Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TRJBK NSTLG

Bimabet
Ngikut nongkrong om Jay di 15 nih,,nunggu scene nya slamet:bata:
 
Mantap om...Berawal dari curhat berujung ke pacaran...
 
Setelah dikasih tikustrasi slamet sama si om, bisa ditebak kalo si slamet itu ....

Om, si liz dan senja cakepan siapa? Heee
beda cakepnya.... Liz itu Poppy Sofia, Senja itu Sissy Priscillia
 
Katanya senja kecil mungil hu orangnya,, kok sisi pricilia,, sisi kan gede tinggi..
 
Ga pernah bosen baca Liz sama Jay.... Anjrit mix sange lucu romantis n baperan. Mantap om jay
 
"m3t pa611111 AjaAaaay V1J4Y h0tahaA44i ^^,"

BBM ceria diakhiri smiley itu menyapaku pagi-pagi buta, seperti smiley yang tiba-tiba terbit dari bibirku yang setengah mengantuk.

Kubalas, "m3t Pa61 5enj4 uNyu^^"

"j4M 8 aQ 51d4N6 nE, do4k4n 4Ku, EaaAa ^^"

Oh iya, Senja hari ini mau sidang skripsi,

"c3MuN6UdH eAaa..."

Menggigil, aku menahan dingin udara pagi Jogja yang naudzubille, mengguyur air sambil bernyanyi tidak jelas, menyanyikan lagu Moving on-nya Andien dengan bersemangat.

= = = = = = = = = = = = = = =

Fragmen 12
Siapkah Kau 'tuk Jatuh Cinta Lagi


Dan sinilah aku, menunggui sidang skripsi Senja. Lama, hingga akhirnya Senja keluar ruangan dengan berseri-seri. "Ajay-ajay-ajay aku luluuuuuuus" Senja berjingkrak riang, meluapkan kegembiraannya –lulus dengan predikat cum laude- dengan menghambur memelukku.

Semenjak kejadian di episode sebelumnya itu, Senja lebih sering lagi curhat mengenai KW. Kami saling menyemangati, menulis skripsi bareng sambil saling curhat.

Bisa ditebak ini akan menuju ke mana. Senja galau, aku lebih galau lagi. Ingat rumus ini? (Galau + galau) x (rebound + rebound) = chemistry. Tidak butuh waktu lama, sampai aku jadian dengan Senja, dan muncul tulisan "Adipati Jaya Mahardika is now in relationship with: Senja Puan Nirmala" di halaman Facebook-ku.

Dan tak lupa ucapan selamat dari teman-teman.

Buluk Ganteng wrote : Akhirnya bisa mantatin si Jimi

Seperti biasa Pertamax Hunter

Jimmy Pranoto wrote : Gpp, GAAN... yang penting nangkring di Pejwan.. ps: atas gue maho.

Jiah... emang comment FB ada pej two-nya

Gracia Anindhitia wrote : Selamat ya.. habis gelap terbitlah terang.. habis Summer terbitlah Autumn.. Habis Liz terbitlah Senja..

Sepertinya hanya Grace yang komentarnya paling waras

Slamet Riyadi wrote : Maafken sudah salah paham masbro.. benar kata pepatah: Tak kan lari memeluk gunung..

Apa maksudnya Slamet ini, adanya takkan lari gunung dikejar kaleeeee

Kunto Wicaksono wrote : selamat ya

KW, Seperti biasa, singkat-padat-jelas. Meski aku tahu, banyak hal yang ingin dikatakan oleh KW...

L@n4 Ch@nt1q wrote : B3R4p4 k4l1 kU H4ru5 kat4K4n c1Nt4
bEr4P4 L4m4 Ku haru5 M3nuNg6umu
d1ujuN6 63L1S4h 1n1 4ku
t4k 53d1K1tPuN t4k 1n64t kaMu
namun d1r1mu ma51h b361tu
4cuhkAn Ku t4k MAU t4hu
luka luk4 LUka Y4n6 Kura54k4N
bERTuB1 tUb1 Tub1 y4n6 k4u b3R1k4n
cint4ku b3rt3pUk 5eB3lah t4n64n
t4P1 4ku bAl45 S3nyuM k31ndaHan
b3rtaH4n 54Tu cINt4
bertah4n 54Tu c.1.n.t.a
beRt4h4N 54Tu ciNt4
b3rt4h4N 5atu C.1.n.t.4

Nggak pakai lama langsung ku-unfriend, delcont, unfollow...

= = = = = = = = = = = = = =​

"Jay, tolong jagain Senja buat saya." aku tidak pernah lupa kata-kata KW waktu itu. Dan memang benar, sejak saat itu aku sangat menyayangi dan mencintainya. (Mencintai Senja maksudnya, bukan mencintai KW). Melihat wajah dan gesture tubuh Senja yang kekanakan, pasti membuat siapapun ingin melindunginya.

Begitulah, kemudian aku mencoba merenda cinta yang baru bersama Senja. Mencintainya dengan sepenuh hatiku, dan memasukkan Liz ke dalam ruang nostalgia.

Mungkin ilusi yang kulihat di pantai Baron itu ada benarnya juga. Aku tak pernah bisa melupakan senyum Senja waktu itu, dan sinar matahari di belakangnya yang membentuk ilusi berupa garis-garis serupa sayap malaikat. Aku merasa Senja adalah malaikat yang dikirim untuk menyelamatkan aku.

Semenjak saat itu aku kembali bergairah dalam menjalani hidup. Aku mulai rajin kuliah, dan skripsi kembali kukerjakan.

= = = = = = = = = = = = =​

Sementara Liz. Agak lama aku tidak bertemu dengannya. Karena kudengar dia sedang melakukan penelitian di luar pulau. Aku sedang bersemangat mencari bahan skripsi di perpustakaan ketika orang itu tiba-tiba hadir lagi dalam kehidupanku.

“Hey Jay!” Seseorang menepuk punggungku dari belakang.

Liz, kulitnya kini tampak coklat terbakar matahari.

Meskipun sudah putus, tapi Liz tetap ceria seperti biasanya. Seperti janji kami untuk tetap bersahabat meski sudah putus.

“Eh Liz, kapan sampai dari Papua?”

“Tadi pagiii, eh aku sudah selesai penelitianl Lho!” kata Liz, wajahnya berseri-seri.

“Hehe Selamat ya..” duh, aku jadi salah tingkah.

“Iya, duuh aku seneng banget,.. eh tahu gak? Akhirnya aku bisa melupakan Bang Igo sialan itu..”

Hah? Artinya selama dia pacaran sama aku, Liz belum melupakan Bang Igo?

“Oh, ya.. bagus deh…”

“Iya dong.. kita gak boleh terus-terusan terjebak dalam nostalgia..”

“Oh iya benar itu!”

Yak! Liz benar sodara-sodara! tapi kenapa dia baru mengatakannya sekarang? Saat aku sudah jadian sama Senja? Arghh!!

“Kita gak boleh kehilangan masa depan, karena terikat dengan masa lalu Jay..” Ia melirikku penuh makna.

“Iya.. Eh.. Liz.. sebenarnya aku juga…” kataku

“Hah?”

Tiba-tiba Senja datang dari belakang dan menarik lenganku.

“Jay, iih di cariin kemana aja, nie aku nemu bahan buat skripsimu nih.” Senja datang membawa tumpukan buku tebal.

“Eh Senja-“

“Eh Liz-”

Kata mereka hampir bersamaan, flip-flop.

Untuk beberapa detik, aku merasakan situasi yang paling aneh di dunia. Aku merasa berada di tengah adegan FTV murahan, yang diputar di pagi hari.

Senja sengaja menggelendot di lenganku, karena tahu di sana ada Liz. Ah, aku tak pernah paham sifat wanita yang satu ini. Ex-boyfriend rivalry syndrome.

“Makan yuk.”

“Eh, iya.. duluan ya Liz”

Dari kejauhan aku bisa melihat raut wajah Liz yang berubah mendung.

Semenjak saat itu, hubungan pertemananku dengan Liz menjadi bertambah aneh. Ditambah lagi Senja yang selalu cemburu kepada Liz, membuat semuanya bertambah rumit. Aku jadi jarang bertemu dengannya. Sms pun ala kadarnya, karena HP-ku selalu disensor secara ketat oleh Senja. Semuanya menjadi berbeda, bahkan sampai dia wisuda dan pulang ke kampungnya di Semarang-pun aku tidak bisa menghadirinya.

= = = = = = = = = = = = = =​

"Jay, kamu masih sayang sama Liz?" Senja bertanya tiba-tiba. Begitulah kalau paranoidnya lagi kumat, padahal waktu itu aku sedang sibuk menginput data ke dalamtabel excell, Senja menemaniku di kost, menempati tempat biasa Liz tidur-tiduran sambil membacakan lembar kuesioner untuk kuketik.

"K-kenapa t-tanya gitu?

Aduh, kenapa jantung ane mendadak deg-degan gini.

"Jawab aja, kenapa." Senja melirik dengan tatapan menyelidik.

"Ng-nggak," jawabku cepat, namun nada itu terdengar ragu.

"Nggak papa, kok. Kalau masih sayang sama Liz."

Seperti biasa, Senja memberengut, merajuk manja.

"Kamu sendiri, masih ada rasa ‘adek-kakak' nggak sama KW?" balasku, nggak mau kalah.

"Ih, kok diungkit-ungkit!" Senja menggembungkan pipinya, lucu. "Biar kamu tahu, ya... waktu semester satu, aku duluan naksir kamu daripada Kunto."

"Bohong. Aku kan cuma dijadikan tumbal pasugihan MLM, batu loncatan biar kamu bisa PDKT sama KW."

"Beneeeeer.... cuma waktu itu aku kukira kamu pacarnya Liz, habis dari ospek kalian nempel terus, sih. Lho? eh? Kok jadi ngomongin Liz? kamu gimana sih?" pinggangku dicubit.

De ja vu kampret...

Aku pernah mendengar dialog ini, entah di mana.

"Huuu.. cinta sih cinta... tapi kalau cemburuan gitu... bisa-bisa aku cepat kena stroke," ucapku sambil mencubit pipinya.

Senja tidak menjawab, hanya memelukku lebih erat.

"Maaf ya... kalau cemburuan... tapi Ajay jangan tinggalin Senja, ya," bisiknya di telingaku, hingga wajah imutnya begitu dekat dengan wajahku. "Sekarang Senja cuma sayang sama Ajay, nggak ada lagi Kunto."

Tiba-tiba pipiku diciumnya.

Dan anak itu menunduk dengan wajah merah padam.

"Aku juga cuma sayang kamu, kok....," bisikku pelan. Kukecup kening Senja lembut, lama, hingga akhirya anak itu tersenyum dan memelukku erat-erat. Aku mencium pipinya yang menggemaskan, Senja meronta pelan sambil tertawa-tawa, hingga akhirnya ia memejam, membiarkan aku mencium bibirnya yang mungil.

"Nakal...," bisik Senja dengan wajah merona sambil melingkarkan lengannya di leherku. Senja tersenyum, menutup matanya pelan, membiarkan aku kembali memagut bibirnya lembut.

"Jay.... itu ciuman pertama aku, tahu...." bisik Senja dengan pipi merona.

"Masa?"

Kubelai rambutnya pelan lalu kukecup bibirnya untuk kali kedua.

"Mmmh..." Senja melengguh pelan, membalas ciumanku sambil mendesah tertahan. Bibirnya yang mungil kulumat, dan kubelai hingga nafasnya mulai memburu cepat. Senja mendesah, tanpa sadar aku mulai meremasi payudaranya.

"Susu Murni Nasional..." Terdengar suara Pedagang Susu lewat depan rumah. Sekedar lewat, namun membuatku tertegun lama....

deg...

deg...

"Ih, Ajay nakal, awas keterusan." Senja memberengut lucu, mencubit pinggangku.

Aku cuma nyengir garing, melihat wajahnya yang memerah sayu.

"Kan udah janji, nggak mau yang aneh-aneh," ucap Senja sambil menjulurkan lidahnya.

Ya, karena tidak seperti Liz, pacaranku dengan senja kali ini lebih sehat. Senja masih perawan ting-ting. Tidak sedikit sedikitpun aku berniat merenggut keperawanannya sebelum waktunya tiba. Aku benar-benar sayang kepadanya.

Senja pun anaknya sangat tertutup perihal hubungan fisik, selama pacaran dengannya paling banter pegangan tangan.

"Jangan sekarang ya, Jay. Kalau nikah, nanti aku bakal kasihin semua punya aku buat kamu." Senja mengekeh sambil kembali mendekat, merapatkan duduknya.

"Emang Senja mau jadi istri aku?"

Senja mengangguk malu-malu. "Aku kok ngerasa kaya dilamar ya hehehehe...."

Aku cium keningnya sekali. "Nanti ya, aku kelarin dulu kuliah, baru aku lamar kamu sama papa kamu..."

"Hehehehe.... Bener?"

"Iya."

"Jangan tinggalin Senja, ya."

"Iya."

"Janji?"

"Janji." Kami saling mengaitkan jari, entah kenapa aku merasa seperti de ja vu. Kadang kita membuat janji, tanpa tahu akan menepati.

Waktu itu, perlahan aku menyadari, segala drama yang kujalani bersama Senja, malah membuat hari-hariku penuh warna, berbeda jauh dengan hari-hariku yang kelabu setelah ditinggal Liz.

Dengan tingkahnya yang lucu, dengan sifatnya yang cemburuan, aku tahu sesuatu:

Senja mencintaiku.

Itu saja sudah cukup.

= = = = = = = = = = = = = = = = = =​

Bumi terus berputar pada porosnya, membuat hari berganti hari. Aku menjalani hidupku yang baru bersama Senja, mengerjakan skripsiku dengan semangat darinya.

Bumi tetap mengorbit matahari, membuat musim kemarau berganti musim penghujan. Sampai akhirnya, aku diluluskan dengan amat terpaksa oleh dosen pengujiku. Biarlah, yang penting lulus, hahaha.......

Hingga di suatu hari aku berangkat ke kampus dengan semangat. Mendung menggantung di langit, namun itu tak menghalangi langkahku. Tanganku penuh dengan berbendel-bendel skripsi yang sudah dijilid hard cover. Ini adalah hari di mana cerita ini dimulai, hari dimana aku akan meminta tanda tangan Pembimbing 1 & 2 untuk persyaratan yudisium dan wisuda.

Tanganku penuh dengan berbendel-bendel skripsi yang sudah dijilid hard cover, beratnya yang gilagilaan membuatku sedikit kesulitan menaiki tangga di depan pintu masuk.

Aku melihat sekeliling, ruangan itu kini dipenuhi oleh mahasiswa angkatan baru yang wajahnya tidak kuhapal. Ah, makin lama, makin sedikit wajah yang aku kenal. Maklum angkatan tua, tidak lulus-lulus.

"Jay!"

Suara wanita memanggilku dari belakang. Aku mengenali suara itu.

= = = = = = = = = = = =​

Sungguh, aku tidak menyangka bakal bertemu lagi dengannya.

"Eh, Liz apa kabar? Kok masih aja ke kampus?" ucapku sambil pura-pura cool.

"Ini, mau ngurus legalisir ijazah"

"Weh, mantep! Mentang-mentang dah wisuda nih ye."

"Hehe, kamu juga udah pendadaran kan? Cepet nyusul ya!" Liz mengamati tumpukan skripsi di tanganku.

"Amin" tukasku.

Liz tersenyum kecil, seperti dipaksa, "Oh iya, Senja apa kabar? katanya kalian mau tunangan ya... yah, aku nggak bisa datang deh.."

Aku mendadak terdiam, Jujur saja, tidak enak hati aku menjawab pertanyaanya.

"Um... eh... ah gosip ituhaha... tapi yah... gitu... Senja... sehat... hehe... he...he..."

Liz kembali mencoba ceria, "waaaah... yang langgeng ya kalian..." ucapnya seiring rintik gerimis yang perlahan menitik turun.

"Iya, Liz sekarang gimana?"

"Hehe.. biasa, masih belum laku."

"Sabar-sabar hehe.." aku jadi lebih tak enak hati mendengarnya.

"Hehe.."

"Hehe.." kami pura-pura tertawa. Suasana jadi makin tak enak.

"Iya, mudah-mudahan di Papua aku dapat jodoh"

"Hah?"

"Iya Jay, aku diterima di PT. FreePort lho"

"Oh"

"Udah, ya.. dah Ajay!" suaranya bergetar, pura-pura ceria.

Liz berbalik menjauh. Berlalu, menghilang di balik kerumunan mahasiswa baru. Aku mengela nafas, dadaku terasa sesak. Kali ini aku merasa dia akan pergi jauh sekali.

Di luar hujan turun deras, sangat deras.

__________________________

Author's Note:

struktur ceritanya emang mbulet niru 500 Days of Summer (flashback over flashback)

kalau ada kritik saran, ga usah ragu2 komen aja heheheh

makasih buat semua temen2 yang baca cerita ini
 
Terakhir diubah:
Ini cerita mantep banget sih (flashback over flashbacknya) :alamak:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd