Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Untuk yang Pernah Ada dan Akan Selalu Ada

Status
Please reply by conversation.
Bimabet


"Untuk yang Pernah Ada dan Akan Selalu Ada..."

Hujan baru saja reda, sesudah turun tanpa hentinya membasahi jalan arah ke salah satu Stasiun Commuter Line di Jakarta sore ini. Dengan langkah ringan, pasca jam kerja usai, aku langkah kan kaki ini telusuri terotoar menuju stasiun.

November, adalah saatnya musim penghujan tiba. Jakarta yang biasanya terkenal dengan hawa panas saat ini sungguh berbeda, hawa terasa sejuk mengarah dingin. Tak lupa, aku rapatkan jaket untuk usir hawa dingin di sekujur tubuhku. Entah mengapa, sesudah aku tiba di stasiun, check in, tap in dan menunggu kereta Commuter Line yang akan membawa tubuh ini pulang, pikiranku tiba-tiba terbawa mundur beberapa tahun yang lalu...


---***---​


Permisi om admin, mod serta para suhu & suhuwati semua, :ampun:

Izinkan saya mencoba membuat untaian kata menjadi kalimat di Sub Forum CerBung ini.

Rasanya tidak elok jika selama ini hanya membaca saja tanpa mencoba turut kontribusi di Forum kesayangan kita ini.

Seluruh cerita ini adalah fiksi, jika ada kesamaan nama, lokasi, timeline dan sejenisnya itu hanya kebetulan semata.

Untuk pembukaan, di atas sudah ada karakter aku yang akan saya jabarkan menjadi beberapa chapter di bawah ini.

Selamat membaca dan semoga berkenan, 🙏


1. Aku & Masa Masa Pubertas

Sesudah menanti dan menunggu sekian lama dengan cemas, akhirnya nama gw tercantum sebagai salah satu siswa yang diterima di salah satu SMA Negeri yang terletak di pinggir rel kereta 🚂 listrik jabodetabek. Alhamdulillah 🙏

Masa masa SMP gw adalah masa di mana gw merasa salah jalan, salah gaul dan sejenisnya...

Oh iya belum kenalan, nama gw Doddy Sasongko

Saat ini gw sedang memegang selembar kertas yang berisi pengumuman bahwa gw diterima di salah satu SMA Negeri di Jakarta Selatan.

Jujur, gw nggak sangka, jika gw yang sejak kelas 1 dan 2 SMP termasuk jajaran murid yang salah jalan, karena bolak balik bolos sekolah lalu main dingdong di Aldiron Plaza - Blok M, tawuran, ngerokok (hanya coba coba, lalu berhenti) dan cicip alkohol, akhirnya bisa diterima di SMA Negeri.

Pasti banyak yang bertanya tanya alasan apa yang sebabkan gw suka bolos, sederhana aja kok, iya gw nggak suka dengan salah satu mata pelajaran yang kebetulan jadwal pelajarannya jatuh pada hari sabtu. Jadi, jika sudah hari sabtu pagi gw paling males, lalu sambil berpikir akan cabut (bolos) ke mana gw siang nanti. Saat kelas 1 SMP, gw masuk siang hari, dari rumah gw berangkat sekolah secara normal aja. Naik Bus PPD yang ke arah Blok M. Seharusnya, jika gw masuk sekolah gw turun sebelum tiba di Terminal Blok M, tapi, jika sudah jatuh hari sabtu siang, maka gw akan bablas sampai Terminal Blok M. Dengan bermodalkan uang jajan, langsung gw tukarkan ke pecahan Rp 50,- untuk sekali permainan dingdong / video game. Saat itu, gw paling favorite main video game balap motor. Karena sudah seringnya bermain dan pastinya sudah banyak uang yang gw keluarkan maka lama lama gw jadi hapal itu game. Akhirnya, kalo gw yang main itu game, maka banyak yang menunggu serta menonton permainan gw. Iya, hanya dengan bermodalkan gocap (ini bukan gocap ribu ya), Rp 50,- gw bisa main lama & lupa waktu.

Saat pembagian raport Semester 1 kelas 1 SMP gw betul2 merasa dunia akan runtuh. Karena gw sadar, di saat itu kedua ortu gw akhirnya akan tau kenakalan gw. Desember 1980an nyokap gw akan menerima raport dari wali kelas gw. Saat gw menunggu di luar kelas, ada yang aneh, karena hampir semua ortu teman teman gw sudah terima raport dari wali kelas gw, tapi, kenapa nyokap gw belum juga terima???

Rupanya, nyokap gw diberi giliran terakhir untuk menerima raport gw. Wali kelas gw bicara panjang kali lebar perihal kebiasaan gw yang suka bolos di hari sabtu. Iya, dari 1 Semester 1 itu, gw bolos di hari sabtu secara akumulasi sebanyak 10 hari!!!

Saat nyokap gw keluar kelas, gw sama sekali nggak berani menatap wajahnya, iya gw merasa sebagai anak bontot yang sebenarnya tidak pernah kurang kasih sayang, tapi, di saat itu justru membuat kecewa. Iya, gw sudah membuat kecewa sosok yang telah mengandung, melahirkan dan merawat gw sadari orok hingga umur 12 tahun saat itu. Tapi, dengan wajah yang tetap tersenyum dan erat memegang raport gw, nyokap gw langsung meraih tangan gw untuk segera pulang.

Saat tiba di rumah...


---B e r s a m b u n g---​


Link update :

https://v1.semprot.com/threads/untuk-yang-pernah-ada-dan-akan-selalu-ada.1405470/post-1905181016

Proluge yang menjanjikan...

Ijin nyimak ya suhu, nongki dimari...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terima kasih kepada para Suhu & Suhuwati yang sudah mampir, komen serta berikan apresiasinya untuk CerBung Perdana saya ini, :sembah:

Update lanjutan sesaat lagi...
 
Episode Sebelumnya :

https://v1.semprot.com/threads/untuk-yang-pernah-ada-dan-akan-selalu-ada.1405470/post-1905400526


Yesss... Sesudah aku tadi berkata, tidak perlu coli, maka tanpa basa basi langsung aku angkat dan gendong tubuh mungil Wulan ke kamarnya...


---Lanjutan---​


Di Sebuah Room Apartment "Pinggir Rel", Masa Kini


Saksi bisu pasca "Pertempuran" aku dengan Wulan :






Beberapa saat sebelumnya,

Setiba di kamar, Wulan kubaringkan di ranjang, sambil terus kuremas remas toket mungilnya. Tanganku satunya menyelinap ke balik G-Stringnya. Otomatis, paha Wulan membuka dan mengangkang, sehingga aku dengan mudah mempermainkan klitorisnya.

“Om, geliii...”, erangnya.

“Geli apa nikmat, Lan?”, tanyaku.

“Keduanya, aku dientot dong Om, sudah ingin banget nih”, jawab Wulan to the point.

Tanganku menyusup ke punggungnya sambil kukecup bibirnya. Tali pengikat bra 32A nya kutarik, sehingga toket mungil Wulan terbuka dan bebas untuk kuhisap putingnya. G-Stringnya kutarik dengan mulutku, sehingga lepaslah semua penutup tubuhnya.

“Lan, tubuh mungil dan polos kamu indah banget deh”, kataku memberi pujian.

Aku langsung saja menindihnya. Penisku kuarahkan ke belahan vagina Wulan yang sudah basah dan sedikit terbuka, lalu aku menekan penisku sehingga kepala penisku mulai menerobos masuk vaginanya.

Putri Wulandari, keponakanku, mengerang keenakan sambil memeluk punggungku. Aku kembali menciumi bibirnya. Lidahnya menjulur masuk ke mulutku dan segera kuhisap, kami lalu "Bersilat Lidah".

Sementara itu aku terus menekan pantatku perlahan lahan hinggga kepala penisku masuk vaginanyanya semakin dalam dan blesss... Penisku akhirnya masuk sepenuhnya ke dalam vagina Wulan.

“Aaaaah, nikmaaaat... banget, Om”, erang Wulan sambil mencengkeram punggungku.

Kedua kakinya dilingkarkan di pinggangku sehingga penisku langsung ambles semuanya di vagina Wulan.

“Om, ssssh... enak Om, terusin”, erangnya.

Wulan menggeliat geliat ketika aku mulai keluar masukan penisku di vaginanya. Lalu dia mulai keluarkan jurus "Empot Ayamnya", meremas remas penisku yang sedang keluar masuk di dalam vaginanya.

“Lan, nikmaaaat... banget empotan ayam vagina kamu”, erangku.

Aku memeluknya dan kembali menciumi bibirnya. Dengan menggebu gebu, bibirnya kulumat, Wulan membalas permainan bibirku dengan turut mengulum bibirku. Terasa lidahnya menerobos masuk mulutku. Aku menggenjotkan penisku keluar masuk semakin cepat dan teratur, Wulan menggeliatkan pinggulnya mengiringi keluar masuknya penisku di vaginanya. Setiap kali aku menancapkan penisku dalam dalam Wulan melenguh dan mengerang keenakan.

Terasa banget penisku menyesaki seluruh rongga vaginanya sampai dalam. Karena lenguhannya, aku semakin bernafsu menggenjot penisku. Tidak bisa dengan RPM tinggi, karena kaki Wulan masih melingkar erat di pinggangku, tapi, cukuplah untuk menimbulkan rangsang nikmat di vaginanya.

Kenikmatan terus berlangsung selama aku menggenjotkan penisku keluar masuk vaginanya, akhirnya Wulan tidak tahan lagi. Jepitan kakinya di pinggangku terlepas dan di kangkangkan lebar lebar. Posisi ini mempermudah gerakan penisku keluar masuk vaginanya dan rasanya masuk lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian Wulan memeluk punggungku semakin keras, seraya berkata,

“Om sayang, aku mau sampaiii...”, erang Wulan.

“Kita bareng ya, Lan”, jawabku sambil mempercepat genjotanku.

“Om, aku nggak tahan lagi, aku sampaiii... Om, aaaaacch”, jerit Wulan nikmat.

Kakinya kembali melingkar di pinggangku, sehingga penisku menancap dalam sekali di vagina Wulan. Vaginanya otomatis kedut kedut, sehingga bendungan spermaku bobol juga akhirnya.

“Aaaaccchh... aku keluar Lan”, aku mengerang sambil semburkan spermaku beberapa kali di dalam vagina Wulan.

Dengan nafas yang terengah engah dan badan penuh dengan keringat, Wulan kupeluk, sementara penisku masih tetap berada di dalam vaginanya.

Setelah nafasku stabil, aku mencabut penisku dari vaginanya. Penisku berlumuran lendir vagina Wulan dan spermaku sendiri. Aku lalu berbaring di sebelahnya.

“Terima kasih ya, Lan”, ujarku sambil mengelus ngelus pipinya.

"Sama sama, Om sayang, akhirnya meki mayonnaiseku sudah dipejuin", jawab Wulan sambil menatapku.

Lalu Wulan mengambil smartphonenya yang terletak di meja samping ranjang.

Sesudah otak atik hp-nya, lalu mengalun sebuah lagu jadul,

Oh my love my darling
I've hungered for your touch
A long lonely time
And time goes by so slowly
And time can do so much
Are you still mine
I need your love
I need your love
God speed your love to me

Lonely rivers flow to the sea to the sea
To the open arms of the sea
Lonely rivers sigh wait for me wait for me
I'll be coming home wait for me

Oh my love my darling
I've hungered hungered for your touch
A long lonely time
And time goes by so slowly
And time can do so much
Are you still mine
I need your love
I need your love
God speed your love to me


Dengan terkejut aku langsung berkata kepada Wulan, "Eeeehhh... Nggak salah kamu save lagu itu di hp kamu, Lan?"

Aku nyerocos lagi kepada Wulan, "Lagu Unchained Melody itu sudah ada sebelum kamu "dibuat", Lan, seraya aku terkekeh, 😂

"Yeeee... Om sayang lupa ya? Lagu itu dijadikan soundtrack Film Ghost yang meledak pada zamannya", jawab Wulan.

"Lalu Pemeran Utama Wanitanya mirip dengan Tante Mirna yang Om pernah lihat tubuh telanjangnya", tukas Wulan kembali.

"Sok tau kamu, Lan, pasti kamu tau dari Mbah Google ya?", tanyaku kepada Wulan.

"SALAH, Om!!!", jawab cepat Wulan.

"Aku taunya dari Tante Naya", tutur Wulan kembali.

"Tante Naya? Siapa dia, Lan?", tanyaku.

"Ada deh... Om, ooooh iya lanjut lagi ceritanya saat Om ke Rumahnya Sinta dong", pinta Wulan.

"Sepertinya seru tuh saat Sinta keluar dari kamarnya, Om", tanya Wulan sambil mainkan matanya.

"Baiklah jika begitu akan om lanjutkan, tapi, om izin mandi dan keramas dulu ya, Lan", jawabku seraya ambil pakaian yang berserakan di lantai lalu keluar dari Kamar Tidur Wulan menuju toilet.

Sesudah aku mandi dan keramas, aku seduh kopi ☕ di pantry sambil menunggu Wulan yang giliran untuk mandi dan keramas.

Tidak lama kemudian, aku bersama Wulan sudah duduk kembali di sofa. Aku menikmati kopi hangat, sementara Wulan meneguk secangkir cappuccino.

Ok Lan, om lanjutkan kembali ya ceritanya...






Hampir lima menit gw menunggu Sinta di karpet, lalu pintu kamarnya terkuak, keluar Sinta yang hanya menggunakan kaos olahraga. Tapi, gw tidak melihat apa yang dikenakan oleh Sinta dibalik kaos olahraganya. Siang nanti memang akan ada Mata Pelajaran Olahraga.

Walau gugup dan pikiran gw mulai ke mana mana, tapi, gw berusaha tetap cool di depan Sinta. Mungkin Sinta gunakan short, pastinya amat sangat pendek, dibalik kaos olahraganya yang gw tidak bisa melihatnya.

Sinta belum juga duduk bersama gw di karpet, tapi, terlihat bolak balik ke beberapa ruang di lantai atas rumahnya.

Lalu gw tegor Sinta, "Sin, elo kenapa sih bolak balik saja seperti setrikaan? Cari apaan?"

"Gw sedang cari celana olahraga untuk siang nanti, Dod", jawab Sinta.

"Si mba entah taro di mana celana olahraga gw, biasanya jika sudah di strika bersama kaosnya disimpan di kamar gw, Dod", ujar Sinta kembali.

Iseng gw nyeletuk ke Sinta, "Nah dibalik kaos olahraga elo itu pake apaan?" sambil gw kedipkan mata.

"Gw cuma pakai cd doang, Dod, karena sudah tanggung mau pake celana olahraga yang gw cari dari tadi", jawab Sinta santai dan tanpa beban sama sekali.

Mendengar jawaban Sinta tersebut, spontan membuat kontol gw tegak lurus seperti tiang Bendera. Lalu, gw bergumam di dalam hati, "Duh, tempo hari gw lihat Kak Mirna telanjang, sekarang Sinta hanya pakai cd doang dibalik kaos olahraganya, moga moga gw kuat..."

"Eeeehhh... Elo kenapa Dod, kok bengong dan manyun seperti itu?", tanya Sinta dengan polos kepada gw.

"Nggak apa apa kok, Sin, hanya jika gw boleh jujur, memang elo nggak malu keluar dari kamar hanya gunakan kaos olahraga dan cd doang?", jawab gw sambil bertanya balik kepada Sinta.

"Gw sudah bilang tadi Dod, karena sudah tanggung, celana olahraga di kamar gw nggak ada, maka gw cari di luar kamar, lagipula hanya ada elo doang, teman teman yang lain belum pada datang", jawab Sinta secara panjang lebar.

"Iya, tapi, gw cowo, Sin, sudah akil balik pula", terang gw.

"Gw tau lah, Dod, kita sudah sama sama Kelas I SMA dan berumur lima belas tahun, artinya sudah harus berpikir dewasa karena tidak lagi gunakan seragam putih biru", balas Sinta kepada gw seraya duduk di karpet depan gw.

"Minum dulu, Dod, sambil tunggu teman teman lainnya", tutur Sinta lagi.

Walau Sinta berusaha menutupi cd dengan kaos olahraganya, tapi, sekilas gw bisa melihat warna putih dari cd dibalik kaos olahraganya Sinta.

Untuk mengusir "Ngelonjor", ngelamun jorok, di pikiran gw, lalu perlahan gw teguk teh manis hangat di depan gw.

Tidak lama kemudian muncul si mba yang membawakan celana olahraga Sinta sambil berucap, "Maaf Non, ini celana olahraganya terselip di bawah", 🙏

"Pantesan Mba, aku cari cari di kamarku dan di ruang lainnya nggak ada, ya sudah makasih", balas Sinta.

"Baik Non, mba turun ke bawah dulu, jika ada perlu, panggil mba lagi ya", balas si mba.

Sinta yang sudah menerima celana olahraga dari si Mba tidak juga dikenakan, tapi, hanya diletakkan di karpet saja.

Langsung gw tegor, "Sin, sudah jam sembilan lewat, sebentar lagi teman teman lainnya pada datang, elo nggak pake celana olahraganya?"

"Oh iya, Dod", jawab Sinta pendek.

Tepat waktunya, begitu Sinta sudah rapi kenakan celana olahraganya tidak lama kemudian si Mba muncul kembali seraya berkata, "Non, teman teman lainnya sudah datang di bawah, boleh di antar ke atas sini?"

"Baik Mba, tolong mereka diantar ke mari ya, makasih", jawab Sinta.

Menunggu sejenak, lalu ke enam teman teman vocal group gw, tiga cowo dan tiga cewe, sudah tiba di lantai atas rumahnya Sinta.

Proses latihan vocal group gw tersebut hingga meraih predikat terbaik pengisi acara api unggun akan gw skip ceritanya.

Pasca gw beberapa kali datang ke rumahnya Sinta untuk latihan vocal group, membuat gw berpikir alasan yang tepat untuk ke rumahnya Sinta kembali.

Akhirnya gw menemukan alasan yang tepat untuk bisa ke rumahnya Sinta kembali, Mata Pelajaran KIMIA!!!

Jika saat Kelas I SMP dulu gw paling nggak suka dengan Mata Pelajaran Akuntansi, kini di Kelas I SMA ini gw betul betul buntu hadapi Mata Pelajaran Kimia, 🙁

Tapi, gw tidak akan ulangi kebodohan saat gw Kelas I SMP dulu, MEMBOLOS, justru dibalik ini gw mendapat hikmahnya. Karena, gw melihat sepertinya Sinta cukup paham dengan Mata Pelajaran Kimia, :mantap:

Di saat pulang sekolah, gw hampiri Sinta sambil berkata, "Sin, kapan kapan gw boleh ke rumah elo gak? Gw nggak paham sama sekali dengan Mata Pelajaran Kimia".

"Bolehlah Dod, karena Mata Pelajaran Kimia jatuh Hari Senin, elo datang ke rumah gw Hari Sabtu pagi saja ya", jawab Sinta.

"Ok Sin, makasih sebelumnya ya, gw akan datang Hari Sabtu pagi pukul 09.00", balas gw.

Sesudah pembicaraan antara gw dan Sinta tersebut, akhirnya kami berpisah di gerbang sekolah lalu pulang ke rumah masing masing.






Hari Sabtu pagi tiba.

Dengan kayuh sepeda BMX kesayangan gw, kurang dari lima menit, gw sudah tiba di rumah Sinta. Kebetulan rumah gw dengan rumah Sinta memang dekat. Waktu masih menunjukkan pukul 08.55 pagi di jam tangan Casio gw, lalu segera gw tekan bel di pagar rumahnya.

Tidak lama, dari pagar yang terbuka sedikit, muncul kepala si mba seraya berkata, "Ooooh... Den Doddy, silahkan masuk".

Iya, si mba, asisten rumah tangga Nyokapnya Sinta sudah hafal dan kenal dengan gw. Berbeda saat gw berkunjung pertama kalinya ke Rumahnya Sinta yang harus menunggu di depan pagar sebelum di persilahkan masuk ke dalam olehnya.

Karena hari ini Hari Sabtu, maka gw melihat sesosok bapak bapak dengan perawakan atletis, berkumis rapi sedang membaca Koran Kompas di teras ditemani secangkir kopi ☕ dan beberapa gorengan di piring.

"Ehmmm... mungkin Bokapnya Sinta", gumam gw dalam hati.

Lalu, si Mba berkata kepada Bokapnya Sinta, "Ndoro, maaf mengganggu, ini temannya Non Sinta, namanya Den Doddy".

Perlahan Bokapnya Sinta turunkan Koran Kompas yang sedang dibacanya sambil melihat gw dari kepala sampai dengan kaki gw.

"Ooooh... Temannya Sinta ya, siapa tadi namanya", tanya Bokapnya Sinta kepada gw.

"Yem, kamu buatkan minuman untuk temannya Sinta ini dan antar ke mari ya, Bapak mau ngobrol ngobrol sebentar dengannya", ujar Bokapnya Sinta kepada si mba.

"Duh... ada apa ya, kok Bokapnya Sinta mau ngobrol dengan gw?", gumam gw dalam hati dengan perasaan tidak menentu.

Tidak lama kemudian muncul Mba Yem membawakan segelas teh manis hangat untuk gw.

"Nak, tadi kamu saya tanya namanya siapa kok diam saja?", Bokapnya Sinta kagetkan gw yang masih bengong dan bingung.

"Eeeehhh... maaf Om 🙏, nama saya Doddy, Doddy Sasongko, Om", jawab gw sedikit terbata bata.

"Duduk sini, kenapa kamu berdiri saja, Dod?", tutur Bokapnya Sinta kembali.

"Rumah kamu di mana, Dod?", tanya Bokapnya Sinta sesudah mempersilahkan gw duduk.

Sesudah gw duduk di sebelah Bokapnya Sinta yang dipisahkan oleh meja berisi secangkir kopi ☕ dan beberapa gorengan di piring milik Bokapnya Sinta dan segelas teh manis hangat milik gw, lalu gw jawab pertanyaan Bokapnya Sinta, "Rumah saya di Jl. T*b*t B*r*t xxx, Om, kurang lebih lima menit saja dari sini dengan menggunakan sepeda".

"Om sepertinya familiar dengan nama kamu dan alamat rumah kamu, Dod, boleh tau Papah kamu namanya siapa & bekerja di mana?", selidik Bokapnya Sinta.

"Nama Papah saya, Haryo Sasongko, bekerja di Pertamina Pusat, Om", jawab gw cepat tanpa ragu lagi.

"Ooooooh... kamu anaknya si Haryo, hahahaha 😂, dia sparring partner Om jika sedang bermain golf di Rawamangun, tapi, Om tidak bekerja di Pertamina, Dod", tutur Bokapnya Sinta sambil terkekeh.

"Pantesan Om sepertinya familiar dengan nama kamu, Dod" tutur Bokapnya Sinta kembali kepada gw.

Lalu Bokapnya Sinta berdiri dan berteriak ke arah dalam rumah, "Mamah... Mamah... Mamah ke mari dong...".

Tidak lama kemudian keluar Nyokapnya Sinta seraya berkata, "Ada apa Pah, kok teriak teriak begitu sih?"

"Ini lho si Doddy, temannya Sinta, ternyata anaknya si Haryo, teman golf Papah", terang Bokapnya Sinta kepada Nyokapnya Sinta.

Lalu Nyokapnya Sinta menengok dan berkata kepada gw, "Kamu nggak pernah cerita kepada Tante, Dod, jika kamu anaknya Mas Haryo dan Mba Santi?".

"Eeeehhh... Iya ya Tan, apa karena Tante nggak pernah tanya ke saya ya?", jawab gw kepada Nyokapnya Sinta sambil tersenyum.

"Betul juga Dod, dari beberapa kali kamu datang ke mari bertemu Sinta dan kita ngobrol, topiknya hanya sebatas sekolah saja dan tidak pribadi kamu", jawab Nyokapnya Sinta sambil terkekeh.

"Oh iya, kamu ada perlu apa temui Sinta, Dod?", tanya Bokapnya Sinta kepada gw.

"Belajar Mata Pelajaran Kimia bersama, karena Sinta paham sekali, Om", jawab gw cepat ingin akhiri pembicaraan ini.

"Baik Dod, jika begitu kamu langsung ketuk kamarnya Sinta di atas, sudah tau kan?", tukas Bokapnya Sinta.

Mendapat lampu hijau dari Bokapnya Sinta langsung gw berkata, "Terima kasih Om, Tante, saya permisi ketuk kamarnya Sinta ya".

Langsung gw ngacir ke dalam rumahnya Sinta dan menaiki tangga ke lantai atas rumahnya.

Tidak lama kemudian gw sudah tiba di depan pintu kamarnya Sinta dan langsung mengetuk kamarnya, tok tok tok...

"Bentar...", jawab Sinta dari dalam kamarnya.

Lalu pintu kamarnya terkuak, keluar Sinta yang hanya menggunakan...


---B e r s a m b u n g---​
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd