CHAPTER 7: (FAFA) DIRTY TALK IS FUN
"NGhhhhhhh....." ku rentangkan kedua lengan ku ke samping sambil merenggangkan otot - otot ku yang kaku. Aku tak bisa membuka mata ku lebar - lebar karena silau nya sinar matahari yang terselip lewat ventilasi jendela kamar tidur ku.
"huahhh" Aku menguap lebar tanpa menutup mulut ku dengan tangan ku, toh tidak ada yang melihat ini.
Aku dengan malasnya duduk di atas kasur ku sambil menguek - ngucek mata ku. Aku melirik ke arah kiri dan kanan mencari Handphone ku yang ternyata masih tergeletak di samping ku. Aku lalu mengambil Handphone tersebut untuk mengecheck apabila ada pesan - pesan yang masuk selama aku tertidur.
Segera ku buka jendela whatsapp ku dan ku lihat ada pesan baru dari kak Reza. Ku kerutkan dahi ku karena merasa sedikit aneh, sebab tidak ada notifikasi untuk pesan tersebut. Apakah karena aku tak sengaja membuka notifikasi itu saat tidur? Aku kemudian celingak - celinguk kembali mencari laptop kak Reza, dan aku menemukan laptop tersebut berada di atas meja ku dengan keadaan tertutup. Aneh, seingat ku laptop tersebut masih tergeletak di kasur saat aku tertidur semalam.
"Huaaaah" aku menguap lagi dan air mata ku menjadi sedikit berair. Ah sudahlah, mungkin semalam aku terbangun dan memindahkan laptop itu tanpa sadar. Lagi pula toh bukanya itu bagus, jadi aku tak harus takut laptop itu tertendang jatuh dari kasur saat aku tidur.
Aku lalu melangkah menuju meja rias ku untuk melakukan ritual ku di pagi hari, yaitu mengenakan beberapa produk kesehatan kulit agar kulit ku tetap sehat.
Mata ku langsung terbelalak saat melihat tubuh ku yang tak mengenakan apa pun. Ya ampun, aku sampai lupa mengenakan baju sesudah.. sesudah melakukan hal vulgar kemarin. Muka ku memerah seketika, dan dengan segera aku berjalan menuju lemari baju ku dan mengambil sehelai tank top dan celana pendek.
Aku lalu kembali duduk ke meja rias ku dan segera mengenakan produk kesehatan kulit wajah di muka ku. Namun ketika aku melihat kening ku aku melihat secara samar ada beberapa noda berwarna putih yang menempel.
Ketika ku sentuh noda putih tersebut sensasinya mirip seperti lem yang mengering. Ku kerok noda itu dengan ujung jari ku dan noda itu pun pecah terkikis. Ku gulung - gulung kikisan noda tersebut dengan telunjuk dan jempol ku, dan sedikit tercium bau seperti kaporit dari noda tersebut.
Bercak apa ini? Ku kerutkan wajah ku karena merasa jijik, aku mencoba menerka - nerka dari mana asal noda putih tersebut. Baunya sangat familiar tapi aku tidak bisa mengingat di mana aku mencium bau tersebut.
Segera ku ambil tissue basah yang terletak di sebelah kotak peralatan make up ku dan dengan segera ku usap noda - noda putih tersebut. Setelah bersih wajah ku dari bercak - bercak kering putih tersebut, aku lalu kembali melanjutkan ritual bangun tidur ku yaitu mengenakan beberapa produk kesehatan kulit agar kulit ku tetap sehat.
Semenjak aku duduk di kelas 3 SMP, aku memang mulai rajin mengenakan produk skin care karena aku tidak mau kulit wajah ku kembali jerawatan seperti di SMP Dulu. Aku sangat insecure dengan tubuh ku dan kulit ku, sebab saat SMP dulu selain wajah ku penuh jerawat, tubuh ku juga sangat lah gemuk.
Aku ingat wajah sedih bapak setiap kali melihat ku pulang sekolah sambil menangis karena teman - teman ku selalu membully ku karena postur tubuh ku yang gemuk.
Fat Fafa, Muka bulan, Atun, ikan paus, dan banyak lagi nama panggilan yang disematkan oleh teman - teman ku kepadaku. Hal itu berubah ketika aku naik ke kelas 3 SMP, di mana mendadak tubuh ku mulai mengecil. Wajah ku yang penuh jerawat pun berangsur - angsur hilang.
Saat itu lah aku bertemu dengan Dimas dan dia juga lah yang memperkenal kan cosplay kepada ku. Berhubung Dimas adalah seorang ketua komunitas cosplay dan jejepangan di Bandung pada saat itu. Aku ingat saat itu masih merasa insecure dengan tubuh dan wajah ku walau keadaan nya sudah lebih baik dari sebelumnya, dan Dimas menawarkan aku untuk mencoba mengikuti lomba Cosplay.
Dengan sabar nya Dimas terus menyemangati dan memotivasiku walau aku selalu menolak dan enggan karena tidak ada nya rasa percaya diri dalam diriku. Namun pada akhirnya Dimas berhasil meyakinkan ku dan ajaib nya aku memenang kan lomba tersebut sebagai juara pertama. Hal itu membuat rasa percaya diri ku muncul setiap kali aku memakai kostum, namun entah mengapa setiap kali aku melepas kan kostum tersebut aku kembali menjadi Fafa yang pemalu. Rasa percaya diriku seakan sirna di telan bumi, maka dari itu lah aku mulai kecanduan mengikuti lomba cosplay. Aku tidak peduli soal menang, kalah karena aku ingin selalu merasakan kembali rasa percaya diri yang selama ini tidak ku miliki. Memang pada akhirnya Dimas ternyata adalah laki - laki brengsek yang tidak bisa menjaga hati nya, namun aku tidak bisa berbohong kalau Dimas membawa banyak pengaruh baik dalam hidup ku.
Lamunan ku buyar oleh dering handphone ku yang ku letakan di atas meja, sebuah video call dari kak Reza. Senyum lebar langsung menghiasi wajah ku ketika melihat nama "Mas Pacar" di layar Hp ku tersebut.
Aku lalu membedirikan ponsel ku dengan menyandarkan nya di sebuah kotak make up kecil agara aku bisa melakukan video call dengan kak Reza sambil melanjutkan ritual skin care ku. Ku tekan tombol hijau di layar telfon ku untuk mengangkatnya.
"Hey mas pacar" sapa ku sambil tersenyum lebar.
"Hey mba pacar lagi apa?" tanya kak Reza.
"Lagi skin care-an, hehe biar kamu seneng terus kalo liat aku"
"Ih kamu gak usah pake gituan juga aku udah suka ko sayang"
"alah gombal, aku tuh dulu jerawatan tau. Emang kamu masih mau sama aku kalo aku jerawatan?" walau mulut ku membantah gombalan kak Reza, aku tidak bisa berbohong kalau aku senang mendengar nya.
"tentu dong, selama itu kamu aku bakal terus sayang sama Fafa" ujar kak Reza dengan wajah yang serius.
Wajah kak Reza kalau serius entah kenapa seperti anak kecil, tak pernah gagal membuat ku tertawa.
"ahahah iyaaaa deh percaya, kamu pasti baru bangun dari begadang kan?" aku menunjuk kak Reza dengan jari telunjuk sambil memincingkan mata.
"ohh haha kemarin aku gak jadi begadang di warnet, gak lama setelah kamu kirim foto aku pulang"
Mendengar hal itu wajah ku langsung memerah, aku baru ingat apa yang ku lakukan semalam. Aku mengirimkan foto yang terbilang cukup berani untuk kak Reza. Aduh malu rasanya, aku dengan reflek menutup wajah ku.
"Ahhh jangan bahas soal foto kemarin ya kak, aku malu" ujar ku sambil tetap menutup wajahku.
"Loh kenapa mesti malu, kamu gak baca chat dari aku soal foto itu?"
Aku lalu menumpuk kedua tangan ku di atas meja dan kemudian menaruh daguku di atas tangan ku.
"Huuh.. aku ngirim foto ke kamu tapi kamu malah tetep main" ujar ku pura - pura ngambek sambil memajukan bibir bawah ku.
"eh engga ko Fa, aku emang cuman main sebentar karena tanggung saat itu udah mulai game nya. Tapi setelah itu aku pulang kok, cuman sampe di rumah ternyata mati lampu dan batre ku habis. Sekitar jam setengah 11 malam baru nyala lampu di rumahku, makanya aku ngirim chat Whatsapp ke kamu malem banget" wajah kak Reza terlihat panik.
Bibir ku tersenyum simpul mendengar penjelasan kak Reza, lalu aku kembali duduk tegak menghadap cermin meja rias ku dan mengoleskan serum kulit ke seluruh area wajah ku, dan setelah selesai aku menepuk - nepuk kedua pipi ku pelan.
"Selesaaiii!!! Gimana cantik kan?" kata ku sambil menunjukan sisi kiri dan kanan wajah ku ke depan kamera.
"Wowwwww,, wajah Kamu mendadak berkilau gitu sayang" ujar kak Reza dengan ekspresi bodoh.
Aku nyengir memperlihatkan gigi ku, lalu merapihkan peralatan skin care yang barusan ku gunakan.
"Kangen Fa" ujar kak Reza dengan nada seperti anak kecil.
"Samaaaaaa!" ujar ku sambil memasukan peralatan skin care yang sudah ku rapihkan ke dalam lemari kecil meja rias ku.
"Kamu mau ke rumah aku gak hari ini, nanti aku jemput?" tanya kak Reza
"aduh..kayak nya gak bisa kak" tolak ku dengan wajah merasa bersalah.
"yaaah... kenapa?" wajah kak Reza terlihat kecewa.
Aku terdiam sejenak, kembali teringat kejadian malam tadi, di mana ayah ku menampar pipi ku untuk pertama kalinya.
"Bapak gak akan ngizinin aku keluar kak, kemarin sepulang nya dari rumah kamu aku kena marah" kata ku dengan nada sedih.
"Aduh.. bapak tau kamu pergi sama aku?" tanya kak Reza dengan wajah cemas.
"Aku bilang pergi sama Putri sih, tapi bapak gak percaya. Tapi tenang aja kak, besok - besok pasti udah biasa lagi." kata ku mencoba menenangkan kak Reza yang terlihat khawatir.
"Ya udah kalau gitu, kalau aku ke rumah kamu aja gimana?" tanya kak Reza lagi.
"Eng..sebentar aku cek dulu. Setau aku hari ini Bapak mau ke rumah Eyang. Aku lihat dulu ya bapak udah pergi apa belum" aku mengulurkan telapak tangan ku terbuka ke hadapan kamera HP sebagai tanda untuk kak Reza agar tidak mematikan video call ini.
Aku lalu bergegas meninggalkan kamar ku untuk memerika apakah ayah ku masih ada di rumah.
Namun setelah mencari di ruang tamu dan dapur aku tidak menemukan ayah ku dimana pun, begitu juga ketika aku mengetuk pintu kamar nya tidak ada yang menjawab. Aku lalu bergegas ke ruang tamu dan mengintip ke arah garasi dari balik tirai jendela ruang tamu. Tak terlihat lagi mobil ayah ku yang di parkirkan di depan, nampaknya Bapak benar - benar sudah pergi ke rumah eyang.
Aku lalu lari kembali ke kamar ku dengan perasaan senang, tak bisa kusembunyikan senyum lebar yang menghiasi wajah ku.
"Bapak udah pergi ke rumah eyang kak!" kata ku sedikit berteriak.
"Jadi maksudnya gimana?" tanya kak Reza bingung.
Aku memutarkan kedua mata ku mendengar respon dari kak Reza, "Ih dasar lemot, ya udah kalau kaka mau ke sini Sok aja".
Kak Reza lalu tersenyum lebar, "Oke Fa, aku kesana sekarang" terlihat kak Reza tergopoh - gopoh mengambil jaket yang digantungkan di dinding kamarnya.
"Eh ntar ajaaa!! aku belum mandi" teriak ku.
"tunggu ya aku ke sana" ujar kak Reza seperti tak mendengarkan ku.
"Eh entar aja ih aku belum mandi, aku mandi dulu" aku melotot melihat kak Reza karena kesal tidak mendengarkan ku.
Kak Reza seketika itu juga langsung duduk diam kembali di atas kasurnya.
"Ugh.. aku gak sabar ketemu sama kamu Fa" rengek kak Reza seperti anak kecil.
"Hahah iya sayang, aku juga gak sabar. Hari masih panjang kok, ya udah kalau gitu kamu ke sini nya pas aku selesai mandi aja ya. ya udah aku mandi dulu"
aku lalu menutup video call tersebut dan bergegas menuju kamar mandi, tidak lupa ku bawa handuk yang digantung di balik pintu kamar ku.
Sesampainya di kamar mandi aku meletakan hand phone ku di atas tanki air tempat buang air dan menanggalkan semua pakaian yang ku kenakan. Lalu ku masukan handphone ke dalam saku celana pendek ku yang digantung di balik pintu kamar mandi agar HP ku tidak basah.
"Byuurr" ku gayungkan air dari bak mandi ke tubuh ku. Kombinasi air dan udara pagi yang cukup dingin ini membuat kedua puting ku berdiri tegak.
Setelah beberapa gayungan air aku lalu membaluri tubuh ku dengan sabun cair, sampai seluruh tubuh ku penuh dengan busa. Setelah penuh dengan busa sabun, aku lalu mengusap - ngusap dan menggosok tubuh ku dengan lap mandi dan setelah puas aku lalu membilas tubuh ku dengan air.
Setelah seluruh tubuh ku bersih dengan sabun, aku lalu mengambil sabun muka untuk membersihkan wajah ku. Aku tiba - tiba teringat dengan noda putih aneh yang berkerak di sekitar dahi dan pipi ku tadi pagi, perasaan jijik kembali muncul di kepala ku.
Ku cuci wajah ku menggunakan sabun muka itu dengan seksama, setelah merasa puas aku kemudian membilas wajahku dengan air keran.
"Tok tok tok" tiba - tiba terdengar suara pintu ruang tamu diketuk oleh seseorang. Apakah itu kak Reza? Siapa pun yang mengetuk pintu depan aku yakin sekali bukan anggota keluarga ku, karena kami sekeluarga mempunyai kunci rumah. Juga kami menyimpan kunci serep rumah, di balik pot bunga di dekat pintu depan, maka dari itu siapa pun yang berada di depan pintu rumah ku saat ini sudah pasti bukan anggota keluarga ini.
Hmm.. apakah itu kak Reza? Padahal sudah ku bilang tunggu whatsapp dari ku bila mau ke sini. Aku kemudian mengeringkan tubuh ku dengan handuk seadanya, dan dengan cepat bergegas menuju pintu depan. Tergopoh - gopoh aku lalu membuka pintu ruang tamu ku tanpa mengecek siapa geragan yang mengetuk pintu tersebut.
"Permisi, eh.. permisi teh." seorang pemuda memakai baju dan celana oren berdiri di depan pintu rumah ku sambil memegang sebuah kertas beralaskan papan kecil. Pemuda tersebut menundukan wajah nya ketika melihat ku berdiri di depan pintu.
"eh i...iya ada apa ya?" tanya ku sambil memegang erat bagian handuk ku dan tangan ku satunya memegang gagang pintu ruang tamu.
"a.anu teh mau ambil iuran sampah" jawab pemuda itu terbata - bata.
"oh.. sebentar atuh ya, saya ambil uang nya dulu" aku lalu berjalan ke arah meja yang berada tak jauh dari ruang tamu. Ayah ku selalu meninggalkan uang untuk hal - hal seperti ini di dalam laci meja tersebut, aku dengan segera menarik laci meja itu dan melihat beberapa lembar uang 50 ribuan dan segera mengambil nya.
Aku segera berjalan cepat kembali menuju ruang tamu dan menyerahkan uang itu ke pemuda tersebut.
"Ini a, 50 ribu kan ya?" kata ku.
"eh iya teh" jawab pemuda itu seraya mengambil uang dari tangan ku.
"Sama ini teh, minta tolong di tanda tangan" pemuda itu menyodorkan papan dengan kertas tersebut beserta sebuah pulpen.
"Oh iya a.. maaf ya tadi lagi mandi" celetuk ku sambil mengambil papan kertas dan pulpen dari tangan pemudai itu.
"Oh iya teh ga apa apa, maaf juga saya gak tau." respon pemuda itu sambil menggaruk2 kepalanya.
"tanda tangan di mana a?" tanya ku sambil menggerakan pulpen di tangan ku mencari tempat yang harus aku tanda tangani.
Pemuda itu lalu berjalan mendekati ku kemudian berdiri dekat sekali dengan ku, lalu mencondong kan tubuh nya untuk ikut melihat papan kertas yang ku pengang. Dapat kucium campuran bau kopi, rokok, sampah, dan bau badan dari tubuh nya. Aku berusaha untuk tidak bereaksi karena nya.
"Di sini teh" pemuda itu menunjuk ke sebuah kotak kosong dengan jempol nya yang berkuku panjang.
"Oh iya makasih" jawab ku sambil tersenyum sopan lalu menanda tangani kertas tersebut, menandakan aku telah membayar iuran.
"Oh sama nomor HP juga teh" ujar pemuda itu cepat sambil kembali ke posisi semula.
Aku mengerutkan keningku karena merasa aneh, untuk apa nomor HP juga ikut ku cantumkan. Namun karena aku mulai merasa risih karena ada pemuda tak di kenal melihat ku hanya mengenakan handuk, aku tanpa pikir panjang kemudian menuliskan nomor HP ku di samping tanda tanganku kemudian menyerah kan papan kertas tersebut kepada pemuda itu.
"Makasih teh, kalo boleh tau dengan teh siapa ini buat laporan saya" tanya pemuda itu lagi, tanganya mengambil papan kertas dan pulpen dari tangan ku seraya matanya melihat ke arah tanda tangan dan nomor HP ku di kertas tersebut.
"Faradilla A"
"Oh.. di rumah sendiri?" tanya pemuda itu lagi.
"eng.. iya" jawab ku mulai agak curiga karena merasa pertanyaan pemuda ini sudah di luar SOP petugas sampah.
"wah hebat, jaga rumah sendiri masih sekolah apa udah kuliah?"
"Sekolah a.." jawab ku cepat, aku mulai makin risih karena pemuda ini tak kunjung pergi.
"Udah punya pacar belum teh?" tanya pemuda itu lagi.
Tiba - tiba aku mendengar suara motor yang sangat familiar mendekati rumah ku, aku seketika mengalihkan pandangan ku dari pemuda tersebut ke arah suara motor itu.
Benar dugaan ku ternyata itu kak Reza! Kak Reza lalu memarkirkan motor nya di samping pagar rumah ku, terlihat wajah nya tampak keheranan melihat ku dan pemuda petugas sampah tersebut.
"Udah a, tuh pacar aku" Jawab ku ketus, sambil menunjuk ke arah kak Reza yang sedang membuka pagar rumah ku.
Pemuda petugas sampah itu kemudian menoleh ke arah kak Reza, terlihat sedikit kekesalan di wajahnya.
"Oh ya udah atuh, makasih ya teh maaf ganggu" pemuda itu pamit kemudian berjalan pergi. Matanya melirik sinis ke arah kak Reza, saat melewati kak Reza yang berjalan ke arah ku.
Kepala kak Reza mengikuti pergerakan pemuda itu dan setelah pemuda itu tak terlihat lagi dari pandangan kami kak Reza menatap ku dengan kerutan dahi di wajahnya.
"Siapa itu Fa?" tanya kak Reza heran.
"Tukan sampah kak, untung kaka dateng udah risih tau gak dia nanya macem- macem" aku mengadu.
"Ya gimana dia gak betah, tuh liat belahan dada ke mana - mana" kata kak Reza sambil mennunjuk dada ku dengan dagunya.
Astaga aku sampai tidak sadar kalau lilitan handuk ku tidak terlalu kuat sehingga sudah turun jauh dari posisi semula. Aku lalu meraih tangan kak Reza dan menariknya masuk ke dalam rumah, dan dengan cepat menutup pintunya.
"Loh kenapa Fa" ujar kak Reza melihat ku aneh.
"Takut ada tetangga lihat kak, kamu dateng ke rumah selagi aku cuman pake handuk doang" Ujar ku.
"Hahah iya, iya" kak Reza tertawa kecil lalu duduk di atas sofa.
"Kamu kok udah dateng aja sih, kan aku bilang suruh tunggu whatsapp dari aku" ujar ku kesal sambil melipat tangan. Walau sebenarnya aku agak senang kak Reza datang lebih cepat, sehingga tukang sampah barusan bisa sadar diri untuk pergi tanpa ku usir.
"Haha ya gimana atuh kangen" ujar kak Reza kemudian berdiri dan melangkah ke arah ku.
"Eh mo ngapain?" kata ku mendorong nya kembali duduk, ketika tanganya hendak merangkul ku.
Telrihat wajahnya yang nampak kebingungan oleh reaksi ku.
"Mau meluk kamu Fa, soalnya kangen" ujar kak Reza menatapku keheranan.
"Halah, gak mungkin cuman meluk doang" ujar ku sinis sambil memincingkan mata.
Kak Reza hanya meresponse dengan cengiran.
"Enggak, aku kesel ama kamu soalnya gak bisa dibilangin" ujar ku berpura - pura kesal sambil menahan tawa karena wajahnya langsung cemberut seperti anak kecil.
Aku lalu duduk di bangku di samping sofa. Kak Reza sedikit merubah posisi duduknya agar menghadap ku. Wajah nya seperti anak anjing yang sedang menunggu perintah. Aku tahu betul saat ini dia sedang berusaha menahan diri dan entah mengapa itu membuat ku penasaran sampai sejauh mana kak Reza bisa menahan dirinya.
"hmm.. kaka mau lihat kamar aku ga?" tanya ku pelan.
Kak Reza mengangguk - ngangguk cepat sambil tersenyum, duh kayak bocah banget!
"Ya udah yuk" aku bergegas berdiri dan berjalan menuju kamar ku, kak Reza mengikuti ku berjalan di belakang ku.
Sesampai nya di kamar aku segera mempersilah kan kak Reza masuk, kemudian menutup pintu kamar ku. Kak Reza lalu berjalan pelan mengitari kamar ku, sambil matanya memeriksa apa saja yang ada di kamar ku ini.
AKu lalu berjalan ke arah kasur ku dan duduk di tepian kasur ku, kak Reza kemudian berhenti di sisi kasur satu lagi dan ikut duduk. Terlihat dari gerakan tubuh nya kalau kak Reza merasa sedikit sungkan.
"Ngapain kamu duduk di situ? Emang kita lagi musuhan, sini atuh deketan" ujar ku sambil menyuruhnya untuk mendekati ku dengan kepalaku.
Kak Reza dengan wajah cengegesan lalu berdiri dari kasurku dan berjalan menuju sisi kasur tempat aku duduk, kemudian duduk di samping ku.
Aku lalu menggeser tubuh ku agar posisi duduk kamu lebih dekat, kemudian mengelus - ngelus rambut nya.
"Udah makan belum?"
Kak Reza mengangguk - ngangguk sambil matanya melihat ke lantai, sikapnya persis seperti anak kecil.
"kamu udauh makan?" tanya nya pelan sambil tetap melihat ke arah lantai.
"belum, tapi aku emang belum laper" jawab ku sambil memperhatikan tekstur wajahnya.
Sejujur nya, aku sangat suka posisi duduk seperti ini. Sebab aku bisa mencermati tekstur wajah kak Reza dengan seksama. Kak Reza itu kalau di perhatikan lebih jeli ternyata lebih ganteng dari biasanya, tulang rahang nya terlihat jelas, hidung nya mancung dan sedikit bengkok, bulu matanya sangat lentik bahakan bulu mata ku pun kalah lentik dengan bulu matanya.
Aku lalu mencium pipi kak Reza dengan cepat.
"Ganteng banget sih" ujar ku sambil mencubit pipinya.
Aku lalu merangkulkan tangan ku ke leher nya dan kemudian mencium - cium pipi nya secara cepat, lalu kemudian turun ke leher nya. Aku lalu menyenderkan kepala ku di pundaknya.
"Kangen kak" ujar ku pelan sambil memejam kan mata.
Kak Reza merespon perkataan ku dengan mengelus - ngelus rambut ku , kemudian menrangkulkan tanganya ke pundakku.
"Sama Fa" ujar nya pelan sambil mengecup rambut ku.
Kak Reza lalu dengan menggunakan ujung ujung jari nya menggaruk tipis pundak ku turun kebagian tangan ku.
Sentuhan kak Reza itu seketika itu membuat bulu kuduk ku berdiri dan badan ku merinding. Sial, mengapa aku yang malah terpancing oleh nya. Aku lalu melirik ke arah wajahnya, yang ternyat dari tadi memandang kosong ke arah tembok kamar ku.
"Hmm ngapain ya enak nya?" tanya ku dengan suara nakal untuk memancing nya, seraya melepas kan rangkulan ku dari tubuhnya.
"Hmm terserah kamu Fa, kan rumah kamu ini heheh' Jawab kak Reza sambil cengegesan.
Dalam hati aku merasa agak kesal melihat sikapnya yang mendadak bisa kalem dan tenang, berbeda jauh seperti ketika aku berada di rumah nya. Sebenarnya saat ini aku ingin kak Reza insiatif untuk mencium ku, tapi entah mengapa saat ini dia lebih tenang dari biasanya.
"Hmm.. nonton filem yuk kak?" kata ku sambil meraih laptop kak Reza yang berada di atas meja rias ku.
"Oh boleh mau nonton apa?" tanya kak Reza lagi.
Aku lalu memindahkan posisi duduk ku agak ke tengah bagian kasur dan menyenderkan punggung ku ke tembok. Aku lalu menepuk - nepuk bagian kosong di samping ku sebagai tanda agar kak Reza ikut duduk di samping ku.
Kak Reza lalu merangkak di atas kasur ku dan kemudian duduk di samping ku, punggung nya ikut menyender ke tembok dan pundak kami bersentuhan.
Kak Reza melihat ku sambil cengegesan lalu matanya berpindah menatap layar laptop yang ku letakan di antara pangkuan kami berdua.
Aku lalu menyalakan laptop tersebut, dan situs video porno tampil di layar laptop kak Reza tersebut. Spontan aku segera menutup layar laptop tersebut dengan ke dua tangan ku.
"Eh.. aduh.. engg" aku gelagapan bingung mencari alasan, aku lupa menutup halaman broswer laptop kak Reza setelah menonton filem porno kemarin.
Kak Reza mengerutkan kening nya menatap layar laptop yang tertutup oleh tangan ku kemudian menoleh ke arah ku.
"Loh, kamu nonton porno Fa?" tanya nya heran dengan wajah serius.
"engga. eng." aku menatap nya dengan wajah panik, aku takut kak Reza menjudge ku sebagai wanita gak bener karena hal ini. Aku tak bisa memikirkan alasan yang masuk akal kenapa halaman situs porno itu muncul di layar laptopnya saat ini.
Aku kemudian menyerah mencari alasan akan hal itu dan menundukan kepala ku karena malu. Mata ku terpejam menunggu komentarnya, betapa munafiknya aku yang marah kepadanya karena video porno tapi diriku sendiri malah menonton video vulgar tersebut.
"hahaha.. kamu gak usah malu Fa" tawa kak Reza sambil mengusap - ngusap kepala ku.
Aku seketika itu juga membuka mata ku dan menatap nya dengan wajah heran. Reaksi kak Reza tidak seperti yang ku bayangkan. Aku pikir dia akan marah karena melihat betapa munafiknya diriku yang ternyata juga menonton filem porno tanpa sepengetahuanya.
"eng.. kaka gak marah aku lihat itu?" tanya ku gugup.
"Loh kenapa harus marah?" wajah nya terliaht bingung.
"Soalnya kan kita pernah berantem karena aku gak suka kamu nonton filem porno, tapi aku malah nonton juga" ujar ku pelan karena malu.
Kak Reza lalu menaruh tanganya di dagu ku dan mengangkat wajah ku sehingga aku menatap nya.
"Aku gak akan semudah itu benci kamu karena kamu ngelakuin hal yang kamu suka Fa" ujar kak Reza sambil menatap ku dengan senyuman lembut.
"tapi.. aku takut kak Reza nganggep aku cewek gak bener suka lihat filem gituan" jawab ku pelan, mata ku bergerak - gerak melihat matanya mencoba menganalisa arti dari raut muka kak Reza saat ini.
"Fa.***k ada yang salah kalau kamu suka nonton filem porno, kamu juga manusia sama kayak aku. Jadi aku rasa wajar dan lain kali kamu bisa jujur soal kamu nonton filem seperti ini sama aku" ujar kak Reza sambil menatap ku dengan tatapan serius.
"ta..tapi aku malu kak.." aku melepas kan wajah ku dari tangan kak Reza dan membuang wajah ku tak berani menatap nya karena merasa malu.
Kak Reza lalu kembali memegang dagu ku dan membuat ku menatap ke arah nya secara lembut.
"Fa.. serius. Aku malah suka kalau pacar aku jujur soal seksualitasnya. Menurut ku kita seharusnya jujur soal ini karena itu akan membuat hubungan kita jadi sehat. Aku gak ada masalah sama kamu nonton filem porno, bahkan dengan begitu aku juga merasa di untungkan" lanjut kak Reza.
Aku mengerutkan kening ku mendengar kata - kata terakhirnya
"Di untungkan? di untungkan gimana emang kak?" tanya ku bingung.
Kak Reza menghela nafasnya kemudian mengecup kening ku pelan.
"Ya siapa tau waktu kamu nonton, kamu jadi bisa belajar beberapa hal hahaha"
"Haaaah? belajar apaaaaaa!!!" nada ku meninggi sambil memundurkan tubuh ku sedikit karena makin tidak mengerti dengan penjelasan kak Reza.
Kak Reza terdiam seperti memikirkan sesuatu, lalu kemudian jugai kut memundurkan tubuhnya sambil duduk tegap menghadap ku.
"Kamu ingat waktu kita have sex pertama kali? Kamu ingat saat aku ngejilatin vagina kamu, mainin boobs kamu, dll?"
Mendengar kata - kata vulgar keluar dari mulut kak Reza membuat ku merasa malu dan juga bingung soal arah pembicaraan ini.
"Saat aku ngelakuin itu ke kamu, kamu suka apa engga?" lanjut kak Reza tanpa menunggu aku menjawab pertanyaannya yang pertama.
Aku mengangguk pelan dengan wajah yang mulai memerah.
"Kamu pikir aku tau ngelakuin itu dari mana?" tanya kak Reza lagi.
"Dari pengalaman kaka sebelumnya dong. Pasti kaka sebelum sama aku udah sering kan?" ujar ku dengan nada menuduh.
Kak Reza nampak kecewa dengan jawaban ku lalu menatap ku dengan wajah serius.
"Engga Fa, aku pertama kali ngelakuin itu sama kamu" jawab kak Reza.
Jujur mendengar itu aku merasa senang bukan main, karena aku sebenarnya tidak rela jika kak Reza ternyata sudah pernah melakukan itu sebelumnya dengan wanita lain. Sebab aku memberikan keperawanan ku untuk nya, maka dari itu sudah sepantasnya aku juga jadi wanita pertama baginya.
"Terus?" tanya ku pelan.
"Ya aku tau itu dari nonton filem porno Fa, aku jadi tau apa yang harus aku lakuin biar pacar aku ngerasa enak. Jadi kalo kamu suka nonton filem porno, aku malah gak keberatan karena kamu juga bisa jadi belajar tanpa aku perlu kasih tau apa yang aku mau" jawab kak Reza.
"Maksudnya gimana sih kak? apa yang kaka mau?" tanya ku bingung.
Kak Reza menghela nafas melihat aku yang lemot soal ini, aku tidak menyalahkan nya juga karena aku benar - benar gak paham.
"Kamu inget kan waktu kemarin kita ngelakuin itu semua, aku meminta kamu untuk masukin penis aku ke mulut kamu?"
Seketika itu juga aku teringat waktu aku menghisap batang kemaluan kak Reza dan aku ingat betul wajah nya yang ke enakan ketika aku menjilati batang kemaluannya. Entah mengapa melihat wajahnya yang ke enakan itu ada kebahagiaan tersendiri yang ku rasakan.
Aku lalu mengangguk sambil terus menatap wajah kak Reza.
"Jujur waktu kamu gak nolak saat aku minta itu aku seneng banget apalagi kamu sampe mau nelen sperma aku. Sumpah aku ngerasa beruntung banget saat itu, punya pacar kayak kamu. You're a great girl!" puji kak Reza sambil mengecup bibir ku pelan.
Mendengar kak Reza memanggilku dengan sebutan great girl entah mengapa membuat ku merasa bangga, dan secara tak sadar senyum lembar terbentuk di wajah ku.
"Tapi kalau boleh jujur, kalau kamu ngelakuin itu tanpa aku minta aku bakal seneng banget. Aku suka kalo cewek aku ambil inisiatif" lanjut kak Reza.
Aku kembali mengerutkan kening ku.
"Loh bukanya nanti terliaht seperti wanita murahan kak kalo cewek yang gerak duluan?" tanya ku bingung.
Kak Reza menggelengkan kepalanya.
"Cewek itu akan kelihatan seksi kalau dia jujur sama apa yang dia mau, lagian kan kamu kalo ngelakuin itu sama aku Fa.. Pacar kamu sendiri, jadi buat apa sih kamu malu dan takut? Aku tuh sayang sama kamu, apa pun yang kamu lakukan itu udah pasti bikin aku seneng" ujar kak Reza.
Aku mencoba memproses semua perkataan - perkataan kak Reza barusan, walau agak sulit menerima nya namun aku bisa melihat point yang kak Reza maksud.
Kak REza lalu kembali duduk menghadap laptop dan menaruh tanganya di touch pad. Aku lalu melirik ke arah kursor di layar laptop yang bergerak menuju tombol play di jendela pemutaran video website porno itu.
"Hmm.. kamu mau nonton bareng sama aku?" ujar kak Reza sambil melirik ku dengan senyum nakal.
"huuu dasar ngeres hahah" ledek ku sambil menoyor pipinya pelan.
Aku kemudian menyenderkan kembali punggung ku ke tembok dan mengahadap laptop. Aku lalu mendekap tangan kak Reza sehingga terapit di ke dua belah dada ku yang masih terlindungi oleh handuk.
Kak Reza lalu mengklik sebuah thumnail video dan sebuah jendela pemutar video baru muncul di layar laptop tersebut. Aku lalu menempel kan pipi ku di tangan kak Reza sambil menatap laptop tersebut.
Video porno pun di mulai dengan adegan seorang wanita sedang berlutut di hadapan seorang pria. Kedua aktor porno di video tersebut terlihat sudah tidak mengenakan pakaian sama sekali. Batang kemaluan pria dalam video tersebut terlihat sangat besar dan keras. Urat - urat kemaluan pria tersebut terlihat jelas pada batang kemaluannya. Pria di video tersebut, kemudian memegang kepala wanita itu dan menyodokan batang kemaluan nya ke dalam mulut wanita itu dengan keras. Pria itu lalu menghentak - hentakan batang kemaluanya ke dalam mulut wanita tersebut, terliahat mata wanita itu mulai berair membuat maskara di matanya luntur. Campuran air liur dan precum dari penis milik pria itu meluber keluar dari rongga- rongga mulut wanita tersebut, terlihat beberapa kali wanita itu seperti akan muntah. Namun pria tersebut nampak tidak mempedulikanya.
Melihat itu membuat ku meremas tangan kak Reza karena aku seperti merasakan apa yang wanit itu rasakan.
"Ugh.. ko cewek nya mau mau aja sih kak digituin, kan pasti ga enak banget rasanya?" tanya ku heran.
Kak Reza menoleh ke arah ku dan menghentikan video itu.
"Jangan gitu mikir nya Fa, aku juga tau pasti ga enak banget rasanya. Cuman wanita itu pengen cowok nya ngerasa enak, jadi cewek itu berusaha nahan rasa sakit yang dia rasain" kak Reza mencoba menjelaskan.
"tapi masa cowok nya gak kasian liat ceweknya gitu?" protes ku.
"Ya pasti cowok itu jugan ngelakuin atas persetujuan cewek itu dong Fa? inget kan waktu itu juga aku nanya kamu mau apa engga buat ngisep punya aku. Kalau waktu itu kamu nolak aku juga bakal ga maksa"ujar kak Reza lagi. Coba aku tanya sekarang kenapa waktu aku minta kamu untuk ngisep punya aku kamunya mau?"
"Eng... soalnya kaka mau dan aku suka lihat kaka seneng" jawab ku sambil menatap ke atas ke arah wajah kak Reza.
"Nah tuh tau, sama juga kayak aku ke kamu waktu aku jilatin punya kamu. Aku ngelakuin itu karena aku tau kamu bakal suka dan karena kamu suka aku pun jadi ikutan suka walau aku gak ngerasain apa - apa pas jilatin vagina kamu".
Jawaban kak Reza membuat ku terdiam, berbagai hal muncul di kepala ku. Aku ingat betul saat aku menghisap batang kemaluan kak Reza, aku sama sekali tidak menyukai rasanya. Apalagi saat menelan sperma kak Reza yang masuk ke mulut ku. Rasa nya seperti ingin muntah! Namun ketika melihat wajah kak Reza yang ke enakan, seakan rasa gak enak dan mual itu hilang. Malah yang ada aku ingin terus melihat wajah Kak Reza seperti itu.
Kak Reza lalu melanjutkan kembali video porno tersebut dengan mengclick tombol play. Adegan pria itu menyodokan batang kemaluan ke mulut wanita itu pun berlanjut. Video tersebut seakan menghipnotis ku, mata ku entah mengapa tidak bisa lepas dari layar laptop kak Reza. Aku memperhatikan secara seksama apa yang di lakukan wanita itu. Suasana kamar ku pun menjadi hening, hanya terdengar suara - suara vulgar dari video porno yang kami tonton ini.
"Itu apa namanya kak? yang lagi dilakukan mereka?" tannya ku tiba - tiba.
"Oh itu namanya blow job, kalo bahasa indo kasarnya sepong, tapi yang dilakukan cewek di video itu namanya deep throat karena cowok nya masukin penisnya sampe ke tenggorokan ceweknya." jawab kak Reza tanpa melihat ke arah ku, tatapan nya seperti terkunci ke arah laptop.
Pria di video itu tiba - tiba mengerang hebat dan mencabut kemaluanya dari mulut wanita itu kemudian menyemburkan cairan sperma yang amat banyak ke wajah wanita itu. Aku melirik melihat ke arah wajah kak Reza. Wajah kak Reza terlihat tersenyum melihat adegan itu.
"Ngnn. kaka mau kayak gitu?" celetuk ku pelan.
Kak Reza dengan cepat menghentikan video porno itu dan menatap ke arah ku dengan mata terbelalak.
"Maksud kamu Fa?" tanya kak Reza cepat.
"Kaka mau aku deep throat punya kaka?" tanya ku malu - malu.
Kak Reza menutup laptop nya dan menaru nya ke meja lampu di sebelah kasur ku.
"Kamu serius Fa?" tanya kak Reza dengan tatapan tidak percaya dengan tawaran ku.
"Mmmm.. iya.. aku kalo kaka mau bolehh. Aku juga penasaran sih" lanjut ku dengan sedikit ragu.
Kak Reza terdiam seperti masih tidak percaya dengan tawaranku.
"Kaka mau aku deep throat? Ga apa - apa ko asal kaka suka" tawar ku lagi sambil tersenyum.
Kak Reza mengangguk.
Aku lalu melepaskan dekapan ku, kemudian menghela nafas panjang. Aku lalu turun dari kasur dan berulutut di lantai. Kak Reza tanpa banyak tanya langsung merangkak dan turun dari kasur lalu berdiri di hadapan ku.
Aku lalu mengusap - ngusap benjolan besar di selangkangan kak Reza yang masih tertutup oleh celana jeans. Lalu aku melepaskan sabuk dan menurun kan celananya. Aku lalu mengelus - ngelus batang kemaluan kak Reza yang masih tertutup oleh celana dalam putihnya. Spot basah besar terbentuk di sekitar celana dalam kak Reza itu.
Aku menatap ke atas melihat kak Reza mendongakan kepalanya ke atas, mulut nya terbuka melepaskan desahan pelan. Aku lalu mengecup -ngecup pelan jendolan di celana dalamnya dan kemudian menghisap - hisap kemaluan nya yang masih tertutup celana dalam. Rasa asin dan sensasi serat - serat kain yang basah terasa di lidah ku.
Ku taruh ke dua tangan ku di bagian atas celana dalam tersebut dan menurun kan nya sehingga kemaluan kak Reza menjuntai bebas. Terlihat batang kemaluan nya sudah mengeras dan berdiri tegak.
Tanpa menggunakan tangan ku aku lalu mengemut batang kemaluan tersebut dan menggunakan lidah ku agar kemaluan kak Reza masuk ke mulut ku. Lalu ku gerakan kepala ku maju mundur untuk membasahi kemaluan kak Reza dari bagian kepala dan batangnya.
"Ahhh.. Fa enak banget" ujar kak Reza.
Aku tersenyum mendengar hal tersebut dan makin bersemangat menggerakan mulut dan lidah ku sambil tetap menatap wajah kak Reza yang terlihat menikmati sepongan ku. Lubang kencing kemaluan kak Reza terasa seperti tutup botol air bocor yang terus mengeluarkan lendir asin ke dalam mulut ku. Aku kemudian memegang paha kak Reza agar gerakan maju mundur kepala ku menjadi lebih stabil dari sebelumnya sambil menyiapkan mental dan hati ku untuk melakukan deep throat.
Setelah beberapa menyepong kak Reza aku lalu mencoba mendorong kepala ku ke arah selangkangan kak Reza sedalam yang aku mampu. Terasa oleh ku ujung kemaluan kak Reza menyentuh ujujng rongga- rongga mulut ku membuat ku merasa hampir muntah. Sehingga aku menarik kembali kepala ku dan melepas kan penis kak Reza dari mulut ku.
"hahhh.. hahh.. hahh" aku kemudian mencoba mengambil nafas dan melap air liur yang menetes dari pinggiran mulut ku. Aku lalu melap mata ku yang mulai berair dan terasa hidung ku pun mulai basah ketika aku menarik nafas.
Nafas ku mulai tersenggal - senggal, mata ku kini fokus menatap batang kemaluan kak Reza. Aku lalu menghirup nafas panjang dan kemudian memasukan kembali penis kak Reza kemulut ku. Kembali aku mencoba mendorong kepala ku sedalam mungkin ke arah selangkangan kak Reza, dan terasa ujung penis kak Reza kembali menyentuh ujung rongga- rongga mulut ku. Aku kemudian menahan posisi tersebut sambil mencoba membuka mulut ku lebih lebar agar aku bisa bernafas melalui mulut ku.
Setelah beberapa detik akhirnya aku mulai terbiasa dengan posisi ini kemudian aku mengambil ke dua tangan kak Reza dan menaruh nya di kepala ku. Aku lalu menatap kak Reza dengan posisi penis nya yang masih di dalam mulut ku. Kak Reza menatap ku dengan tatapan seperti bertanya apakah aku yakin untuk melakukan ini.
Aku lalu mengedipkan mata ku pelan sambil tetap menatap kak Reza untuk memberi tahu nya kalau aku sudah siap untuk melakukan ini.
Kak Reza lalu mencengkram kepala ku dan kemudian menggeakan pinggang nya maju mundur se cara perlahan. Aku mulai merasakan ujung penis kak Reza masuk semakin dalam ke dalam mulut ku dari sebelumnya. Aku kemudian kembali mencengkram paha kak Reza agar aku tidak ikut terdorong ke belakang setiap kak Reza menyodok kemaluannya masuk lebih dalam ke dalam mulut ku.
"Aghh..ahhh enak banget Fa mulut kamu" racau kak Reza sambil mendongakan kepalanya menatap langit - langit.
Mendengar itu membuat ku tersenyum karena merasa senang aku bisa membuat kak Reza merasakan hal yang selama ini cuma bisa dia bayangan lewat menonton filem porno.
Kak Reza tiba - tiba mencengkram kepala ku lebih keras dari sebelumnya dan gerakan pinggang nya berubah semakin cepat. Sodokan kak Reza berubah menjadi hentakan seketika itu juga nafas ku terasa seperti terhenti.
"HOGHkkhhhh" aku seperti tersedak, kemaluan kak Reza akhirnya masuk ke tenggorokan ku. Aku mencengkram paha kak Reza sekeras - keras nya berusaha menahan rasa tidak nyaman di tenggorokan ku.
"hoghll...hoogkkh.."berulang kali aku mengeluarkan suara seperti orang tersedak, air mata mengalir ke pipiku.
Tiba - tiba kak Reza menarik kepala ku sangat dalam ke arah selangkanganya sampai daguku menyentuh bola zakar nya.
"HOGGHKKKHGHHHHH!!!!" suara tersedak panjangan keluar dari arah tenggorokan ku, aku mencengkram paha kak Reza sekuat mungkin mencoba menahan nafas ku yang terhenti seketika. Air liur mengalir dari mulut ku, dan mentes ke lantai. Aku tak kuat lagi mencoba menarik kepala kebelakang, namun tangan kuat kak Reza mencengkram kepala ku menahan kepala ku untuk tetap di posisi ini.
Aku merasa tak ada lagi udara di paru - paru ku, aku menepuk nepuk paha kak Reza untuk memberi tahu nya agar melepas kan kepala ku namun kak Reza seperti tidak peduli malah mendorong pinggang nya lebih dalam.
Aku memejam kan mata ku, kesadaran ku mulai terasa hilang. Saat aku mulai merasa pasrah, aku merasakan cengkaraman tangan kak Reza yang mulai melemah. Aku lalu memanfaat kan kesempatan tersebut untuk menarik kepala ku kebelakang untuk melepas kan penis kak Reza dari mulut ku.
"Phuaahh.. hahh.Hoek...hahh..hahh" Aku segera menaruh tangan ku ke lantai menahan tubuh ku agar tidak terjauh karena gerakan mundur ku yang sedikit mendadak. Tenggorokan dan saluran nafas ku yang tersumbat seketika itu pun bisa digunakan kembali. Aku mencoba mengambil nafas di sela - sela batuk ku. Air liur ku yang bercampur dengan precum kak Reza membentuk sebuah benang tipis antara ujung penis nya dan mulut ku.
"Mmhaah.." aku menarik nafas ku dalam - dalam di ikuti suara ingus yang ikut tertarik bersama udara yang ku hirup. Aku lalu melap mulut ku dengan punggung tangan ku, dan kemudian menutup lubang hidung ku dengan bagian belakang punggung jempol ku untuk menahan ingus yang hendak keluar.
Mata ku melirik ke arah kak Reza yang sedang menatap ku dengan tatapan cemas.
"srrghh..ahh.. hehehehe" aku kemudian menarik ingus yang hampir keluar dari hidung ku dan tertawa kecil agar kak Reza bisa berhenti khawatir.
"Kamu ga apa - apa Fa?" tanya kak Reza sambil berlutut di hadapan ku dan mengelus rambut ku.
Aku hanya menjawab dengan gelengan kepala ku, menandakan aku baik - baik saja.
"Good girl" ujar kak Reza sambil tersenyum.
Itu dia pujian yang aku tunggu - tunggu. Mendengar itu entah mengapa selalu membuat ku merasa bangga dan senang. Bangga karena kak Reza kagum dengan apa yang aku lakukan, bangga terhadap diri sendiri karena aku bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya terlihat mustashil bagi ku, dan tentu senang karena apa yang ku lakukan bisa membuat kak Reza senang.
Aku lalu menghirup nafas panjang dan merasakan saluran pernafasan ku kembali normal. Aku lalu mencoba berdiri dan kak Reza dengan sigap membantu ku untuk berdiri. Aku lalu memeluk ka Reza dan meletakan dagu ku di dada nya agar aku bisa melihat wajahnya.
"Sekarang giliran kak Reza yang bikin aku enak ya" kata ku nakal.
Aku lalu mendorong kak Reza ke kasur ku, lalu aku merangkak di atas kasur dan duduk di atas selangkanganya. Aku bisa merasakan penisnya terhimpit oleh vagina ku yang sudah sangat basah.
Aku lalu membuka pelan handuk yang ku kenakan, dan melemparkan nya ke lantai. Aku lalu mengangkat tubuh ku sedikit, agar bisa memposisikan penis kak Reza untuk berdiri tegak. Secara perlahan aku lalu mengarahkan ujung kepala penis kak Reza ke lubang vagina ku yang sedikit demi sedikit terbuka.
Mulut ku menganga sambil menahan rasa geli yang bercampur sedikit perih karena kepala penis kak Reza yang lebih besar dari pintu lubang vagina ku.
"Mhh aahh"" Desahh ku sambil memejam kan mata, aku tidak bisa lagi mengontrol muka ku yang pasti terlihat jelek sekali karena mulut ku terus menganga terbuka. Aku bisa merasakan kepala penis kak Reza sudah sepenuhnya masuk ke dalam vagina ku.
Aku lalu menurun kan tubuh ku pelan sehingga penis kak Reza pun masuk makin dalam ruas demi ruas. Aku lalu melipat kaki ku sehingga aku bisa mengapit tubuh kak Reza dengan ke dua kaki.
Aku kemudian berhenti sebentar untuk beradaptasi dengan rasa perih dan panas yang ku rasakan di vagina ku.
Ku buka perlahan mata ku dan terlihat mata kak Reza yang sedang menatap ku dengan tatapan penuh nafsu. Tangan kak Reza yang sedari tadi terbaring bersama tubuhnya bergerak menggapai ke dua payu dara ku dan mulai meremas - remas nya.
Remasan kak Reza membuat birahi ku makin naik sehingga aku tak peduli dengan rasa perih di vagina ku dan mulai menggerakan badan ku maju mundur selagi penis kak Reza bersemayam di dalam vagina ku.
"Mhhmm.. ahh.. ahh " desah ku sambil memejam kan mata dan sesekali menggigit bibir ku.
"Kamu cantik banget Fa,, kamu seksi banget kalau aku lihat dari sini" ujar kak Reza sambil terus meremas - remas payu dara ku. Mata kak Reza menatap tajam tubuh ku yang bergerak maju mundur menunggangi tubuh nya.
Pujian kak Reza membuat ku makin bersemangat mengggoyangkan tubuh ku, aku lalu menaruh lengan ku ke atas lenganya yang sedang meremas payu daraku, dan kemudian meremas - remas tanganya tersebut.
"Yang keras kak, kasarin Fafa" pinta ku dengan suara lirih sambil menatapnya sayu.
Tangan kak Reza lalu berpindah memegang pinggang ku kemudian mulai ikut menggerakan pantat nya naik turun.
"Mhha ahhh.. enak. bangettt.."" rintih ku sambil mendongakan kepala ku kebelakang saking nikmatnya sensasi yang kurasakan saat ini.
"Fa sumpah kamu cantik banget kalau dilihat dari sini aku rekam ya Fa?" pinta kak Reza sambil meraih celana jeansnya dan kemudian mengambil handphonenya.
Aku hanya mengangguk mendengar permintaan kak Reza karena sedang fokus dengan kenikmatan yang kuraasakan saat ini. Mata ku kembali terpejam dan mulut ku menganga setiap kali penis kak Reza mengenai sebuah spot yang membuat kenikmatan yang ku rasakan bertambah besar.
Aku melihat Hp kak Reza yang di arah kan ke arah tubuh ku, seketika itu juga aku membayangkan seperti apa pemandangan yang dilihat kak Reza saat ini. Hal tersebut membuat ku tersenyum, karena aku dibayangan ku sekarang tubuh ku pasti terlihat seksi sekali meliak - liuk di atas tubuh kak Reza.
"Fafa lagi apa?" tanya kak Reza tiba - tiba sambil tetap merekam ku.
"ahh..mmhh.. ahhh"" aku mendesah tak menjawab pertanyaanya.
"Fafa ko gak jawab, lagi apa Fafa?" tanya kak Reza.
"Mhhm..ahh. lagi..mmhh.. lagi have sex" jawab ku pelan, karena ada sedikit perasaan malu menjawab pertanyaan itu di depan kamera.
"Jawab nya jangan pake bahasa inggris dong, pake bahasa indonesia ajaa" pinta kak Reza lagi dengan nada nakal.
"Ahh,, ahh..mmhh.. lagi.. bercinta" jawab ku malu - malu.
"kata lain nya apa Fa?"
"Mhh.. ahh..." aku mendesah sambil menggelengkan kepalaku. "Mhh..mmh malu
kak..ahhhh..ahh" jawab ku sambil tetap menggoyangkan badan ku.
"Jawab aja sayang kenapa malu? Aku suka kamu ngomong vulgar" pinta kak Reza lagi.
"Mh..mhh..lagi..mhhmph.shh.. ahhh.. lagi..ngentod" jawab ku dengan sangat pelan?
"Apa?? yang keras dong sayang" pinta kak Reza lagi.
Aku kembali menggelengkan kepala ku.
"Mh ahh.malu kak" aku kemudian memundurkan tubuh ku sedikit agar tangan ku bisa menyentuh kasur.
Kak Reza tiba - tiba duduk dan kemudian mendorong tubuh ku terbaring di atas kasur, membuat ku agak terkaget dibuat nya. Mata ku yang sedari terpejam pun akhirnya terbuka menatap wajah nya yang sangat dekat dengan wajah ku.
Kak Reza lalu mencium ku dengan buas nya, lidah nya menerobos masuk ke dalam mulut ku dan mebanting lidah ku tanpa ampun.
"Mhhmpphh"" ciuman itu seakan menambah birahi ku yang padahal sudah cukup tinggi.
Kak Reza lalu melepas kan ciumanya dan kemudian mencabut penis nya dari vagina ku.
Tangan kak Reza kemudian memegang penisnya dan menepuk - nepuk kan nya ke atas vagina ku dan sesekali batang penisnya di gesekan ke belahan vagina ku yang sudah sangat - sangat basah.
"Mh..kak.. masukin,.. lagi" rengek ku kepada kak Reza yang kemudian mengarahkan kameranya kembali ke arah ku.
Kak Reza menggelengkan kepalanya.
"Aku gak akan masukin sampe kamu jawab aku dengan bener" ujar kak Reza dengan senyum nakal,
Aku menggigit bibir ku karena nafsu ku yang terasa menggantung, belum lagi penis kak Reza yang terus menggesek - gesek belahan vagina ku yang membuat ku makin tak sabar agar kak Reza memasukan penis nya kembali ke dalam vagina ku.
"Ugh...kak Reza jahat... aku harus jawab apa?"
"kamu mau aku ngapain sayang?" tanya kak Reza sambil terus menbuat vagina ku tak sabar untuk dimasukin penisnya.
"penis kak reza.." jawab ku pelan.
"jawab yang bener" nada suara kak Reza meninggi.
aku kembali menggelengkan kepala ku karena malu.
"jawab yang bener kalau engga aku gak akan masukin lagi" ancam kak Reza sambil tersenyum meledek.
"k..kontol" jawab ku pelan.
"Apaa??" tanya kak Reza pura - pura tak mendengar.
"Fa..mau kontol kak Reza" aku mulai menggesek - gesekan vagina ku ke penis kak Reza saking tak tahan ingin segera di penetrasi kembali oleh kak Reza.
Kak Reza lalu mengarahkan kepala penis nya ke lubang vagina ku namun belum sampai kepala penis itu masuk se utuhnya kak Reza kembali menariknya keluar.
"Masukin kemana?" tanya kak Reza lagi.
"mh...ke vagina aku" jawab ku pelan sambil menggerakan vagina ku ke arah penis kak Reza yang sengaja di jauhkan nya dari lubang organ intim kewanitaan ku.
"Jawab yang bener" ujar kak reza dengan nada sedikit tinggi.
"mh.. kak reza.. Fa mau kontol kak Reza masuk ke memek Fafa" aku sungguh tak percaya kata - kata vulgar itu keluar dari mulut ku.
Begitu mendengar itu kak Reza melempar HP nya ke samping kasur dan dengan buas nya memasukan kontol nya kedalam memek ku secara tiba - tiba.
"AahhhhhhhhhhHhh!!" seakan jantung dan paru - paru ku berhenti selama sedetik ketika kak Reza menyodok kontol nya dalam - dalam ke dalam memek ku.
Kak Reza lalu menhentak - hentakan pinggang nya secara keras hingga paha dalam kami beradu.
"Plok plok plok plok" suara cabul itu terdengar keraas memenuhi kamar tidur ku.
"Ah.. ah.. good girl" pujian favorit ku keluar dari mulut kak Reza. Kak Reza lalu memposisikan kaki ku untuk bersender di atas ke dua pundaknya. Sehingga penis nya masuk makin dalam seperti menyentuh rahim ku.
"Ahh..mmhh.. ahhh. terus kak.. terus " aku mulai meracau kehilangan akal sehat ku gara - gara hentakan liar kak Reza yang cepat dan tegas.
Kak Reza lalu mencium bibir ku kemudian bibir nya berpindah ke leher ku dan mulai mencupangiku tanpa memelan kan gerakanya. Sesekali kak Reza melumat kuping ku, membuat ku memeluk nya dengan erat karena tak kuasa menahan rasa nikmat, geli, dan perih yang bercampur jadi satu.
"Fafa sekarang lagi apa?" bisik ka Reza ke kuping ku.
"lagi ngentod" jawab ku tak lagi peduli akan kata - kata vulgar keluar dari mulut ku.
"good girl" kak Reza kembali memuji ku.
"Kak.. Fafa mau pipis" ujar ku sambil menahan desahan ku.
"Bukan pipis itu sayang tapi mau keluar, ulangin lagi kamu mau apa?" perintah kak Reza , suara kak Reza terdengar begitu jelas di telinga ku karena posisi kepala nya yang berada tepat di samping kepala ku.
"Mh..ahh.. ahh kak Fafa mau keluar" ujar ku lirih.
"ah.. ahh ..Keluarin aja sayang, suaranya gak usah di tahan ya" ujar kak Reza yang nafas nya mulai tersenggal - senggal.
Aku lalu memegang pipi kak Reza dan menarik wajah nya untuk mencium ku.
"Mhhmm.. mhh ahhmm.. Mmmm" lidah kami kembali bergulat namun kali ini pergulatan tersebut terjadi di luar mulut kami.
Kak Reza lalu mengangkata tubuh nya kebelakangan sehingga ciuman kami terlepas. Lidah ku yang masih terjulur ke luar meliak - liuk mencoba mencari sesuatu yang bisa ku jilat.
Kak Reza lalu menaruh jempol nya ke mulut ku dan dengan sigap aku segera menghisap nya.
"mhhhm..mhhh'' ku jilat jempol kak Reza dengan liar nya. Setelah beberapa kak Reza lalu menarik jempolnya dari mulut ku dan menggunakan jempol tersebut untuk memainkan klitoris ku. Hal tersebut seakan membuka semua saluran yang tersumbat di tubuh ku.
"Ahh...Kak Reza.. ..Fafa keluar... Fafa keluar" Pekik ku sambil melotot menatapnya.
"keluarin aja sayang keluarin" perintah kak Reza mempercepat hentakan pinggang dan jempolnya.
"KLUAR... KELUAR KAK. AHHHHHHHHHHHHHHHHH"" aku melolong panjang bersamaan dengan mengegang nya otot - otot di tubuh ku. Cairan bening seperti pipis muncrat dengan deras nya dari memek ku yang masih menampung kontol kak Reza.
"Srr...." cairan bening itu menyirami perut rata kak Reza yang berada sangat dekat dengan memek ku karena kak Reza membenamkan kontolnya sangat dalam ke dalam memek ku.
Aku lalu menggerak- gerakan pinggang mencoba mengeluarkan sisa - sisa cairan yang masih tertinggal di saluran pengeluarn vagina ku.
Tenaga di tubuh ku hilang bersamaan dengan berhentinya muncratan air bening tersebut, membuat tubuh ku terkulai lemah di atas kasur. Kak Reza lalu secara perlahan mencabut penis nya dari dalam vagina ku.
"hah.. hahh.. capek..hah.. hah" celetuk ku di sela - sela nafas ku yang tersenggal - senggal.
"Siapa suruh kamu istirahat" ujar kak Reza dengan nada tegas.
Aku yang hampir saja tertidur segera membuka mataku dan menoleh ke arah nya pelan, kak Reza lalu merangkak dan kemudian berlutut di samping ku.
Tangan nya kemudian menyentuh vagina ku yang terasa sangat panas dan basah.
Aku segera menggeleng - geleng kan kepalaku.
"jangan ka.. cape.." aku memelas karena tahu apa yang akan kak Reza lakukan.
Kak Reza seperti tidak peduli dengan penolakan ku langsung memasukan 2 jari nya ke dalam vagina ku kemudian menggerakan jari - jari nya seperti orang mencuci bagian dalam gelas air minum.
"Ahahhh.mmmmh" hal itu membuat ku yang terbaring berguling ke arah nya membuat punggung ku terangkat. Tangan ku meremas tanganya yang tanpa rasa sungkan memperkosa memek ku.
mata ku terpejam rapat karena kenikmatan yang berangsur hilang itu muncul kembali dan kali ini terasa lebih hebat.
"Kak. .udah.. udah kak.. udah" aku memelas karena merasakan aku akan keluar lagi, dan aku sadar kalau ak sampai keluar untuk ke dua kali nya badan ku akan merasa lebih lemas dari ini.
"Kak .. please .. kak Fafa.. fafa mau keluar lagi ahh. .ahh" aku kembali memelas sambil menatap wajah kak Reza. Wajah kak Reza terliaht dominant saat ini, tidak ada lagi ekpresi ke kanak - kanakan yang biasanya dapat ku lihat. Sumpah, wajah kak Reza saat ini lebih ganteng dari biasanya.
Aku menggigit bibir ku dan kening ku berkerut menahan rasa perih dan nikmat yang bercampur menjadi satu ini.
Kak Reza mempercepat pergerakan tanganya sesekali jempol nya menekan dan meraba -raba klitoris ku selagi jari tengah dan jari manis nya mengocok vagina ku.
"Mhmm.. ahh.. ahh" aku kembali bisa menikmati permainan jari kak Reza, rasa perih yang ku rasakan berangsur hilang.
"Mhh ahh.. ahhh ahh" desahan ku makin cepat, aku tidak lagi memelas kak Reza untuk berhenti.
"Yakin mau aku stop?" tanya kak Reza lagi.
Aku menggelengkan kepala ku sambil menggigit bibir ku.
"Mau aku terusin ngocokin memek kamu?" tanya kak Reza lagi.
Aku hanya mengangguk saking tak kuat untuk menjawab pertanyaan kak Reza karena aku rasa aku harus menyimpan energi ku yang tersisa jika nanti aku orgasme lagi.
"kalau mau aku lanjut, aku manggil kamu pake panggilan kasar boleh sayang?" tanya kak Reza sambil terus mengobel memek ku.
Aku hanya mengangguk tak peduli lagi dengan apa yang diucapkan olehnya.
"Lonte mau keluar?" tanya kak Reza, memanggil ku dengan sebutan yang sangat melecehkan ku. Namun entah mengapa hal tersebut membuat birahi ku makin naik.
Mata ku yang sedari terpejam terbuka dan menatap nya karena masih tak percaya dengan sebutan yang kak Reza sematkan kepada ku barusan.
"aku tanya sekali lagi ya, neng bondon mau keluar?" tanya kak Reza lagi dengan wajah dominant.
Tanpa melepaskan tatapan ku dari matanya aku mengangguk.
Kak Reza lalu tersenyum dan kemudian mencium ku, yang kusambut dengan mulut terbuka dan lidah terjulur.
"Mnghh.. kak Reza.. Fafa mau keluar" aku melepaskan ciuman kamu dan memejam mata ku lagi agar bisa lebih fokus.
"Bukan Fafa, panggil pake nama yang bener dong" ujar kak Reza dengan nada meledek.
"Nghh..mnn.. Lonte ini mau keluar.. lonte binal ini mau keluar" aku tak peduli lagi akan apapun, yang ada di otak ku aku ingin secepat nya mencapai orgasme.
"pinter.." kak Reza lalu mendorong jari nya makin dalam sehingga menyentuh G-Spot ku.
"Ahh.. keluar lagi kak keluar lagiiiII!!" aku berteriak sambil menggerakan pinggang ku mengikuti gerakan tangan kak Reza.
Seketika itu juga mulut ku menganga lebar, dan mata ku melotot menatap wajah kak Reza yang terlihat sedang tersenyum bangga atas apa yang telah dia lakukan.
"Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh" aku melolong di iringi rasa climas yang sangat hebat. Pinggang dan kaki ku mengejang - ngejang bersamaan dengan cairan bening yang kembali keluar dari memek ku.
Cairan tersebut membuat sprei kasur di sekitar pinggang ku menjadi sangat basah, kak Reza mendorong jari -jari nya makin ke dalam dan menaruh jempolnya di atas vagina seakan ingin menyumbat air yang keluar tersebut.
Hal itu membuat semprotan squirt ku menjadi berantakan dan muncrat kemana - mana.
Kaki ku menggelepar ketika cairan squirt ku berhenti keluar, sebelum akhirnya tubuh ku jatuh terbaring di atas kasur terkulai lemas. Kak Reza lalu mengeluarkan jari - jari nya dari memek ku, dan kemudian mengarahkan jari - jari itu ke mulut ku yang secara reflek langsung aku hisap menggunakan mulut ku.
Kak Reza lalu mencium kening ku dan menarik jari - jari nya yang sekarang bercampur cairan lendir memek dan ludah ku dari mulut ku.
"hah..hah.. hah." aku terbaring terlentang di atas kasur, mata ku terpejam mencoba fokus untuk mengatur nafas ku yang tersenggal -senggal.
Kak Reza lalu berdiri dan memposisi kan diri nya berdiri mengangkangi tubuh ku.
"Udah..kak. .please.." aku memelas karena aku takut aku tak bisa lagi bernafas jika kak Reza mencoba membuat ku keluar sekali lagi.
"Kok udah aku kan belum sayang" ujajr kak Reza sambil kembali tersenyum meledek.
Kak Reza menekukan kakinya sehingga sedikit berlutut, ke dua paha nya mengapit tubuh ku dan bergerak naik hingga penis nya menyentuh bibir ku.
"Pinjem mulut kamu bentar ya sayang" ujar kak Reza yang kemudian memegang kepala ku dan memasukan kontol nya ke dalam mulut ku secara paksa.
"NgmmmhhpphhHH!!!" aku dengan segera mengambil nafas secara cepat.
Kak Reza lalu memaju mundur kan pinggang nya secara cepat selagi kontol nya berada di dalam mulut ku, posisi nya persis seperti ketika dia memasukan kontol nya ke dalam memek ku tadi.
Kedua tanganya mencengkram kepala ku dan sedikit mengangkat kepala ku ke sehingga terangkat dari kasur. Kak Reza lalu menghentak - hentakan kontol nya ke dalam mulut ku.
"Mhghhmm.. mmhh" aku menepuk - nepuk paha kak Reza sambil sesekali mencoba mendorong nya, namun tak ada lagi energi yang tersisa di tubuh ku sehingga aku hanya bisa pasrah membiarkan kak Reza memperkosa mulut ku.
"NGHH.. aku mau keluar FA tahan bentar" ujar kak Reza tiba - tiba. Mendengar itu aku sedikit lega dan mencoba menguat kan diri ku untuk bertahan sampai kak Reza keluar.
"Aku keluar sayang telen ya" ujar kak Reza sambil menarik kepala ku ke arah selangkangan ya dalam dalam. Aku bisa meraskan cairan hangat menyembur menyentuh tenggorokan ku.
"HOGKHh..gleg. gleg. phuhbbbu uhuk" Aku tak mampu menelan semua sperma yang kak Reza keluarkan ke dalam mulut ku sehingga membuat ku terbatuk selagi kontolnya menyumbat mulut ku. Membuat sebagian sepma tersebut menyembur keluar dari sela - sela mulut ku.
Kak Reza menyodokan kontolnya untuk terakhir kali menandakan sperma milik nya sudah habis terkuras kemudian mecampakan kepalaku ke kasur sambil menarik kontolnya lepas dari mulut ku.
Aku segera terbangun duduk mencoba mengeluarkan sisa - sisa sperma yang tidak tertelan dari dalam mulut ku. Kak Reza kemudian terbaring di atas kasur dengan senyum puas.
Aku segera bangkit dari kasur ku dan berlari menuju kamar mandi untuk mencuci mulut ku. Aku tak peduli dengan keadaan tubuh ku yang tanpa busana sama sekali, lagi pula tidak ada orang ini di rumah.
Sesampai nya di kamar mandi aku mengambil air dengan gayung dan berkumur - kumur mencunci mulut ku yang terasa sangat tidak nyaman karena cairan lengket milik kak Reza tak sepenuh nya tertelan dan aku juga bisa merasakan ada juga yang tersangkut di tenggorokan ku.
"Hoekk..phuhh.. phuhh" aku mencoba meludah kan sisa sperma - sperma itu dari mulut ku. Setelah ku rasa cukup bersih aku lalu berkumur - kumur sekali lagi.
Ada perasaan sedikit kesal karena kak Reza seperti tidak peduli dengan keadaan ku yang sudah merasa lemas sekali. Namun aku tidak bisa menyangkal kalau orgasme yang ku rasakan hari ini lebih nikmat dari pertama kali kami berhubungan seks bahkan sampai dua kali!.
Aku lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum.
"Ahh...." air dingin yang ku minum ini terasa lebih menyegarkan dari biasanya. Aku lalu mengisi kembali gelas ku sampai hampir penuh dan berjalan kembali ke kamar ku.
Sesampai nya di kamar aku mendapati kak Reza sedang duduk bersender di atas kasur sambil memegang HP nya. Aku lalu memberikan gelas air minum tersebut kepada kak Reza.
"Makasih ya sayang" ujar kak Reza seraya mengambil gelas itu dari tangan ku, kemudian meminum air nya sampai habis.
Aku lalu naik ke atas kasur dan menyenderkan kepala ku ke dada kak Reza sambil melihat ke layar HP nya.
"Lagi whatsapp siapa sih?" tanya ku sedikit kesal, karena kak Reza sempat - sempat nya bermain HP di saat seperti ini.
"Oh engga, ini temen aku ngajak main Valorant" jawba kak Reza.
"IHhhh.. jadi kamu mau ke warnet? Abis manis sepah di buang ya" gerutu ku kesal.
Kak Reza lalu meletakan HP nya di samping tempat nya duduk, lalu mengelus - elus rambut ku.
"Engga ko sayang, aku udah bilang kalau aku lagi pacaran sama kamu" ujar kak Reza sambil tersenyum.
Mendengar itu aku tak jadi kesal dana kemudian mencium dadanya nya dan kembali mencari posisi yang enak untuk bersandar di atas dadanya.
"tapi..." lanjut kak Reza.
Mendengar kata tapi itu aku langsung mendudukan tubuh ku di atas kasur dan menatap wajah kak Reza dengan tatapan sinis.
"tapi.. hari ini ada turnamen Valorant Fa dan kita udah sampe final, jadi mau gak mau ak harus ke warnet nanti. Engga lama ko cuman sampai final nya selesai aja paling setengah jam" ujar kak Reza lagi.
"Ya udah sana terserah kamu lah" gerutu ku kesal kemudian tidur menyamping di atas kasur mempunggungi kak Reza.
Kak Reza lalu mengecup pipi ku sambil mengusap - ngusap pundak ku.
"jangan marah dong sayang... hmm gini aja deh gimana kalo kamu ikut ke warnet" ujar kak Reza lagi.
"Ngapain, gak ad kerjaan" tolak ku sinis, mood ku mendadak berubah menjadi kesal.
"Gimana kalo gini, kamu ikut aku ke warnet temenin aku main. Habis itu kita pergi jalan ber dua? Kamu mau ke mana aku anter deh" bujuk kak Reza
Aku diam tak menjawab masih mempunggungi kak Reza. Kak Reza lalu memeluk tubuh ku dari belakangan dan menciumi tengkuk ku. Bulu kuduk ku berdiri seketika, tan sengaja desahan ku terlepas pelan.
"ahh..udah ah" kata ku meminta kak Reza berhenti karena aku tahu kalau aku tak akan kuat jika kak Reza mengajak ku untuk ronde ke tiga.
"jadi gimana Fa?" tanya kak Reza lagi.
"Rame gak di warnetnya sekarang?" tanya ku tanpa menoleh ke arah kak Reza.
"sepi kok. Cuman ada OP warnet sama Om Feri, lagian warnet itu mah dari dulu juga sepi jarang penuh semenjak ada Mobile Legend" ujar kak Reza lagi.
"Loh terus temen - temen kamu yang ikut turnamen?" tanya ku heran sambil menoleh ke arah kak Reza.
"Oh mereka mah pada main di rumah masing - masing. Laptop aku gak kuat buat main valorant jadi kepaksa harus ke warnet. Please Fa, udah final nih. Nanti kalo menang hadiahnya bisa aku pake buat kita Vacation" rayu kak Reza.
Aku lalu mengetuk bibir ku dengan jari telunjuk ku menandakan aku meminta kak Reza mencium ku.
Kak Reza dengan sigap mencium ku lembut sambil menyelipkan lidah nya dan lidah kami bergulat sebentar.
"Ya udah, aku pake baju dulu" dengan malas - malasan aku lalu turun dari kasur dan berjalan menuju lemari baju ku. Kak Reza dengan semangat lalu berdiri dari kasur dan mengenakan celana jeans nya.
Aku lalu mengambil baju berbahan kain tipis dengan tali tipis seperti spagetthi, dan celana kain pendek berhubung hari ini cukup panas.
"Yuk" ujar ku ke pada kak Reza yang kemudian menghampiri ku dan menggandeng tangan ku. Kami pun bergegas meninggalkan rumah.
Setelah memastikan pintu rumah terkunci dengan baik, aku segera naik ke atas motor supra kak Reza dan kami pun melaju menuju warnet yang tak jauh dari rumah ku itu.
Sesampainya di warnet, aku turun dari motor dan berjalan ke dalam warnet selagi kak Reza mamrkirkan motornya. Betapa kaget nya aku ternyata warnet itu tidak sesepi seperti yang kak Reza bilang.
Terlihat 4 orang pria sedang asik bermain di depan komputer warnet tersebut. Wajah mereka nampak tidak asing bagiku, aku sepertinya sering melihat mereka nongkrong di dekat sekolah ku.
Aku mulai ragu untuk tetap tinggal di warnet ini belum lagi pakaian yang ku kenakan saat ini sangat lah tipis dan celana yang kukenakan bisa terbilang terlalu pendek untuk di kenakan di depan orang banyak.
Mata ku melirik ke arah komputer warnet yang terletak di dekat pintu dan terlihat seorang perempuan yang kira - kira umur nya sebaya dengan ku. Perempuan itu duduk di depan komputer yang tidak menyala sambil menonton layar monitor pria di sebelahnya. Sangat terlihat dari wajah nya kalau wanita itu merasa bosan ada di warnet tersebut.
Wanita itu lalu menyenderkan kepalanya di pundak pria yang duduk di sebelah nya, sambil sesekali melihat layar HP nya.
Melihat hal itu membuat ku merasa sedikit tenang karena aku bukan satu satu nya cewek di sini.
Kak Reza berjalan melewati ku dan menyuruh ku untuk duduk di sebuah kursi kosong di sebelah wanita itu kemudian kak Reza duduk di sebelah ku dan menyalakan komputer di depanya.
Aku lalu mengeluarkan HP ku dari saku celana ku dan kemudian membuka aplikasi twit**ter agar tida merasa bosan menunggu kak Reza bermain.
"Fafa?" tiba - tiba suara seorang lelaki memanggil ku dengan suara yang cukup keras. Kepala sku seketika itu menoleh ke samping atas dan melihat Itong teman sekelas ku, dan rumah nya tidak jauh dari sekolah ku.
"Eh hey!" sapa ku merasa sedikit senang karena melihat wajah yang familiar di warnet ini.
"Ngapain kamu di warnet sini?" tanya itong dengan wajah heran.
"Nemenin pacar main hehe" jawab ku sambil menunjuk nunjuk kak Reza yang sepertinya tidak peduli dengan keadaan sekitarnya. Mata kak Reza fokus menatap layar monitor dan sepasang head set sudah terparkir rapih di kepalanya.
"Ohh.. kaget urang liat ada cewek cantik main di warnet" ujar itong lagi sambil menghisap rokoknya sambil tertawa.
"haha apaan sih Itong!! Cuman bentar kok, ini katanya mau turnamen" aku mendorong perut itong pura - pura kesal mendengar pujianya, walaupun dalam hati merasa cukup senang.
"Oh turnamen valorant nya, oh kamu teh kabogohnya si Reza" ujar itong lagi.
Aku hanya mengangguk, ternyata Itong kenal kak Reza.
"Kamu ngapain tong turnamen juga?" tanya ku mencoba basa basi.
"OH engga, Iseng aja main. Tadi abis kumpul - kumpul sama anak - anak geng XTC. Terus senior - senior urang pada ngajakin main ke warnet ya udah deh jadi ke sini dulu" ujar itong dengan bangga menunjuk ke arah orang - orang yang duduk di deretan meja di belakang ku. Aku reflek melihat ke arah belakang dan terlihat 3 orang pria yang umur nya sekitar beberapa tahun di atas ku asik bermain game.
AKu akhirnya ingat di mana aku pernah melihat orang - orang ini, mereka adalah gerombolan geng motor yang suka nongkrong di sekitar sekolahku. Terkadang mereka suka memalak anak - anak sekolah ku saat sekolah mulai sepi. Maka dari itu sehabis pulang dari sekolah aku selalu berusaha segera pulang agar tidak berurusan dengan mereka.
"Kamu teh gak kedinginan gitu Fa pake baju tipis gitu?" ujar itong memecah lamunan ku.
"Heu.. engga kok tong biasa aja, lagian juga cuman bentar" jawab ku sambil cengegesan.
"Oh ya udah atuh urang main dulu ya Fa" ujar itung lalu duduk di samping ketiga orang di belakang ku.
"Oh iya sok" jawab ku ramah, dan kembali bermain dengan HP ku.
Belum sempat aku mebuka layar HP ku yang terkunci sebuah suara ngebas dan familiar terdengar memanggil ku dari belakang.
"Loh Fafa, tumben ngewarnet" aku segera melihat ke arah suara tersebut dan terlihat OM Feri yang baru saja keluar dari kamar mandi. Bau tak sedap dari kamar mandi seketika itu tercium oleh ku.
"Eh Om Feri..eng iya nemenin kak Reza turnamen" jawab ku ramah.
"Ah si Reza mah ada ada aja, masa main game minta di temenin ke warnet" ujar Om Feri sambil melirik ke arah kak Reza dengan wajah kecewa.
"hahah iya nih om dasar emang anaknya suka semena - mena" ujar ku menanggapi bencadaan om Feri.
Kak Reza masih tetap fokus menatap layar monitor nya, seperti nya juga head phone yang dia kenakan kedap suara jadi tidak bisa mendengar suara apapun selain suara permainanya.
"Gak bosen kamu Fa liatin si Eja main Game gitu?" tanya Om Feri lagi sambil berjalan mendekati ku. Terlihat ke dua tanganya masih basah oleh air kamar mandi.
"Haaha engga kok om, cuman sampai turnamen nya kelar ini juga paling bentar"
"Loh turnamen Valorant mah bisa ampe 2 jaman Fa" ujar Om Feri dengan wajah bingung.
Aku mendengar itu menjadi sedikit kesal, karena ku kira kak Reza hanya akan bermain tidak selama itu.
"Yaah lama bangett.. ya udah deh ga apa - apa" kata ku agak kesal karena kak Reza membohongi ku.
"Ya udah nunggu di kamar saya aja" ujar Om Feri.
"Eh .. ga apa - apa om" aku menolak, karena tidak mungkin aku masuk ke kamar cowok tak di kenal.
"Udah gak usah takut atuh Fa, da gak bakal macem - macem saya mah. Lagian lagi rame ini kalo ada apa - apa tinggal teriak hahaha. Yuk nunggu di kamar saya aja, kamu bisa sambil nonton netflix ato mau internetan di laptop saya juga bisa. Ada AC lagi, dari pada di sini asep roko, sama panas" tawar om Feri lagi seraya membuka pintu kamar nya.
Aku berfikir sejenak, benar juga sih kalo ada apa - apa juga tinggal teriak. Astaga lagian kenapa aku harus mikir negatif sih sama orang. Lagi pula memang aku mulai merasa gerah dan keringetan berada di warnet ini, belum lagi kepulan asap rokok dari segala sisi.
"Ya udah deh, kak Aku nunggu di kamar Om Feri ya" aku pamit ke kak Reza seraya berdiri dan berjalan menuju kamar om Feri.
Aku menoleh kebelakang dan melihat kak Reza tetap tidak menggubris ku. Melihat itu aku mendengus kesal dan dengan mantap masuk ke kamar om Feri setelah melepas kan sendal jepit ku di depan kamar nya. Om Feri lalu mengikuti ku masuk ke dalam kamar nya dan menutup pintu kamar nya.
"Saya tutup ya Fa, debu soalnya" ujar Om Feri yang kemudian berjalan ke arah kasurnya. Mata ku melihat pintu tersebut tidak di kunci oleh om Feri, duh kenapa sih aku masih mikir yang negatif.
Om Feri lalu menepuk nepuk kasur agar aku duduk di samping nya.
"Duduk sini Fa, gak usah sungkan. Nih kalau mau internetan pake laptop saya aja" ujar om Feri seraya menyodorkan laptop nya ke arah ku.
AKu lalu duduk agak jauh dari om Feri dan mengambil laptop tersebut dan menaruhnya di atas pangkuan ku. Om Feri lalu menyalakan TV besar yang mengantung di tembok kamarnya. Om Feri lalu menggeser tubuhnya untuk bersandar ke tembok.
Mata ku lalu menatap layar TV Om Feri yang menyetel sebuah filem di netflix.
"Kamu udah nonton ini belum Fa?" tanya Om Feri.
"Belum om" jawab ku pelan sambil tetap menatap layar TV tersebut. Memang aku bukan orang yang mengikuti perkembangan Filem, kecuali filem itu drama korea atau jepang.
"Judul nya apa om" tanya ku kepada Om Feri pura - pura tertarik.
"50 Shades of Grey" ujar Om Feri sambil melirik ke arah ku tanpa menggerakan kepalanya. Posisi duduk Om Feri yang bersandar ke tembok membuat perutnya makin terlihat buncit, dan kepalanya seperti menempel langsung ke tubuhnya.
"Kamu nyantai aja Fa duduknya, sini sok senderan" ujar Om feri menepuk nepuk sisi kasur yang dekat dengan tembok.
"eh iya om" karena sungkan aku dengan spontan menuruti perkataanya dan ikut duduk menyender ke tembok. Sialnya posisi duduk ku menjadi terlalu dekat dengan Om Feri, dan aku merasa tidak enak jika aku menggeser tubuh ku untuk menjauh dari nya karena takut menyakiti perasaan Om Feri.
Setelah beberapa lama menonton filem tersebut aku mulai menyadari inti cerita filem ini, di mana seorang eksekutif muda mempunya sekertaris cantik. Eksekutif muda itu kemudian menjalin hubungan dengan sekertaris nya tersebut dan hubungan mereka tidak bisa dibilang normal.
Adegan filem itu kemudian sampai di mana sekertaris itu di ikat dengan rantai dan mata nya tertutup. Seketika itu juga aku bisa merasakan birahi ku terpancing naik, dan vagina ku tak lagi sekering saat aku masuk ke kamar ini.
Aku mulai merasa sedikit risih namun penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjut nya. Adegan itu kemudian makin memanas namun tak lama kemudian berpindah ke adegan lain. Ada perasaan sedikit kecewa dalam diri ku karena filem tersebut tidak terlalu menampilkan adegan dewasa secara explicit.
"yah gitu doang" tanpa sadar pikiran ku terlontar lewat mulut ku.
"Hah maksudnya apa Fa?" tanya Om Feri yang mendengar ucapan ku itu.
"Eh en. engga om engga pa pa" aku tergagap panik, karena ternyata Om Feri mendengar apa yang ku ucapkan.
"Gitu doang? hahahaha. Biasanya nonton yang lebih vulgar ya Fa?" ujar om Feri sambil tertawa.
"eh engga om gak gitu" aku mencoba mengelak, namun Om Feri sepertinya tidak percaya dengan ku.
"Ga apa - apa Fa, wajar namannya manusia mah mau cewek apa cowok. Santai aja saya mah gak aka ngejudge hahaha. Ga usah panik gitu Fa, biasa aja da saya juga suka nonton" ujar om Feri lagi.
Aku menunduk malu, seharusnya aku tidak merespon perkataan Om Feri itu namun dengan bodohnya aku malah memperjelas kalau aku memang suka nonton filem porno.
"eh .. iya om" jawab ku malu.
"Suka nonton genre apa Fa?" tanya om feri sambil melirik ke arahku, senyum yang menyebalkan menghiasi wajahnya.
"Genre?? Maksudnya om?" tanya ku bingung sambil menatap Om Feri.
"Fetish kamu, jenis filem yang kamu tonton kayak apa?" tanya Om Feri lagi.
"eng...aku gak tau om yang ada aja" jawab ku bingung karena tidak mengerti apa itu fetish.
Om Feri sepertinya sadar aku tidak mengerti apa yang dia maksud lalu terlihat wajahnya nampak semangat untuk menjelaskan.
"Itu loh Fa, jenis adegan nya. Misalnya Gangbang, Threesome, Interaccial" om feri kembali bertanya namun malah membuat ku semakin bingung.
"three some, gang bang, interaccial?" aku mengulangi pertannyaan Om Feri sambil menatap nya bingung.
"Ya udah satu satu dulu, Jepang apa bule Fa?" tanya om Feri lagi.
"Jepang!" jawab ku terlalu bersemangat karena senang akhirnya ada yang bisa ku jawab, namun dengan segera aku sadar tidak seharusnya aku semangat menjawab pertanyaan itu. Lagi pula aku menjawab jepang karena itulah filem porno pertama yang aku tonton.
"Nah itu genre nya, sekarang 3some, gang bang, atau interracial gitu suka ga?" tanya om Feri lagi mengulangi pertanyaan sebelumnya.
Aku menggelengkan kepala menadankan aku masih tidak mengerti.
"Ya udah gini deh Fa, kamu pertama kali nonton adegan nya seperti apa?" tanya om Feri lagi.
Aku mencoba mengingat - ngingat dan dengan polos nya aku menjawab pertanyaan Om Feri itu.
"Engg adengan cewek nya sama kakek - kakek gitu ber 3 om" jawab ku, ntah mengapa aku merasa nyaman membahas ini dengan Om Feri. Mungkin karena aku mulai merasa om Feri tidak berniat buruk terhadap ku.
"Oh itu artinya three some dan dirty old man" ujar Om Feri.
Aku mengangguk pelan, mengerti kalau apa itu three some.
"Terus - terus filem apa lagi Fa?" tanya Om Feri lagi penasaran.
"eng.. ada yang satu sama cowok gendut gitu" jawab ku.
"Loh kayak saya gendut gitu?" tanya Om Feri.
"Waduh kamu fetishnya sama orang gendut ternyata? HAhahahah kok saya seneng ya denger nya" Om Feri tertawa terbahak - bahak, suaranya yang ngebass memenuhi kamarnya. Suara Om Feri tuh ganteng banget, sayang nya rupanya tidak seperti suaranya. Astaga apa sih Fafa, ko malah mikir gitu.
"eh engga gitu om, eh ga tau ah pusing" otak ku serasa mau konslet mencoba mencari kata - kata untuk menjelaskan kepada Om Feri.
"Hahah becanda Fa, iya kaget aja kalau kamu mau nonton filem gituan sebenarnya. Tapi ga apa - apa bagus, jadi kamu nanti bisa belajar banyak buat nyenengin si Eja" ujar om Feri lagi.
Wajah ku langsung memerah, walau aku tidak bisa menyangkal perkataan Om Feri soal itu. Aku belajar beberapa hal dari filem - filem seperti itu.
"Kamu santai aja Fa, saya orang nya mah gak ember. Ini yang kita obrolin juga gak akan saya bilang ke Eja" perkataan Om Feri itu membuat ku agak tenang, karena kak Reza pasti akan cemburu kalau aku membahas hal - hal seperti ini dengan orang lain. Namun memang seharusnya aku berhenti membahas soal ini dengan Om Feri, tapi entah kenapa pembawaan Om Feri yang santai membuat ku merasa nyaman dan percaya untuk membahas hal - hal tabu seperti ini. Lagi pula siapa tau aku bisa menanyakan hal - hal yang tidak bisa ku tanyakan kepada kak Reza.
"eng.. om mau nanya dong" ujar ku sedikit ragu.
"nanya apa Fa?" tanya Om Feri kembali menatap layar TV.
"Interacial sama gang bang itu apa ya?" tanya ku lagi.
"Waduh ahahahaha." Om Feri kembali tertawa terbahak - bahak membuat ku kembali merasa malu dan menundukan wajah ku.
"Sini Fa laptop nya" ujar Om feri menjulurkan tanganya meminta ku memberikan laptop yang ada di pangkuan ku.
Om Feri lalu membuka laptop tersebut dan membuka halaman browser. Sebuah situs yang familiar muncul di layar laptop tersebut. Ada perasaan bersemangat yang aneh ketika melihat situs itu muncul di layar laptop Om Feri. Mungkin karena melihat situs itu di layar orang lain membuat ku merasa aku bukan lah orang yang aneh karena pernah mengunjungi situs tersebut.
Om Feri lalu mengetikan kata Jepang gangbang di mesin pencari situs tersebut, dan muncul lah berbagai macam video yang terliaht dari thumbnailnya di mana aktor wanita nya dikelilingi oleh banyak sekali pria. Om Feri lalu mematikan suara laptop nya dan menekan tombol play di sebuah Video.
Aku langsung menutup mulut ku ketika melihat seorang wanita di kerubungi banyak sekali penis pria, terlihat wanita itu kewalahan. Aku membayangkan diriku ada di posisi wanita tersebut, dan jujur saja itu membuat birahi ku naik. Aku lalu menggigit bibir ku secara tak sadar.
"Ini gang bang Fa, cewek nya satu lawan cowok banyak". ujar Om Feri sambil tetap menatap layar laptop.
"Eng ko kuat ya?" celetuk ku karena aku saja menghadapi kak Reza sudah kewalahan.
"Ya gimana pasti ceweknya ngerasa enak Fa, apalagi yang banyak gerak cowok - cowoknya" ujar Om Feri lagi.
Tanpa sadar posisi duduk ku sudah sangat dekat dengan Om Feri sampai pundah ku menyentuh tanganya. Mata ku seakan terhipnotis melihat video tersebut.
"Fa.. Fa Fa?" suara OM Feri menyadarkan ku dari hipnotis video tersebut.
"Eh.. ii..iya Om" jawab ku sambil sedikit mundur menjauh dari Om Feri.
"Hahah kamu berarti suka sama genre gangbang ya? ujar Om Feri.
"Eng..iya eh engga" jawab ku terbata - bata karena malu.
"Santai aja Fa, emang kalau Fetish itu kamu harus explore cari - cari sukanya apa" ujar Om Feri.
"Eng.i.iya " jawab ku menunduk malu, karena aku merasa seperti orang gila bisa - bisa nya menatap video gang bang itu dengan waktu lama.
"Tenang aja Fa, Gak ada yang salah kalau kamu suka sama Fetish aneh aneh. Lagian belum tentu juga kamu lakukan, namanya juga Fantasy. Fantasy mah bebas Fa". OM Feri sepertinya sadar apa yang ku pikirkan.
"Eh..i..iya Om" jawab ku malu, namun mencoba memproses apa yang diucapkan oleh Om Feri.
"Jadi kamu nanti kalo nonton filem ginian lagi, coba - coba aja kamu click - click nih di bagian genre. Kamu tonton aja satu - satu sekalian cari tahu kamu sukanya apa" lanjut Om Feri sambil menunjuk ke layar laptop tersebut.
"Eh..iya" aku tak tahu harus merespon apa.
"Lagian saya juga yakin si Eja punya Fetish sendiri, coba aja kapan - kapan kamu tanyain hahahah" lanjut Om Feri kemudian menutup laptopnya dan menaruh laptop itu disampingnya.
Perkataan Om Feri itu membuat ku berfikir kalo itu ada benarnya juga. Tidak ada salahnya jika aku bertanya kepada kak Reza soal Fetish yang di milikinya siapa tahu aku bisa memenuhi fetish kak Reza sehingga dia makin sayang kepada ku.
Selagi aku melamun tak sadar mataku melihat ke arah celana Om Feri dan terlihat sebuah benjolan yang amat besar terbentuk di celana nya. Aku kemudian sadar apa yang berada di balik jendolan tersebut.
Otak ku entah mengapa langsung membayangkan seperti apa bentuk asli jendolan tersebut, yang terlihat dari teksturnya berukuran 3 kali lipat dari milik kak Reza. Astaga Fafa kamu mikir apa sih.
"Fa kamu kayak nya kedinginan saya matiin AC nya ya?" ujar Om Feri tiba - tiba.
Aku menatap Om Feri dengan tatapan aneh karena aku sama sekali tidak merasa kedinginan, dan kemudian Om Feri menunjuk ke arah tubuh ku dengan kepalanya. Seketika itu juga aku melihat ke arah tubuh ku dan tersadar kalau aku tidak mengenakan Bra sama sekali. Puting ku terlihat mengeras menonjol dari balik baju ku. .Apakah Itong juga melihat ini sehingga dia menanyakan hal yang sama kepada ku tadi?
Aku langsung menutup dada ku dengan tangan ku, dan segera berdiri dari kasur Om Feri.
"Eh Om Fa pulang dulu ya?" ujar ku gelagapan.
"Loh ko buru - buru?" tanya Om Feri.
"Fa lupa kunci rumah" ujar ku berbohong sambil keluar dari kamar Om Feri.
Aku melihat kak Reza yang masih bermain dan segera melepaskan head phone dari kepalanya.
"Kak Anter aku pulang sekarang!" ujar ku panik.
"Loh kenapa Fa? Bentar dong ini masih tanggung" ujar kak Reza lagi.
"Anter aku pulang sekarang atau aku pulang sendiri!" nada ku meninggi karena kesal kak Reza seperti lebih mementingkan game tersebut.
"Aduh bentar Fa, ini lagi turnamen" ujar kak Reza lagi lalu memasang headphone dan kembali bermain.
Aku merasa kesal sekali melihat itu dan segera melangkah keluar dari warnet tersebut dengan bersungut - sungut. Sampai di parkiran aku berpas pasan dengan itong yang sedang mengobrol dengan teman - teman nya di parkiran. Sepertinya mereka sudah selesai bermain.
"Loh mo kemana Fa?" tanya itong dengan wajah heran, teman - teman nya seketika itu juga menatap ku. Pandangan mereka seperti menelanjangi ku membuat ku memeluk tubuh ku untuk menutupi dada ku.
"Pulang" jawab ku ketus.
"Gak di anter Reza?" tanya itong lagi.
"Au" jawab ku kesal.meninggalkan itong.
"Eh Fa bentar, aku anter aja" itong mengejar ku.
"Eh gak usah tong.. rumah kau deket kok" jawab ku.
"Ih udah ga apa - apa, gak enak kamu pake baju gitu jalan sendiri" ujar itong sambil menyuruh teman nya yang duduk di atas motornya untuk turun.
Teman Itong kemudian turun dari atas motor sambil menyerahkan kunci motornya. Merasa tidak enak aku pun akhirnya meng-iyakan tawaran itong.
Setelah itong mengeluarkan motornya dari parkiran aku lalu duduk di belakang nya dan kami pun melaju meninggalkan warnet menyebalkan ini.