Non hehee…air putih juga ga apa-apa, bisa nolongin Non juga udah seneng kok kita !” Amin menjawab terbata-bata.
Gadis itu mempersilakan keempatnya masuk ke ruang tengah. Mereka terkagum-kagum melihat interior dan perabotan elegan di dalamnya.
“Hai…apakabar !” sapa seseorang di ruang tengah ketika mereka masuk.
Ternyata si gadis bule tadi sedang nonton TV sambil selonjoran di sofa. Ia segera memperbaiki duduknya dan mempersilakan mereka duduk. Bahasa Indonesianya lumayan juga walau logat bulenya masih kental, sepertinya ia sudah cukup lama tinggal di Indonesia.
“Gile bos, kaya masuk surga aja nih hari ya !” kata Mamat setengah berbisik pada mandornya.

Begitu dipersilakan duduk si bopeng langsung dengan sigap mengambil tempat di sebelah si bule itu.
“Sialan lu, gua udah pengen disitu malah keburu lu ambil !” gerutu Mamat dalam hati.
Yang lain juga mengambil tempatnya masing-masing.
Mereka mulai berbasa-basi tanpa melepas pandangannya dari gadis bule itu. Pria normal mana yang tidak tergiur melihat gadis cantik berambut pirang sebahu dan bermata hijau yang menawan. Gaun terusannya yang mini memamerkan sepasang paha jenjangnya yang mulus, juga potongan dadanya yang rendah itu memperlihatkan belahan dadanya.
“Eenngg…Non ini namanya siapa ?” tanya Parjo.
“Samantha…panggil saja Sam !” jawab gadis itu ramah, pembawaannya santai saja tidak nampak risih walau duduk di antara kuli-kuli bangunan yang memandang lapar padanya.
“Silakan Pak, diminum dulu tehnya !” gadis pemilik villa itu datang dengan membawa empat gelas teh panas dengan sebuah baki.
“Makasih Non, padahal kita kan cuma nolongin dikit nih !” kata Amin.
Jakun Mamat dan Parjo nampak naik turun melihat belahan dada gadis itu ketika menunduk untuk meletakkan gelas di depan mereka.
Parjo memperkenalkan teman-temannya pada kedua gadis itu. Mamat si kurus yang berkumis itu berumur 37 tahun, yang mukanya agak bopengan dan bertubuh agak pendek itu usianya 40 tahun bernama Ghozi, serta Amin yang berusia 51 tahun, sebaya dengan Parjo, namun rambutnya sudah agak beruban dan tipis. Kulit keempatnya begitu kontras dengan kedua gadis di ruang itu, mereka berkulit gelap dan kasar sementara kedua gadis ini begitu cantik dan berkulit putih mulus.

Gadis itu lalu menjatuhkan pantatnya di sofa tunggal yang berseberangan dengan Samantha dan Ghozi. Ia memperkenalkan diri sebagai Arlene (21 th), seorang mahasiswi fakultas psikologi dari sebuah universitas swasta di ibukota.
“Teman saya ini juga sekampus kok, cuma beda fakultas” ujarnya memperkenalkan Samantha.
“Ooohh…emang kalau Non Sam dari fakultas apa nih ?” tanya Gozhi.
“Eemm…saya fakultas arsitektur, ya tugasnya gambar-gambar sketsa rumah seperti itu” jawab Samantha dengan logatnya yang khas.
“Asik yah Non liburan ke tempat yang tenang gini, bikin otak seger lagi hehe” kata Amin
“Omong-omong tadi sepertinya kita liat ada empat orang yah Non, yang lain lagi ngapain nih ?” tanya Mamat.
“Lagi pada mandi tuh keliatannya, cape dijalan seharian” jawab Arlene seraya menunjuk pada pintu yang tertutup di belakangnya.
Keempat pria itu terdiam beberapa saat, bingung mau omong apa lagi karena deg-degan mengagumi kecantikan dan keseksian kedua dara ini, ada yang meneguk tehnya, ada juga yang membayangkan tubuh-tubuh telanjang yang sedang diguyur air dibalik pintu itu.
“Sam, don’t you feel he looks like want to eat you?” kata Arlene sambil tersenyum pada teman bulenya.
“Yea…their eyes has told it, also to you” jawab Samantha.
“I’m sure they will ‘do’ us, if they stay here longer” Arlene membuat tanda kutip dengan kedua jari tengah dan telunjuknya.
“Hayo lagi ngomongin apa nih, kok pake Bahasa Inggris nih biar kita ga tau?” tanya Parjo.
“Ada deh, urusan cewek kok pokoknya ga perlu tau” Arlene tersenyum nakal.
“Iya…bukan masalah penting kok, ayo silakan diminum” Samantha mengalihkan pembicaraan.

Tiba-tiba pintu di belakang Arlene membuka dari dalam dan keluar seorang gadis mengenakan kimono kuning dan handuk yang masih tergulung di atas kepalanya. Gadis itu adalah yang tadi menerima kunci yang dilemparkan Arlene ketika baru turun dari mobil.
“Uuppss…ada tamu nih ?” gadis itu agak terkejut melihat ruang tengah itu penuh orang.
“Yang ngebangun villa di seberang tuh, tadi bantuin angkatin box ransum kita” Arlene memperkenalkan, “Nah ini Grace namanya, sama-sama temen kuliahan juga.”
“Hai” Grace menyapa ramah sambil tersenyum manis.
Sungguh keempat pasang mata itu terpana melihat kemunculan Grace, saat itu wajahnya sudah bersih dari make-up karena baru selesai mandi, namun itu tidak mengurangi kecantikannya, dengan kimononya yang menggantung 10 cm diatas lutut penampilannya sangat mempesona. Tatapan nakal mereka nampaknya membuat Grace sedikit nervous, walau begitu ia berusaha tetap ramah pada mereka.
“Permisi yah Non, bisa saya numpang ke toilet sebentar?” Amin berdiri bermaksud ke kamar mandi itu.
“Eh…jangan disini Pak, masih ada orangnya didalem” kata Grace, “mari saya anterin aja ke toilet yang satu lagi”
“Maaf yah Non, jadi ngerepotin nih” pria setengah baya itu diam-diam merasa senang, setidaknya ada kesempatan berduaan dengan gadis ayu itu.
Amin pun permisi pada mereka untuk mengikuti Grace ke toilet.
“Have a good time, baby !” kata Samantha tersenyum pada temannya.
“You too, girls” balas Grace sambil mengedipkan sebelah mata dan menepuk bahu gadis bule itu ketika melintas di sebelahnya.

##################
Grace

Amin mengikuti Grace yang membawanya keluar ke halaman samping villa. Amin tampak kagum memandangi villa yang besar dan mewah itu. Mereka berjalan menyusuri koridor yang sebelahnya terdapat halaman berumput dengan sebuah paviliun untuk bersantai. Saat itu langit sudah gelap, lampu taman telah menyala membuat suasana terasa lebih indah.
“Bagus yah villanya Non, kalau liburan kalian sering kesini yah ?” tanya Amin sambil terus memandangi Grace yang berjalan di depannya, seolah-olah matanya melihat tembus pandang ke balik kimono gadis itu.
“Ya gantianlah kadang kita ngumpul di villa temen lain juga, jadi suasananya bervariasi” jawabnya, “bapak sendiri udah berapa lama kerja di seberang sana ?”
“Belum lama, baru seminggu kurang kok” jawabnya, “ini yah toiletnya Non ?”
Grace menekan sakelar di sebelah pintu sehingga lampu menyala. Toilet itu berukuran kecil, sekitar 2x3 meter, dengan WC jongkok dan bak air berlapis ubin krem. Walau demikian kondisinya bersih dan tidak bau apek, air di dalam bak juga jernih karena berasal dari gunung. Tidak terasa mereka telah jauh dari ruang tengah tempat yang lain berkumpul, yang terdengar di sekitar mereka hanya suara jangkrik dan desiran angin malam.
“Disini Pak, saya tinggal ke kamar dulu yah, mau pakai baju nih” kata Grace.
“Eee…entar Non, jangan pergi dulu, ntar saya nyasar gimana, kan villanya lumayan gede nih” cegah Amin yang tak rela gadis itu pergi begitu saja.
“Gak bakal lah Pak, itu tinggal lurus belok kanan terus kanan lagi kan udah sampe ruang tengah”
“Tapi tungguin bentar aja yah Non, Bapak kan orang asing, ga enak sendirian disini” pintanya, “takut-takut malah ketemunya kuntilanak hehehe” ia mencoba bercanda agar lebih dekat dengan gadis itu.
“Hhhmm…ya udah gih, cepetan saya tunggu di luar sini” katanya.

Di dalam toilet, Amin membuka celananya dan mengeluarkan air seninya dengan lega. Penisnya sudah ereksi akibat membayangkan yang jorok-jorok daritadi sehingga ia harus menekannya agar mengarah ke lubang WC. Amin tidak menyadari ketika sedang asyik buang air sepasang mata mengawasinya dari jendela kaca di atas pintu di belakangnya. Wajah pucat yang menyeramkan itu memiliki rambut hitam panjang yang kasar yang menutupi wajahnya sebelah, matanya begitu cekung ke dalam dengan lingkaran mata yang hitam. Entah bagaimana sosok menyeramkan itu bisa mengintip dari jendela kaca itu, mungkin melayang di udara, mungkin memiliki leher panjang, atau mungkin juga tidak memiliki badan. Amin bersiul-siul sambil menyelesaikan buang air kecilnya. WC ini sangat bersih dan rapi, tapi entah kenapa terasa sangat sepi dan dingin. Semilir angin pelan yang menghembus membuat Amin sedikit tegang. Jengkel juga ia karena terlalu sering mendengarkan cerita seram dari teman-temannya, kadang membuat ia berpikiran yang aneh-aneh. Tapi di tengah angin yang berhembus pelan itu sekonyong-konyong tercium bau wangi kembang, ada yang aneh di tempat ini. Ia merasa seperti sedang diawasi... oleh seseorang.
‘tuk !’ wajah seram itu menyentuh sedikit kaca itu sehingga memancing perhatian Amin.
Pria itu berbalik dan memandang sekeliling, tidak ada apa-apa termasuk di jendela atas pintu itu, ia merasa bulu kuduknya merinding.
“Serangga sialan !” omelnya dalam hati, “bikin orang mikir aneh-aneh aja”
“Non Grace, ternyata masih disini, makasih nih mau nungguin saya !” katanya setelah membuka pintu dan menemukan gadis itu masih di luar.
Grace sedang menghanduki rambut panjangnya dengan handuk yang tadi digulung di atas kepalanya. Ia terlihat semakin cantik dengan rambutnya yang masih basah itu.
“Ayo Pak, kita kembali ke dalam, disini dingin, banyak nyamuk lagi.”
“Sebentar Non, coba kesini sebentar, krannya kok ga mau nutup ini”
“Gak mau nutup gimana?” Grace melangkah masuk ke kamar mandi.
Begitu ia menjejakan kaki ke dalam, Amin dengan sigap menutup pintu dan menguncinya. Kemudian ia meraih lengan dan pinggang gadis itu untuk memeluknya, juga didorongnya ke belakang sehingga memepet ke tembok. Tentu saja Grace terkejut dan meronta-ronta untuk melepaskan diri dari pelukannya.

“Pak, apa-apaan ini, jangan kurang ajar yah !” kata Grace kaget sambil terus meronta.
“Ayo dong Non, kan tadi Non bilang dingin, makannya kita berbagi kehangatan sebentar disini” jawab Amin tepat di dekat wajah Grace sehingga hembusan nafasnya terasa menerpa pipinya yang halus.
“Nggak…***k mau, lepasin, lepas…mmmhhh !” kata-katanya tidak sempat terselesaikan karena pria itu membungkam mulutnya dengan bibirnya yang tebal.
Grace mengatupkan bibirnya rapat-rapat, ia merasa jijik lidah kuli bangunan itu memasuki mulutnya, namun ia tidak berdaya melawan karena Amin mendekapnya dengan kuat. Semakin ia meronta malah semakin menimbulkan kontak dan gesekan dengan tubuh Amin yang malah makin menaikkan gairah pria itu. Tangan kasar pria itu meraba-raba di bagian bawah menyingkap kimononya dan menyusup ke dalam. Dielusnya kulit paha gadis itu yang mulus terus naik hingga menyentuh bongkahan pantatnya, sesuai dugaan, Grace tidak memakai apapun di balik kimononya. Dengan gemas Amin mengelus dan meremasi pantat yang sekal itu, lalu tangannya merambat ke depan dan menyentuh kemaluan gadis itu yang berbulu lebat. Tubuh Grace tersentak seperti kena setrum saat jari-jari pria itu menyentuh bibir vaginanya yang sensitif. Rasa jijik yang menyelimutinya mulai berubah menjadi kenikmatan, darahnya berdesir karena elusan-elusan nakal pada daerah sensitifnya sehingga perlawanannya pun mengendur. Amin terus menggesek-gesekan tubuhnya mereka, terasa sekali buah dada yang empuk itu bersentuhan dengan tubuhnya dibalik pakaian.
“Eeemm…mmmm !” bibir Grace akhirnya mulai membuka karena susah bernafas, saat itulah lidah kuli bangunan itu menerobos masuk dan langsung menyapu telak rongga mulutnya.

Grace pasrah saja ketika lidah pria itu berhasil mengulum dan membelit lidahnya. Ia dapat merasakan bau mulut dan ludah pria itu yang tidak sedap, namun ia sudah lelah untuk melawan dan semakin terseret dalam birahinya. Secara naluriah Grace merespon rangsangan yang diterimanya, lidahnya mulai menari-nari membalas lidah kasap pria itu. Tubuhnya menggelinjang tak tertahankan karena pria itu terus mengaduk-aduk vaginanya dengan jarinya, ia merapatkan paha karena menahan geli namun itu malah membuat pria itu menikmati kemulusan pahanya. Merasa sudah diatas angin, Amin melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan Grace dan tangannya turun ke bawah membuka simpul tali pinggang kimono itu. Sekali tarik terbukalah simpul itu, tidak berhenti sampai situ, tangan itu terus menyusup ke balik kimono yang sudah terbuka dan meraba-raba tubuhnya.
“Hhnnghh…oohh !” lenguh Grace begitu Amin melepas lumatannya pada bibirnya, nafasnya sudah tak teratur.
Amin menyeringai memandangi tubuh Grace yang tersaji di hadapannya. Mata Amin seperti mau copot saking takjubnya, seumur hidup baru pernah ia menyaksikan tubuh sesempurna itu. Payudaranya yang berukuran sedang dengan puting kecoklatan, perut rata tanpa lipatan, dan kemaluannya yang berbulu lebat sungguh membuatnya menelan ludah. Gadis ini bagaikan langit dan bumi bila dibandingkan dengan pelacur-pelacur kelas bawah yang pernah ditidurinya, bahkan istrinya sendiri ketika muda.
“Non Grace cantik banget, saya bener-bener ga tahan deh” gumamnya sambil buru-buru melepas kemeja lusuh dan celananya.
Setelah bugil Amin kembali mendekap Grace yang masih terengah-engah mengatur nafas, kini dirasakan kulitnya yang gelap dan kasar itu bergesekan dengan kulit Grace yang lembut serta buah dadanya yang kenyal.

“Eemmghh !” desah Grace ketika kuli bangunan itu meremas payudara kanannya.
Bibir pria itu menyusuri leher jenjangnya, menjilati hingga telinganya memberi sensasi geli yang nikmat. Jari-jarinya yang nakal memilin-milin putingnya hingga semakin lama semakin mengeras sementara tangan satunya bergerilya menyusuri lekuk tubuhnya yang indah. Sambil menjilati lehernya, Amin menghirup aroma harum dari tubuh gadis itu karena baru saja selesai mandi.
“MMhhh…Pak !” akhirnya erangan nikmat Grace keluar juga.
Tubuhnya tidak bisa berbohong dan semakin larut menikmati perlakuan Amin padanya. Ia melingkarkan tangannya memeluk pria itu. Ia merasa vaginanya semakin basah dan berdenyut karena pria itu sengaja menggesekkan penisnya yang telah mengeras ke wilayah itu.
“Jangan Pak, cukup…nanti yang lain tau !” pinta Grace saat pria itu menekan penisnya untuk memasuki vaginanya, kepala penis bersunat itu telah tepat berada di belahan bibir gadis itu.
“Tanggung Non, sebentar aja kok…udah enak gini !” Amin tidak menggubris permintaannya dan mengangkat paha kiri gadis itu.
“Aauuhh !” rintih Grace menahan nyeri pada vaginanya yang dibobol penis pria itu, “jangan kasar-kasar Pak…aahh !” ia mempererat cengkeramannya pada lengan pria itu.
“Uuhhh…masuk juga, enaknya, sempit banget Non” Amin meresapi kehangatan dan kelegitan vagina Grace pada penisnya yang telah tertancap itu.
“Duh…kasar banget sih Pak !” keluh gadis itu dengan wajah meringis karena masih terasa sakit pada vaginanya.
“Maaf Non, abis ga bisa nahan nafsu, Non cantik banget sih, bahenol lagi !”

Namun disamping rasa sakit itu, Grace tidak bisa mengingkari bahwa ada rasa nikmat juga yang menjalari tubuhnya, terlebih setelah penis itu tertancap di vaginanya pria itu mencumbunya dengan lembut sehingga menciptakan peralihan yang tepat antara kasar dan lembut. Sambil berciuman, Amin mulai menggoyangkan pinggulnya menyebabkan gadis itu mendesah tertahan. Tangannya yang menopang paha kiri gadis itu mengelusi kulitnya yang lembut, kadang juga mengelusi pinggulnya. Penis pria itu yang menyesaki vaginanya dan himpitan dinding vaginanya yang kurat membuat Grace seperti melayang tinggi. Tubuhnya menggelinjang hebat dan bergoncang seirama hentakan pria itu, dari mulutnya keluar erangan-erangan nikmat tanpa bisa ditahan. Tak lama kemudian ia merasakan kakinya yang satu lagi juga diangkat sehingga tidak lagi menginjak bumi, refleks ia pun memeluk pria itu lebih erat. Amin mendudukannya di pinggir bak air lalu kembali menggenjotnya. Posisi demikian memungkinkan Amin untuk melumat payudaranya. Disedotnya buah dada itu dengan rakus, seluruh permukaan payudara itu ia jilati hingga berlumuran air liurnya, setelah puas ia sedoti dengan kuat. Wajah Grace mendongak ke langit-langit dengan mata terpejam, ia begitu menikmatinya sampai tubuhnya menggelinjang tak terkendali.
“Pak…oohh…oohh…iya, kerasan…ahhh !” mulutnya menceracau tak jelas sambil menggigit bibir bawahnya.
Saat itu yang terdengar di sana hanya dengus nafas dan erangan kedua insan yang sedang bersenggama itu. Seekor cicak di dinding dan serangga-serangga kecil yang berputar-putar di sekitar bohlam 25 watt di plafon menjadi saksi atas perbuatan mereka. Persetubuhan itu semakin panas saja, sodokan-sodokan Amin semakin bertenaga sehingga tubuh Grace pun tersentak-sentak.

‘Duk !” gayung yang diletakkan di bibir bak terjatuh karena tersenggol lengan Grace, mereka tidak mempedulikannya dan terus bergumul hebat. Mereka saling cium, saling raba dan berpelukan. Kimono yang masih melekat di tubuh Grace sudah berantakan dan melorot di bahu kirinya.
“Uuhh…Non Grace…enakkhh…oohhh…uuuhh !” pria itu melenguh sambil menusuk-nusukkan penisnya lebih dalam.
Kembali mulutnya melumat bibir gadis itu dan kembali mereka terlibat percumbuan panas. Pada saat itu, Grace juga merasakan vaginanya berkontraksi semakin cepat, sebentar lagi ia juga akan mencapai orgasmenya. Sepasang kakinya yang jenjang itu melingkari pinggang si kuli bangunan itu dan lengannya memeluk makin erat.
“Aarrrgghh !!” seperti suara koor, mereka menggeram bersamaan.
Amin merasakan penisnya seperti dihisap dan diremas-remas oleh dinding vagina Grace yang sempit dan bergerinjal-gerinjal. Beberapa kali penisnya menyemburkan spermanya di dalam sana. Akhirnya tubuh mereka bersama-sama melemas kembali, deru nafas keduanya terdengar di toilet itu. Mereka masih saling berpelukan dan alat kelaminnya masih menyatu. Dalam hati Amin merasa sangat puas, tidak disangka orang seperti dirinya bisa beroleh kesempatan main dengan gadis kelas elite seperti ini. Ia meresapi sisa-sisa orgasmenya dengan memberikan kecupan-kecupan ringan di bibir gadis itu dan memijati payudaranya.
“Ayo Pak, kita harus kembali, supaya ga dicariin !” Grace melepas pelukannya setelah cukup pulih.
“Bentar lagi Non, kapan lagi kan kita bisa ginian, saya pengen ngerasain mulut Non dulu, boleh kan ?” pinta pria itu tanpa malu-malu, nampaknya ia ingin memanfaatkan kesempatan langka ini semaksimal mungkin.

Awalnya Grace menolak karena takut yang lain akan mencari kesini, tapi Amin terus membujuknya, ia sudah tidak peduli ada orang yang datang kesini yang penting bisa menikmati gadis cantik itu sepuas-puasnya dalam waktu yang sangat terbatas. Dengan agak terpaksa Grace pun berlutut dan meraih penis pria itu yang berlumuran sisa sperma dan cairan vaginanya,ukurannya sudah menyusut, tapi lumayan besar juga.
“Uuuu…gitu Non…mantaphhh !” desahnya ketika gadis itu menyapukan lidah pada batang penisnya.
Setelah melakukan cleaning service, Grace mulai memasukan penis itu ke mulutnya, mula-mula ia emut-emut sebentar kepala penisnya yang seperti jamur, lalu masuk lebih dalam lagi hingga menyentuh kerongkongannya. Amin mendesah sambil meremas-remas rambut gadis itu, matanya merem-melek menahan nikmat. Grace cukup pandai memanjakan penis itu sehingga benda itu mulai mengeras di mulutnya. Lima menit kemudian, Amin menyuruhnya menghentikan oral seksnya.
“Sekali lagi yah, Non, ini yang terakhir, saya janji deh” katanya sambil membalikan tubuh gadis itu.
Kini Grace berdiri menghadap tembok dengan bertumpu pada kedua lengannya. Amin mendorong punggungnya hingga agak condong ke depan. Lalu disibaknya kimono yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
“Ouch…aahh…hhgghh !” Grace berkali-kali mendesis menahan nikmat yang mulai kembali menjalari tubuhnya.
Keduanya sama-sama menahan nafas ketika penis itu masuk ke vaginanya hingga ke pangkalnya. Grace merasa vaginanya makin berdenyut-denyut meremas penis Amin yang menjejalinya.

Sambil berpegangan pada kedua payudara Grace, Amin menyodok-nyodokan penisnya. Gerakan penisnya semakin lancar dan cepat karena vagina gadis itu sudah sangat becek.
“Ohh…Non, memeknya rapat banget…uuhh…enaknya !” Amin bergumam tak karuan, tangannya sesekali menepuk pantat gadis itu.
Tanpa diperintah, Grace pun menggoyangkan pantatnya mengikuti irama tusukan penis pria itu.
“Teruss…yahhh…terushh Pak !” desahan Grace begitu ribut sehingga membuat Amin semakin bernafsu menyetubuhinya.
Akhirnya setelah sepuluh menitan, gadis itu mengerang histeris. Tubuhnya tersentak-sentak dalam dekapan Amin yang juga mencapai orgasme. Amin menusukan penisnya dalam-dalam sambil memuncratkan isinya. Mereka berpelukan erat dengan nafas menderu-deru hingga gelombang kenikmatan itu reda. Berangsur-angsur penis pria itu mulai melembek hingga terlepas dari vaginanya.
“Makasih yah Non Grace” katanya dekat telinga gadis itu.
Grace hanya terdiam tidak tahu harus omong apa, dia baru saja menikmati kenikmatan seksual dengan orang asing yang baru saja ditemuinya. Ia menggayung air lalu menyiramkannya ke kewanitaannya untuk membersihan lelehan sperma di sekitarnya.
“Kita harus bilang apa ke mereka Pak ?” tanyanya sambil mengikatkan kembali kimononya.
“Bilang aja saya buang air besar, tapi kalau mereka tau juga masabodolah hehehe !” jawab Amin asal.
“Dasar laki-laki !” omel Grace sambil membuka pintu dan melangkah keluar.
Mereka kembali menyusuri koridor menuju ke ruang tengah. Keduanya terperangah begitu kembali tempat itu dan melihat apa yang mereka dapati disana.

#################
Arlene


“Kalian ini rencananya berapa hari nginep disini ?” tanya Mamat.
“Gak lama sih paling dua hari satu malam, masih banyak kerjaan lain, jadi perlu refreshing sebentar” jawab Arlene.
“Yang masih mandi itu siapa Non namanya?” tanya Parjo.
“Katherine” Sam menjawabnya.
Mereka ngobrol-ngobrol basa-basi sambil menonton acara di TV. Sudah hampir sepuluh menit tapi Amin yang daritadi ke toilet ditemani Grace masih belum kembali juga.
“Omong-omong si Amin mana sih ? kok lama sekali tuh ?” tanya Parjo merasa agak aneh.
“Boker kali dia, udah biarin ajalah” kata Mamat.
“I think Grace is enjoying herself now” kata Arlene pada Samantha.
“Surely, and how about us ?” balas Samantha.
“Tuh…omong Inggris lagi nih, apaan sih? Kok kita gak boleh tau ?” Gozhi penasaran sambil menyenggol lengan Samantha.
“Gak…gak apa-apa, cuma omongin acara buat nanti” jawab gadis bule itu.
“Emangnya acaranya ngapain biasanya Non kalau di villa gini ?” tanya Parjo.
“Ya seneng-seneng lah, berenanglah, barbequeanlah, nonton, ya macem-macem” jawab Arlene.
“Oo…disini ada kolam renangnya juga yah Non, baru tau saya” kata Gozhi.
“Ada itu tuh diluar sana mau liat ? Oh iya omong-omong kolam renang, bisa ga Pak bantuin saya sekali lagi ?” jawabnya sambil menoleh ke sebuah pintu diantara dua jendela kaca besar yang tirainya sudah ditutup.
“Boleh Non, bantu apa lagi nih ?” Parjo kelihatannya bersemangat.
“Itu, payung di pinggir kolam kan baru dibetulin, tapi belum dipasang lagi”
“Ooo…bisa-bisa, ayo kita kesana !” pria itu bangkit berdiri.
Ia mencegah ketika Mamat baru mau beranjak dari sofa, rupanya ia juga ingin berduaan dengan salah satu dari keempat gadis cantik ini seperti temannya tadi.
“Udah lu orang tunggu sini aja, gua sendirian aja bisa kok, kan disini ada Non Sam, gak enak dong ditinggal sendiri” katanya.

Mamat pun terpaksa tinggal, hatinya agak dongkol, tapi cuma sebentar karena di ruang itu masih ada si dara Australia, Samantha. Sedangkan Gozhi sejak tadi ia justru berharap bisa lebih dekat dengan gadis bule di sebelahnya itu sehingga dia tidak begitu tertarik ikut membantu memasang payung itu. Parjo mengikuti Arlene keluar dimana terdapat sebuah kolam renang berukuran sedang.
“Ini Pak, tolong bantuin saya angkat ke sana dong !” gadis itu berjongkok hendak mengangkat sebuah payung matahari yang lumayan besar.
Parjo pun membantunya menggotong payung itu ke dekat kursi santai. Dengan hati-hati dia memasukan ujung bawah payung itu ke lubang yang tersedia sementara Arlene menopang benda itu dari ujung yang lain.
“Oke Non, udah beres nih !” katanya sambil membuka payung itu hingga terkembang.
“Phew…makasih ya Pak, kita kalau cewek-cewek sendirian susah loh masangnya” kata gadis itu tersenyum.
“Ini toh kolam renangnya, airnya lumayan bersih yah, tapi udah jam segini sih pasti dingin yah” kata Parjo memandangi kolam itu.
“Dingin-dingin amat sih nggak juga yah, saya sering kok berenang sore atau malem gini, asal jangan terlalu malamlah, takut rematik hehehe” jawabnya.
“Eee…eehh…Non…mau ngapain nih !?” Parjo tercengang melihat gadis itu dengan santai membuka baju di dekatnya.
“Mau berenang lah, biasa kita berenang bugil kok, lebih enak !” jawabnya tanpa malu-malu.

Parjo masih terbengong-bengong menyaksikan tubuh Arlene yang makin polos dengan mata tak berkedip. Sungguh indah tubuh gadis itu, payudaranya tidak terlalu besar namun bentuknya bulat dan padat dengan putingnya yang pink. Kemaluannya ditumbuhi bulu-bulu lebat yang dicukur rapi memanjang ke atas. Setelah melepas sandalnya ia segera melompat ke air.
“Kok bengong gitu Pak, mau ikut berenang gak ?” tanyanya sambil menggosok rambutnya ke belakang.
“Mau-mau-mau…tunggu, tunggu saya ya !” Parjo seperti terhipnotis dan langsung buru-buru melepas seluruh pakaiannya, burungnya yang sudah menegang daritadi seperti keluar dari sangkarnya.
Ia segera lompat ke air dan menghampiri Arlene yang menunggunya di tengah kolam. Tangan kanannya yang kokoh dan bertato di lengan atasnya itu langsung mendekap gadis itu. Ia masih deg-degan dan merasa semua ini mimpi, tangannya gemetaran memegang payudara gadis itu.
“Bapak belum pernah berenang bareng cewek yah ?” tanyanya sambil tertawa.
“Pernah Non, dulu di kampung waktu kecil hehehe…tapi kalau sama cewek seseksi Non ini baru kali ini” jawabnya sambil menatap wajah Arlene yang semakin cantik ketika basah itu.
Tangannya mulai menggerayangi tubuh gadis itu, istri dan anaknya langsung terlupakan saat itu juga. Biasanya di warung remang-remang atau klub-klub dangdut pun tidak lebih dari ngobrol-ngobrol dengan para kupu-kupu malam disana. Namun pria normal mana yang bisa menahan ajakan seorang gadis cantik yang membuka pakaian di hadapannya lalu mengajaknya ikut berenang bugil.

Parjo meremas payudara gadis itu dan memain-mainkan putingnya. Suara desahan pelan terdengar dari bibirnya yang indah itu. Gadis itu melingkarkan tangannya ke leher Parjo dan menciumnya dengan agresif, tanpa ragu ia bermain lidah dengan pria yang seusia ayahnya itu. Keduanya terlibat percumbuan yang panas di tengah air kolam yang merendam sebatas dada atas mereka. Parjo menggerakan tangannya yang meremas pantat Arlene sehingga tubuh gadis itu setengah terangkat dan payudaranya tepat di depan wajah pria itu. Parjo langsung melumatnya dengan penuh nafsu, Arlene menikmatinya dengan mata terpejam dan mengeluarkan desahan nikmat. Kumis pria itu bergesekan dengan kulit payudara dan putingnya, sehingga menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Selama lima menitan Parjo menjilat, menggigit dan menarik-narik kedua payudara itu dengan mulutnya sambil tangannya menggerayangi tubuh mulus itu. Masih sambil menyusu, Parjo membawa tubuh gadis itu ke pinggir, lalu diangkatnya lagi tubuhnya sehingga terduduk di pinggir kolam. Parjo yang masih di air memposisikan dirinya diantara kedua paha mulus Arlene. Wajahnya semakin mendekat ke pangkal paha gadis itu dan dengus nafasnya mulai terasa.
“Oohh…Pak !” desah Arlene saat lidah pria itu menyapu bibir vaginanya.
Gadis itu tidak mampu menahan kenikmatan yang melandanya, ia mendesah sambil meremas-remas rambut pria yang sedang menjilat dan menyedot vaginanya itu. Butir-butir air nampak membasahi tubuhnya yang menggelinjang dibawah sinar bulan yang, sungguh sebuah pemandangan yang menggairahkan.

‘srek…kresek !’ seekor kucing menyelinap masuk ke kolam melalui pagar yang ditumbuhi tanaman rambat. Binatang itu muncul tidak jauh dari belakang sang gadis yang sedang menggelinjang dan mendesah. Matanya yang kuning menyala di kegelapan, kaki depannya diangkat ragu-ragu hendak melangkah. Sang kucing mengeong pelan dan menggeram, melihat tidak ada reaksi dari kedua orang yg tengah asyik, binatang itu bergerak maju perlahan. Matanya masih awas mengawasi, gerakannya patah-patah, antara takut dan siaga. Kembali dia mengeong pelan untuk memancing, tetap tak ada reaksi. Tiba-tiba kepala gadis itu menengok 180 derajat ke arah si kucing. Bulu-bulu binatang itu berdiri karena ketakutan. Wajah gadis itu menyeringai padanya itu dan perlahan-lahan mulai menunjukan perubahan mengerikan, tatapan matanya memerah, wajahnya berubah menjadi sepucat mayat dengan kerut-kerut buas.
“Meeeoowww !” kucing itu kabur ketakutan melalui tempat masuknya tadi.
“Apa tuh…apa !?” suara itu memecahkan konsentrasi Parjo yang sedang asyik menjilati vagina Arlene.
“Nggak kok Pak, cuma kucing, udah pergi kok” jawab gadis itu dengan tersenyum manis, “ayo dong, kok berhenti ?” ia kembali turun ke air dan memeluk pria yang usianya dua kali dirinya itu.
“Ehh…iya, iya Non” ditatapnya wajah gadis itu sejenak sebelum melumat bibirnya.
Tangan gadis itu mengelusi dadanya yang bidang dengan lembut, elusannya terus turun hingga akhirnya mencapai selangkangan. Diraihnya penis itu di bawah air sana dan didekatkan pada vaginanya. Tanpa diberi aba-aba Parjo mendorong penis itu sehingga kepalanya melesak ke dalam vagina Arlene.
“Nnnggghh !” lenguhnya ketika penis itu masuk semakin dalam.
Parjo juga ikut melenguh merasakan himpitan dinding vagina gadis itu pada penisnya. Ia mulai menggerakan pinggulnya menusuk-nusuk vagina gadis itu sambil berciuman dengannya. Suara desahan tertahan terdengar dari mulut mereka yang saling menempel. Parjo benar-benar tidak menyangka bisa ada gadis sekaliber Arlene yang mau bercinta dengannya, ia merasa seperti mendapat durian runtuh saja sehingga begitu bersemangat menyetubuhi gadis itu, ia juga sudah tidak peduli kemungkinan dipergoki oleh mereka yang masih berkumpul di ruang tengah

“Aaahh…iyah enak…lebih dalam Pak…aahhh….aahhh !” Arlene mendesah tak karuan dengan tubuh tersentak-sentak menerima sodokan penis pria itu.
Air di sekeliling mereka makin beriak karena goncangan tubuh keduanya. Parjo memegangi kedua paha gadis itu sehingga tubuhnya melayang di dalam air. Dengan posisi demikian ia dapat menekan penis itu sedalam-dalamnya ke vagina gadis itu hingga terasa sesekali kepalanya menyentuh dinding rahimnya. Frekuensi genjotan Parjo semakin cepat sehingga membuat gadis itu semakin hanyut dalam birahi, desahannya semakin menjadi-jadi. Arlene akhirnya tidak sanggup lagi bertahan, ia merasakan sesuatu yang mau meledak dalam tubuhnya, dipeluknya erat-erat pria yang sedang menyetubuhinya itu, kedua pahanya melingkari pinggang pria itu.
“Aakkhhh…!!” Arlene mengerang kuat-kuat dengan badan melengkung sehingga payudaranya menekan dada Parjo.
Parjo merasakan vagina gadis itu berkontraksi makin cepat dan meremas-remas penisnya, ia juga merasa hangat pada penisnya karena cairan orgasme yang keluar ketika klimaks. Wajah Arlene ketika klimaks ditambah vaginanya yang sempit itu menyebabkan Parjo semakin ganas. Ia menyentakan penisnya dengan keras ke dalam vagina gadis itu sambil meremas payudaranya dengan agak keras. Setelah beberapa sodokan kuat ia pun tidak tahan lagi. Lenguhan panjang keluar dari mulut pria yang sedang mencapai orgasme itu, penisnya ia tekan dalam-dalam sambil menyemburkan spermanya. Tubuh mereka akhirnya melemas setelah menegang beberapa saat akibat gelombang orgasme.
“Wuihh…enaknya Non, bener-bener legit memek Non !” kata Parjo lirih di telinga Arlene.
Nafas mereka masih saling memburu, Arlene belum sanggup berbicara menanggapi komentar Parjo karena masih memulihkan tenaganya.

Lima menit kemudian, setelah beristirahat sejenak dengan ciuman-ciuman ringan dan obrolan nakal, Arlene mengajak Parjo ke daerah dangkal. Pria itu dengan girang menggendong tubuhnya di dalam air. Sesampainya di daerah dangkal ia menyuruh pria itu duduk selonjoran bersandar pada dinding kolam, lalu ia naik ke pangkuannya dan mulai menciumi serta menjilati tubuhnya. Parjo benar-benar terbuai dengan jurus mandi kucing Arlene, istrinya pun tidak pernah memanjakannya seperti ini. Ia merem-melek dan mendesah keenakan ketika putingnya dijilati dan dihisap gadis itu, penisnya mulai mengeras lagi di tangan Arlene yang memijatinya perlahan.
“Whuuuii…asoy banget Non…uhh….kok Non mau sih ngelakuin ini ?” tanyanya masih tidak percaya ini bukan mimpi.
“Jangan tanya-tanya, nikmati aja Pak selagi bisa, ingat ini cuma sekali” jawabnya tersenyum nakal lalu menjatuhkan ciumannya ke bibir pria itu.
Sambil berciuman Arlene mengarahkan batang penis itu ke vaginanya lalu perlahan-lahan ia turunkan tubuhnya. Desahan tertahan terdengar di sela-sela percumbuan mereka. Kembali Parjo merasakan kenikmatan liang vagina yang tidak perawan tapi masih sempit itu menjepit penisnya. Gadis itu mulai menaik-turunkan pinggulnya dengan gerakan perlahan, menggesekan dinding vaginanya dengan penis pria itu, dalam posisi duduk itu, air kolam merendam hingga sebatas pinggangnya. Di tengah kenikmatan itu tiba-tiba Parjo menyentakan pinggulnya ke atas sehingga penisnya menusuk vagina gadis itu dengan kencang.
“Aaaah !!” Arlene tersentak, ciumannya terlepas dan badannya menggeliat, “nakal yah, ngagetin aja !” katanya.
“Abis gak tahan sih, Non cantik banget, servisnya asyik lagi hehehe”
Sekali lagi ia menyentakan pinggulnya membuat gadis itu kembali mendesah. Kali ini ia mengikuti irama sentakan lawan mainnya sehingga pergumulan mereka semakin seru.

Gerakan turun-naik Arlene semakin ganas sampai Parjo merasa buah pelirnya agak ngilu karena tumbukan alat kelamin mereka.
“Uuuoohh…oohhh…terushh Non !” erangnya di tengah kenikmatan yang luar biasa.
Tangannya meraih payudara yang bergoyang-goyang mengikuti goyangan badan gadis itu dan meremasnya dengan gemas. Tak lama kemudian ia membenamkan wajahnya ke dada gadis itu. Mulutnya mengenyoti payudara itu seperti bayi besar yang sedang menetek. Arlene yang dilanda birahi itu juga tidak bisa menahan desahannya, kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan, kadang mendongak ke langit. Ia menekan kepala Parjo yang sedang mengisapi payudaranya, seakan tidak rela melepaskannya. Ketika dirasanya klimaks sudah dekat, ia semakin gencar memacu tubuhnya menyebabkan bunyi kecipak air semakin ramai.
“Uu….uuuh…udah mau…udahh !!” desah gadis itu sambil terus bergoyang.
“Yah….Non…sama, uuuhh…enak terushhh !” balas Parjo yang juga merasakan hal yang sama.
Akhirnya sebuah erangan panjang menandai orgasmenya gadis itu, tubuhnya menggelinjang hebat, vaginanya kembali mengeluarkan cairan orgasme yang meleleh keluar bercampur dengan air kolam. Setelah mengejang beberapa saat goyangan gadis itu makin melemah dan tubuhnya pun tumbang dalam dekapan Parjo. Saat itu Parjo masih belum menuntaskan hasratnya, maka ia pun menurunkan tubuh gadis itu sehingga setengah berbaring di kolam. Ia berlutut di antara kedua belah pahanya lalu melanjutkan genjotannya terhadap vaginanya. Arlene hanya menggunakan pantat dan kedua sikunya untuk bertumpu di lantai kolam agar wajahnya tidak masuk di air. Parjo menggenjotnya dengan frekuensi cukup tinggi karena ia pun segera akan mencapai orgasmenya.

Tidak sampai sepuluh menit, pria itu menarik lepas penisnya lalu ia berdiri dan mengangkat tubuh gadis itu melalui lengannya hingga berlutut di lantai kolam. Tangannya yang lain mengocoki penisnya sendiri di depan wajah si gadis.
“Ooohh…Non !” Parjo melenguh keras, spermanya menyembur deras membasahi wajah cantik Arlene.
Arlene membuka mulutnya membiarkan cipratan sperma itu masuk ke mulutnya, dia nampak menikmatinya tanpa merasa jijik. Dilihat dari gayanya, sepertinya seks bukanlah hal yang asing bagi gadis itu.
“Sepong yah Non !” pinta Parjo masih dengan nafas memburu.
Segera gadis itu meraih penis itu dan mengulumnya, di dalam mulut lidahnya bermain dengan liar menyapu-nyapu kepala penisnya yang bersunat sementara jemarinya yang lentik memijati pelirnya. Parjo melenguh puas menuntaskan ejakulasinya di mulut gadis itu. Penis itu menyusut di dalam mulut Arlene sehingga ia makin leluasa menggerakan lidahnya menjilati dan menghisap benda itu sampai tidak ada lagi sperma yang tersisa. Karena lemas, Parjo menjatuhkan diri bersandar di tembok kolam dengan nafas ngos-ngosan. Arlene naik ke pangkuan pria itu dan menyandarkan punggungnya ke dadanya yang bidang.
“Nikmat banget Non, sepongan Non bikin gak tahan, Bapak jadi kesengsem deh sama Non !” katanya sambil melingkarkan lengannya memeluk tubuh gadis itu.
“Hihi…Bapak juga, kuat banget sampai bikin saya keluar dua kali” jawabnya manja.
“Eh…iya omong-omong yang lain kemana yah ? kok daritadi gak ada yang nyariin kita ?” Parjo baru ingat pada yang lain, ia heran mengapa tidak ada satupun dari mereka yang menyusul, masa mereka tidak mendengar suara-suara di kolam yang hanya dipisah tembok dengan ruang tamu itu.
“Saya rasa teman-teman Bapak juga lagi seperti kita di dalam sana”
Baru saja Arlene selesai menjawab pintu ruang tengah terbuka sehingga menyebabkan mereka menoleh untuk melihat siapa yang datang.
 
Samantha

“Non Sam di Indonesia sudah berapa lama nih kalau boleh tau ?” tanya Gozhi.
“Lima tahun, sudah cukup lama, saya rasa Indonesia good…bagus” jawab Samantha.
“Pantes yah Bahasa Indonesianya udah gak kaku lagi, jadi pengen diajarin Bahasa Inggris sama Non Sam” goda Mamat.
“Hehehe…saya gak bisa ngajar kok Pak” kata gadis itu sambil tersenyum sehingga kecantikan khas orang kulit putihnya makin terpancar.
“Kalau cantik bahasa Inggrisnya apa Non ?” tanya Gozhi
“Beautiful” jawabnya.
“Ooohhh….itu yah biu-ti-ful” ejanya, “Non Sam, yu biutiful” lanjutnya mempraktikan Bahasa Inggris yang levelnya di bawah rata-rata itu sehingga membuat gadis itu tertawa.
“Oh minumnya habis Pak” katanya melihat Mamat meletakan gelas yang baru diteguknya itu sudah tidak ada isinya, “mari biar saya tambah dulu !” tawarnya ramah.
“Oohh…udah gak usah Non, ngerepotin, makasih nih !” tolak Mamat berbasa-basi.
“Nggak apa-apa, ini punya anda juga ya” katanya seraya mengambil gelas Gozhi yang tinggal seperempat terisi.
Kedua pria itu menolak halus sambil berterima kasih menerima penawaran gadis itu untuk menambah minuman mereka. Samantha pun membawa kedua gelas itu ke dapur meninggalkan keduanya di ruang itu. Semenit lebih sepeninggalnya terdengar suara benda tercebur ke air dari luar sana. Mamat langsung beranjak dari sofa untuk melihat apa yang terjadi, ia menyibak tirai dan melihat dari jendela mandornya sedang membuka baju hingga bugil lalu ikut terjun ke kolam dimana Arlene, si pemilik villa ini sedang menunggu di tengah kolam itu.
“Wuih gile, sini-sini liat, apa mata gua yang salah nih !?” Mamat memanggil temannya seolah tidak percaya pandangannya sendiri.
“Apa ? Apaan Mat ?” Gozhi dengan antusias menghampirinya untuk melihat apa yang terjadi.

Mata keduanya tidak berkedip dengan mulut melongo menyaksikan mandor berpelukan di tengah kolam dengan gadis cantik itu.
“Si…Si Bos sama cewek itu ?” ucap Gozhi tergagap.
Mereka menelan ludah tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat kedua orang itu berciuman di kolam yang merendam dada ke atas.
“What !? kalian ngapain ?” tanya Samantha yang tiba-tiba sudah ada di belakang mereka sehingga menyebabkan keduanya hampir terloncat karena kaget.
“Haduh Non, bikin kaget aja, kok tau-tau udah disini?” Mamat mengelus dada.
“Anu Non…itu Non Arlene sama si bos di kolam lagi ciuman” Gozhi menunjuk ke luar.
Samantha melihat ke luar dari jendela, namun ia tidak menunjukan ekspresi kaget atau canggung melihat pemandangan di kolam itu, sepertinya adegan tersebut bukan hal yang luar biasa baginya.
“Oohh…so they’ve done it, ya sudahlah biar mereka berdua saja, jangan diganggu” ujarnya santai sambil berbalik dan kembali duduk di sofa.
Mamat dan Gozhi saling pandang, mereka kini yang heran dengan sikap gadis bule itu yang demikian cuek.
“Nggg….itu Non kok biasa aja itu di luar sana lagi gituan ?” tanya Gozhi dengan heran.
“Why, apa yang aneh, apa kalian tidak pernah melihat orang…making love….eeemm….bercinta maksud saya?” katanya, “kita biasa kesini kadang melakukan orgy party, so what strange ?”
“Apa? Melakukan apa Non?” tanya Mamat tak mengerti.
Kedua pria itu mendekatinya dan duduk mengapitnya, situasi mulai memanas mereka yakin gadis bule ini pun bisa dipakai seperti temannya di luar itu.
“Orgy…maksud saya pesta seks” jawabnya santai.
Kedua orang itu langsung menyeringai girang mendengar dua kata terakhir itu, sungguh malam ini malam yang mujur bagi mereka.

“Wah-wah…kalau gitu boleh dong Non kita juga” Gozhi meletakan tangannya di paha Samantha dan mengusapnya pelan, sungguh mulus kulit gadis itu sehingga membuat nafsunya makin membara.
Melihat gadis itu tersenyum nakal tanpa menunjukan penolakan, Gozhi semakin berani, dirangkulnya bahu gadis itu dan tangannya mengelusi paha mulus itu tanpa malu-malu lagi. Elusan Gozhi semakin naik hingga menyingkap rok gadis itu, terlihat di baliknya ia mengenakan celana dalam hitam. Mamat yang duduk di sebelah kirinya pun mulai ikut serta, ia memeluk pinggangnya yang ramping dan memegang payudaranya. Gozhi memandangi mata hijau Sam yang mulai sayu menahan sesuatu yang bergolak.
“Satisfy me!” ucapnya dengan suara mendesah di dekat wajah bopeng Gozhi, nafasnya yang mulai tak beraturan menerpa wajahnya.
“Apa Non? omong apa?” tanya pria itu tidak tau apa yang dikatakan gadis itu.
Gadis itu menjawab dengan menarik kepala Gozhi dan mencium bibirnya. Api birahi pun mulai menyala memanaskan ruangan itu, tangan pria itu masuk makin dalam ke roknya hingga menyentuh vaginanya yang masih tertutup celana dalam. Mamat mempreteli kancing baju Sam hingga terbuka seluruhnya, gadis itu tidak memakai bra, payudaranya yang berukuran 34B itu terekspos dengan indahnya. Tangannya langsung meremas bongkahan kenyal itu dan memilin-milin putingnya. Sam semakin tak terkendali menghadapi serangan kedua kuli bangunan itu. Percumbuannya dengan Gozhi berlangsung dengan dengusan nafas yang semakin memburu, bibirnya saling hisap dan lidahnya bermain dengan pria itu. Bukan hanya itu, Sam juga mengusap-usap penis Gozhi yang telah mengeras di balik celananya sehingga makin membangkitkan nafsunya..

Mamat menurunkan pakaian Sam sehingga terlepas dari pundak kanan gadis itu dan memberi akses lebih luas bagi pria itu untuk menjelajahi tubuhnya, ia menunduk lalu melumat payudara gadis itu, bagaikan bayi besar ia menyusu sambil mengelusi paha mulusnya. Suasana semakin panas, tanpa melepas ciuman, Gozhi melepaskan kancing kemejanya satu-persatu lalu membuka kemeja lusuhnya. Setelahnya kembali ia mendekap gadis itu sambil menurunkan pakaiannya yang masih menggantung di kiri. Sam lalu mengangkat pantatnya sedikit untuk memeloroti gaun terusan itu hingga terlepas dari tubuhnya dibantu kedua pria itu, ia menggerakan kaki jenjangnya hingga gaun terusan itu melorot turun dan tergeletak di lantai berlapis permadani. Mamat terpana memandang tubuh Sam yang kini hanya tinggal memakai celana dalam hitamnya itu sedang berciuman dengan panas dengan temannya. Ia berdiri sebentar untuk membuka pakaiannya dengan terburu-buru dan kembali duduk di sebelah gadis itu dan menggerayanginya. Dibimbingnya tangan gadis itu memegang kemaluannya yang sudah ereksi penuh, tanpa diperintahkan tangan itu sudah menggenggam dan mengocok pelan benda itu. Tangan Gozhi menyusup ke celana dalam Sam merabai permukaan vaginanya yang berbulu, dielusnya bibir vagina itu sehingga pemiliknya bergetar akibat sensasi nikmat itu. Begitu lamanya mereka ber-French kiss, kira-kira lima menit lebih, sehingga ketika bebir mereka berpisah nafas keduanya sudah demikian memburu, bekas-bekas air liur blepotan di pinggir mulut mereka, wajah Sam nampak bersemu merah karena terangsang.Sebelum melanjutkan, Gozhi melepaskan dulu celananya hingga bugil. Sam nampak tercekat melihat penis Gozhi begitu benda itu menyembul keluar waktu celana dalam penutupnya dipeloroti, penis hitam dengan kepala bersunat yang kemerahan, ukurannya termasuk sedang tapi diameternya cukup lebar. Pria itu berlutut diantara paha Sam dan menarik lepas celana dalamnya, kini terlihatlah vagina gadis bule itu yang berbulu pirang kemerahan.

Ketiga orang tersebut telah telanjang, nampak perbedaan yang kontras sekali dimana Sam yang cantik dan bertubuh ideal itu sedang dikerubuti oleh dua kuli bangunan yang wajahnya jauh dari tampan dan berkulit gelap kasar. Tangan-tangan kasar mereka merambahi tubuh mulus gadis bule itu, mulut mereka mencium dan menjilati bagian-bagian sensitifnya. Rangsangan-rangsangan itu membuat Samantha tak dapat menahan desahannya, putingnya terasa makin mengeras karena terus disedoti dan dikenyot-kenyot oleh Mamat.
“Ssshh…mmhh !” desisnya sambil meremas rambut pria yang sedang asyik menyusu darinya itu.
Gozhi yang berlutut di bawah kini membenamkan wajahnya ke vagina Sam. Tubuh gadis itu menggeliat saat lidah pria itu menyentuh bibir vaginanya. Dengan nikmatnya Gozhi menjilati vagina Sam yang mulai basah itu sambil tangannya mengelus-elus paha dan pinggulnya. Sementara Mamat yang sejak tadi menyusu payudaranya, mulutnya merambat naik menciumi leher jenjang gadis itu. Mata Sam terpejam dan desisan terdengar dari mulutnya menikmati perlakuan kedua kuli bangunan ini. Bibir Mamat akhirnya bertemu dengan bibir gadis itu, Mamat menciuminya dengan ganas sambil mengelus-elus payudaranya. Lidah Gozhi semakin liar menjilati vaginanya, pria itu meyelipkan lidahnya di antara bibir vagina gadis itu lalu menari-nari menggelitik bagian dalamnya. Gadis itu menggelinjang nikmat, desahan tertahan terdengar di antara percumbuannya dengan Mamat. Gozhi merentangkan paha Sam lebih lebar agar lebih leluasa menjilati vaginanya, dengan dua jari ia membuka bibir vagina gadis itu dan melanjutkan jilatannya. Sam semakin menggeliat karena lidah pria itu menyentuh klitorisnya yang sensitif.

Dua menit berciuman, Mamat memisahkan diri dan bangkit berdiri. Ia meminum air dari gelas di meja lalu berjalan meninggalkan mereka.
“Kemana lu ?’ tanya Gozhi.
Mamat hanya tersenyum, ia meletakan telunjuk dekat mulutnya sambil menunjuk ke pintu kamar mandi. Kemudian ia membuka pelan-pelan pintu itu yang ternyata tidak dikunci, pelan-pelan ia melangkah masuk dan pintu pun tertutup perlahan-lahan.
Sekarang tinggal mereka berdua di ruang tamu itu, Gozhi merasa girang dalam hatinya karena bisa menikmati sang dara Australia ini tanpa harus berbagi dengan temannya. Ia terkesima memandangi tubuh telanjang gadis itu, sungguh tidak disangka ia beroleh kesempatan untuk bercinta dengan gadis bule secantik ini. Terwujudlah impiannya bercinta dengan gadis bule yang sering diangan-angankannya ketika menonton film porno atau film semi. Sam mengambil remote TV di meja dan menekan tombol off mematikan TV yang sudah tidak ditonton sejak tadi. Kemudian ia tersenyum manis pada kuli bangunan yang sedang berlutut diantara kedua pahanya itu, diraihnya lengan pria itu dan diajak duduk di sampingnya.
“Hehehe…sekarang tinggal kita duaan yah Non” katanya sambil cengengesan.
Sam meletakan tangannya di dada pria itu dan mengelusnya perlahan dan mendorong pelan tubuhnya ke belakang. Gozhi secara refleks membaringkan diri dan menyandarkan kepala pada sandaran tangan sofa itu. Gadis bule itu pun menindih tubuhnya, wajahnya tepat di atas wajah pria itu kurang dari sejengkal hingga hembusan nafasnya terasa, ia tersenyum nakal dan penuh gairah. Tangan Gozhi mengelus punggung dan pinggulnya, sungguh mulus dan terawat sekali kulitnya, istrinya ketika masih muda saja tidak ada seperseratusnya dibandingkan gadis ini. Payudaranya yang montok itu bergesekan dengan dadanya, sepertinya gadis itu memang sengaja melakukannya sebagai bagian dari foreplay. Mata Gozhi tak berkedip menatap wajah cantik bermata hijau di depannya itu, sorot mata gadis itu begitu mempesona hingga ia tak sanggup berkata apapun lagi selain mengelusi rambut dan tubuhnya.

Sam mendaratkan mulutnya ke mulut pria itu, ia menciumnya sejenak lalu mulutnya turun ke bawah.
“Uuhh…sip Non !” desah Gozhi menikmati servis mandi kucing Sam.
Tanpa risih Sam menjilati dan mengelus dada pria itu, putingnya ia jilat dan gigit kecil sehingga pria itu semakin mendesah keenakan. Jilatan dan kecupannya terus turun ke perut pria itu yang agak bulat hingga akhirnya sampai ke penisnya yang sejak tadi digenggamnya. Sam tidak langsung memasukan penis itu ke mulutnya, terlebih dahulu ia menjilati benda itu secara perlahan dari pelir hingga ujungnya yang bersunat. Gozhi tidak sanggup menahan geliat tubuhnya akibat sensasi jilatan yang luar biasa itu, belum lagi ketika melihat wajah dan sorot mata gadis itu yang tengah birahi. Beberapa kali Sam menyapukan lidahnya pada batang penis itu sebelum akhirnya ia membuka mulut dan mengulum benda di dalam mulutnya. Gozhi mendesah merasakan hisapan-hisapan gadis itu pada penisnya, kemampuan oral seksnya menunjukan ia bukanlah gadis yang masih hijau dalam urusan seks. Pria itu menyelipkan bantal kursi dan kedua telapak tangan ke bawah kepalanya, sambil memejamkan mata ia meresapi kenikmatan dari sepongan gadis bule itu. Menit demi menit berlalu, gadis itu memberi pelayanan oral seksnya dengan sempurna sampai Gozhi terbuai bak terbang tinggi. Ia merasakan payudara Sam kembali menggesek dadanya dan tangannya memegang pundaknya. Tiba-tiba ia merasakan ada cairan menetes ke wajahnya yang membuatnya tiba-tiba merasa aneh. Bukankah gadis itu sedang mengoral penisnya, tapi kok payudaranya bisa bergesekan dengan dadanya dan tangannya memegang pundaknya, selain itu tubuh dan tangan gadis itu semakin dingin, lalu cairan apa yang menetes ke wajahnya itu? Pelan-pelan ia membuka mata dan menyeka cairan yang menetes di wajahnya. Betapa kagetnya ia melihat cairan itu ternyata adalah darah dan yang lebih membuatnya terkejut adalah tubuh yang sedang menindihnya itu tidak berkepala. Tulang leher, daging, dan uratnya terlihat jelas pada lehernya yang terpotong dan berlumuran darah itu.

“Wwhuuaaa…setan !!!” jeritnya ketakutan sambil mendorong tubuh tanpa kepala itu sekuat tenaga.
Gozhi terguling jatuh dari sofa, demikian ketakutannya sehingga kakinya terasa lemas untuk berdiri dan harus merangkak untuk kabur.
“Se…setan…tolong !” teriaknya gagap.
Ia menoleh ke belakang lagi untuk melihat apakah makhluk tanpa kepala itu mengejarnya, namun yang dilihat adalah Samantha yang jatuh tersungkur dan mengaduh kesakitan memegangi sikunya.
“Ouch…ada apa Pak, what’s wrong with you?” tanya gadis itu sambil meringis.
Gozhi juga ikut bingung, ia melihat tangannya yang tadi menyeka tetesan darah, tidak ada noda apapun disitu, masih belum percaya ia menyeka pipinya, juga tidak cairan lain selain keringatnya sendiri. Jadi apa yang barusan dilihatnya itu, ia jelas-jelas merasakan pelukan dingin makhluk itu dan melihat jelas lehernya yang tanpa kepala.
“Jangan…jangan mendekat, siapa kamu sebenarnya?” Gozhi beringsut mundur ketika gadis itu mendekatinya.
“Kenapa? Apa yang terjadi? Tadi anda tiba-tiba mendorong saya sampai saya jatuh” tanya Sam.
“Setan…kamu mau apa ?” ia hanya bisa mundur-mundur karena gemetar dan tidak sanggup berdiri.
“Setan? Anda sakit? Saya rasa anda hanya ada halusinasi atau sejenisnya…I think” katanya seraya meraih tangan pria itu dan meletakan di payudaranya.
Rasa takut Gozhi mulai berkurang ketika merasakan kehangatan tangan gadis itu dan payudaranya, ia berpikir ulang, mungkin benar juga tadi itu hanya halusinasi karena saking enaknya servis gadis ini. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya untuk menenangkan diri.

“You see…apa anda masih mengira saya setan?” Sam tersenyum sambil mengelus-eluskan tangan pria itu pada payudaranya.
Sam meraih gelas di meja dan menyodorkannya pada pria itu agar dapat minum dulu supaya tidak tegang lagi. Gozhi menerimanya dengan tangan yang masih sedikit bergetar, diminumnya air itu tanpa melepaskan pandangan pada gadis itu, meyakinkan tidak ada hal-hal aneh yang terjadi lagi. Ia meminum air itu hingga habis, dipandangnya tubuh telanjang itu dengan kagum, perlahan-lahan bayangan seram di benaknya mulai sirna.
“Emang terlalu capek kerja terus dapet rejeki nomplok kali sampe ngebayangin engga-engga” katanya dalam hati sambil mengejap-ngejapkan mata beberapa kali memastikan pandangannya.
“Mau berhenti… atau mau diteruskan?” tanya Sam dengan suara mendesah manja, tangannya yang halus memegangi kejantanan Gozhi dan mengurutnya lembut.
Gozhi mulai terbuai kembali, ia menikmati sentuhan halus gadis itu pada penisnya. Dibaringkannya tubuh gadis itu pada permadani bulu domba tempat mereka berpijak. Ia mengambil posisi diantara kedua pahanya dan mengarahkan penisnya ke vagina gadis itu. Sam membuka bibir vaginanya dengan kedua jari seolah mempersilakan pria itu menusuk dengan penisnya. Perlahan ia merasakan kepala penis pria itu melesak masuk dan menggesek bibir vaginanya. Desahan nikmat mengiringi proses penetrasi yang menimbulkan rasa ngilu bercampur nikmat itu. Satu dorongan kuat menyebabkan tubuh Sam tersentak dan penis pria itu amblas seluruhnya ke dalam vaginanya. Gozhi melenguh merasakan jepitan vagina Sam yang ketat itu, pertama kali dalam hidupnya ia merasakan vagina bule.

Setelah meresapi sejenak legitnya vagina gadis itu, Gozhi mulai bergerak maju mundur sambil berpegangan pada paha mulus itu. Frekuensi genjotan Gozhi semakin lama semakin naik sehingga tubuh Sam terguncang-guncang dengan keras, payudaranya yang bulat montok itu pun turut terguncang membangkitkan nafsu pria itu.
“Ssshhhh…yess…oh yes…oohh !” desahan nyaring keluar dari mulut gadis bule itu, tangannya meremasi bulu-bulu pada permadani di bawahnya menahan nikmat.
Vagina Sam semakin basah sehingga memperlancar penis Gozhi keluar masuk vaginanya. Sepuluh menit lamanya mereka bergumul dalam posisi demikian hingga akhirnya berganti posisi. Kali ini Sam menungging dan bertumpu diatas telapak tangan dan lututnya. Gozhi kembali memasukkan penisnya ke vagina gadis itu, kini masuknya lebih mudah karena wilayah kewanitaan Sam sudah licin. Gaya doggy ini memungkinkan Gozhi untuk lebih leluasa menyenggamai sambil meremas payudara Sam yang menggemaskan itu.
“Oow…yeah! Great…uuhhh…gimme harder!” ceracau gadis itu ketika Gozhi menyodok penisnya dengan sepenuh tenaga hingga mentok.
Permainan Gozhi yang cenderung kasar dan bertenaga itu memberi kenikmatan tersendiri bagi Sam walaupun payudaranya agak nyeri akibat remasan keras dan vaginanya ngilu karena sodokan yang bertenaga. Tangan Gozhi tak pernah berhenti menggerayangi sepasang payudaranya yang menggantung itu sehingga menambah nikmatnya persetubuhan tersebut. Selangkangan Gozhi bertumbukan dengan pantat Sam menimbulkan bunyi tepukan yang bercampur-baur dengan suara desahan mereka. Sam juga tidak kalah ikut menggoyangkan pinggulnya membalas goyangan pria itu. Ia merasakan sesuatu yang luar biasa, sulit dilukiskan dengan kata-kata, bila sentakan tubuhnya berlawanan dengan pria itu yang menyebabkan sodokannya semakin dalam.

Permainan mereka semakin liar, suara desahan mereka memenuhi ruang itu. Sam merasakan tubuhnya semakin tidak terkendali seperti melambung tinggi. Gelombang orgasme itu kian mendekat sehingga ia semakin ganas menghela tubuhnya. Hal serupa juga dirasakan Gozhi, penisnya yang keluar-masuk vagina gadis itu semakin berkedut-kedut dan membengkak.
“Aaaahhh…I’m coming…eemm…ooohhh!” erangan panjang keluar dari mulut gadis itu seiring dengan tubuhnya yang menggelinjang dahsyat.
Sam mengalami orgasme panjang, rasa nikmat itu menjalar ke setiap sudut tubuhnya, apalagi hujaman pria itu pada vaginanya kian cepat.
“Aarrgghh…Non Sam!” erang Gozhi yang menyusul sampai ke puncak, cairan orgasme yang menghangatkan penisnya serta kontraksi otot vagina gadis itu membuatnya tak sanggup lagi menahan klimaksnya.
Indah sekali, tubuh kedua insan berbeda jenis itu mengejang bersama meraih kenikmatan tertinggi. Keduanya akhirnya ambruk dengan tubuh lunglai setelah mengejang beberapa saat.
“Wonderful” desah Sam menolehkan wajahnya pada Gozhi yang tergeletak di sebelahnya.
Ia menggerakan tubuhnya dengan tenaga yang baru terhimpun dan menyandarkan kepalanya ke dada Gozhi. Ia dapat mendengar degup jantung pria itu yang cepat pasca klimaks. Gozhi mengatur nafasnya yang terengah-engah, dengan lemas ia menggerakan tangan membelai rambut pirang gadis itu.

“Anda puas?” tanya gadis itu dengan suara lemah sambil mengelus-elus puting Gozhi yang berbulu.
“Puas…puas banget Non, kalian…emm…kalian emang sengaja ngegodain kita apa?” tanya Gozhi.
“It’s a…eeemm…anda nanti akan tahu” jawab Sam membalik tubuhnya hingga payudaranya menindih pria itu.
Keduanya berciuman sebentar sebelum Gozhi mengajak naik ke sofa. Sekali lagi ia terpana menatap tubuh telanjang gadis itu, dirabanya paha gadis itu naik hingga payudaranya. Sam memeluk leher pria itu dan menariknya ke dadanya hingga wajahnya terbenam di sana. Desisan halus keluar dari mulutnya ketika pria itu mengisap payudaranya. Tangan pria itu tidak tinggal diam dengan menjamahi tubuhnya. Sekitar dua menitan mulut pria itu berpindah mengenyot payudara yang satunya, lidahnya menggesek-gesek putingnya memberi rangsangan yang rasanya menyerupai sengatan listrik kecil. Sam menggigit bibir bawah dan mendesah tertahan, ia merenggangkan sedikit pahanya ketika tangan pria itu mulai meraba ke selangkangannya. Jari-jari gemuk itu mengorek-ngorek vaginanya yang sudah basah kuyup itu, rasanya seperti cairan di dalamnya ikut terkorek keluar.
“That’s good…mmhh!” desahnya dengan mata merem-melek.
Penis Gozhi mulai mengeras lagi dalam genggaman Sam yang sedang mengurutnya dengan lembut.

Merasa sudah ‘high’ kembali, Sam menarik lepas kepala Ghozi yang sedang menyusu, disuruhnya pria itu berbaring lalu ia naik ke penis yang mengacung tegak itu. Pelan-pelan ia menurunkan tubuhnya sehingga penis dalam genggamannya itu melesak masuk ke vaginanya. Nampak sperma Gozhi yang barusan tertumpah di dalam sana tertumpah keluar saat penisnya kembali memasuki vaginanya. Sam memulai babak baru ini dengan menggoyangkan tubuhnya pelan. Gerak naik-turun itu semakin cepat dan liar, Gozhi pun sesekali menyentakkan pinggulnya ke atas sehingga menambah tenaga pada hujamannya. Gemas dengan payudara Sam yang bergoyang-goyang, tangan Gozhi meraih yang bagian kanan, diremasinya benda kenyal itu sambil menikmati goyangan pemiliknya. Kepala Sam kadang tersentak-sentak ke belakang, kadang menggeleng-geleng ke kiri dan kanan, sehingga rambut pirangnya sedikit kusut. Keduanya begitu terlarut dalam permainan mereka sehingga tidak terlalu mempedulikan ketika pintu terbuka dan seseorang masuk memergoki mereka.
“Sam!? wow…so wild” Grace yang baru saja kembali dari belakang bersama Amin, tersenyum kecil melihat temannya yang sedang memacu tubuh diatas penis pria gemuk di bawahnya itu.
“Zhi…walah, lagi sama-sama asyik ternyata” sahut Amin yang juga terperangah melihat adegan panas itu.
“Iyah…ayo ikutan aja, pokoke maknyus!” sahut Gozhi terengah-engah.
“Where’re they?” tanya Grace.
“Mmhhh…bathroom and…and…mmm…outside!” Sam menjawab tanpa menghentikan genjotannya.

Pemandangan itu adalah magnet kuat yang menarik Amin memeluk tubuh Grace dari belakang, tangannya meremas payudara gadis itu dan tangan satunya menyibak rambutnya agar dapat menciumi tenguknya.
“Eenngg…Pak…sudah !” Grace mendesah dan menggeliat.
Tangan Amin menyusup ke balik kimono gadis itu dan menyentuh payudaranya. Telapak tangannya yang tebal dan kasar berputar-putar ringan di payudaranya. Bibir pria itu menjalari lehernya mengendusi tenguknya sehingga membuat gadis itu kegelian. Sebelum terbuai lebih jauh tiba-tiba Grace membuka matanya karena merasakan sesuatu yang menetes ke tangannya. Ia melirik ke bawah dan melihat tetesan merah itu di tangannya…darah, darah itu menetes dari hidungnya. Ia buru-buru melepaskan diri dari Amin dan menyedot darah di hidungnya sebelum menetes lagi.
“Sebentar Pak…saya ada perlu!” katanya sambil merapikan lagi kimononya., “maaf saya mau keluar sebentar”
“Hah…kenapa Non, Non gak papa? Hidungnya kenapa emang?” tanya Amin heran.
“Nggak…gak apa-apa…permisi sebentar, saya segera kembali” jawab Grace sambil mundur menjauhinya, lalu ia membalik badan dan berlari kecil ke pintu yang menuju kolam. Ia membuka pintu itu dan keluar.
Amin hanya terbengong melihat keanehan pada sikap Grace yang tiba-tiba menghindar, namun adegan panas di hadapannya membuatnya tidak berlama-lama memikirkan Grace. Setelah melepaskan bajunya hingga bugil ia segera bergabung dengan Sam dan Gozhi. Ia berjalan menghampiri mereka sambil senyum-senyum mesum.
“Gile bener-bener edan malem ini, mimpi apa gua semalem, bisa nyicipin bule lagi sip!” soraknya dalam hati.

######################################
Katherine

Dengan sangat pelan-pelan Mamat menutup pintu kamar mandi itu agar tidak menimbulkan suara. Kamar mandi itu cukup besar lengkap, marmer biru muda dan tua mendominasi lantai dan dindingnya. Sebuah bathtub mewah terlihat di hadapan mata begitu membuka pintu. Suhu di tempat ini terasa lebih hangat dari di luar karena pengaruh air hangat dari shower box yang pintunya setengah terbuka dan penuh uap air itu, disanalah nampak siluet tubuh sang gadis itu sedang menikmati mandinya, nampaknya ia belum tahu ada orang asing yang masuk ke situ. Mamat mengendap-endap mendekati shower box itu, semakin dekat-jantungnya semakin berdegup kencang.
“Mumpung nih belum mandi, bisa mandi sama bidadari !” sorak Mamat dalam hati.
“Aaww !! siapa…siapa kamu !?” gadis itu menjerit kaget begitu pintu kaca terbuka dan muncul seorang pria bugil tak dikenal dengan tersenyum menjijikan, refleks diapun menutupi dada dan kemaluannya.
“Hehe…kenalin Non, abang Mamat bin Abdul Azis, Non namanya Katherine kan” Mamat memperkenalkan diri sambil melangkah mendekatinya.
“Kurang ajar, siapa kamu, keluar !” hardik Katherine yang sudah tersudut dan tidak bisa kemana-mana lagi.
“Abang kan yang diseberang Non, masa ga inget ? Non Arlene yang ajak kita kesini”
Mamat meraih lengan kanan Katherine yang menutupi payudaranya dan menarik tubuh gadis itu ke arahnya.
“Aahhh…lepasin !” teriaknya sambil meronta, namun ia kalah tenaga ketika pria itu menarik tangannya yang satu.
Mamat mengangkat kedua pergelangan tangan gadis itu dan mencengkramnya dengan telapak tangannya, tubuh keduanya sudah dekat dan sesekali bersentuhan.

Mamat memandangi tubuh bugil Katherine dengan bernafsu, tubuh gadis itu lebih kurus kalau dibanding Arlene dan Samantha, tipikal para model fashion, payudaranya tidak seberapa besar dengan puting pink mungil. Ia memiliki wajah oriental yang manis, berbentuk oval dengan bibirnya yang tipis serta rambut sebahu kecoklatan. Dalam keadaan basah seperti itu penampilannya jadi lebih menggairahkan.
“Tenang Non, abang tau kok Non sama temen-temen Non suka pesta seks di sini, mereka juga diluar lagi pada ngentot loh !” katanya dekat sekali dengan wajah Katherine, tangannya meraba-raba payudara gadis itu yang tidak besar tapi kencang dan indah.
“Jangan…saya gak mau, lepasin !?” Katherine masih meronta dan berteriak.
“Ayolah non, yang lain juga lagi asyik masa kita nggak” dari payudara tangan Mamat merayap turun ke kemaluan gadis itu yang berbulu lebat.
“Nggak mau…lepasin saya, bajingan…aahhh !” Katherine tidak bisa menahan desahannya ketika pria itu menyusupkan jarinya pada belahan vaginanya lalu menggosoknya.
“Gimana Non? Enak kan?” katanya sambil mencucuk-cucukan jarinya ke vagina si gadis.
“Ooh…jangan Bang…eengghh…mmhh !” desah gadis itu semakin tak tertahankan karena jari-jari Mamat semakin dalam memasuki vaginanya, tubuh Katherine tersentak ketika jari itu menyentuh klitorisnya.
Katherine memalingkan wajah ke samping saat pria itu hendak melumat bibirnya. Pria itu tetap mendaratkan bibirnya pada pipinya, lalu dengan lidahnya ia menyapu pipi gadis itu dan telinganya. Katherine bergidik jijik merasakan lidah dan kumis tipis pria itu pada pipinya. Mau tau mau, ia semakin terangsang juga, vaginanya semakin berlendir karena pria itu terus menggerayanginya, belum lagi lidah pria itu yang menggelitik telinganya.

“Uuhh…mmm…jangan dong Bang…sshhh !” keluh Katherine di tengah desahannya.
“Jangan apa Non? Jangan berhenti maksudnya hehehe…” ejek Mamat yang mengerti kondisi gadis itu.
“Aahhh…aahh…saya gak tahan !” Katherine makin mendesah dan tubuhnya menggeliat-geliat ketika jari tengah Mamat mengusap-usap daging kecil yang sensitif di vaginanya itu, ia mengatupkan pahanya rapat-rapat menahan rasa geli plus nikmat itu, namun Mamat membuka kembali pahanya dan menahannya dengan menyelipkan pahanya diantara sepasang paha gadis itu.
“Enak gak Non, tuh sampai kejang-kejang gini, becek banget lagi” tanya Mamat dekat telinganya, “Jangan pura-pura Non, jawab dong baru ntar saya lepasin” ia mengulang pertanyaannya.
“Iyah Bang….sshhh!” jawabnya sambil mendesis, ia sudah tak bisa berbohong lagi, jelas-jelas geliat tubuh dan desahannya memperlihatkan bahwa ia menikmatinya.
Mamat tersenyum puas dan melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan Katherine. Gadis itu tidak menunjukan perlawanan lagi meskipun sudah bebas, dorongan birahi yang menuntut pemuasan membuatnya pasrah menunggu apa yang akan dilakukan pria itu terhadapnya. Mamat menarik tubuh Katherine ke daerah siraman air, keduanya berdiri berhadap-hadapan dengan tubuh menempel, tubuh mereka terbilang jangkung, Katherine yang 176 cm hanya lebih pendek sebatas mata pria itu. Disibaknya rambut gadis itu ke belakang dan ditatapnya wajah ayu yang bersemu merah karena terangsang itu. Mamat menjatuhkan ciumannya ke bibir gadis itu karena tidak tahan melihat kecantikannya. Kali ini Katherine tidak lagi memalingkan wajah seperti tadi, bibirnya bahkan membuka membiarkan lidah pria itu memasuki mulutnya. Keduanya berciuman dengan penuh nafsu di bawah siraman air hangat.

Mulanya hanya Mamat saja yang mencumbuinya dengan ganas, namun seiring meningkatnya birahi, Katherine pun mengimbangi permainan pria itu. Tangan kasar Mamat bergerilya menelusuri kemulusan tubuh gadis itu.
“Non pengen ini kan ?” katanya sambil menuntun tangan gadis itu ke arah penisnya.
Katherine tidak tahu harus menjawab apa, ia tidak berani menatap wajah pria itu karena malu dan wajahnya memerah. Penis dalam genggamannya sudah sangat keras, tanpa sadar ia tangannya bergerak mengurut benda itu.
“Non cantik banget, seksi, kulitnya mulus gini lagi, bikin kontol saya ngaceng banget” katanya memuji, tangannya meremas lembut payudara kanan gadis itu.
Tangan Mamat yang satu lagi mengelus turun lalu mengangkat paha kirinya hingga sepinggang, secara refleks Katherine melingkarkan lengannya ke leher pria itu untuk menjaga keseimbangan. Wajahnya yang sayu dan menunjukan kepasrahan itu membuat Mamat semakin bernafsu sehingga memberikan ciuman ringan pada bibirnya.
“Yang gentle Pak” kata Katherine dengan suara mendesah.
“Ooo…pasti Non, Mamat bin Abdul Azis paling ahli muasin cewek, istri abang aja suka nagih melulu” sesumbarnya.
Mamat menekan kepala penisnya yang diarahkan ke vagina Katherine, benda itu mulai melesak diiringi desahan gadis itu.
“Uuugghh !” mereka mendengus bersamaan saat si pria menghujamkan penisnya ke vagina si gadis.
Sebentar saja keduanya sudah menikmati persenggaman dalam posisi berdiri. Lidah mereka saling bertautan. Tubuh Katherine nampak tersentak-sentak mengikuti hentakan pinggul Mamat.

Tak lama kemudian, entah karena kurang nyaman atau kurang leluasa dengan posisi demikian, Mamat mencabut penisnya lalu membalikan tubuh gadis itu hingga membelakanginya. Katherine menunggingkan tubuhnya dan menggunakan kedua tangannya untuk menopang di tembok. Kembali Mamat memasukan penisnya ke vagina gadis itu, kali ini gerakannya lebih leluasa sehingga otomatis sodokan-sodokannya pun lebih bertenaga. Kedua tangannya yang berpegangan pada pantat gadis itu sesekali meremas bongkahan yang montok itu atau menepuknya.
“Uughh…ugghh!” pria itu mendengus-dengus seperti mesin yang sedang beroperasi.
Katherine mengimbangi permainan pria itu dengan sedikit memutar pantatnya seperti gaya ngebor. Nafas pria itu semakin menderu-deru ketika Katherine melakukan gerakan tersebut, ia merasakan batang kemaluannya seperti dipilin dalam jepitan liang kemaluannya.
“Terusshh Non…uenak tenan gitu…uuuhh…uuhh !” desahnya.
Katherine termasuk type yang ribut dalam melakukan hubungan seks, ia tidak ragu-ragu mengerang keras. Kurang dari sepuluh menit ia telah mencapai orgasme dan mengerang sejadi-jadinya. Tubuhnya serasa meledak dan melambung tinggi, gelombang klimaks itu membuat tubuhnya menggeliat tak karuan. Mamat tidak menghentikan genjotannya, ia bahkan semakin liar sehingga gadis itu didera nikmat yang luar biasa yang terus menerus berkesinambungan tanpa henti. Kemudian Katherine merasakan penis pria itu melesak dalam sekali, berhenti sejenak, bergetar lalu terasa cairan hangat menyemprot memenuhi vaginanya. Mamat melampiaskan orgasmenya dengan sebuah lenguhan panjang dan remasan pada kedua payudara gadis itu.

Mereka terdiam selama beberapa saat mengatur nafas yang tercerai-berai. Tangan Mamat memeluk dada gadis itu, penisnya yang masih tertancap di vaginanya berkedut-kedut mengeluarkan sisa spermanya di dalam vagina si gadis. Benda itu berangsur-angsur menyusut hingga terlepas dengan sendirinya.
“Abang sabunin yah Non, mau?” tanya Mamat dekat telinga gadis itu.
Katherine hanya mengangguk lemah mengiyakan tawaran itu. Mamat pun meraih sabun batangan dari rak sabun di sebelahnya. Mulailah ia menyabuni tubuh gadis itu dari pundak turun ke dada, disana sesekali ia meremas lembut payudara itu menyebabkan pemiliknya mendesah pasrah. Setelah menyabuni punggungnya, Mamat menegakkan tubuh Katherine sehingga menempel dengannya, dan ia mulai beralih ke bagian bawah. Katherine sendiri hanya memejamkan mata dan sesekali mendesah menikmati tangan dan sabun itu membelai tubuhnya.
“Asli dari Jakarta Non?” tanya Mamat sambil membelai lembut tubuh gadis itu yang bersabun.
“Nggak kok…mmhhh…saya…Bandung !” jawabnya terpatah-patah.
“Oohh…jadi kuliah di Jakarta ngekost yah?” tanya Mamat lagi yang dijawab anggukan, “udah ada pacar belum Non?” tanyanya lagi.
“Iyah…ada” jawabnya membuat pria itu makin penasaran.
“Weleh…terus sekarang Non main sama Abang nih gak apa-apa?”
“Gak papah…saya…sama dia, gak bisa ketemu lagi kok”
“Maksudnya gak bisa ketemu gimana Non?” tanya Mamat dengan heran.

Katherine tidak menjawab pertanyaan itu, sebagai gantinya ia menolehkan wajahnya ke belakang dan menarik kepala Mamat mendekati wajahnya. Mamat melanjutkan menyabuni tubuh Katherine sambil berciuman dengannya, tangan pria itu kini sampai pada selangkangannya. Desahan tertahan keluar dari sela-sela percumbuan mereka saat tangan pria itu mengelus-elus daerah sensitif itu. Lebih jauh lagi, Mamat mengorek-ngorek vaginanya sehingga mengeluarkan sisa sperma yang dikeluarkannya saat menyetubuhi gadis itu barusan. Mamat berlutut agar dapat menyabuni kedua betis dan paha gadis itu, tidak lupa ia juga menyabuni pantatnya diselingi remasan nakal yang membuat gadis itu mendesah. Setelah menyabuni sekujur tubuhnya, Mamat kembali menarik tubuh Katherine ke daerah siraman sehingga air hangat itu membersihkan tubuhnya dari busa sabun. Katherine menggunakan tangannya untuk menggosok wajah dan tubuhnya dari sisa sabun, ia juga meraih gagang shower dan menyiramkanya sedikit ke selangkangannya hingga bersih. Kini kemaluannya yang dipenuhi bulu-bulu hitam lebat itu terpampang jelas di depan mata si kuli bangunan. Wajah Mamat kian mendekati wilayah sensitif itu, diciumnya dengan lembut lalu dijilatnya dengan ujung lidah.
“Sssshhh…Bang !” Katherine terlonjak seperti tersengat listrik, secara refleks kakinya membuka lebih lebar.
Begitu paha Katherine merenggang, Mamat memasukkan jari telunjuknya ke vagina gadis itu, disusul jari tengahnya. Dua jari nakal itu bermain-main di dalam sana, berputar dan menggosok-gosok dinding yang licin dan berdenyut dan memerah itu. Katherine semakin mendesah dan menggeliat-geliatkan badannya. Liang kewanitaannya terasa semakin menguak, dan Mamat kini memasukkan satu jari lagi, sehingga tiga jari ada di dalam sana, keluar-masuk, berputar-putar, mengurut-menggosok.

“Eehhmm…aahh…Bang, geli!” erang Katherine sambil membuka lebih lebar pahanya, kedua tangannya terbentang ke samping, masing-masing menumpu pada tembok dan dinding shower box.
“Tapi asyik kan? Huehehe..” goda Mamat yang lalu duduk di lantai shower membiarkan gadis itu mengangkangi wajahnya.
Kembali Mamat memasukan lidahnya ke dalam liang vagina Katherine yang sudah berlendir. Dengan dua jari dan satu lidah di organ sensitifnya, Katherine merasa kedua lutunya lemas, terlebih pria itu seolah-olah mengunyah seluruh kewanitaannya. Sungguh Katherine tidak tahan lagi, tubuhnya melorot ke bawah, jatuh di pangkuan pria itu sambil mendesah dengan mata terpejam. Ia menggerakan tangan meraih batang penis pria itu yang di bawahnya. Kemudian ia mendorong tubuhnya ke bawah, liang vaginanya bagaikan mulut kecil yang hendak menelan penis itu. Ia mendesah nikmat sambil menggigit bibir bawah saat dinding vaginanya menguak dan bergesekan dengan penis yang sudah mengeras dan hangat itu.
“Eeerrhh…seret Non!” lenguh Mamat yang merasa kejantanannya seperti diurut-urut segumpal daging lembut, basah, dan hangat.
Katherine mulai menggerakkan pinggulnya dengan tangan berpegangan pada bahu pria itu. Kepalanya mendongak ke atas dan mulutnya mengap-mengap mengeluarkan desahan. Mamat sangat bernafsu menciumi lehernya yang halus dan basah oleh air itu, sementara tangannya meremasi payudara gadis itu. Semakin liar goyangan Katherine semakin seru pula erangan yang keluar dari mulutnya, dan itu membuat birahi keduanya semakin membara. Cupangan Mamat meninggalkan bekas merah-merah pada leher dan bahunya, demikian pula kuku Katherine yang panjang sesekali tertancap atau tergores pada kulit pria itu.

Setelah lebih dari sepuluh menit berpacu dalam gaya berpangkuan, persetubuhan mereka mulai mencapai puncak. Dengan bersemangat, Katherine terus menaik-turunkan tubuhnya bak seorang cowgirl diatas seekor kuda jantan. Mamat pun tak mau kalah, beberapa kali ia menyentakkan pinggulnya memberi tusukan keras. Berdua mereka berlomba-lomba menuju klimaks hingga akhirnya keluar dalam waktu bersamaan. Memang Katherine tiba di puncak lebih awal, barulah Mamat menyusul dalam waktu kurang dari setengah menit kemudian. Tubuh mereka mengejang dan terlonjak-lonjak selama beberapa saat. Katherine terkulai lemas memeluk Mamat yang sudah bersandar ke dinding dengan nafas terengah-engah, penis pria itu masih menancap di vaginanya walau sudah menyusut. Kamar mandi yang tadinya riuh dengan suara desahan dan siraman shower kini menjadi hening karena Katherine telah mematikan shower setelah membilas tubuhnya dari busa sabun tadi, yang terdengar hanya suara nafas mereka yang terputus-putus.
“Eh…iya non, barusan Non bilang gak bisa ketemu pacar Non lagi itu kenapa emangnya?” tanya Mamat sambil menunggu tenaganya pulih.
“Ssst…jangan omongin itu terus, atau saya ga akan nemenin Abang lagi!” jawab gadis itu dengan ekspresi dan nada serius.
“O ya udah deh kalau gitu…sori, Abang ga nyinggung itu lagi” Mamat menyimpulkan mungkin gadis ini sedang ribut dengan pacarnya.
Setelah ngobrol-ngobrol ringan sebentar, Katherine merasa sudah cukup tenaga, ia mencoba bangkit dengan pelan-pelan agar tidak terpeleset. Mamat juga ikut berdiri, ia meraih handuk terdekat dan mengeringkan tubuh gadis itu sebelum dirinya sendiri.

Mamat memeluk tubuh gadis itu dan memberi kecupan ringan di pipi dan bibirnya.
“Non…malem ini Abang pengen tidur bareng Non, mau kan?” tanyanya.
“Ah…ga usah janji-janji gombal dulu deh Bang, sapa tau keluar dari sini Abang malah gituin temen saya yang lain” gadis itu memasang wajah jutek sambil melepas pelukan.
Katherine menyuruhnya keluar duluan dengan alasan ingin buang air terlebih dulu.
“Oke deh Non, saya tunggu yah, jangan lama-lama” Mamat mengecup pipi gadis sebelum membuka pintu dan keluar dari ruang itu.
Katherine berjalan ke arah wastafel, digosoknya cermin yang telah buram karena tertutup oleh uap air itu dengan telapak tangan. Sebuah seringai tergurat di wajahnya sambil menatap bayangannya di cermin. Bayangan yang seharusnya merefleksikan sosok cantik Katherine malah menunjukkan sesosok makhluk dengan tubuh rusak seperti habis terbakar, di beberapa bagian nampak daging memerah di bawah kulitnya yang hangus. Wajahnya yang melepuh terlihat seram, rambutnya sebagian besar terbakar, meninggalkan bekas acak-acakan di atas kepala.Wajah menyeramkan dalam cermin itu menatap… dan tersenyum menyeringai membuat bulu kuduk berdiri.
 

Grace melangkahkan kakinya dengan agak terburu-buru. Ia melihat ke arah kolam dan menemukan temannya, Arlene dan si mandor dari villa seberang sedang bercengkerama selepas persenggamaan mereka.
"Non Grace, kemana aja dari tadi? ayo sini dong, ikut berenang !" ajak Parjo.
"Len, gua agak ga enak badan, lu orang masuk aja dulu" kata gadis itu tanpa menghiraukan panggilan Parjo, nampak ia sesekali menyedot hidungnya dan menutup mulut dan hidung dengan tangan.
"Ohh...jadi lu udah ga tahan yah" wajah Arlene berubah serius, sepertinya ia mengerti apa yang terjadi dengan temannya itu, "Mmm...Pak kita masuk ke dalam aja dulu, disini kan udah dingin"
Parjo meskipun agak bingung menurut saja apa yang diminta gadis itu. Ia segera keluar dari kolam dan memunguti pakaiannya.

"Udah, bawa aja nggak usah dipakai, ntar juga dilepas lagi !" kata Arlene menarik lengan pria itu.
"Ehh...iya, iya deh Non...Non Grace ayo masuk juga katanya gak enak badan kok malah di luar"
"Ayo Pak, dia mau minum obat dulu, yuk kita masuk duluan !" Arlene segera menyeretnya seolah sedang menyembunyikan sesuatu.
Setelah keduanya menghilang dibalik pintu, Grace menyapukan pandangan matanya yang tiba-tiba berubah tajam ke sekelilingnya, entah apa yang sedang dicarinya.
———————————————-
Parjo terbengong melihat dua temannya, Amin dan Gozhi sedang melakukan double penetration terhadap Samantha di sofa.
"Jadi kalian udah bermaksud ngegoda kita nih daritadi?" kata Parjo pada Arlene yang nampak biasa saja melihat adegan itu.
"Nggak juga, kalian saja laki-laki yang gak bisa nahan nafsu...tapi jujur aja kita emang suka bikin acara ginian kok kalau lagi kesini" jawab Arlene tersenyum nakal.
"Asyik Jo...malem ini kita pesta !" sahut Amin sambil terus menusuk-nusukan penisnya ke dubur Sam.
"Hehe...ayo Non kita terusin lagi tadi, tambah panas aja nih" Parjo memeluk Arlene dan menciumi wajahnya yang cantik, gadis itu tertawa dan mendesah geli menanggapinya.
"Misi bentar yah, Pak saya mau liat Grace dulu, sekalian manggil dia kesini" Arlene tiba-tiba melepaskan dekapan pria itu dan meminta diri, "Bapak sama teman saya yang lain aja dulu yah"
"Hahaha...oke deh Non, saya tunggu yah, jangan lama-lama" Parjo melepaskannya lalu mencubit pantatnya.
Setelah Arlene keluar, Parjo menghampiri ketiga orang yang sedang asyik ber-threesome di sofa itu. Penisnya sudah mengacung tegak karena begitu terangsang dengan pemandangan di hadapannya ini.
"Udah lama nih ?" tanyanya.
"Lumayan...hhhsshh...dari kita ngeliat Bos nyebur ke kolam tadilah" jawab Gozhi tersenggal-senggal.
Sam tanpa diminta meraih penis Parjo yang sedang berdiri di dekatnya itu dan mengocoknya.
——————————————–
Arlene kembali ke daerah kolam renang untuk memantau kondisi Grace, tanpa selembar pakaianpun menempel di tubuhnya selain sandal. Ia mencari sejenak sambil memanggil nama temannya itu sebelum akhirnya menemukannya sedang berjongkok di suatu sudut dekat semak-semak. Arlene berjalan menghampirinya sambil memanggil, namun Grace tetap berjongkok membelakanginya, sepertinya ia sedang sibuk melahap sesuatu.
"Grace...gimana?" tanya Arlene menepuk pundak temannya itu.
Gadis itu menolehkan wajah, mulutnya belepotan darah, wajahnya lebih pucat dan sebelah kirinya telah rusak seperti meleleh nampak begitu mengerikan, matanya yang indah itu berubah jadi seram seperti mata ular. Di tangannya yang juga berlumuran darah memegang seekor tikus sebesar anak kucing yang sudah tidak berkepala. Siapapun yang melihatnya dalam keadaan demikian tentu akan terkejut dan menjerit ketakutan atau bahkan mungkin pingsan.
"Kalau udah cepat kembali lagi yah" kata Arlene yang biasa saja melihat perubahan mengerikan pada temannya itu.
Grace hanya mengangguk lalu meneruskan menggerogoti tikus di genggamannya itu seperti binatang buas memakan mangsanya.
"Oke kalau gitu, gua balik dulu yah, takutnya ada yang kesini" setelah memastikan semua baik-baik saja, Arlene meninggalkannya dan kembali ke dalam.
Grace melahap binatang itu seperti sebuah makanan enak, kulit, daging beserta isi perutnya ditelan bulat-bulat tanpa sisa, darah menetes-netes membasahi tangannya dan rumput di bawahnya. Sungguh sebuah pemandangan mengerikan sekaligus memualkan. Ia baru bangkit berdiri setelah menghabiskan binatang itu hingga tinggal tulang-tulang yang berlumuran darah. Wajah sebelahnya yang seperti meleleh itu berangsur-angsur kembali menjadi halus seperti semula. Matanya memandang ke arah bangunan utama dengan sorot mata dingin, di bibirnya yang masih belepotan darah tergurat sebuah senyum jahat.
——————————-
Mamat keluar dari kamar mandi menemukan ketiga temannya sedang mengeroyok Samantha.
"Wah asyik nih, yang lain pada kemana?" tanyanya.
"Lagi keluar sebentar, katanya mau minum obat, ntar juga balik kok...huehehe, asyik nih Mat" sahut Parjo yang penisnya sedang dikocok oleh Sam.
"Abis ngentot juga lu Mat?" tanya Amin.
"Iya di kamar mandi tuh, sip banget deh"
Saat itu Gozhi sudah diambang orgasme, ia mengerang-ngerang sambil menyentakkan pinggulnya ke atas sehingga penisnya menancap sedalam-dalamnya. Kembali si muka bopeng itu menembakkan spermanya di dalam rahim Sam, tubuh gempalnya berkelejotan karena terpaan gelombang orgasme.
"Si Arlene mana Bos? Gua juga pengen nyobain dia nih!" tanya Mamat yang nafsunya mulai bangkit lagi.
"Sana keluar sana, tadi lagi nemenin Grace minum obat dulu...uhhh...sip!" Parjo menunjuk ke arah pintu.
Segera Mamat berjalan ke arah yang ditunjuk mandornya. Ketika akan menyentuh gagang pintu, tiba-tiba pintu itu sudah dibuka dari luar.
"Mau kemana Bang ?" tanya Arlene yang baru muncul dengan santainya.
"Eh...si Non, baru aja Abang mau nyariin ehh...udah nongol duluan" kata Mamat cengegesan, matanya menatap takjub tubuh telanjang Arlene di hadapannya yang hanya memakai alas kaki.

"Cari saya mau apa?" tanya Arlene cuek.
"Hehehe...ya mau main bareng Non dong, boleh kan?" pinta pria itu sambil nyengir mesum.
"Dasar, Abang bukannya baru main sama si Katherine, mana dia?"
"Anu Non, masih di kamar mandi, katanya mau buang air dulu, tar lagi juga keluar kok" jawabnya, "Gimana Non, mau kan sama saya ?" ia menarik lengan gadis itu dan mendekap tubuhnya.
"Iiihhh...Abang, genit banget sih, ga usah buru-buru gitu ah!" Arlene mendorong tubuh kurus Mamat dan berjalan arah sofa tunggal.
Ia menjatuhkan pantatnya ke sana, Mamat yang mengikutinya dari belakang kini berdiri di depannya sambil menggenggam penisnya yang tertodong ke arahnya. Sebelum ia sempat meminta, gadis itu sudah terlebih dulu meraih penisnya lalu menjilatinya perlahan.
"Uuuhhh !!" erang Mamat merasakan nikmatnya sapuan lidah gadis itu pada penisnya.
Setiap sentuhan lidah gadis itu membuat Mamat tersentak-sentak seperti tersengat listrik, apalagi lidah itu menjilatinya memutar di dalam mulutnya yang hangat dan basah. Tubuh pria itu bergetar merasakan nikmat bagaikan melambung ke awan. Hisapan Arlene semakin dahsyat, ia memaju-mundurkan kepalanya sehingga penis pria itu keluar masuk dengan suara berdecap. Sementara itu di sebelah mereka, Samantha mengerang panjang dengan tubuh menegang. Rupanya ia sedang dihempas gelombang orgasme, tubuhnya mengejang selama beberapa saat sebelum ambruk diatas tubuh gempal Gozhi yang berbaring di bawahnya. Amin yang masih belum keluar masih terus menggenjoti gadis itu secara anal.

Saat itu pintu kamar mandi terbuka dan Katherine keluar dari dalam hanya memakai selembar handuk yang terlilit di tubuhnya. Melihat ada 'barang baru', Parjo yang daritadi cuma kebagian handjob menghampiri gadis itu.
"Non Katherine yah ? saya Parjo, mandor yang bangun villa di seberang" pria itu memperkenalkan dirinya.
Katherine hanya tersenyum membalas sapaannya, ia sempat terperangah sejenak melihat penis pria itu yang dalam keadaan tegang maksimal.
"Eehh...mau kemana Non, kok ngelengos gitu aja?" Parjo menghalangi langkahnya ketika gadis itu berjalan hendak meninggalkan ruang itu.
"Aduh...please dong Pak, saya kan mau ke kamar" ucap Katherine sambil menepis tangan Parjo yang mendekapnya.
"Hehehe...saya temenin yah Non, kamarnya dimana emang?"
"Di atas sana, udah ah Pak minggir dulu!" Katherine dengan ketus melewati Parjo.
Tiba-tiba sebuah jeritan kecil keluar dari mulut mungilnya, ternyata Parjo dengan sigap mendekap tubuh gadis itu dan mengangkatnya dalam gendongannya. Dengan tubuhnya yang berisi itu, tubuh Katherine bukanlah beban berat baginya.
"Aaah...apaain sih !? lepasin!!" jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Parjo.
"Hus..hus...jangan banyak gerak Non ntar jatuh, hehehe !" pria itu tertawa-tawa sambil berjalan ke arah tangga dengan kedua tangan menggendong gadis itu.

Keperkasaan Parjo menggendongnya sambil menaiki tangga tanpa terengah-engah dan wajahnya yang kasar macho itu dengan cepat meluluhkan pertahanan Katherine. Pemberontakannya yang pada dasarnya hanya pura-pura itu pun mengendur. Ia tidak lagi meronta-ronta ingin turun, malah melingkarkan tangannya ke pundak pria itu.
"Sini...disini Pak!" katanya ketika mereka sampai di depan sebuah pintu.
Parjo hanya perlu mendorong pintu yang setengah terbuka itu dengan bahunya. Di kamar yang cukup luas itu terdapat sebuah ranjang ukuran double, lemari, dan meja rias. Melalui sebuah pintu kaca bertirai penghuninya dapat melihat ke arah lembah di belakang villa yang indah. Interior dan perabotan kamar itu simpel tapi berkesan elegan, sungguh suasana yang diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan tenang dan menyejukan apalagi ditambah suasana malam. Setelah meletakkan tubuh Katherine di ranjang, Parjo menutup pintu dan menekan saklar di tembok sehingga cahaya neon berwarna kuning menyala menerangi kamar itu.
"Kalau gini kan suasananya romantis Non, cuma kita berdua aja" katanya sambil berjalan ke ranjang, "ngapain ditutup-tutup Non? Daritadi semua udah telanjang kok" seraya menarik lepas handuk yang melilit tubuh gadis itu.
Ditatapnya keindahan tubuh Katherine serta wajahnya yang cantik, sepasang buah dada yang tidak terlalu besar dan kemaluan yang berbulu lebat, sungguh pemandangan yang menggugah birahi. Ia menindih tubuh gadis itu dan menghujaninya dengan ciuman. Katherine yang sudah pasrah membalas cumbuan pria itu, ia membiarkan tangan kasar pria itu menjamahi lekuk-lekuk tubuhnya. Mulut pria itu semakin turun ke bawah hingga ke payudaranya.

Katherine mengerang perlahan merasakan putingnya dipilin-pilin oleh jari mandor itu sementara puting yang satunya dihisap-hisap olehnya. Ia cepat sekali terhanyut oleh alunan birahi yang dibangkitkan dengan sempurna oleh Parjo. Tubuhnya menggeliat-geliat tak terkendali, matanya terpejam nikmat. Seluruh ujung-ujung syaraf di badannya menimbulkan rasa geli yang sensual. Satu tangan Parjo merayap turun dan mulai bermain di kewanitaannya, mengusap-usap dan membelai bibirnya. Kemudian tangannya yang satu menarik paha gadis itu sehingga selangkangannya terbuka semakin lebar. Jari-jari besar pria itu menguak bibir vaginanya dan jarinya yang lain menemukan 'si kecil merah'nya.
"Eengghh...aahhh !" jerit Katherine tertahan merasakan kenikmatan menyerangnya dari berbagai arah.
Tubuh gadis itu menggeliat-geliat kegelian karena Parjo mengurut-urut tonjolan kecil itu dengan jari tengahnya. Puas menghisap payudara itu, Parjo mengarahkan mulutnya ke bawah meninggalkan bekas ludah dan cupangan memerah pada kulit payudara yang putih mulus itu. Mulut pria itu mulai menghisap-hisap daging kecil yang sensitif itu dengan satu jarinya mengorek-ngorek liang sorgawinya. Katherine mengerang keras bahkan setengah berteriak merasakan geli-nikmat itu merasuki tubuhnya. Sebentar saja orgasme kecil menyelubunginya. Sebuah sedotan kuat dari mulut pria itu menjebol tanggul orgasmenya. Tubuh Katherine sampai menekuk ke atas dan tulang rusuknya tercetak sebelum akhirnya melemas kembali dengan nafas memburu.

Parjo melahap cairan kewanitaan gadis itu dengan lahapnya, wajahnya dibenamkan dalam-dalam seolah mau memasuki vaginanya. Ia baru mengangkat wajahnya setelah puas menghirup lendir orgasme Katherine.
"Hah!! Non Grace? sejak kapan disitu !!?" Parjo agak terlonjak kaget melihat Grace yang tahu-tahu sudah berada di dalam kamar itu, dengan santainya ia duduk melipat tangan di sebuah kursi memandangi mereka, padahal tidak terdengar sama sekali pintu dibuka atau ada orang datang, "saya...saya kok ga tau Non masuk ?"
"Udah lumayan lama, Bapak aja kali yang terlalu asyik sampai gak liat saya datang" jawabnya tersenyum sinis, "omong-omong, apa saya boleh ikut meramaikan?"
Ia berdiri dan berjalan ke arah ranjang sambil membuka tali pinggang kimononya, selanjutnya kimono kuning itu jatuh ke lantai. Parjo melotot dan menelan ludah melihat tubuh Grace yang sudah tidak memakai apa-apa lagi, begitu langsing dan mulus, payudaranya lebih montok dari Katherine. Ia sungguh bersyukur, dari kerja keras seharian penuh ditambah omelan si pemilik villa yang sedang dikerjakannya akhirnya bisa mendapat kesempatan emas yang tidak pernah dimimpikannya. Parjo sudah begitu bernafsu melakukan threesome dengan dua bidadari sehingga begitu Grace naik ke ranjang ia langsung mendekap dan melumat bibir gadis itu. Keduanya berpelukan dan bercumbu penuh nafsu dalam posisi berlutut di ranjang. Tiba-tiba Parjo merasakan sepasang tangan halus memeluk dadanya dari belakang dan payudara pemilik tangan itu bersentuhan dengan dadanya. Seperti di surga saja rasanya, kalau saja di versi komik manga, hidung Parjo tentu sudah mimisan deras.
———————————–
"Non kita masuk kamar aja yuk, biar lebih enak mainnya" kata Mamat setelah menarik lepas penisnya dari mulut Arlene, ia tidak ingin keluar terlalu cepat apalagi masih dua lagi dari gadis-gadis itu yang harus dicicipinya.
Arlene mengangguk dan berdiri, digandengnya tangan pria itu meninggalkan Samantha dengan dua orang kuli bangunan lainnya yang sedang beristirahat memulihkan tenaga. Nampak sperma berceceran di pantat dan punggung Sam, cairan putih kental itu berasal dari Amin yang kini terduduk lesu di sofa panjang itu. Gozhi yang juga sudah lemas memeluk Sam yang menindih tubuhnya. Arlene membuka sebuah pintu kamar tidak jauh dari dapur dan menyalakan lampunya. Kamar itu tidaklah sebesar yang di lantai atas tempat Parjo sedang bersenang-senang dengan Katherine dan Grace, kira-kira ukuran single room untuk kamar hotel. Hanya ada sebuah ranjang untuk seorang disitu dan di bawahnya ada sebuah kasur bersprei, sebuah meja kayu jati serta kursinya. Begitu naik ranjang Mamat langsung menindih Arlene.
"Abang masukin sekarang yah Non" kata Mamat sambil meremas payudaranya.
"Iya Bang...saya nngghh !" Arlene melenguh ketika vaginanya diterobos penis si kuli bangunan itu.
"Uuii...sempitnya memek Non Arlene !" ceracau Mamat merasakan himpitan dinding vagina gadis itu.
Sesaat kemudian tubuh Mamat sudah naik-turun di atas tubuh Arlene. Selain menggenjot, ia juga menciumi atau menjilati wajah gadis itu. Arlene sendiri menggelinjang nikmat, tangannya kadang meremas seprei, kadang memeluk erat tubuh kurus Mamat yang menindihnya. Wajahnya yang merona merah dan desahannya yang menjadi-jadi menyebabkan pria itu semakin bergairah menyetubuhinya.

"Hhushh...hhh...enak mana Non, kontol saya...sama si bos?" tanya Mamat di sela-sela genjotannya.
"Aahh...aahh..***k tau Bang !?" Arlene menjawab sambil mendesah.
"Masa...uuhhh..***k tau ?! ayo dong...jawab !!" pria itu meningkatkan tenaga sodokannya sehingga gadis itu semakin mendesah tak karuan.
"Aaauuhh...aahh...iyah...Abang aja deh...aahh...enak !" erangnya semakin erat memeluk pria itu.
"Hheheeh...aahh...siapa dulu...Mamat...bin Abdul Azis !" tidak bosan-bosannya ia membanggakan diri sebagai pemuas wanita nomor satu.
Tiba-tiba Mamat menghentikan genjotannya, ia bangkit dan menggulingkan tubuh gadis itu hingga berbaring menyamping. Kemudian ia mengangkat dan menaikan sebuah pahanya di pundaknya. Kembali ia memasukan penisnya yang basah itu ke vagina sang gadis dan memulai babak selanjutnya dengan gaya menyamping. Dengan gaya demikian tusukan-tusukan penisnya masuk lebih dalam, juga ia dapat lebih leluasa meremas-remas payudara Arlene, kadang ia juga menciumi paha dan betis gadis itu yang ia naikan ke bahunya. Tubuh mereka semakin dipenuhi butir-butir keringat, erangan kenikmatan memenuhi kamar itu. Arlene mengerang panjang, tubuhnya berkelejotan terisi kenikmatan orgasme. Vaginanya berkontraksi cepat dan mengeluarkan cairan bening yang menghangatkan penis yang masih terus keluar masuk disana. Akhirnya dalam waktu kurang dari dua menit penis itu pun berkedut cepat, pemiliknya mengerang dan melepaskan penisnya. Ia berlutut di samping Arlene menyemburkan spermanya membasahi perut dan payudara gadis itu sebelum dia sendiri ambruk.
————————————————-
"Yang lain udah pada masuk kamar Non, kita juga yuk, ntar kena angin terus masuk angin lagi" ajak Amin sambil menegakkan tubuh Samantha yang masih terbaring lesu di sofa, "tapi kita ke kamar mana nih, villanya gede jadi bingung Bapak"
"Hhmm...saya pikir kita ke atas saja" Samantha mengusulkan.
"Boleh deh ayo Non, saya papahin!" kata Amin bersemangat dan bangkit berdiri.
Saat itu Gozhi yang sebelumnya menjadi partner Sam telah meninggalkan mereka dan naik ke atas, nampaknya ia ingin mencicipi gadis lain karena ia masuk ke kamar tempat Parjo dan Katherine. Amin memapah Samantha yang berjalan agak gontai sehabis dipenetrasi ganda tadi.
"Non nggak apa-apa kayaknya udah lemas banget?" tanya Amin.
"It's allright, saya hanya sedikit cape" jawabnya dengan tersenyum lemas.
Sambil berjalan naik, Amin ngobrol-ngobrol ringan dengan gadis itu diselingi gurauan cabul, tangannya juga tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan menjamah-jamah tubuhnya.
"Disini Non?" tanyanya ketika berhenti di depan kamar Katherine dan Parjo, suara desahan sayup-sayup terdengar dari dalam.
"No, no, disana saja, supaya lebih private" jawabnya seraya menunjuk ke kamar paling ujung di koridor lantai dua.

Setelah menutup pintu dan menyalakan lampu, mereka langsung menghempaskan diri ke ranjang yang disebelahnya terdapat jendela bertirai.
"Non Sam, kapan terakhir pulang ke sana?" tanya Amin sambil tangannya mengelus rambut pirang gadis itu.
"Pulang Australia? Hhmm...sudah lama, mungkin lebih dua tahun lalu" jawabnya.
"Wah...lama-lama amat? Keluarga Non gak nyariin apa?"
"Ya saya rasa gitu, tapi...disini sudah jadi tempat saya" kata-katanya terdengar lebih pelan dan terkesan menyembunyikan sesuatu.
"Maksudnya Non dah betah di Indonesia gitu ?"
"Please saya nggak mau bicara lagi itu" gadis itu meletakkan telunjuknya di bibir Amin, "saya ingin bercinta lagi, ok?"
Meskipun masih memendam penasaran, Amin diam saja ketika gadis itu menindih tubuhnya dan menempelkan bibir mereka. Mereka berciuman dan bermain lidah sambil berpelukan, nafas keduanya mulai memburu lagi. Sam menggerakan tangannya ke bawah meraih penis Amin yang kembali menggeliat.
"Uugghh!" Samantha mendesah menikmati penis itu menerobos vaginanya.
Dengan kedua tangan mencengkram pinggul Sam, Amin mulai menggoyang tubuh gadis itu. Sam membiarkan pria itu memimpin permainan cinta itu, pinggul pria itu menyentak-nyentak tubuhnya dari bawah sana. Ujung penis pria itu yang keras membentur-bentur dinding terdalam vaginanya sehingga membuatnya mengerang-ngerang keenakan.
"Yes...yes...great!" ceracau Sam setiap kali tubuhnya menghujam ke bawah.
Mulut Amin berpindah-pindah melumat payudara Sam yang berayun-ayun di atas wajahnya, tangannya yang menggerayangi tubuhnya juga kadang singgah di bongkahan daging kenyal itu untuk meremas atau mempermainkan putingnya.

Tak lama kemudian, mereka berguling ke samping, persetubuhan itu terus berlanjut dalam posisi berbaring menyamping berhadapan. Tangan Mamat yang satu memegangi paha gadis itu sementara yang satu lagi mengelusi punggungnya yang sudah bercucuran keringat. Mereka berciuman dengan penuh gairah, tukar-tukaran ludah dan beradu lidah. Masing-masing dapat merasakan hembusan nafas pasangannya yang makin memburu menerpa wajah. Ketika orgasme datang menerpa, Sam melepaskan ciumannya, ia menjerit keras dan pelukannya terhadap pria itu semakin erat. Amin juga melenguh nikmat karena penisnya serasa diremas-remas oleh dinding vagina Sam yang bergerinjal-gerinjal. Ia merubah posisi dengan menelentangkan tubuh gadis bule itu dan masih meneruskan genjotannya karena masih belum mencapai puncak. Namun posisi tersebut tidak berlangsung lama, ketika ia merasa penisnya makin berdenyut-denyut, ia mencabutnya lalu naik ke dada gadis itu. Ia mengapitkan penisnya diantara kedua payudara 34B itu dan mulai menggerakkan pantatnya maju-mundur.
"Huehehe...baru pernah nih ngerasain jepitan toked bule, bini gua sih udah ga bisa diginiin, udah kendor!" katanya dalam hati
Penis itu maju mundur dengan cepat karena dilicinkan oleh lendir yang melumurinya. Semakin dekat ke puncak, pria itu semakin ganas mengocok penisnya diantara dua bukit kembar tersebut. Sam merasakan sedikit perih pada payudaranya yang diremasi dan digesek dengan brutal oleh kuli bangunan itu. Akhirnya pria itu melenguh keras seperti kerbau terluka sambil menembakkan lahar putihnya membasahi wajah, leher dan dada gadis itu.
"Oooww...my godness!" desah Sam menerima semburan itu, ia membuka mulutnya sehingga cipratan itu sebagian masuk ke mulut.
Genjotan dan semburan spermanya semakin Amin lemah, penisnya pun makin menyusut diantara himpitan payudara Sam. Dia pun melepaskan cengkeramannya pada payudara gadis itu meninggalkan bekas merah-merah karena remasan yang kuat. Setelah itu dia pun menjatuhkan diri di sebelah gadis itu.
"Enak?" tanyanya sambil tersenyum melihat gadis itu menjilati jari-jarinya yang dipakai menyeka ceceran spema.
"Eee-emm" angguknya, "enak, I like it"
Amin memeluk tubuh gadis itu dan mencium keningnya sebelum terbuai dalam mimpi.
———————————————
Dua lidah itu memanjakan penis Parjo dengan jilatan dan hisapan mereka. Buah pelirnya pun tidak luput dari mulut dan tangan keduanya. Selagi yang satu mengisap yang lain mengulum kedua bola itu.
"Sedap Non...sedot terus !!" ceracau Parjo sambil mengorek-ngorek vagina Grace yang sedang berposisi 69 dengannya..
Grace mengoral penis itu dengan tubuh menggeliat-geliat dan sesekali mendesah karena lidah Parjo yang kasap dan hangat itu menyusup ke vaginanya, lidah itu bergerak cepat, menjilati memutar, kadang juga keluar masuk. Ketika penis itu terlepas dari mulut Grace, Katherine langsung ganti memasukannya ke mulut, mereka seperti berebutan menikmati benda itu. Hal itu menyebabkan Parjo semakin liar melumat vagina Grace, lidahnya masuk semakin dalam hingga menyentuh klitorisnya.
"Aahh !" erang gadis itu dengan tubuh bergetar seperti kesetrum.
Parjo membuka bibir vagina itu lebih lebar dengan jarinya sehingga dapat menjilati lebih dalam. Bagian yang merah merekah itu semakin dijilat semakin berlendir saja. Pelayanan kedua gadis itu juga semakin membuat penisnya nyut-nyutan. Karena tidak ingin buru-buru keluar, ia menggeser tubuhnya ke belakang lalu menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Ia lalu membentangkan paha Grace yang kini berada di pangkuannya, tangan satunya mengarahkan penisnya yang mengacung ke vagina gadis itu. Penis itu pun perlahan melesak, jeritan nikmat keluar dari mulut gadis itu.

Kejantanan Parjo kini tertanam dalam-dalam menyentuh dinding paling belakang kemaluan Grace. Tanpa disuruh, ia mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya, seluruh liang kewanitaannya disodok-sodok oleh batang yang keras dan panas yang menimbulkan gelora birahi yang dahsyat. Katherine pun tidak tinggal diam, ia berlutut di depan mereka dan mengenyoti payudara temannya, tidak lama kemudian mulutnya merambat naik dan bibir tipis kedua gadis itu pun bertemu. Grace memejamkan mata menikmati perlakuan mereka, lidahnya saling belit dan saling jilat dengan lidah temannya itu.
"Eeempphh!" Grace merintih tertahan dan tubuhnya berkelejotan.
Badan gadis itu mulai bergetar keras merasakan serbuan-serbuan kenikmatan menyebar ke seluruh tubuh. Tidak sampai sepuluh menit, Grace mengerang keras, tubuhnya serasa meledak-ledak sehingga mengejang tak terkendali. Selama lima detik ia kehilangan kesadarannya, tubuhnya lunglai dalam dekapan pria itu, keringatnya membanjir, meleleh-leleh di dada dan wajahnya. Parjo pun sudah sangat terangsang, remasan dinding vagina dan siraman cairan orgasme yang hangat membuat kejantanannya makin berdenyut-denyut. Ia segera menurunkan tubuh Grace dan berdiri di ranjang sambil mengocoki penisnya, seakan sudah mengerti kedua gadis itu berlutut di hadapannya. 'Cret...cret!" cairan putih kental muncrat mengenai wajah keduanya. Mereka berebutan menelan cairan itu, bahkan Katherine meraih penis itu dan mengocoknya agar seolah memompanya agar spermanya keluar.
"Mantap Non...uuh uenak !" desahnya ketika lidah-lidah mereka menjilati batangnya melakukan cleaning service.

Setelah menjilati penis pria itu hingga bersih, Grace menjilati ceceran sperma itu pada wajah temannya. Ia berpagutan mulut dengan temannya sebentar sebelum mulutnya turun lagi menjilati sperma yang menetes di payudaranya.
"Eeengghh !" desah Katherine
Melihat adegan sesama wanita itu, nafsu Parjo bangkit lagi, ia memeluk tubuh Katherine dari belakang. Sekarang keadaan berbalik menjadi Katherine dikeroyok oleh Grace dan Parjo. Tangan pria itu mengelusi vaginanya yang berbulu lebat, jari-jarinya yang nakal menyusup masuk ke bibirnya serta menggosok-gosoknya. Selain itu Parjo juga menjatuhkan ciuman-ciumannya pada leher dan pundak gadis itu. Selesai menjilati payudara temannya, mulut Grace naik lagi dan memagut bibir teman sesama jenisnya. Katherine pasrah turut memainkan lidahnya mengimbangi cumbuan temannya, di samping itu ia merasakan tangan-tangan mereka menggerayangi tubuhnya. Secara refleks ia menggerakan tangannya memegang payudara temannya dan mulai meremasinya. Grace lalu merebahkan tubuhnya ke belakang sehingga Katherine yang dipeluknya ikut tertarik dan menindihnya. Bibir keduanya tidak lepas bahkan semakin larut dalam permainan lidah, payudara mereka berhimpitan dan bergesekan satu sama lain.
"Eeemmhh !" desahan tertahan keluar dari mulut Katherine karena ia merasakan sebuah benda tumpul menekan vaginanya dari belakang.
Pria itu menekan penisnya lebih dalam sehingga tubuh Katherine sedikit mengejang akibat sensasinya.

Tubuh Katherine mulai tersentak-sentak ketika Parjo mulai memompa liang vaginanya. Grace yang berbaring di bawahnya meremas kedua payudaranya dengan lembut sambil memilin-milin putingnya. Sambil menggenjot tangan Parjo juga menggerayangi tubuh kedua gadis itu. Erangan Katherine yang ribut memenuhi kamar itu sehingga pria itu semakin bernafsu menyetubuhinya. Liang vagina gadis itu semakin berlendir menimbulkan bunyi berdecak disamping bunyi tumbukan alat kelamin mereka. Tak lama kemudian, Katherine menggelinjang, tubuhnya menekuk dan lenguhan panjang keluar dari mulutnya. Saat itu, Grace menyedot kuat sebuah putingnya, menimbulkan ledakan kecil yang mengawali serangkaian ledakan-ledakan dahsyat di tubuh Katherine. Gelombang orgasme kali ini lumayan dahsyat sampai tubuh gadis itu tersentak-sentak tak terkendali, kalau saja Parjo tak cukup kuat memeganginya mungkin tubuhnya sudah terlontar keluar ranjang. Cairan orgasme yang keluar dari vaginanya menjadi pelumas bagi penis Parjo sehingga semakin memperlancar gerakan keluar-masuknya. Tiba-tiba pintu terbuka yang membuat mereka menoleh kesana, ternyata yang datang Gozhi yang baru saja menggarap Samantha di bawah sana.
"Wuih...asyik nih lagi main tigaan, bagi-bagi yah Bos jangan maruk sendiri" katanya sambil berjalan ke ranjang.
"Ayo aja Bang, masih ada tempat kok disini!" panggil Grace dengan senyum menggoda.
"Sialan lo, ganggu aja!" omel Parjo dalam hati

Grace menggeser tubuhnya dari bawah Katherine ke sisi sebelah ranjang itu yang masih lowong.
"Wah udah keringetan gini Non, seru yah tadi mainnya?" kata Gozhi ketika mengelus payudaranya.
Si bopeng itu memandang kagum tubuh telanjang Grace yang terbaring di sisinya. Sekali-kalinya dalam seumur hidup bersanding dengan gadis secantik ini setelah mencicipi yang produk 'luar' punya. Tubuh gadis ini tidak kalah dari gadis bule yang barusan digarapnya, wajah oriental yang kalem, payudara berukuran sedang yang bulat indah, sepasang paha jenjang yang mulus, dan kemaluan yang berbulu lebat. Gozhi sungguh berdecak kagum sampai tangannya sedikit bergetar ketika menggerayangi tubuh gadis itu.
"Eeehhmm!" desah Grace lirih saat jari-jari gemuk pria itu menggosok-gosok bibir kewanitaanya.
Wajah pria itu mendekati payudaranya, lidahnya menjilati putingnya yang telah mengeras itu memutar membuat lingkaran di sekeliling organ sensitif itu, lalu mulut itu membuka lebar-lebar dan memasukan gundukan kenyal itu ke dalamnya walau tidak semuanya masuk. Mulailah Gozhi mengeyoti payudara Grace seperti bayi yang sedang menyusu, jari-jarinya masuk semakin dalam mengaduk-aduk vagina gadis itu. Sementara di sebelah mereka, Parjo dan Katherine sedang menikmati persetubuhan dalam gaya doggie, hentakan-hentakan tubuh mereka menyebabkan ranjang itu bergoyang hebat.

Gozhi menciumi tubuh Grace inci demi inci, dari payudara, lengan, pundak dan leher. Kemudian ia membalik tubuh gadis itu hingga telungkup, lalu diangkatnya pinggulnya hingga menungging. Grace menahan nafas ketika merasakan kepala penis pria itu menempel di vaginanya dan mulai melesak masuk. Setiap mili gesekan penis itu memasukinya menimbulkan percikan nikmat hingga akhirnya terbenam dalam vaginanya.
"Uuhhh...uenak, sempit yah Non" ceracau Gozhi sambil menggenjot gadis itu.
Tangan Grace mencengram sprei dan bantal, rambut panjangnya yang indah tergerai menyetuh kasur, kedua pahanya membuka lebih lebar seolah meminta pria itu menusuknya lebih dalam. Setiap kali penis pria itu menerobos masuk, ia merasa bagai disiram berliter-liter air hangat yang memijati seluruh tubuhnya, sedangkan setiap pria itu menarik penisnya, ia merasa seperti terhisap pusaran air yang membawanya pada kenikmatan. Dengan mata merem-melek, Grace menjeritkan penyerahan diri sekaligus pertanda datangnya klimaks yang luar biasa. Gozhi merasakan penisnya bagaikan dipilin dan dihisap oleh mulut yang kuat sedotannya. Tanpa dapat tertahankan lagi, pria itu pun memuntahkan spermanya membanjiri rongga kewanitaan Grace yang sedang berkontraksi dilanda orgasme. Gadis itu mengerang dan menggeliat sejadi-jadinya sebelum akhirnya tubuhnya lemah lunglai di kasur. Gozhi menyusul menimpa tubuh putih yang telah licin oleh keringat itu. Nafas keduanya tersenggal-senggal seperti pelari yang baru mencapai finish.

Di sebelah mereka, Parjo dan Katherine masih sibuk bergumul, mereka sebelumnya telah terlebih dahulu mencapai klimaks dan kini mereka sedang memasuki ronde berikutnya. Katherine kini telentang mengangkang di atas tubuh Parjo yang menyentak-nyentakan pinggulnya dari bawah.
"Ngghhh...oohhh...nngghh!" gadis itu melenguh nikmat, ia merasakan bagian bawahnya seperti dibelah dua oleh sebuah batang yang keras dan kokoh.
Ia ikut menggerakan pinggulnya agar vaginanya makin teraduk-aduk oleh penis pria itu. Tubuh Katherine bergetar merasakan serbuan kenikmatan menyebar ke seluruh tubuhnya, terlebih tangan pria itu terus saja meremasi payudaranya, mulutnya juga mencupangi pundak dan lehernya. Kemudian Parjo mendorong punggung gadis itu perlahan-lahan sehingga Katherine akhirnya dalam posisi menduduki penis itu dengan memunggunginya. Mulailah ia menggoyangkan kembali pinggulnya naik-turun, kadang juga berputar. Wajahnya yang manis terlihat semakin menggairahkan dengan rona kemerahan, matanya setengah terbuka dengan pandangan menerawang. Tiba-tiba seseorang memengangi kepalanya, Gozhi, si tambun bermuka bopeng itu telah berdiri di hadapannya dengan dengan penis setengah menegang.
"Isep yah Non!" pintanya cengengesan.
Tanpa menunggu jawaban Katherine, ia sudah menjejali mulut gadis itu dengan penisnya. Desahannya tersumbat, ia sepertinya agak gelagapan menerima penis Gozhi yang masih berlumuran cairan bekas persetubuhannya tadi, namun tak lama kemudian ia sudah mulai bisa beradaptasi. Katherine memainkan menyapukan lidahnya pada penis itu dalam mulutnya disertai kuluman-kuluman nikmat. Tubuhnya tetap naik-turun di atas penis Parjo sambil tangannya meremasi payudaranya sendiri.

Sementara itu Grace terlihat sedang berpelukan dengan Parjo, keduanya terlibat french kiss yang panas. Lidah Parjo masuk ke mulut gadis itu dan menyapu langit-langit mulutnya sambil tangannya mengelusi tubuh mulus itu. Grace pun tidak kalah agresif dalam hal ini, lidahnya beradu dengan lidah kasap pria itu, saling belit dan saling jilat, demikian serunya sampai nafas yang memburu terasa pada wajah masing-masing pasangan. Di ambang klimaks. Katherine memacu tubuhnya semakin cepat dan liar hingga akhirnya ia melepaskan kulumannya terhadap penis Gozhi dan menjerit keras, ia merasakan seperti ada ledakan dahsyat dari dalam tubuhnya, cairan vaginanya berleleran kemana-mana membasahi penis dan selangkangan Parjo. Sungguh persetubuhan yang liar dan erotis, empat orang, dua gadis cantik dan dua pria sangar dalam satu ranjang, berpadu dalam hasrat terliar manusia. Katherine tumbang kelelahan, tulang-tulangnya serasa copot semua, peluh telah membasahi tubuhnya dan nafasnya sudah putus-putus. Kedua pria itu membiarkannya beristirahat dan mulai mengeroyok Grace. Parjo menelentangkan tubuh gadis itu dan mengambil posisi di tengah kedua pahanya yang ia bentangkan lebar-lebar. Penis yang masih tegang dan berlumuran cairan klimaks Katherine itu ditusukannya ke vagina si gadis.
"Ugghh!" Grace mengerang dan menggeliat saat benda itu melesak masuk ke vaginanya.
Sodokan demi sodokan menghantam vagina gadis itu, sementara payudaranya yang ikut terguncang-guncang terus-menerus diremasi, dicubiti dan dikenyot oleh Gozhi.

Dari payudara mulut pria itu terus naik hingga mulut mereka bertemu. Desahan Grace terhambat sementara ketika mereka berciuman dan beradu lidah. Sebentar kemudian, pria tambun itu melepas ciuman dan berlutut di sebelah gadis itu. Tangan kanannya meraih kepala gadis itu dan tangan kirinya memegang penis yang sudah menegang. Grace membuka mulutnya seakan menyambut penis itu masuk ke dalamnya. Ia mengerang tertahan dan memperkuat hisapannya setiap Parjo menyodok dengan kuat, bila Parjo memutar-mutarkan penisnya seperti sedang mengaduk, gadis itu pun melakukan hal yang sama dengan menjilat memutar kepala penis itu dengan lidahnya. Irama persetubuhan mereka pun terjalin dengan indahnya. Hingga satu saat, Parjo frekuensi genjotan Parjo makin cepat sambil menceracau.
"Oooggghhh!" erangnya penuh kepuasan, spermanya segera mengisi rahim gadis itu.
"Mmhhh...eeemmhh !" sebentar kemudian Grace pun mengerang tertahan akibat kepalanya masih dipegangi oleh Gozhi.
Tubuh gadis itu mengejang tak terkendali, kedua kakinya memeluk pinggang pria itu seperti tidak rela pria itu mencabut penisnya yang menancap di vaginanya. Parjo masih melanjutkan genjotannya meskipun kecepatannya makin menurun. Hingga akhirnya orgasme gadis itu mulai surut dan jepitan kakinya mengendur. Ia menarik lepas penisnya yang telah menyusut, begitu benda itu tercabut sperma yang bercampur dengan cairan kewanitaan gadis itu pun turut meleleh keluar.

Parjo merasa sangat puas walau persetubuhan hari ini sangat melelahkan. Dalam hidupnya, inilah persetubuhan terdahsyat yang pernah dialaminya. Ia segera menjatuhkan diri di sebelah Katherine, gadis itu yang tenaganya sudah mulai pulih memeluknya.
"Gimana Pak? Bapak kuat sekali!" katanya sambil mengelus dada Pajo yang bidang.
"Puas banget Non, ini kerja lembur namanya, bisa-bisa besok Bapak ga kuat kerja nih!" tangannya mengelus rambut gadis itu.
"Aaarrgghh...uuhhh keluar Non!" tiba-tiba terdengar lenguhan panjang di sebelah.
Gozhi telah mencapai orgasmenya dari hasil oral seks Grace. Dipeganginya kepala gadis itu sambil berejakulasi di dalam mulutnya. Grace mengerang tertahan, sepertinya dia kepayahan menerima cairan kental itu yang meluap di mulutnya sehingga sebagian menetes keluar di pinggir bibirnya walau ia telah berusaha keras menghisap dan menelannya. Penis itu berangsur-angsur mengecil dalam mulutnya, Grace menuntaskan jurus terakhirnya dengan menyedot kuat-kuat batang itu sekaligus menjilatinya. Ketika benda itu ditarik keluar sudah tak ada sedikitpun sperma yang membekas disitu. Gozhi pun ambruk dengan nafas tersenggal-senggal. Ia masih sempat menyeka sperma yang meleleh di bibir gadis itu dan menyodorkan jarinya untuk dijilati.
"Bang...malam ini, saya akan memakan Abang" kata Grace setengah berbisik dekat telinga Gozhi.
"Ooh...makan? Boleh Non selama masih kuat, makan aja sampai puas...hehehe" Gozhi tertawa lemas sambil meremas payudara gadis itu.
Keempat tubuh telanjang bergelimpangan di ranjang itu, mereka terlibat obrolan ringan dan nakal pasca persetubuhan sebelum Parjo akhirnya berdiri dan mematikan lampu plafon dan menyalakan dua lampu meja. Setelah menarik selimut, mereka pun akhirnya tertidur kelelahan.

11.40 PM
Mamat terbangun karena ada yang menarik selimutnya, ia mengedip-ngedipkan mata setengah sadar, hanya cahaya bulan yang masuk ke kamar itu melalu ventilasi memberi sedikit penerangan disana. Ia menggerakan bola mata ke bawah, benar saja selimut itu memang seperti ada yang menarik pelan-pelan dari bawah. Bret! Sebuah tarikan kuat menyentak selimut itu sehingga tidak lagi menutupi tubuhnya, ia melirik ke sebelah dan menemukan Arlene sudah tidak disana lagi. Mendadak ia merasa ada aura seram menyelubungi kamar itu yang membuat bulu kuduknya berdiri semua, terlebih lagi ia baru menyadari tubuhnya tidak bisa digerakkan seperti mati rasa, demikian pula mulutnya terasa kelu sehingga hanya mampu mengap-mengap tanpa bersuara. Ia memandang sekeliling untuk mencari gadis itu. 'Deg', wajah Mamat semakin pucat pasi ketika sebuah tangan muncul dari ujung ranjang sana memegang telapak kakinya, dinginnya tangan berkulit pucat itu seakan merambat ke seluruh tubuhnya. Kepala pemilik tangan itu mulai menyembul di ujung ranjang, perlahan-lahan semakin mempercepat detak jantung pria itu.

Betapa ia ingin meloncat dan berteriak sekeras-kerasnya ketika melihat wajah seram itu, pucat dengan kerut-kerut mengerikan, matanya yang merah menatapnya seolah menembus sampai tulang, namun bagaimanapun ia tidak mampu menggerakan tubuhnya selain lehernya. Ia memejamkan mata sambil komat-kamit mengucapkan doa dan ayat-ayat suci untuk mengusir setan. Baru kali ini ia merasakan ketakutan terbesar dalam hidupnya sehingga mengucapkannya dengan sungguh-sungguh. Tangan dingin itu pun melepaskan cengkramannya. Mamat masih terus berdoa dan komat-kamit berusaha keras agar suaranya keluar. Berangsur-angsur ia mulai merasa lebih tenang dan perlahan-lahan membuka matanya, keringat dingin sudah bercucuran seperti embun di dahi dan tubuhnya. Di ujung ranjang, sosok seram itu sudah tidak ada lagi, ia lalu menengok ke kiri-kanan, kosong, pandangannya kembali ke langit-langit dan berkonsentrasi memulihkan diri. Kini ia mulai dapat bernafas lega, lengannya mulai bisa digerakan. Ia memejamkan mata dan menghirup udara, lalu menghembuskannya...lagi...dan lagi, sebanyak beberapa kali. Hatinya semakin tenang, ia yakin doanya telah berhasil mengusir makhluk itu. Kelopak matanya membuka...matanya melotot kaget dan wajahnya kembali menunjukan ketakutan yang amat sangat melihat makhluk itu telah berdiri di pinggir ranjang dan menatapnya dengan pandangan yang menusuk tajam.
"Waa...!!!" belum sedetik suara itu meluncur keluar dari mulutnya, makhluk itu dengan cepat menerkamnya sehingga ia tidak mampu bersuara lagi.
————————————-
11.44 PM

Amin terbangun karena seolah-olah mendengar suara jeritan, rasa kantuk memang masih menguasainya, namun disaat yang sama ia juga merasakan ingin buang air kecil. Maka supaya dapat melanjutkan tidurnya dengan nyaman, ia memutuskan untuk ke toilet sebentar. Dilihatnya gadis bule itu masih tertidur dengan lelap dalam posisi tengkurap di sampingnya. Perlahan-lahan disingkirkannya tangan gadis itu dari dadanya, ditatapnya wajah manis itu sambil turun dari ranjang.
"Hehe...bener-bener bukan mimpi, ini malem udah dua, besok dua sisanya juga wajib dicicipin" katanya dalam hati dengan girang.
Ia pun berjalan ke toilet, setelah menyalakan lampu ia berdiri di depan kloset dan mengeluarkan kencingnya dengan lega.
"Hhhss...tambah dingin aja nih, jadi beser melulu! Cepetan balik ah biar bisa anget-angetan lagi!" katanya dalam hati.
Setelah menyiram, Amin pun membalik badan bermaksud beranjak dari tempat itu.
"Loh...Non Sam, Bapak ngebangunin yah ? sori nih, pengen kencing sih" sapanya melihat gadis bule itu tiba-tiba berjalan masuk ke kamar mandi.
"Bukan...saya cuma ada masalah dengan tenggorokan saya, makannya bangun" kata Sam memegangi lehernya dengan wajah pucat seperti menahan sakit.
"Emang kenapa Non lehernya, coba sini saya liat" Amin menyingkirkan tangan gadis itu dan melihat ada goresan kecil meneteskan sedikit darah di lehernya, "ini kenapa Non, tadi nggak gini kan?"
Amin menyeka darah itu dengan jarinya, namun betapa kagetnya melihat goresan itu malah membesar dan mengucurkan lebih banyak darah.

"Hah...Non, apa...apa ini?" ia terperangah sambil mundur-mundur.
Matanya melotot seolah tidak percaya pada pandangannya melihat luka itu semakin melebar dan darah semakin bercucuran membasahi leher jenjang itu, yang lebih membuatnya ngeri adalah gadis itu malah tertawa...seram. Amin bergidik ketakutan, bulu kuduknya berdiri semua.
"Huuaaa !!!" ia menjerit kaget melihat kepala itu akhirnya terlepas dari lehernya dan menggelinding di lantai kamar mandi.
"Tolong Pak, sambungkan leher saya !" ucap kepala itu sambil tersenyum mengerikan.
Amin menubruk tubuh tanpa kepala itu hingga terjatuh dan segera berlari ketakutan ke arah pintu, namun 'blam' pintu itu menutup dengan sendirinya sebelum ia mencapainya.
"Buka!! Buka...tolong !!" jeritnya sambil memutar-mutar gagang pintu dan menggedor-gedornya.
Suara tawa yang mengerikan memenuhi kamar mandi membuat pria itu semakin ketakutan, kaki-kakinya gemetaran sampai tidak kuat untuk berdiri. Ia menengok ke belakang melihat tubuh tanpa kepala itu sudah berdiri lagi dan meraih kepalanya di lantai. Nyali Amin semakin ciut saja melihat pemandangan seram itu, apalagi pintu itu tetap kokoh walau sudah didorong dan digedor.
"Ampun...pergi!! Jangan ganggu saya !!" Amin meringkuk ketakutan di sudut
Makhluk itu semakin mendekatinya sambil menenteng kepalanya, darah mengalir deras dari lehernya yang terpotong membasahi tubuh dan lantai marmer di bawahnya.
"Wwhuuaaa !!" jerit pria itu sekeras-kerasnya.
———————————————–
11.45 PM

"Uuuhh...Non Katherine sini, Grace juga !" Parjo mengigau dalam tidurnya, masih terbayang-bayang percintaannya yang panas dan liar dengan gadis-gadis itu tadi.
Ia berguling ke samping mengganti posisi tidurnya, tangannya memeluk tubuh Katherine yang berbaring di sampingnya. Namun ia merasa aneh kenapa yang dirasakan di telapak tangannya bukannya kulit yang halus malahan kasar dan agak becek, di beberapa bagian malah seperti kulit kering. Selain itu juga mulai tercium aroma tidak sedap, seperti bau daging hangus dan anyir darah. Ia membuka sedikit matanya untuk melihat karena merasa tidurnya terusik.
"Hah !" Parjo menjerit kaget, rasa kantuknya langsung hilang seketika melihat makhluk bertubuh hitam terbakar dan berwajah rusak melepuh itu menatapnya dengan sorot mata menyeramkan.
Sontak ia pun tersentak dan jatuh dari ranjang, belum hilang kekagetannya melihat makhluk bertubuh hangus itu, ia seperti shock melihat temannya, Gozhi dalam kondisi sangat mengenaskan. Perut tambun pria itu telah terbelah dan Grace yang berlutut di sebelahnya sedang mengorek-ngorek isi perutnya dan melahapnya. Mata Gozhi masih terbelakak dan wajahnya masih memperlihatkan ketakutan yang amat sangat, nampaknya ia mati di tengah teror mental yang sulit dilukiskan. Tidak ada lagi Grace yang anggun dan memiliki innocent beauty, yang ada hanyalah sesosok makhluk berwajah pucat dan rusak sebelah yang buas seperti binatang pemangsa dengan tangan dan mulut berlumuran darah. Darah juga berceceran di ranjang empuk itu, suasana kamar dengan hanya dua lampu meja yang menyala dan cahaya bulan dari jendela semakin membuat bulu kuduk berdiri.

"Setan...se-setan!" ucap Parjo bergetar, "pergi !"
Makhluk bertubuh terbakar itu turun dari ranjang dan mulai mendekatinya. Parjo gemetaran melihat wujud mengerikan dari makhluk itu, wajah yang melepuh, daging yang nampak di beberapa bagian tubuh, bahkan kerangkanya menyembul keluar di sebagian rusuk dan tulang keringnya, inikah gadis yang barusan bercinta dengannya? rasanya sulit untuk dipercaya. Saat itu terdengar suara jeritan dari kamar lainnya, Parjo yakin temannya yang lain pun sedang mengalami hal serupa dengannya. Ia berlari ke arah pintu dan menekan-nekan gagangnya namun tidak mau membuka.
"Jangan mendekat....pergi...pergi!"
Parjo merasa mual dan mau muntah melihat Grace melahap usus Gozhi yang ditarik keluar dari perutnya, ia menikmati mangsanya sambil menyeringai pada pria yang dirundung ketakutan itu. Ia semakin cepat menekan-nekan gagang pintu dan menarik-nariknya, apalagi Katherine juga semakin mendekatinya. Ia mendorong makhluk bertubuh hangus itu dan menarik pintu itu sekuat tenaga. 'Brak' pintu pun terbuka dan Parjo agak terhuyung ke belakang oleh tenaganya sendiri.
"Tidak!!" jeritnya melihat dua makhluk seram lainnya sudah berdiri di ambang pintu, yang satu berwajah pucat dan menyeramkan, yang lain tidak berkepala dengan tubuh berlumuran darah, tangannya menenteng kepalanya yang tersenyum mengerikan dan tangan satunya menenteng kepala Amin yang tercerabut berikut tulang belakangnya.
"Hhhyyii...jangan...ampun...jangan sakiti saya !" mohon Parjo yang tersungkur di lantai, ia tidak mampu berdiri lagi, tenaganya seolah hilang akibat rasa takutnya, apalagi melihat kepala Amin yang dilempar di hadapannya.
Matanya semakin melotot ngeri dan jantungnya semakin berdetak seiring langkah makhluk-makhluk seram itu mendekatinya sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap baginya.

################
 
Dua hari kemudian

Hilangnya empat pekerja bangunan yang sedang merenovasi villa itu cukup menggemparkan. Daerah yang biasanya sepi dan tenang itu dipenuhi polisi dan warga sekitar yang ingin mengetahui kejadiannya. Polisi sibuk menyisir daerah sekitar dan menanyai penduduk setempat namun tak menemukan petunjuk yang mengarah kesana. Mereka sempat mewawancarai penduduk lokal seorang pria berusia paruh 60an yang dulu pernah bekerja menjaga villa di seberangnya. Dari ceritanya diketahui bahwa empat tahun yang lalu putri tunggal pemilik villa tersebut tewas dalam kecelakaan lalu lintas ketika dalam perjalanannya ke villa untuk berlibur. Tiga temannya, termasuk seorang warga negara asing, yang dalam satu kendaraan juga turut menjadi korban ketika 'panther' yang mereka tumpangi menubruk sebuah truk yang dikemudikan sopir ugal-ugalan. Keempat gadis itu tewas dalam kondisi mengenaskan sementara si sopir truk hanya menderita luka-luka. Hari kematian mereka adalah tepat dua hari yang lalu dan sejak tragedi itu si pria tua mengaku beberapa kali mengalami kejadian aneh di villa itu mulai dari suara-suara tanpa wujud hingga penampakan sekilas putri si pemilik villa itu. Kematian putri semata wayangnya, membuat si pemilik villa yang juga pengusaha kaya sangat terpukul, ia menutup villa itu dan hendak menjualnya namun hingga kini belum laku, sehingga villa itu mulai terlantar dan tidak terawat.

Cerita berbau mistis itu tentu saja tidak terlalu ditanggapi oleh polisi apalagi mereka tidak menemukan apapun yang aneh di dalam villa itu selain perabotan berdebu, kolam renang kosong yang hanya menampung sedikit air hujan dan dedaunan rontok, dan halaman belakang yang ditumbuhi rumput yang yang tak terurus. Di kota sendiri berita itu tidak terlalu menjadi perhatian, surat kabar hanya meliputnya dalam berita sampingan dan televisi hanya menayangkannya hanya sekitar dua-tiga menit. Hanya majalah-majalah mistik murahan yang meliputnya agak heboh disertai judul yang bombastis dan pembahasan-pembahasan yang dilebih-lebihkan seperti menjadi korban roh penunggu villa lah, melakukan perbuatan terlarang sehingga mengusik yang menunggu wilayah itu lah, roh penasaran pemilik villa mencari tumbal lah, dll. Polisi semakin frustasi karena tidak ada petunjuk apapun yang mengarah pada menghilangnya mereka, keempatnya bagaikan lenyap ditelan bumi. Keluarga mereka semakin pesimis akan pencariannya hingga akhirnya memasrahkan kehilangan orang dekat mereka yang misterius itu dengan berat hati.

###########################
Setahun setelah peristiwa itu

Senja pukul setengah tujuh, nampak di lapangan basket yang termasuk salah satu fasilitas di kompleks villa elit itu enam orang pemuda sedang bermain basket setengah lapangan. Mereka berlari, mengoper bola, melompat, dan memasukan bola dengan lincah. Nampaknya mereka sudah bermain cukup lama karena tubuh mereka telah bermandikan keringat. Seorang dari mereka sedang mendrible bola dan memutar-mutarkan di sekitar tubuhnya mencari celah untuk mengoperkan bola itu pada temannya. Dalam satu kesempatan ia melempar bola itu, namun terlalu kuat dan tidak tertangkap oleh temannya. Bola itu pun terlempar jauh keluar lapangan hingga akhirnya jatuh menggelinding di tanah. Saat itu dua orang gadis sedang melintas di pinggir lapangan, salah seorang dari mereka yang berambut hitam panjang memungut bola itu.
"Oi...thanks ya bolanya" seorang dari mereka yang bermaksud mengambil bola mendekati kedua gadis itu, "lagi liburan juga nih kalian?"
Pemuda itu memandang kagum pada gadis cantik yang berambut seperti model iklan shampo itu, tubuhnya dibungkus oleh kaos u can see hitam dan celana pendek. Gadis yang satunya yang memakai gaun terusan mini bermotif bunga juga tak kalah cantik, ia memiliki rambut kemerahan agak bergelombang.
"Ya gitulah lagi jalan-jalan cari angin aja, biar ga suntuk di villa terus" jawabnya.
"O ya, sekalian kenalan dong, saya Rio" kata pemuda itu sambil mengulurkan tangan.
"Grace" gadis itu balas menjabat tangannya dan tersenyum manis, "ini Arlene, dia yang punya villa" ia juga memperkenalkan temannya.

Melihat Rio malah ngobrol dan berkenalan dengan kedua gadis itu, kelima temannya yang lain pun datang mendekati mereka.
"Nah...ini temen-temen gua, kita cowok enaman, lagi liburan disini" kata Rio memperkenalkan teman-temannya satu-persatu.
Setelah berkenalan mereka berbasa-basi sambil sesekali curi-curi kesempatan melihat bagian tubuh kedua gadis itu melalui pakaian mereka yang minim.
"Hhmm...kalau gitu kebalik yah, kita empatan cewek semua nih" kata Arlene.
"O gitu, emang kalian villanya dimana siapa tau deket sama kita ?" tanya salah seorang dari mereka yang berambut spike.
"Itu tuh yang warna putih dua tingkat itu !" jawabnya seraya menunjuk ke bangunan yang terletak agak tinggi di atas.
"Wah gak terlalu jauh ya, kita agak kesana belakang villa yang pagarnya tinggi itu tuh" kata Rio yang adalah pemilik villa tersebut.
Kedua gadis itu nampaknya cukup supel dan mudah bergaul sehingga mereka mudah akrab, sebentar saja mereka sudah ngobrol dan tertawa-tawa seperti teman lama.
"Eehh...iya nih, kita kan malem ini mau BBQ-an, ntar kalian kalau mau dateng aja yah, kita cewek-cewek kayanya ga bakal sanggup abis semua" kata Grace.
"Wah...kedengerannya boleh juga tuh, kalau bikinan cewek kayanya makanannya lebih enak, kita dari kemaren beli di luar, waktu masak sendiri rasanya jadi gak karuan haha" kata seorang dari mereka.

"Hhmm, gini aja deh, sekarang kita semua pulang mandi dulu, terus main ke lu orang sana ok?" kata Rio.
"Ya udah kita tunggu yah, itung-itung bagus juga ada cowok, jadi nanti lu orang yang bantu beres-beresnya hehe" kata Arlene tertawa renyah.
"Ok beres, siapa takut, ntar kita main kesana deh" kata yang berkacamata.
Mereka pun akhirnya saling melambaikan tangan dan kembali ke tempat masing-masing.
"Wew, mantap coy, kita bakal bareng cewek malem ini, cakep-cakep lagi"
"Iya nih jadi ga batangan melulu hahaha"
"Bisa party nih, huehehe" kata salah seorang dengan nada mesum, "enam lawan empat, ada yang keroyokan dong!"
"Party apa yeee...lu mah mupeng aja" kata yang berambut spike itu sambil menepuk punggungnya.
Mereka berjalan pulang ke villa sambil tertawa-tawa dan bersenda gurau. Mereka ingin cepat-cepat mandi segar dan bertemu gadis-gadis itu, rasa senang bercampur sedikit bayangan mupeng ala anak muda memenuhi pikiran mereka.
————————————————————
"Gimana menurut lu yang kali ini?" tanya Arlene sambil berjalan.
"Hhhmm...not bad, yang jelas lebih keren en berkelas dibanding yang tahun lalu, cuma kuli bangunan" jawab Grace
"Enam orang, sepertinya bakal lebih seru dari tahun kemaren"
"Tapi kayanya yang kali ini kalah perkasa dibanding mereka dulu, but that's all right, lebih cakep sih hehe"
"Kalau gua perhatiin, si Rio itu keliatannya kesengsem sama lu deh, daritadi ke lu terus ngobrolnya, ngeliatin terus, dari sorot matanya aja keliatan" kata Arlene, "gua jadi inget waktu masih hidup dulu, ex gua waktu SMA dulu juga mirip gitu kenalnya, cuma di lapangan bulutangkis, waktu POR" lanjutnya mengenang masa lalu.
"Hihihi...sepertinya emang gitu, yah seengganya sampai dia liat yang gini" Grace menengokan wajahnya yang pucat dan hancur sebelah ke temannya.
Keduanya pun tertawa cekikikan.

THE END
 
TOP MARKOTOP gan..
 
Sluman slumun slamet, siluman, apapun pergi sana ngumpet! jadi aneh gan, horny2 tatut.....
 
dah pernah baca sih,tp keren ceritanya..
sayangnya si joni ketakutan ampe ga brni berdiri...atuuuut
 
Asal jangan GUE TAU aja muke seremnya....n kalo abis NGEWE,..jangan BUNUH gue....
JADI KAN GA TAU ...itu CEWEK taunya...DEDEMIT...
 
Duh dipertengahan otong dah mengeliat..... Semakin kebawah jadikisut...... Geli, ngerii seram ceritanya.....

Keep Semprot

:)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd