***
Kamu mengulurkan tangan kepada salah satu rekan seniormu dengan penuh rasa hormat serta takzim akan kesuksesannya.
Rekan seniormu lalu melihatmu dengan pandangan sinis seraya berucap,
'' Maaf, saya tidak mau berjabat tangan dengan orang yang tidak pernah becus dalam menjalankan bisnisnya dan menyelesaikan segala urusannya, terima kasih. ''
Kamu terkesiap dan tak bisa berkata apa-apa. Mukamu memerah menahan rasa malu dan amarah yang berkobar hebat. Rasa malu dan amarah yang memenuhi segenap jiwa membuatmu hanya bisa tersenyum tipis seraya berkata lirih,
'' Memang seperti begitulah keadaannya, ngomong-ngomong selamat ya. ''
Tangan kirimu lalu bergerak pelan tak berdaya menyambangi tangan kananmu yang menggantung lemah tak berbalaskan jabatan hangat dari rekan seniormu itu.
Sembari menjabat lemah tanganmu sendiri hatimu berucap bahwa celaan dan hinaan yang kamu terima hari ini tidak akan membuat dirimu lemah. Celaan dan hinaan dari rekan seniormu ini akan menjadi cambuk bagi dirimu untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan terutama lebih baik dari rekan seniormu tadi di hari esok nanti.
Hal inilah yang mengganjal pikiran dan hatimu di hari ini. Hal ini juga lah yang juga mengganjal pikiran dan hatiku.
***
Celaan dan hinaan yang aku terima hari ini tidak akan membuatku lemah. Celaan dan hinaan ini adalah cambuk bagi diriku untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan terutama untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari rekan seniorku tersebut di keesokan hari.
Tetap berpikiran positif dan tetap semangat.