Jam mahoni di kamar tidur Om Minmon sudah menggema tujuh kali, namun mulutnya masih menguap lebar. Dari balik tirai, cahaya matahari merambat pelan dan mulai mengusir udara dingin di kamarnya. Tak terasa Sabtu kembali datang, seminggu setelah jadwal Ultimate Gracia. Waktunya untuk bermalas-malasan, setelah seminggu digempur pekerjaan yang seperti tidak habis.
Om Minmon berbaring malas di tempat tidurnya yang luas. Tubuh gembulnya yang tidak berbusana tergolek santai dibalut selimut yang berantakan. Tangannya cekatan memencet bergantian beberapa aplikasi di iPad-nya. Berita, media sosial, dan sekedar permainan online menjadi santapan pagi bagi seseorang yang belum berniat bangkit dari tempat tidurnya.
Sementara di sebelahnya, Naomi mendengkur halus dengan posisi tidur menyamping menghadap Om Minmon. Selimut terurai berantakan dan menutupi hanya bagian kakinya saja. Tubuhnya yang sintal dan juga bugil terbaring tenang. Payudaranya yang tadi malam masih putih bersih kini dihiasi titik merah hasil cupangan Om Minmon. Rambutnya terurai berantakan, menutup wajahnya yang ayu. Tidurnya sangat lelap. Naomi tentu memerlukan asupan energi baru setelah sepanjang malam tubuh moleknya habis digagahi Om Minmon. Entah sudah berapa ronde mereka mainkan. Pil Ultimate pun punya batasnya dan belum dapat mengimbangi kegagahan penis Om Minmon. Naomi menyerah setelah vaginanya penuh menampung sperma melimpah Om Minmon. Setelah bebersih, kantuk dan lelah tidak dapat ditahan lagi. Dan sampai kini Naomi masih tidur dengan pulas di samping Om Minmon.
Yang Naomi tidak tahu, Om Minmon masih belum puas menikmati tubuhnya. Setelah dibiarkan tertidur beberapa jam saja, Om Minmon mulai melirik kembali budaknya itu. Dengan gerakan malas dan tak ingin bergerak banyak, Om Minmon mencengkram rambut Naomi dan menarik kepalanya ke arah penis Om Minmon. Naomi melenguh sebentar dan sedikit terusik. Tubuhnya masih ingin tidur. Tapi Bos-nya berkehendak lain.
Pipi Naomi ditepuk-tepuk pelan. Gurat di dahinya muncul. Matanya membuka sedikit, mencoba melihat siapa yang mengganggu tidur nyenyaknya.
“Mik, Mik, ayo ayo nugas lagi. Yang tadi malam belum kelar.” Sambil menyuruh fokus Om Minmon tidak lepas dari layar iPad.
Naomi menahan kantuk yang melanda dan mencoba bangkit. Setengah sadar Naomi mengambil posisi membungkuk dan mulutnya mulai menjilat mengulum penis majikannya. Pikirannya masih mencoba mengingat jam berapa dia tidur sebelum akhirnya Naomi mulai fokus untuk mengocok penis Om Minmon. Matanya merah dan sesekali menutup. Kantuk belum rela lepas dari tubuhnya.
Melihat selirnya yang masih belum fresh untuk melayaninya, Om Minmon meletakkan iPadnya kemudian meraih tubuh lunglai Naomi dan memposisikan selangkangan Naomi tepat di depan wajahnya. Kini tubuh Naomi menimpa perut buncit Om Minmon yang berbaring terlentang.
“Kamu ini, katanya pegawai paling senior, kok ngga sigap begini sih.”
“Hngg.. Masih ngantuk Oom..” Naomi berkilah.
“Kalo begini masih ngantuk?” Om Minmon meludahi klitoris Naomi dan mulai memijit mengusap tonjolannya. Sambil mengusap, Om Minmon mengigit pelan lembar klitoris Naomi yang kuncup dan menariknya. Tak sampai disitu, lidah Om Minmon kemudian dengan cekatan menjilati bagian atas vagina Naomi yang berdekatan dengan duburnya. Jempol Om Minmon masih mengusap-usap tonjolan klitoris Naomi dan kini jari tengahnya memaksa masuk ke lubang dubur Naomi. Tak lupa jari tangan kirinya menggesek G-spot yang terletak di bawah vagina.
Naomi langsung tersadar dari kantuknya. Sisa rasa ingin tidur yang tadi menahannya kini hilang tanpa jejak. Rasa lelah berganti semangat libido. Siapa yang bisa lepas dari rangsangan Om Minmon sang ahli fingering? Terkecuali Veranda, semua Pegawai Terpilih sudah merasakan nikmat permainan jari Om Minmon di selangkangan mereka. Keahlian Riskha sebagai pengajar di Kelas Malam pun tidak lepas dari didikan Om Minmon.
Kini lubang vagina Naomi berkedut dan terbuka. Gerayangan Om Minmon sudah merangsang otot vagina Naomi untuk siap menerima penisnya masuk. Namun bukan Om Minmon namanya jika tidak hobi menyiksa tubuh budaknya. Dia masih ingin menghirup gurih vagina Naomi sebagai hidangan pembuka. Tangannya kini menjelajah ke puting payudara Naomi yang menempel ke perut buncitnya. Tangan panjang Om Minmon meraih dan memelintir putingnya sambil sesekali mengusap lembut.
Naomi menggelinjang. Tugas blow jobnya tertahan. Naomi tidak bisa fokus kalau selangkangannya digerayangi seperti ini. Tangannya hanya bisa menggenggam kuat penis besar Om Minmon yang kini menegang. Giginya beradu, tak kuasa menahan rasa enak di payudara dan vaginanya.
“Hey! Kok diem?! Mana blowjob-ku?!”
“Ngghh i-iyahh, Bos.”
Om Minmon sebenarnya tidak terlalu peduli dengan tugas blowjob Naomi. Dia hanya ingin menyiksa Naomi yang kini susah payah mencoba fokus mengocok dan mengulum penisnya. Naomi pun sadar hal itu. Makanya dia menjaga agar bisa menunda selama mungkin orgasmenya. Naomi tahu kalau dia mencapai puncak orgasmenya, itu berarti awal kekalahannya. Om Minmon akan semakin senang menyiksanya.
Namun tubuh siapa yang bisa menolak kenikmatan? Respon alami dari vagina Naomi kini semakin mendekati klimaksnya. Naomi tidak kuasa menahan aliran cairan orgasmenya. Cengkramannya kini berpindah ke kedua paha Om Minmon.
“Nggghhhhh! B-booss I’m cumminggg!”
Sepercik air bening muncrat dari vaginanya. Pahanya bergetar dan kakinya melebar ke samping kepala Om Minmon. Satu lagi efek permanen dari pil Ultimate. Kini Naomi bisa squirt walau tidak sebanyak Gracia. Om Minmon menyeringai lebar. Dinding pertahanan Naomi sudah ambruk. Setahan-tahannya wanita dirangsang, bila sudah mencapai orgasme pertamanya maka akan mudah ditaklukkan.
Naomi juga pasrah karena dia tahu, saat ini Om Minmon makin memegang kendali. Tubuhnya akan terus meminta dipuaskan. Naomi juga paham kebiasaan Bos-nya satu ini. Om Minmon tidak terlalu suka untuk cepat-cepat berhubungan seks. Om Minmon lebih senang mempermainkan tubuh lawan mainnya terlebih dulu.
“Engghh Bos udahh donngg” rengek Naomi memohon dihentikan.
“Yakin mau berhenti? Kalo diginiin tetep mau berhenti?” Gerayangan Om Minmon meningkat. Kini jarinya mulai menelusup masuk ke liang vagina Naomi. Om Minmon menggesek kasar bagian atas liang vaginanya. Liang vagina yang sudah basah dan licin karena cairan squirt tadi memudahkan Om Minmon untuk semakin dalam meraih gurih selangkangan pelayannya.
Tiba-tiba pantat Naomi ditampar keras.
“Heh! Gimana sih daritadi ga mulai-mulai?!”
“I-iya ma-af Bos.” Naomi kini sedikit takut. Dia tersadar daritadi belum beres mengocok penis Om Minmon dan bosnya kini marah.
Padahal dalam hati Om Minmon tertawa. Dia puas mengerjai Naomi yang sebenarnya masih butuh istirahat. Om Minmon tidak peduli. Tubuh Naomi digulingkannya ke samping dan dengan cepat dijambaknya rambut Naomi, menarik kepalanya mendekat ke penis Om Minmon.
“Kamu pegawai senior kayaknya perlu diajar lagi ya! Isep nih!”
Om Minmon menyorongkan penis besarnya masuk dalam-dalam ke rongga mulut Naomi kemudian memaju-mundurkan dengan cepat. Naomi tersedak berkali-kali. Air mata menyembul di sudut matanya. Naomi sudah membuka mulutnya lebar-lebar namun masih juga belum mengimbangi besar batang kemaluan bosnya. Otot pipinya pegal. Air liurnya menetesi selimut. Dia mencoba mengocok pangkal penis Om Minmon, namun tangannya ditepis kasar.
“Pake mulutmu! Jangan kayak lonte murahan!”
Naomi tidak tahan lagi. Dia memuntahkan angin dari dalam kerongkongannya. Matanya terpejam mencari cara untuk bernafas. Namun tamparan agak keras mendarat di pipinya.
“Oh begitu yang aku ajarkan?! Nutup mata, iya?!” Segera Naomi membuka mata dan menatap wajah Om Minmon, seperti yang dulu diajarkan di Kelas Malam.
“Kamu sekarang ga ada bedanya dengan perek lampu merah sana! Daritadi disuruh ngocok aja lambat! Buka mulutmu lebar-lebar!” Naomi benar-benar pasrah disiksa bosnya. Apapun akan dia lakukan untuk menyenangkan hati bosnya.
“Ambil jepit di laci! Kamu emang harus dihukum! Udah banyak lupa cara melayani majikan!” dengan sigap Naomi mengambil kotak hitam berisi jepit di laci. Om Minmon menyambar kotak tersebut dan membuka isinya. Jepit hitam yang ketat. Salah satu alat favorit Om Minmon untuk menyiksa budak seksnya.
“Makan nih!”
“Arrgh!” Naomi menjerit tertahan. Tiga jepit hitam kini mencapit kuat dua puting dan klitorisnya. Puting Naomi yang coklat kini memerah. Rasa nikmat yang direguknya tadi kini berganti rasa sakit. Nyeri di klitorisnya menghilangkan sisa squirting. Naomi merintih dengan posisi meringkuk di pinggir kasur. Namun Om Minmon tidak mempedulikannya. Malah sekarang Om Minmon naik ke tengah kasur kemudian berbaring terlentang.
“Mik! Kok diem?! Masih kurang jepitnya?!”
Naomi langsung bangkit kemudian mengambil posisi berdiri di atas penis Om Minmon. Mukanya menunjukkan penderitaan dan rasa tidak nyaman. Harusnya yang begini bagian Yona, batinnya. Tapi kepuasan Om Minmon tetap yang utama.
Segera dia berlutut dan meraih penis Om Minmon. Klitoris yang dijepit artinya harus dari jalur belakang. Tidak seperti Melody, Naomi sebenarnya jarang menggunakan duburnya untuk melayani kedua Bosnya. Saluran anusnya masih tergolong sempit. Om Minmon tahu dan justru ingin menikmatinya pagi itu.
Rasa nyeri kini bertambah tatkala penis Om Minmon membelesak masuk ke saluran duburnya. Naomi menggigit bibir bawahnya, merintih. Wajahnya memerah. Pantatnya dibuka selebar mungkin untuk membiarkan penis Om Minmon masuk.
Om Minmon yang terbaring santai sangat menikmati pemandangan di depannya. Pemandangan pelayannya yang sedang berjuang menyenangkannya. Pelayan yang dalam hati dikaguminya, bukan karena tubuhnya namun karakternya. Wanita yang sangat disegani Om Minmon. Naomi termasuk wanita yang keras dan tegas, namun sangat penurut kalau sudah berurusan dengan Bosnya. Apa yang Naomi katakan saat voting Sekertaris Pribadi benar adanya. Pengabdian Naomi telah teruji waktu, bahkan saat Valkyrie terpuruk. Masih jelas dalam ingatan Om Minmon, kala Naomi marah ke Bos Titan saat Bos Titan menawarkannya meninggalkan Valkyrie untuk menjaga nama baik dan kehidupan Naomi. Tak lupa pula Om Minmon saat Naomi menghalau awak media seorang diri untuk mencegah mereka mengambil foto Bos Titan, padahal saat itu foto bugilnya sudah beredar luas.
Ingatan Om Minmon kembali ke beberapa tahun lalu, saat Shinta Naomi ditemukan di panti asuhan sebuah kota kecil yang jauh dari Jakarta. Shinta Naomi muda sudah dikenalkan dengan dunia kerja dan hiburan pada saat anak seumurnya seharusnya masih mengecap pendidikan. Digembleng dengan keras untuk dapat mengerti arti kehidupan. Bersama Melody menjadi saksi perkembangan Valkyrie.
Om Minmon tahu apa yang dikatakannya tadi sama sekali tidak benar. Naomi tidak pernah sedikitpun lupa cara melayani Bosnya. Naomi-lah yang sering menjadi role model Pegawai Terpilih dalam melayani Bos Titan dan Om Minmon. Tidak pernah sedikitpun keluhan keluar dari mulutnya, saat menghadapi macam-macam permintaan kedua Bosnya.
Dan kini, Naomi akhirnya berhasil memasukkan lebih dari setengah batang penis Om Minmon ke dalam saluran duburnya. Naomi menekan pantatnya ke bawah untuk membantu penis Om Minmon masuk lebih dalam lagi. Rasa nyeri melecut sekujur tubuhnya, namun Naomi berusaha mengacuhkannya. Di pikirannya kini hanyalah bagaimana Om Minmon dapat orgasme dan puas.
“Ayo genjot Mik! Apa kamu udah capek? Oh pil Ultimatenya kurang ya?” Om Minmon masih berpura-pura marah.
“Ng-ngga, Om. Baik, Om.” Ujar Naomi patuh.
Naomi menghitung dalam hati. Satu. Dua. Tiga. Naomi mulai menggenjot cepat penis Om Minmon. Tubuhnya naik turun seirama dengan lenguhannya. Jepit di putingnya semakin membuat nyeri kala payudaranya bergoyang mengikuti genjotan badannya. Naomi mencoba menggesek-gesek G-Spotnya, mencari kenikmatan yang dapat mengalihkan rasa sakit yang dialaminya.
Ternyata rasa yang diinginkannya muncul. Nikmat menjalar bukan hanya dari vaginanya, tapi juga dari anusnya. Gesekan penis Om Minmon ternyata memunculkan rasa geli yang kini menggantikan nyeri. Perpaduan nikmat dan sakit yang dirasakan Naomi membuat libidonya kembali naik. Semakin cepat Naomi menggenjot naik turun. Semakin cepat juga dia menggesek-gesek bagian atas vaginanya. Matanya terpejam, mencoba mengusir rasa nyeri dan menyerap nikmat sebanyak-banyaknya. Tanpa sadar Naomi mempertontonkan pertunjukan yang penuh nafsu di hadapan Om Minmon.
Sampai akhirnya, Naomi tidak kuat lagi. Tubuhnya menegang. Pahanya bergetar hebat. Air bening siap menyemprot kencang dari balik vaginanya. Rasa sakit ternyata membuat nafsunya semakin melunjak. Matanya memutih, tubuhnya mencoba menyerap semua nikmat.
“Ngghhngentooooottt-eergghh!”
Air bening menyemprot keras. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Membasahi perut dan dada Om Minmon. Om Minmon terkekeh puas melihatnya. Naomi ternyata harus disiksa begini untuk memuaskan libidonya lebih lagi.
Kali ini Naomi benar-benar tidak tahan. Tubuhnya ambruk tidak kuasa menahan rasa nikmat yang sakit. Untuk beberapa detik Naomi mencoba menghirup udara sebanyak mungkin, sebelum akhirnya mencoba bangkit lagi. Dia sudah puas, tapi Bosnya sedikitpun belum. Secepat mungkin Naomi menggapai penis Om Minmon.
“Hey. Hey. Sayang, kamu kesini aja tidur samping aku.”
Naomi mengernyitkan alis. Lho kan Om Minmon belum puas. Kok disuruh tidur? Namun akhirnya Naomi menurut dan menelusup ke rangkulan Om Minmon. Om Minmon kemudian melepas ketiga jepit. Naomi langsung lega merasakan nyeri sirna dari payudara dan selangkangannya. Om Minmon mengusap rambut Naomi lembut.
“Gimana sakit ya tadi?”
“Ngg iya Om. Tapi aku puas juga kok.” Ujar Naomi manja di dekapan Om Minmon. Tubuhnya penuh keringat dan membasahi perut Om Minmon.
“Terus Om gimana? Aku kan belum bikin Om Minmon ngecrot.”
“Gampang. Ini ada yang lebih menarik.”
“Apaan Om?”
Tidak ada jawaban. Hanya Om Minmon yang kini mengetikkan sesuatu di aplikasi jadwal hariannya.
“Senin depan, kita mau membangunkan macan tidur. Hahahaha.”
***