Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Umik Zahra dan Para Lelaki Perkasa

Bimabet
#4
Dimanja Ayah Mertua (+Video Ilustrasi)



Sebelum bercerai dengan suaminya, Umik Zahra sebenarnya dapat perlakuan baik dari kedua mertuanya. Terutama ayah mertua yang selalu memanjakannya. Umik Zahra diperlakukan seperti ke anak sendiri.


Pernah pada suatu hari, ayah mertuanya bernama Latif datang ke rumah Zahra dan suaminya. Ia sering berkunjung ke sana, terutama untuk bermain dengan cucu-cucunya.


“Ibu gak ikut yah? tanya Zahra pada Latif yang baru tiba.


“Tadi sudah ayah ajak, namun capek katanya,” jawab Latif.


Di rumah ternyata hanya ada Zahra sendiri, anak-anaknya pamit untuk bermain. Sedangkan suaminya, alasan masih ada kerjaan di luar.


“Suaminya kayaknya jarang di rumah, ayah ke sini kok jarang ketemu dia?” tanya Latif.


“Lah itu yang jadi masalah ya, mas jarang pulang, alasan banyak kerjaan di luar,” jawab Zahra.


“Syukurlah banyak kerjaan, banyak uang dong,” kata Latif.


“Tapi aku minta uang, sering bilang gak punya, masih belum cair katanya. Gitu terus jawabnya,” Zahra menjawab sambil bersedih.


“Payah suamimu itu, biar aku bilangin nanti. Ini ayah ada rezeki, buat belanja dan jajan anak-anak,” Latif menyerahkan sejumlah uang lembar ratusan ribu ke Zahra.


Zahra sangat senang sekali dan langsung memeluk mertuanya dengan erat. Hal ini sudah biasa, karena mertuanya sudah sering memanjanya. Jika rumah tangga Zahra bersama suaminya ada kesusahan, langsung dibantu oleh mertuanya. Apa yang dibutuhkan oleh Zahra, sering dituruti oleh mertuanya.


“Makasih ya, ayah selalu baik sama kita,” ucap Zahra sambil terus memeluk mertuanya. Latif pun membalas pelukan itu.


“Kalau ada apa-apa bilang aja ke ayah. Kamu jangan sampai susah di sini. Maafin anak ayah jika ia sering bikin kamu kesal,” ucap Latif.


Kini keduanya duduk di kursi, sambil makan gorengan yang dibawa oleh Latif.


“Ada masalah lain lagi?” tanya Latif.


“Aku lagi khawatir yah, lagi kepikiran gak enak terus akhir-akhir ini,” kata Zahra.


“Kepikiran apa?” tanya Latif.


Zahra pun menceritakan, jika akhir-akhir ini punya prasangka tidak enak pada suaminya. Karena jarang pulang alasan lagi banyak kerjaan, sering marah-marah kalau ditelpon, dan alasan tidak punya uang.


Ia khawatir suaminya berselingkuh. Sekalinya pulang, suaminya juga jarang menyentuhnya. Suami Zahra, saat itu bekerja sebagai sopir truk untuk pengiriman barang ke luar kota.


Mendengar cerita itu, Latif memeluk menantunya. Ia mengusap kepala Zahra yang masih memakai kerudung.


“Sabar ya, apa lagi yang bisa ayah bantu?” tanya Latif.


“Gak ada yah, cuma bilangin aja ke mas, jangan marah-marah gak jelas ke aku,” ucap Zahra.


“Terus kalau kamu gak diajak hubungan gimana?” tanya Latif, lagi.


“Ya aku tahan ya, meskipun kepingin banget,” jawab Zahra blak-blakan.


“Sekarang masih kepingin?” tanya Latif.


“Iya yah, semoga nanti malam beneran mas pulang. Ini tadi kuhubungi, janji mau pulang. Baru berangkat untuk perjalanan pulang katanya,” ucap Zahra.


Latif pun menarik tangan menantunya menuju salah satu kamar. Zahra kaget dengan tarikan ayahnya. Namun ia ikuti ayahnya.


“Ayo, ayah bantu kalau kamu pingin. Ayah masih bisa kok kalau kamu mau,” kata Latif sambil menurunkan celananya, ia tunjukkan batang penisnya ke menantunya.


“Ih, apaan ayah sih. Jangan ayah bantu kalau soal ini,” kata Zahra manja.


“Gak apa-apa asal kamu mau,” kata Latif masih tetap menunjukkan penisnya yang berukuran lebih besar dari anaknya.


Zahra pun yang awalnya malu-malu, curi-curi pandang ke penis mertuanya. Ia cukup kaget dengan ukurannya, karena lebih besar dari punya suaminya.


Latif kemudian meremas payudara Zahra.


“Jangan yah, nanti kalau suamiku tahu, bisa bahaya keluarga kita,” kata Zahra.


“Ya jangan sampai tahu. Sekarang terserah kamu. Ayah cuma mau bantuin kamu aja,” jawab Latif.


“Emang bisa berdiri yah?” tanya Zahra.


Usia Latif hampir 60 tahun, namun penisnya masih bisa berdiri tegak.


“Coba kamu pegang, pasti bisa berdiri,” Latif menuntun tangan Zahra untuk memegang penisnya.


“Lakukan seperti apa yang kamu lakukan ke suamimu,” lanjutnya.


“Emang ini boleh dilakukan ya, ibu nanti juga pasti marah kalau tahu,” ucap Zahra sambil memegangi penis mertuanya.


“Ya jangan sampai tahu. Intinya ini kamu mau apa gak, ayah cuma mau bantuin kamu. Kalau tidak mau, ya sudah kita keluar,” kata Latif.


Zahra hanya mengangguk saja.


“Ayo bikin berdiri dulu, nanti ayah bantu kamu supaya puas,” kata Latif.


Zahra pun dengan ragu-ragu mengocok penis mertuanya supaya cepat berdiri. Namun setelah 5 menit, penis mertuanya belum berdiri dengan tegak.


“Kamu kulum aja, pasti bisa berdiri keras,” pinta Latif.


“Serius yah?” tanya Zahra, masih ragu.


“Ayo cepat, keburu anak-anak pulang,” jawab Latif.


Zahra kemudian mengulum penis mertuanya. Ia jilati, seperi yang ia lakukan pada suaminya. Benar saja, tak butuh waktu lama sudah berdiri.


“Ah enak banget nak mulutmu,” kata Latif sambil mendesah.


Setelah penisnya berdiri, ia langsung mendorong tubuh Zahra hingga terlentang di atas kasur. Ia lucuti pakain bawah Zahra hingga setengah telanjang.


Vagina Zahra kini terpampang di depan mata mertuanya. Latif kemudian membuka lebar-lebar kaki menantunya. Ia mengarahkan penisnya ke vagina Zahra. Pelan-pelan penis itu masuk.


“Ayah, apakah inj boleh dilakukan antara mertua dan menantu? Aku takut yah!” kata Zahra.


“Sudah jangan tanya boleh atau tidak. Asal kamu puas, gitu aja,” jawab Latif.


Zahra pun diam saja. Penis Latif sudah masuk seluruhnya. Ia mulai memaju-mundurkan penisnya.


“Sudah mulai enak?” tanya Latif. Zahra hanya mengangguk.


“Vagina seenak ini, kok bisanya dianggurin sama suamimu,” ujar Latif sambil terus mendorong penisnya.


Zahra sudah pasrah dengan yang dilakukan mertuanya. Karena pelan-pelan ia mendapatkan kenikmatan, yang sudah lama tak diberikan oleh suaminya.


“Ahhh, ayah,” desah Zahra.


Mendengar desahan Zahra, Latif pun tambah bersemangat mengenjot vagina menantunya. Tangannya kemudian meraba payudara Zahra. Tangannga menyusup dibalik baju Zahra. Ia pegang dan pilin putingnya.


Zahra tambah keenakan. Latif kemudian mengangkat baju menantunya dan membuka BH-nya. Lalu diciumnya payudara besar itu. Dijilatinya penuh nafsu.


Slurppp… slurrrppp… slurpppp… Lidah Latif bermain di puting Zahra.


“Uhhh,” desah Zahra tambah keenakan.





Kini Latif meminta Zahra untuk menungging. Kemudian dari belakang, ia jilati vagina menantunya dengan rakus. Zahra pun kaget dengan yang dilakukannya ayahnya.


“Apa ayah juga melakukan ini ke ibu?” tanya Zahra sambil menikmati jilatan ayahnya.


“Iya, tapi ibumu sudah tak bersemangat jika diajak. Ini punyamu jauh lebih enak dari punya ibumu,” kata Latif sambil kembali menjilati vagina Zahra.


Beberapa menit kemudian ia tusuk Zahra dari belakang. Ia genjot vagina itu dengan cepat, penuh nafsu dan sekuat tenaganya.


“Ah, ah, ah,” suara desah Latif sambil ngos-ngosan, kecapekan.


“Ayah capek?” tanya Zahra.


“Gak, ah, ah, ah,” jawab Latif, sambil terus menggenjot vagina Zahra dengan sisa tenaganya.


“Ayah di bawah aja, kalau capek,” pinta Zahra.


Latif pun menuruti kemauan menantunya, karena ia memang kecapekan. Keringat membasahi tubuhnya.


“Maaf nak, sudah tua, gak bisa lama-lama,” ucap Latif.


“Ayah diam aja, biar aku di atas,” kata Zahra.


Zahra pun naik ke atas tubuh mertuanya. Kemudian ia tuntun penis Latif untuk masuk ke vaginanya.


Setelah masuk, langsung ia goyangkan pinggulnya. Ia maju-mundurkan pinggulnya. Ia naik-turunkan pinggulnya. Seperti yang biasa ia lakukan ke suaminya.


“Ahhhh, enak,” Zahra mendesah keenakan sambil membayangkan suaminya.


“Ah, aku juga keenakan nak,” ucap Latif.


Sambil menikmati goyangan anaknya, tangan Latif meraba-raba payudara Zahra. Kemudian ia menarik tubuh Zahra hingga menindihnya. Wajah Zahra pun saling pandang dengan mertuanya.


Latif kemudian menciumnya, namun Zahra memundurkan bibirnya seperti menolak.


“Gak mau cium ayah nduk? tanya Latif.


Zahra pun tidak enak dengan mertuanya, akhriny mersepon ciuman itu. Kumis mertuanya bikin geli bibirnya. Lidah Latif masih lihai bergerak saat ciuman.


Zahra menutup mata, membayangkan ciuman dengan suaminya. Sementara pinggulnya terus menggoyang penis mertuanya. Ia lebih cepat menggoyangkan pinggulnya, agar merasakan kenikmatan yang lebih.


“Ahhh,” Zahr mendesah kencang, keenakan.


“Uhh, nduk enak banget, mau keluar,” kata Latif.


Zahra kembali duduk di atas tubuh mertuanya. Ia menggoyang lebih cepat penis Latif.


“Ahhhhhh…. Enakkkkk,” Zahra terus mendesah. Vagina sudah sangat becek.


Crottt… crottt… crottt… Zahra merasa ada semburan di vaginanya. Lalu ia menghentikan gerakannya dan melepaskan penis mertuanya.


“Ayah sudah keluar,” kata Zahra, terlihat sperma mertuanya meleleh dari vaginanya.


“Iya nak, maaf ya, belum bisa muasin kamu,” kata Latif.


“Sudah yah, aku udah puas kok,” jawab Zahra.


Keduanya pun dengan cepat-cepat memakai baju lagi, sebelum anak-anak Zahra pulang.


“Besok-besok kita lakukan lagi, akan ayah bikin kamu lebih puas. Tadi ayah tidak ada persiapan. Tidak minum obat atau jamu,” kata Latif.


Zahra diam tak menjawab, ia kenakan kembali pakaiannya.


“Yah, jangan bilang ke mas atau ibu ya soal ini,” kata Zahra beberapa menit kemudian.




***
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd