Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Tubuhku untuk bayar hutang suamiku - jak4loh

Last Update hu!
Sekali lagi, jangan lupa berkomentar dan memberi masukan, saran, atau kritikan agar ane bisa buat karya yang lebih baik lagi kedepannya. :)

Kuperhatikan diriku di kaca, kutatap wajahku yang menikmati setiap denyut birahi yang diberikan oleh kemaluan Pak Joko. Wajahku terlihat sayu, payudaraku berguncang setiap aku menghentakkan tubuhku. Semakin basah saja rasanya dibawah situ. Perlahan tapi pasti, aku menjemput orgasmeku yang ketiga kalinya dari Pak Joko. Bibir vaginaku seperti tertarik kedalam ketika aku menurunkan tubuhku, dan tertarik keluar ketika aku mengangkat pinggang. Dinding vaginaku memijit rapat-rapat kontol Pak Joko yang seperti pisang tanduk itu. Liang senggamku ini melumat dan menyedot batang kemaluan Pak Joko, badanku terasa penuh.

Karena lelah, aku berhenti menaik turunkan tubuhku. Aku menduduki Pak Joko, dan kugoyangkan pinggangku memutar. Biasanya Mas Eko langsung orgasme kuperlakukan seperti ini. Aku memandang wajah Pak Joko, dia memperhatikan selangkanganku dan mulutnya terbuka.

"Ohhhhh ohhh". Yes. Akhirnya kudengar juga rintihan parau Pak Joko. Aku tanpa sadar tersenyum. Untuk sebagian wanita, melihat pasangannya menikmati servisnya sama dampaknya seperti orgasme. Membahagiakan. Bahkan kenyataannya, 3 dari 4 perempuan pura pura orgasme hanya agar dapat melihat pasangannya senang dan bangga. Sekedar membuat pasangannya merasa gagah, merasa laki, dan biasanya para pria akan semakin semangat menyodokkan kontolnya setelahnya. Perasaan bangga jadi pria ini yang kadang dipamerkan. Perasaan bangga mampu memuaskan betinanya, mampu menaklukkan betinanya, mampu membuat betinanya orgasme. Tanpa tahu bahwa bisa jadi pasangannya sekedar berpura-pura hanya untuk menyenangkan lelakinya.

Kugoyangkan pinggangku seperti goyangan erotis para penari dangdut di pantura, Pak Joko rupanya kewalahan dengan servisku ini, dia kelihatan menikmati sekali sampai badannya membusur. Aku merasa menang. Kuangkat pinggangku perlahan, sangat perlahan, kutegangkan otot selangkanganku sehingga bibir vaginaku menggigit batang kemaluan Pak Joko. Badannya membusur dan bergetar. Kutarik keluar kontol Pak Joko dari vaginaku dengan pelan, pelaaaaaan sekali. Kunikmati setiap senti batang kemaluan Pak Joko, kugigit dengan vaginaku, lubang vaginaku menjelajahi kulit kelaminnya dengan seksama, uratnya, kerutannya, desir darahnya, dan anggukan kemaluannya. Badan Pak Joko beberapa kali tersentak dengan siksaanku. Aku senang sekali. Aku lupa kalau aku sedang bersenggama dengan orang yang bukan suamiku. Ketika akhirnya pangkal kepala kontol Pak Joko yang seperti helm tentara itu sampai di gerbang lubang vaginaku, kurasakan vaginaku semakin becek. Kuturunkan lagi pinggangku, kumasukkan lagi kontolnya ke dalam memekku. Pelaaan sekali. Aku juga tidak dapat menahan reaksi fisiologis tubuhku yang merindukan liang senggamaku dijejali kontol Pak Joko sehingga lubang vaginaku mengempot, menyedot kontol Pak Joko yang masuk perlahan kedalam tubuhku. Pak Joko menatapku risau, dia pasti sudah gatal sekali ingin menggenjotku. Aku tertawa dalam hati dan tersenyum sampai gigiku kelihatan. Pak Joko membalas senyumanku dan memainkan payudaraku. Ah, Pak, kurindu genjotan pisang tandukmu.

Kupeluk Pak Joko, badan kami menempel jadi satu. Dia memelukku erat. Kuhirup dalam dalam aroma tubuhnya. Aku harus jujur, bersetubuh dengan Pak Joko membuatku merasa jadi wanita seutuhnya. Aku yakin aku punya hak untuk menikmati persetubuhan. Aku punya hak untuk merasakan enaknya bersenggama. Hak itu baru kudapatkan, meski dibawah situasi yang sulit, dan bukan dari suamiku. Ada sisi kecil hatiku yang merasa bahagia. Pak Joko balas memelukku. Putingku yang tegang menempel di dadanya yang bidang. Kuciumi Pak Joko dan kulumat bibirnya. Dia menciumku balik dan mulai menggenjot tubuhku yang mengangkangi tubuhnya. Kulit kami bergesekan. Kutempelkan pahaku yang mulus ini ke paha Pak Joko yang berbulu, kunikmati setiap bagian kulitku yang bersentuhan dengannya. Aku semakin terangsang. Itilku digelitiki oleh bulu kemaluan Pak Joko yang rimbun. Oh, maafkan aku Tuhan, ini nikmat sekali. "Mmmh", gumamku saat kurasakan badanku menegang dan bergetar. Aku orgasme lagi, akhirnya.

"Buset mesra amat lu" Pak Is mematikan rokoknya dan menghampiri kami yang masih berpelukan.

Dia melumuri kontolnya dengan ludah lalu duduk diatas paha Pak Joko. Kakiku didorongnya sehingga aku sudah seperti katak, dan kurasakan kepala penisnya yang bantet itu mencari-cari lubang disitu. Lubang anusku. Aku menahan sakit ketika dia memasukkan penisnya ke lubang anusku, lagi. Tanganku kananku sampai mencakar leher Pak Joko karena menahan sakit. Pak Joko mengusap kepalaku. Mulutku menganga menahan sakit. Pak Is mulai menggenjot tubuhku. Tubuhku dijejali dua kontol yang sedang nafsu-nafsunya. Genjotan pak Is membuat tubuhku tersentak-sentak dan otomatis kontol Pak Joko yang masih seperti kayu itu keluar masuk seirama sentakan Pak Is.

"Ah, argh, ahhk" Aku merintih, duburku perih, tapi vaginaku disodoki. Pak Joko menciumi tepi bibirku yang menganga dan melumat kembali bibirku. Dia merabai punggungku, sementara Pak Is memegang pingganku dan entah sedang fokus kemana.

"Uh uh uh uh" suara Pak Is setiap memasukkan kontolnya ke duburku. Perlahan aku sudah terbiasa dengan penisnya di pantatku, dan rasa nyerinya mulai pudar meski sesekali masih hinggap kalau ingat aku sedang disodomi. Aku sudah seperti sandwich. Aku mulai membalas ciuman Pak Joko. Kulumati bibirnya dan lidahku kutautkan ke lidahnya. Pak Joko menghisapi ciumanku dan sesekali menjelajahi gigiku dengan lidahnya. Syaraf di pantatku mulai bereaksi, rasanya unik, seperti rasa nikmat yang hinggap di otot anusku. Vaginaku mulai melubrikasi lagi. Rasanya kasur Pak Joko sudah lembab karena cairan vaginaku yang mengalir terus.

Sekarang ada dua pria yang menggagahiku bersamaan. Keduanya seperti berlomba menjemput orgasmenya masing masing. Aku mulai meracau.

"Uuuuh uuuuh uuuuh mmh aaaah aaaah aaah" Aku menjerit menikmati dua penis didalam tubuhku. Dua kontol di dalam tubuhku ini memberikan sensasi yang berbeda-beda. Kedua lubang yang dijejalinya juga memberikan reaksi yang berbeda, memekku seperti mengisap menyedot vakum menjemputi kontol Pak Joko, sedangkan duburku seperti kembang kempis mengejan dan mendorong kontol Pak Is. Enaknya juga beda. Rasanya unik sekali. Aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Nikmatnya sampai membuatku mengerang-mendesah-mengerang-menjerit-mendesah. Hatiku liar sekali rasanya, tapi aku tidak mau meluapkannya selain dengan eranganku. Pentilku yang bergesekan dengan dada Pak Joko dari tadi tegang dan menjadi semakin sensitif. Kueratkan pelukanku agar payudaraku terjepit dan teremas oleh dada Pak Joko. Pinggangku bergerak kekiri dan kekanan merasakan sentakan dan irama genjotan yang berbeda dari dua laki laki ini.

"AHHHH AAHHHHHH" Pak Is berteriak tertahan, kontolnya mengangguk di dalam duburku dan kurasakan cairan maninya menyemprot, entah kemana. Hangat.

Pak Joko menciumku dan mendengus. "Hhhhh, hhhhh". Dia juga orgasme, kontolnya yang panjang itu dibenamkannya dalam-dalam ke memekku dan liang rahimku disemprot oleh pejuhnya. Ada dua kontol yang berkedut di dalam tubuhku menumpahkan muatannya. Aku bahagia bisa membuat Pak Joko orgasme lagi, dan akhirnya, kupeluk erat tubuh Pak Joko, pinggangku tersentak tanpa dapat kutahan, vaginaku berkedut dan banjir, aku seperti terbang ke langit ketujuh lalu terlepas. Aku orgasme lagi, hampir bersamaan dengan mereka. Semua terjadi dalam tempo yang cepat, tapi terasa lama karena nikmat. Kunikmati setiap denyut yang ada di tubuhku, badanku rasanya lemas sekali.

Kedua kontol itu melemas. Pak Is mencabut kontolnya dari anusku, spermanya mengalir keluar. Pak Joko juga langsung mencabut pisang tanduknya dan melepaskan pelukanku. Aku rebah menghadap langit-langit, tanganku tergeletak lunglai dan kakiku terbuka lebar seperti bintang laut. Nafasku tersengal-sengal. Tubuhku keringatan.

Aku menengok ke arah kedua pria itu yang sedang mengobrol entah apa, aku sulit fokus. Mereka mengelap tubuhnya dan kontolnya masing masing yang masih setengah berdiri lalu berpakaian. Pak Is yang masih telanjang dada mengeluarkan segepok uang dari dompetnya dan memberikannya ke Pak Joko, dia menghampiriku yang terkapar, mengusap dahiku yang berkeringat dan menciumku.

"Cantik kamu, mirip Alyssa Soebandono. Kapan kapan lagi ya" kata Pak Is.

Aku tidak menjawab. Aku tidak mengharapkan apa yang terjadi malam ini terjadi lagi di kemudian hari. Aku tidak rela. Cukup kali ini saja melayani Pak Is. Dia keluar kamar bersama Pak Joko.

Aku tertegun, kumiringkan badanku. Mengalir pejuh hangat dari dua lubang yang ada di tubuhku. Aku shock. Bisa bisanya aku menikmati hal seperti ini. Bisa-bisanya aku mengkhianati suamiku. Mana janji setia yang kuucapkan dulu. Tapi apakah aku salah? Aku kan mau menolong Mas Eko.

Kulihat Pak Joko masuk kamar membawa segelas air putih dan handuk, kedatangannya menghentikan lamunan singkatku.

"Nih, kamu mandi dulu. Ini uang dari Pak Is dua juta lima ratus ribu. Hutangmu saya anggap lunas ya bu Indri. Jangan pikirkan itu lagi. Ini saya tambahkan seratus ribu buat keperluan Ibu. Jangan diulangi lagi bu. Saya tidak mau memperkosa bu Indri." Pak Joko berkata lembut dan mengusap rambutku.

Aku bangkit, lalu mandi di kamar mandi kamar Pak Joko. Kubersihkan tubuhku yang lengket karena keringat. Kukeluarkan sebisaku pejuh Pak Joko dan Pak Is.

Selesai mandi, kudapati kamar Pak Joko kosong. Dia di ruang tengah dan menyalakan televisi. Kuambil amplop yang berisi uang di atas kasur dan kuhampiri Pak Joko untuk pamit.

"Terimakasih Pak, saya pulang dulu"
"Jangan makasih bu" kata Pak Joko tanpa menatapku.
"Yaudah saya pulang dulu Pak"
"Iya hati hati bu" Baru Pak Joko menoleh ke arahku dan tersenyum. Dia mengantarku sampai pintu rumahnya.

Warning! Epilognya agak twisted turn-off. Read at your own risk. Udah dikasih peringatan ya, kalo baca lalu kesel sama ceritanya silakan marah-marah. Namanya juga erodrama ;)

Aku melangkah mengegang menahan nyeri di pantatku. Sepanjang jalan aku menunduk. Sudah tiga jam aku keluar rumah, mas Eko pasti khawatir. Kubelikan mas Eko nasi goreng di pinggir jalan untuknya makan. Aku melamun sambil berjalan, aku tidak mau memikirkan apa apa, aku tidak mau mengingat apa apa.

Suara bising kendaraan berseliweran di bawah langit yang dijunjung kota yang hidup 24 jam ini. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Semua orang tidak sempat memikirkan nasib orang lain, apalagi yang tidak dikenalnya. Manusia itu memang makhluk yang egois. Kita tidak merasa perlu tahu apa masalah orang yang ada di sebelah kita ketika kita menaiki kendaraan umum. Lagipula rasanya kurang etis juga tiba tiba ditanyai "ada masalah apa" oleh orang yang tidak kita kenal. Aneh. Sudah cukuplah setiap orang memikul bebannya masing-masing. Mengharapkan bantuan datang secara cuma-cuma dari orang lain itu hal yang nonsense. Mungkin memang ini harga yang harus kutebus untuk mengatasi masalahku.

Kudapati Mas Eko terdiam di lantai menghadap pintu yang terbuka. Aku memaksa diri untuk tersenyum menyambutnya. Mas Eko lalu bangkit, menutup pintu dan memelukku erat. Dia menangis.

"Maafkan mas ndri. Mas gabisa membahagiakan Indri. Mas gabisa jadi suami yang baik. Mas bukan laki-laki bertanggung jawab"
Kubalas pelukannya. Mas Eko menangis tersedu Hatiku teriris mendengarnya.

"Mas gatau harus gimana lagi ndri. Besok kita tinggal dimana ndri. Maafin mas, ndri" Aku tidak sampai hati mengatakan apa yang baru saja terjadi. Aku tidak ingin menimbulkan kecurigaan dari mas Eko. Niatku tadinya membiarkan seperti tidak terjadi apa-apa tanpa mengatakan yang sebenarnya pada mas Eko. Toh Pak Joko tidak akan datang lagi kerumah ini.

"Mas bukan laki-laki bertanggungjawab ndri" Mas Eko terisak, sesenggukan.
"..."
"Ndri, mati yuk" Mas Eko mengambil pisau panjang yang sudah disiapkannya tanpa melepaskan pelukannya.

Dasar lemah. Dasar pria tolol. Dasar pria egois. Aku tiba-tiba marah sekali pada mas Eko. Dia menyeretku ke kehidupan seperti ini. Kutemani dirinya dalam suka duka, susah senang, berkah musibah. Cuma sampai sini saja daya juangnya? Dasar curut. Bajingan. Aku baru saja menjual tubuhku untuk menolongnya. Dasar banci. Lemah. Imbisil.

Dan ketika kurasakan besi dingin menembusi tubuh kami yang berpelukan, aku merasa lebih bodoh. Aku menyesal menuruti. Mas Eko mengajakku mati.

~TAMAT~

Ane udah buat beberapa draft judul, tapi nulisnya ga janji dalam waktu dekat ya. Dipilih dulu aja hu kira kira mau yang mana :)

  • Resma 4ever (Erodrama - Pemerkosaan) Garis besar: petualangan remaja beranjak dewasa yang diperkosa dan dijual oleh orangtuanya. Dia berjuang untuk keluar dari rumahnya, nerakanya, dan siap mengorbankan apapun.
    Dewima dewiku (Erodrama - Setengah baya) Garis besar: Seorang mucikari yang bertualang ke desa-desa dan mencari janda kembang untuk dijadikan anak buahnya, lalu jatuh cinta pada salah satu korbannya.
Btw, bagusnya dipost di subforum sesuai genre apa di cerbung sih?
Ke cerbung ja hu..
 
mantap suhuu ceritanya....
ditunggu cerita lain nya suhuu jak4loh
 
kembangin lagi hu...ternyata indri tidak meninggal yg meninggal hanya suaminya....dan indri menjadi simpanan pak joko.
 
Cerita yang sangat bagus Suhu lanjut ceritanya suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd