Titin Gadis Kebumen 05
(
sebelumnya:
Sambil mengeluarkan masukkan jari ke lubang anusku makin lama makin cepat, aku terus merangsang kelentitku dan jari-jariku yang lain memilin-milin puting kiriku... oh aku tahu aku akan segera orgasme... aaaggghhhh seluruh tubuhku mengejang sampai ke ujung jari kaki. Aku rasakan vagina dan anusku berdenyut-denyut beberapa saat. Hhhhehh... aku rebahkan badan ke belakang, rasanya lemas. Saat orgasmeku mulai lemah, jari tengahku masih tertanam di lubang anusku. Aku merasakan panas saat jari itu aku tarik. Aduuh... tapi aku masih penasaran. Aku inginmencoba alat-alat yang ada di tas itu. Aku ingin membuat lubang anusku ini siap melayani anal seks saat pak Iwan nanti pulang seminggu lagi. Aku ingin membuat kekasihku bahagia. Biarpun aku cuma berstatus kekasih gelap dan istri di siang hari. Aku tetap ingin membuatnya merasa bahagia dengan diriku)
Tiga diantara 6 video yang dikirim pak Iwan adalah video bersambung mengenai cara melatih anus untuk anal seks. Judulnya berbahasa Inggris How to Prepare Yourself for Anal vol.1 – 3. Tadinya aku merasa aneh melihat alat yang bulat-bulat seperti kalung, tapi waktu melihat videonya aku tahu bahwa sebaiknya mencoba yang itu dulu sebelum memakai yang lonjong panjang yang disebut dildo. (Aneh dan lucu mendengar namanya). Aku mengikuti video itu, pertama-tama memakai KY jelly yang banyak diusap-usapkan di bibir anus, lalu mulai memasukkan pelan-pelan ujung jari sampai ruas yang pertama. Keluarkan lagi, tambah pelumas lagi, masukkan lagi beberapa kali persis seperti yang dicontohkan di video itu. Aku mulai merasa lebih mudah mengeluarmasukkan ruas jari pertamaku ke dalam anus. Kemudian video itu mencontohkan mulai memasukkan lebih dalam, sampai ruas jari yang kedua. Begitu lagi berulang-ulang, sampai akhirnya tiga ruas jari bisa masuk seluruhnya. Tidak sepanas kemaren waktu aku coba-coba sendiri, karena tidak terburu-buru.
Lalu cewek di video itu mulai mencoba memasukkan jari telunjuknya sedikit bersama dengan jari tengah. Aku mengikutinya sampai sedikit demi sedikit dua jari bisa masuk... uuhh... memang agak pedas dan panas rasanya, tapi aku coba bertahan. Aku bayangkan pak Iwan yang sedang menyetubuhi anusku dengan kontolnya, dan aku tidak mau mengecewakannya. Aku coba tahan terus di dalam, sampai tiba-tiba otot di dalam mengejan sendiri dan mendorong jari-jariku keluar. Aku tidak lagi memperhatikan video di layar hapeku dan mencoba lebih rileks. Hanya kata itu yang aku tangkap dari penjelasan di video dan dikatakan berulang kali. Yang lainnya aku ga ngerti karena bahasa Inggris. Setelah rileks aku coba lagi dengan jari tengah, kali ini jauh lebih mudah untuk memasukkan semuanya, terus aku tambah dengan jari telunjuk.
Lain lagi rasanya waktu aku mulai mencoba mengikuti video kedua dengan memasukkan bola-bola kecil seperti kalung. Aku ga lupa menambahkan pelumas setiap kali, supaya mempermudah. Aku jadi paham mengapa alat ini dipakai untuk latihan anal, karena rasanya seperti batang yang dipotong sedikit-sedikit, masuknya per bagianbagian tidak terlalu sakit, tapi berkumpul di dalam menjadi seperti satu batang. Aku terus mencoba memasukkan sampai butir yang terakhir. Kurasa-rasakan dulu beberapa lama, aku lihat benangnya yang tebal tapi lembut itu terjulur keluar lubang anusku. Ada cincin di ujungnya untuk menarik pelan-pelan. Ada rasa nikmat waktu butiran-butiran itu melewati lubang anusku keluar. Aku keluarkan pelan-pelan sambil mengocok kelentitku. Ooohhh aku mulai merasakan nikmatnya, sambil membayangkan wajah pak Iwan saat dia mencapai puncak kepuasan. Aku tarik terus pelan-pelan sampai semuanya keluar dari anusku. Sekarang rasanya lorong anusku jadi lebih terbuka seperti menganga. Aku masukkan jariku, sleeepp... ternyata mudah sekali dan terasa longgar. Aku jadi ketagihan mencoba lagi. Kuulangi lagi dari awal sampai berulang kali. KY jelly yang kupake sudah hampir habis. Aku belum berani mencoba dildo. Besoknya aku ulangi lagi denganpelumas yang satunya lagi mereknya Durex. Makin terbiasa makin bisa kurasakan kenikmatannya. Keinginanku untuk memberikan surprise pada kekasihku pak Iwan semakin kuat menjelang kepulangannya. Dua hari sebelum dia pulang aku sudah berhasil mencoba dildo itu di anusku. Kubayangkan pak Iwan yang sedang menyetubuhi anusku, ohhh tak sadar aku melenguh keras sekali. Tangan kiriku mengocok vagina dan kelentitku, sambil membayangkan raut muka pak Iwan aku makin cepat memompa anusku dengan dildo. kubayangkan wajahnya saat hampir orgasme, dan ooooohhhhh vaginaku berdenyut-denyut, aku membayangkan pak Iwan orgasme bersamaan denganku dan menyemprotkan spermanya di anusku.
===========
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pak Iwan pulang ke Jakarta. Tiara dan mamanya menjemput di bandara. Aku kangen sekali, sewaktu dia datang bersama bu Nanda dan Tiara rasanya ingin memeluknya. Tapi aku sadar dengan posisiku. Aku tahan-tahan saja dan erusaha bersikap biasa. Apalagi aku masih sangat menghormati bu Nanda yang baik dan sopan dengan pembantu. Pak Iwan membawa oleh-oleh untuk istri dan anaknya. Aku pun juga mendapat oleh-oleh t-shirt. Pak Iwan kemudian mengajak kita semua makan malam di Mal.
Malamnya aku lagi-lagi tersiksa seperti malam sebelum pak Iwan berangkat ke Australia. Tak usah menempelkan telinga di dinding, aku bisa mendengar suara birahi mereka dari ruang tengah tempat aku menonton tv. Untungnya Tiara termasuk anak yang ”keblug” (bhs.Kebumen), kalo udah tidur susah bangunnya. Aku tidak bisa konsen menonton sinetron kesayanganku. Bu Nanda rupanya sudah teramat kangen, sehingga tidak peduli bahwa erangan dan jeritannya bisa terdengar dari ruang tengah. Akhirnya kumatikan tv dan masuk ke kamarku. Aku kunci kamar, dan kubuka semua pakaianku. Rasanya seperti gila menahan birahi seperti ini. Vaginaku basah, aku ga tau apa yang harus kulakukan. Aku buka jendela kamar, membiarkan udara malam masuk lewat terali. Aku coba menghirup napas dalam-dalam sambil melihat ke arah jendela-jendela dan balkon apartemen di seberang. Ada yang kelihatan menyala, barangkali mereka bisa melihatku telanjang. Aku ga perduli. Sentuhan angin yang masuk dan menyentuh kulitku justru membuatku merasa sensasi yang makin merangsang. Kedua putingku mengencang terkena angin dingin. Aku seperti kehilangan akal. Kuambil tube pelumas Durex dan dildo dari tumpukan pakaian di lemari. Kutempelkan badanku ke teralis jendela, biarkan siapa saja yang diseberang bisa melihat. Aku oleskan pelumas yang banyak ke anusku. Aku masukkan kepala dildo itu dari belakang. Jari tanganku yang satu lagi merogoh lubang vaginaku yang sudah becek. Oooohhh... aku tempelkan badanku kuat-kuat ke teralis
membayangkan Pak Iwan yang mendorong dan mendesakku dari belakang. Terus kusetubuhi anusku dengan tanganku sendiri, makin lama makin kuat dan makin cepat. Tangan kiriku merangsang kelentit dan vaginaku sendiri. Aku membayangkan disetubuhi dari belakang sambil berdiri. Payudaraku terasa dingin menempel di terali. Aku terus mengocok anus dan vaginaku sendiri. Waktu kubuka mata, aku lihat ada bapak-bapak di seberang sana sedang mengamatiku sambil merokok di balkonnya. Tangannya yang satu lagi terlihat menggosok-nggosk bagian tengah celananya. Herannya aku tidak takut dan berhenti. Malah memejamkan mata lagi dan meneruskan kocokanku kuat-kuat, makin cepat... sampai akhirnya.. agghhhhahhhh... aku orgasme dengan dildo masih tertanam di anus. Aku melorot ke bawah tidak sanggup berdiri lagi. Untuk beberapa saat aku sengaja tergeletak di lantai yang dingin.
”Pak Iwan.... aku kangen.... bisikku. Aku ambil kemeja lengan panjang pak Iwan yang masih tergantung di kamar setelah aku setrika.
Aku pelukkan lengannya di badanku, seolah dia sedang memelukku dari belakang.
Akhirnya aku tertidur dengan keadaan seperti itu.
..............................
Keesokan harinya segala sesuatu berjalan seperti biasa. Tapi siangnya pak Iwan WA ke hpku, ”Tin, aku belum bisa ”makan siang di rumah” ya, masih banyak yang harus dikerjakan nih pulang dari Australia
”
”Gpp pak” jawabku,” tapi pelumasnya udah hampir habis pak.”
”Hah!” dia kaget di WA, ” wah emangnya diapain Tin pelumasnya?” tanyanya pura-pura tidak tahu.
”Dipake buat belajar pak” jawabku sambil menambahkan lambang senyum
”Hmmmm aku makin sayang deh sama kamu Tin.”
Ya ampuuuun, WAnya yang terakhir itu membuatku melayang-layang rasanya.
Aku lalu memikirkan sebuah surprise untuk kekasihku yang ganteng itu.
Aku tersenyum-senyum sendiri membayangkan hal itu.
=====================
Akhirnya kesempatan untuk memberikan surprise itupun tiba.
Pak Iwan telpon ke hpku siang-siang,”Tin, tadi eyangnya Tiara setuju untuk jemput dan ngajak Tiara maen ke rumah Eyang. Kan udah lama ga ketemu cucunya. Kamu aku jemput di lobi jam 2 ya.”
”Ya pak.” jawabku sambil tersenyum, ”aku musti bawa apa pak?”
”Oh ya bawa aja semua peralatan yang kemaren kamu pake belajar.. he he he..”
”Iya pak,”
”Sampe ketemu ya sayang”
”Iya,,,”
(aku masih belum berani membalas menyebutnya dengan panggilan Sayang).
Jam 2 tepat aku memakai rok sedikit mini dan jaket putih. Di dalamnya aku pake kemben warna hitam tanpa BH.
”Kog pake jaket?” tanyanya waktu aku masuk ke mobil pak Iwan.
”Ntar lihat aja dalemnya” jawabku sambil tersenyum.
”Wah, ga sabar jadinya, musti ngebut nih.”
Pak Iwan benar-benar ngebut sampe aku sedikit takut dan berpegangan ke paha kirinya.
Tidak lama sampailah kami ke hotel transit C'One yang sudah jadi langganan. Kali ini pak Iwan menolak tawaran orang yang bicara di telpon untuk pesan makanan atau minuman. Dia bilang nanti saja akan telpon lagi kalo udahmau pesan.
Rupanya pak Iwan sudah benar-benar tidak sabar. Ditrubuknya aku hingga telentang di kasur lalu kami berciuman sambil dia menindihku.
Bibirnya menyedot-nyedot lidahku seolah seperti mau menariknya keluar, kami berciuman sangat lama dan penuh nafsu.
Tangan pak Iwan kemudian masuk ke dalam jaketku tapi kutahan.
Dia bengong melihat ke arahku. Aku tersenyum sambil mendorong badannya ke arah kursi di samping tempat tidur. Aku berdiri di depannya sambil memeluk wajahnya. Dia menengadah dan kini aku yang menciumnya. Biasanya aku yang pasrah menyambut ciuman pak Iwan, tapi kini aku yang menciumnya. Aku cium matanya yang terpejam sambil kubelai-belai rambutnya. Lalu aku tarik tangannya ke resleting jaket di bawah leherku. Sambil tersenyum dia menarik pelan-pelan ke bawah.”Waaaaahh, kamu seksi sekali Tin” setelah dia melihatku hanya berbalut kemben hitam tanpa BH.
Lalu aku berputar membelakanginya. Ia pun menarik resleting rok miniku ke bawah. Aku memakai celana G-string hitam yang dibelikannya. ”Wahhhh, ga kebayang kamu seseksi ini sayang.” diciuminya pantatku terasa geli.
Tangannya pun meraba selangkanganku dan menemukan cincin disitu.
”Loh, ini apa Tin?... Jadi dari tadi kamu....?” segera dia tahu apa yang ditemukannya.
Dipelorotnya celana dalamku dan melihat cincin dengan benang halus bergantung dari anusku.
”Ha ha ha.... kamu bener-bener belajar ya Tin.”
”Hi hi hi Ini hadiah pak,” jawabku, ”silakan tarik pelan-pelan”
Dia menarik kembenku melorot ke pinggang lalu mendorong punggungku ke depan, tanganku bertumpu di pinggir tempat tidur sambil membungkuk. Pantatku menghadap ke wajah pak Iwan yang sedang duduk di kursi. Dia mulai menarik bola-bola dari anusku pelan-pelan. Benar-benar perlahan. Setiap kali keluar satu, dia berhenti dan meremas-remas pantatku atau menciuminya. Sesekali sambil menarik bola dari anusku, tangannya yang lain menjangkau ke depan merangsang putingku.
”Ahhhhh,” aku hanya bisa mendesah menunggu tindakan dia selanjutnya. Entah berapa lama akhirnya keluar semua bola-bola itu dari anusku. Pak Iwan pun membuka tasnya.
Rupanya dia sudah membeli KY Jelly yang baru. Dioleskan ke jari tengahnya, lalu dimasukkan ke anusku yang masih menganga karena sudah lwbih dari setengah jam dijejali dengan bola-bola tadi. Jari pak Iwan kurasakan masuk tanpa kesulitan. Dia tambah lagi KY jelly, lalu dilumurinya cukup banyak ke mulut anusku. Rasanya enak waktu dia menggosok-gosok bibir anusku. Dia memberi tanda untuk posisi merangkak di kasur– doggy style- katanya.
”Ini saatnya” batinku sambil menggigit bibir bawah. Tapi lagi-lagi bukan pak Iwan kalo ga jagonya bersabar.
Sambil menciumi punggungku dia tanya, ”Tin, kamu tadi udah orgasme sendiri ga?”
”Engga, belum pak”
”Oh, kata teori yang aku baca, kamu musti orgasme dulu biar lebih rileks dan enak nantinya.”
”Wah, ilmu seks juga ada teorinya,” pikirku.
Lalu dia membalikkan badanku dan menciumi puting kanan dan kiriku. ”Ohhhhhhh” aku paling ga tahan dijilati puting kiriku. Sambil begitu tangannya tetap menggosok-gosok anusku. Lalu jilatannya pun turun kebawah, ke pusar lalu mendarat di vaginaku. Dijilatinya vagina dan kelentitku sambil mengocok anusku pelan-pelan dengan jarinya. Tangan kirinya merangsang putingku kanan dan kiri. Aku memejamkan mata menengadah,
”ahhhhh enak banggget paaaakkk..”
Tak berapa lama aku punmerasakan orgasmeku datang, ”Ooouggghhhh” vagina dan anusku mengejan-ngejan, terasa jari pak Iwan di dalamnya.
Lalu dia mencium bibirku sekali lagi, kemudian kakiku ditekuknya ke arah dadaku. Kini kurasakan kepala kontolnya menempel di anusku, sambil pak Iwan menyemprotkan lagi KY jelly ke lubang anusku dan kontolnya sendiri. Sambil meraba-raba kelentitku digesek-gesekkan kepala kontolnya ke lubang anusku. Lalu persis seperti saat memerawaniku dulu, didorongnya kepala kontol pelan-pelan melesak ke dalam. Aku merasakan ini tidak sama dengan bola atau dildo. Rasanya besar dan penuh.
Lalu pak Iwan bicara,” Ahhh, Tin. Sumpah aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Cuma kamu yang mau memberikan kenikmatan seperti ini. Baru masuk kepalanya aja rasanya udah luar biasa Tin.”
Aku memandanginya dengan tersenyum. Dia menunduk mencium bibirku lembut sekali. Aku benar-benar merasa diperlakukannya sebagai istri.
”Nanti kalo aku tambah masukkan lagi, kamu barengi ngeden kayak lagi kentut. Katanya akan lebih gampang.”
”Coba ya Tin, ” katanya sambil menekan lebih ke dalam. Benar juga kalo aku ngeden, liang anusku jadi lebih longgar untuk dimasuki. Setelah beberapa kali, kontol pak Iwan sepenuhnya berada di anusku. Dia menarik pelan, terasa sedikit panas, aku meringis. Pak Iwan berhenti. ”Jangan berhenti pak, gapapa.” sahutku,
Dia tarik lagi pelan, lalu mendorong kembali ke dalam. Tarik lagi pelan, dorong lagi.
Begitu terus sampai kami berdua sama-sama bisa merasakan dinding anusku sudah lebih rileks, ga tegang lagi. ”Sekarang gimana rasanya Tin?” sambil memompa anusku pelan.
”Sekarang udah terasa pak enaknya.”
”Beneran kamu bisa merasakan enak?”
”Ya pak, pedes sedikit tapi enak”
Lalu dia menciumi puting kiriku, pak Iwan sungguh tahu kelemahanku, kontolnya memompa anusku, kali ini lebih kuat dan lebih cepat. ”Aaaaghhh sayang” erangku sambil memeluk leher pak Iwan. ”Ohhh ya sayang, enak sekali rasanya...” bisik pak Iwan di kupingku, ”makasih ya sayang...”
”Iya pak, keluarin aja pak. Entotin yang kuat gapapa”
Tanpa ragu lagi dia pun memompa semakin cepat semakin kuat. Kakiku masih melipat dipindahkan ke bahunya. ”Ooooggghh" aku tengadah mulai kurasakan kenikmatan seks anal. Dia masih memompaku dengan kuat dan cepat. « Iya… pak, keluarin pak… »
Tiba-tiba dia berhenti. Terasa kontolnya setengah menggembung, dia menarik nafas panjang dan kurasakan kontolnya berkedut-kedut sedikit. Rupanya pak Iwan sedang menunda ejakulasinya.
Lalu kakiku diturunkan ke samping dan diputar sambil kontolnya masih tertanam di anusku. Kini aku tengkurap, pak Iwan menciumi leher dan punggungku rasanya merinding. Kakiku dirapatkannya, kedua kaki pak Iwan mengapit kakiku dan ia mulai memompa lagi anusku sambil menciumi telingaku. ”Oggghhh...pak Iwan.... enak pak!”
Aku menoleh ke belakang mencari lidahnya. Lidah kami bertautan saling menjilat dan menghisap. Sodokannya di anusku semakin kuat dan dalam.
Dan akhirnya kontolnya terasa menggembung di anusku, dia mengejang ” Aggghh aghhhh ahhhh...” teriakan pak Iwan di telingaku. Sperma pak Iwan akhirnya muncrat di dalam anusku. Kontolnya terasa berkedut-kedut di liang anusku, terasa seperti batang yang tegang dan keras sekali. Lalu lemaslah badannya ambruk di atasku sambil mencium bibirku mesraaa sekali. Aku tertindih ga bisa napas. Agak terengah-engah waktu dia melepaskan ciuman dan rebah di sampingku. Aku memiringkan badan menoleh ke arahnya. Dia tersenyum puas. Aku kecup keningnya Dia pun mengecup kening dan hidungku. Kami terdiam agak lama. Aku merasa puas sekali dalam hati karena bisa memuaskan keinginan pak Iwan. Memberikan apa yang ga pernah dia dapat, bahkan dari istrinya sendiri bu Nanda. Lalu dia menarikku ke dadanya.
”Hhhmm hhhhh...” aku memejamkan mata rebah di dada pak Iwan.
Dia juga merem sambil mengelus-elus rambutku. Kami pun menikmati kehangatan ini berdua. Sementara di anusku terasa ada yang mengalir keluar, sperma pak Iwan rupanya meleleh keluar dari anusku. Aku pun tidur di pelukannya. Benar-benar merasa bangga menjadi ”istri” yang bisa memuaskan ”suami”nya.
(bersambung)