Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TRJBK NSTLG

Wah bang Jay
Nulis lagi....

Boleh ajarin cara lepasin biji timunnya..?
 
master satu ini kalo dah nulis karya sambil menikmati air rebusan pembalut memang jempol, lanjutkan.....
 
Wah bang Jay
Nulis lagi....

Boleh ajarin cara lepasin biji timunnya..?
cerita lama ini gan,

btw hilangin biji timun, potel dulu ujungnya, terus bijinya dikerok pakai gagang sendok.... biar lebih hangat kaya meki, bisa direndam air panas duku
 
Fragmen 7
Cinta itu Perih, Jenderal! (bag. 1)

5 Bulan berlalu setelah kejadian di rooftop tempo hari. Lama aku menunggu, menanti Liz membuka hati, hingga akhirnya di acara Tahun Baru, aku kembali memberanikan diri.

Waktu itu tepat di pergantian tahun, di antara kilauan kembang api, Liz mengangguk ketika aku kembali memintanya jadi pacarku. Kali ini dia tersenyum cerah, memelukku erat-erat di bawah langit yang dipenuhi ribuan cahaya.

Keesokan harinya tulisan "Adipati Jaya Mahardika is now in relationship with: Eliza Mayarani" sudah terpampang di halaman Faceook-ku. Penyakit JOMBLOKRONINGITIS yang kuderita selama bertahun-tahun sirna sudah.

Tahun Baru, Pacar Baru, asyiiik...

Kehadiran Liz di dalam hidupku setidaknya membuatku lebih bersemangat dalam kuliah. Aku jadi jarang membolos karena Liz selalu mengajakkusarapan dan berangkat bareng. Sekarang aku juga lebih rajin membuat tugas, karena Liz mengajakku mengerjakan tugas bersama di kamarku, dan bobok bersama tentunya hahaha...

= = = = = = = = = = = = = = = =​


Untuk merayakan keberhasilan ini, aku, Liz, juga teman-teman yang membantu perjuanganku: Grace, Slamet, dan KW pergi ke sebuah konser musik. Tenang saja, mereka nggak minta ditraktir karena tahu aku mahasiswa kere, dan lagipula konser ini gratis.

Ngayogjazz namanya, konser musik yang dihelat tahunan. Jika biasanya konser Jazz bertempat di gedung pertunjukan, maka Ngayogjazz diadakan tengah perkampungan khas Jogja. Tapi jangan salah, lihat dulu line up musisi-nya: Glenn Fredly, Tohpati, Gugun Blues Shelter, Iga Mawarni, Syaharani and Queen Fireworks. Mantap, dah! dan yang jelas: gratis.

Aku dan Liz selera musiknya sama. Grace dan KW juga. Cuma aku kasihan pada Slamet yang salah mengira Syaharani dengan Syahrini =sesuatubanget'.

= = = = = = = = = = = = = = = = =​


Malam ini ada yang berbeda, sebab sekarang Liz resmi berstatus pacarku. Saat ini Liz kembali mengenakan baju yang feminim dan berdandan. Hal ini cukup melegakan, sebab dengan potongan rambut pendeknya+dandanan acakadut, aku sering dikira pacaran dengan cowok. Tapi terus terang saja, seandainya Liz itu memang benaran laki, aku rela jadi homo untuknya.... itulah yang namanya cinta sejati.

Sekarang Liz nampak begitu cantik, dengan baju feminim ditambah dengan potongan rambutnya yang pendek seperti lelaki, menghasilkan kontradiksi yang sangat adiktif, begitu seksi! Ugh...

"Take me to your place
Where our heart belong together
I will follow you
You're the reason that I breathe
I'll come running to you
Fill me with your love forever
I'll promise you one thing
That I would never let you go


'Cause you are my everything"

Suara merdu Glenn Fredly terdengar dari kejauhan. Aku dan Liz bergandeng tangan di sepanjang jalan setapak yang diterangi obor dan rangkaian lampu, menuju panggung tempat Glenn mentas. Grace dan KW ingin melihat performer lain di panggung yangtersebar di tempat itu. Slamet? Mbuh...

Liz tampak heran melihat aku yang seperti mencari sesuatu.

"Nyari apa sih, Jay? Nyariin Slamet?" Liz bingung melihatku merogoh kantung baju dan celana, meski aku ikut bingung gimana logikanya Liz sampai berpikir Slamet bisa ada di kantongku.

"Gawat!"

"Apa Jay? Ada yang hilang? HP? dompet?"

"Hatiku, kamu yang ambil, yah? Hehehe."

"Iiiiiiiih gombaaaal!" Wajah Liz tersipu dan merona merah. "tapi lucu, hihihi.... Kamu so sweet banget sih, Jay."

"Ya iyalah, Ajay: tampang gorila hati Raisa."

Liz terkekeh-kekeh, menyandarkan kepalanya di bahuku, membiarkan aku menggandengnya mesra.

"Seneng deh, jadi pacar kamu." Liz berkata manja.

"Huuuuu, sama yang dulu juga pasti bilang gitu.." godaku.

"Iiih! Kamu kok gitu sih Jay? Enggak kok Jay.. enggak salah lagi hehe," Liz terkekeh-kekeh jahil.

"Weits, liat aja, tar kalau ketemu Bang Igo pasti salah tingkah."

= = = = = = = = = = = = = = = = =​

Entah ini Deus Ex Machina atau apa. Ternyata yang kukatakan menjadi kenyataan. Saat hendak menuju venue, kami berpapasan dengan Bang Igo, ia sedang bergandengan tangan dengan Mbak Nia, seniorku juga. Liz tampak agak panik bertemu dengan mantan pacarnya.

"Jay! Rangkul aku, cepetan!"

"Hah? Ngapain?"

Aku sebenarnya kurang suka dengan hal ini.

"Udaaah... cepeet!"

Akhirnya aku merangkul Liz di depan Bang Igo. Ia tampak cuek saja, sementara Liz sendiri salah tingkah.

"Liz, aku nggak suka caramu." kataku kemudian.

"M-maaf Jay, b-bukan maksud aku.."

"Udaaaaaah, ah! Liz! kenapa sih kamu nggak bisa lupain dia?!"

Terus terang, aku tidak menyukai sifat wanita yang satu ini. Sampai sekarangpun aku tidak bisa menalarnya. "Ex-Boyfriend Rivalry Syndrome" begitu aku menyebutnya. Kita ambil contoh: melihat Anang dan Ashanty menikah, Syahrini buru-buru (pura-pura) tunangan sama Bubu. Begitu juga Ayu Dewi, yang langsung pamer pacar begitu tahu Zumi Zola mau lamaran. Okky Agustina kemarin juga begitu, ah pokoknya banyak deh!

Bukan kenapa-kenapa, menurutku hal ini hanya menjadikan orang-orang seperti Bubu -dan aku- sebagai pelampiasan semata. Dan terus-terang, sekarang aku jadi merasa Liz menerima cintaku, hanya karena Bang Igo mendapat pacar baru.

"Terlalu sadis caramu... menjadikan diriku...pelampiasan cintamu.. agar dia kembali padamu..tanpa peduli sakitnya aku.. du du duuu..." aku menyanyikan lagu dari Afgan untuk menyindir Liz. Agak kekanakan memang.

Alhasil, malam itu kami bertengkar hebat.

Liz ngambek, berjalan meninggalkanku. Aku berpikir: kalau dia menoleh, barulah aku akan mengejarnya. Namun, sampai ujung koridor dia tak menoleh juga.

Sementara Glenn Fredly di atas panggung, menyanyikan sebuah lagu,

"Kasihku Sampai disini kisah kita
Jangan tangisi keadaannya
Bukan karena kita berbeda"



"Dengarkan Dengarkan lagu.....lagu ini
Melodi rintihan hati ini
Kisah kita berakhir di Januari"



Malam itu tanggal 11 Januari, dan entah kenapa, aku seperti mendapat firasat buruk.

= = = = = = = = = = = = = = =​

Sudah seminggu itu kami perang dingin. Di kampus Liz tidak mau menyapaku, dan sejak saat itu dia juga tidak pernah mampir ke kost-ku lagi, apalagi mengSMS-ku.

Sebenarnya aku ingin menghubungi Liz. Tapi, Sorry lah ya, gengsi! Emang eike cowok apaan, cyin! Biar Liz yang SMS duluan. Toh, dia yang salah!

Kembali menginjak malam minggu. Malam itu aku nongkrong di kamar KW a.k.a Kunto Wicaksono, sambil nonton VCD drama Korea yang kami sewa di komputernya. Lumayan, buat menemani weekend yang sepi karena Liz masih ngambek.

"Masih berantem?"

"Iya."

"Lama banget."

"Nggak tahu."

"Oh."

"Yah."

Begitulah kalau ngobrol sama KW, absurd abis.

KW ini anaknya ganteng, mirip Adipati Dolken yang jadi Keenan di film Perahu Kertas. Tapi KW sendiri nggak tahu, kalau dirinya jadi idola nomor satu di angkatan kami, baik di kalangan cewek, maupun di kalangan cowok.... uhuk... uhuk... masalahnya, KW ini anaknya pendiem abis, computer geek dan gadget freak. Satu-satunya hal yang menyatukan kami hanyalah: DoTA dan Drama Korea.

Tak terasa kami sudah menonton 5 episode. Aku menghela nafas, karena ikutan galau menonton drama tentang cewek yang selingkuh sama mantan pacarnya.

Duh, mudah-mudahan Liz enggak...

Tidak...

Tidak...

Tidak...

Bersihkan pikiran...

Tiba-tiba ponselku bergetar, satu pesan diterima. Buru-buru aku membuka dengan harap-harap cemas.

"WetengQ kencot ^_* Burjo yuk," (Perutku Lapar) lengkap dengan smiley.

Bangsat, ternyata SMS dari Slamet.

"Jay, kalian itu sama-sama sableng, sama-sama lucu."

"Aku dan Slamet?"

"Kamu dan Liz hahaha... kalian itu sama, gengsi kalian juga sama-sama tinggi. Saya yakin, Liz pasti juga kangen kamu." Tiba-tiba KW berkata panjang lebar, nggak ada angin nggak ada hujan. "Kadang musuh yang harus kita kalahkan itu ada di dalam diri: Ego," ucap KW dengan suaranya yang kalem.

Rekor Dunia, barusan adalah kalimat terpanjang yang pernah diucapkan KW. Seharusnya aku buru-buru mengalungkan karangan bunga di lehernya.

Aku juga nggak menyangka kalau KW yang pendiam bisa membantuku dengan memberi petuah-petuah bijak, yang jauh lebih bermanfaat daripada Slamet.

KW benar, Kadang-kadang cinta mengalahkan ego.

Akhirnya aku memberanikan meng-SMS Liz duluan.

"Gy Ng4pZ?" begitu bunyi SMS ku.

Lama tak ada balasan. Resah, aku menggigit-gigit kuku sambil berguling-guling di kasur seperti ABG labil yang baru kena setrum.

Tak seberapa lama ponselku kembali bergetar, 1 pesan diterima. "Gag gy ngap2z, wetengQ kencot, ki." Bangsat, salah kirim ke Slamet.

Aku menulis ulang SMS untuk Liz.

"L1z, dH m4m?"_____________ Tak ada balasan.

"S1h mRh e4?" _____________Tak ada balasan.

"mUPn Q e4" _____________Tak ada balasan.

"L1z, Q tH q 4l@y"___________ Tak ada balasan.

Huft, daripada lama menunggu, aku segera menelpon Liz, namun, "Pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini..." Suram.

Aku kembali berguling-guling tidak jelas, kali ini sambil memeluk bantalnya KW seperti ABG labil yang baru sadar dirinya hamil, hingga akhirnya Slamet nonggol di depan pintu kamar KW, melongo melihatku yang seperti orang kesurupan.

Akhirnya aku memutuskan untuk langsung pergi ke kost-an Liz. Agar lebih mantap, aku menyempatkan diri membeli bunga.

Aku memacu motor bututku sampai di deretan toko bunga di Jl. Achmad Jazuli, Kotabaru.

"Mas yang ini berapa?" kataku menunjuk mawar merah.

"Rp. 3000 setangkai, mau cari berapa tangkai?"

"Wah, murah banget. Cinta saya nggak murahan, Mas! yang ini berapa?" aku menunjuk mawar putih.

"Rp. 5000, " jawabnya dingin.

"Nah, ini baru berkelas."

"Berapa tangkai?"

"15 tangkai lah, Mas. Nggak pakai lama!" tandasku

mantap. Harus 15 batang, karena ulang tahun Liz tanggal 15 Februari.

Dengan wajah bersungut-sungut, Tukang Bunga itu pun merangkainya menjadi buket yang indah.

"Ya elah mas, masa durinya nggak dipotong? Cinta saya nggak berduri, Mas!" protesku. Tukang Bunga itu pun memotong durinya dengan wajah kesal. Kok ada orang cerewet kaya gini, mungkin begitu pikirnya.

Aku membuka dompetku. Aku menemukan hanya selembar uang Sepuluh Ribuan, beserta beberapa receh. Aku lupa, uangku sudah habis kupakai menyewa VCD dorama.

"Eng... satu tangkai aja deh mas." kataku sambil garuk-garuk kepala.

Wajah Tukang Bunga langsung merengut.

"Eh, mawar merah aja Mas, yang 3000-an."

Wajah Tukang Bunga tambah merengut.

"Tapi pilihin yang paling bagus! Biar murah, cinta saya nggak murahan, Mas!"

Wajah Tukang Bunga tambah merengut lagi, ditekuk seperti bebek ngambek.

Nggak pakai lama aku langsung kabur dari tempat itu, meluncur ke kost-an Liz. Wkwkwkwkwkwk...

= = = = = = = = = = = = = = = = = =​

Sampai lampu merah di depan Mirota Kampus, aku terhenti lama, jalanan agak macet karena akhir pekan. Dari tempatku berhenti, aku bisa dengan jelas melihat orang-orang yang sedang makan di KFC di seberang jalan.

Lho... Lho... Eh?

Aku mengernyit, seperti mengenali sosok yang sedang makan di sana, saling meyuap mesra.

Aku hanya berkata dalam hati, berharap salah melihat. Namun wajah itu, potongan rambut itu! Tak salah lagi!

 
Bimabet
btw hilangin biji timun, potel dulu ujungnya, terus bijinya dikerok pakai gagang sendok.... biar lebih hangat kaya meki, bisa direndam air panas duku

it's savage ferguso :pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd