Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Tinder

Siapa yang Keena pilih pada akhirnya?

  • Brandon

  • Om daniel

  • Om duda

  • Devan

  • Giandra

  • Keena Jomblo aja.


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Seep...
Idenya boleh juga...
Tinder....

Untung blomm pernah coba ini app..;)
 
Aduh ke post double. Yaudah lah ya happy reading!

Question of the day: pengen ada karakter cewek baru nggak? HAHAH
 
Terakhir diubah:
Happy reading guys!

3. Devanno

Sejak hari itu, aku dan Devanno sering bertukar pesan. Sudah dua minggu berlalu sejak perkenalan kami, dan sesibuk apapun baik aku maupun Devan selalu memberi kabar satu sama lain.

Rasanya aneh, entahlah. It feels like a million butterflies stay in my stomach. Dan yang membuatku bingung adalah... aku bahkan hanya mengenalnya di dunia maya. Belum tentu gambar yang di pasangnya itu adalah foto aslinya.

But still, masa bodo lah. Kami tak akan bertemu, bukan? Devan hanya sekedar teman ngobrolku disaat bosan, bukan? Tapi yang menyebalkannya, semakin aku meyakinkan diriku dengan kata kata itu, semakin kuat juga dewi batinku memberontak tak terima.

"Lunch, yuk." Aku menoleh dan melihat Brandon menepuk pelan pundakku, membuatku tersadar dari lamunan. Di belakang Brandon ada Arlyn, satu dari sekian banyaknya kekasih Brandon yang juga rekan sekantorku di divisi HR.

Ryan-Newman-Liza-Boone-Photoshoot-May-2016-05.jpg

Sharlyn Geovanni (23)

"Gue ganggu, nggak?" Balasku seraya tertawa, menggoda Arlyn yang sekarang menyembunyikan wajahnya di balik tubuh Brandon.

"Enggak lah, ngaco! Udah, yuk. Dari pada lo bengong sambil chat sama temen tinder lo itu." Sialan, Brandon membalasku telak. Membuat wajahku memanas sekarang. Dan aku menutupi nya dengan mengambil dompet dan ponselku lalu berjalan mendahului mereka yang masih terdiam di depanku.

"Udah ayo, katanya mau makan? Gimana, sih?" ucapku sebelum menekan tombol lift.

Ting!

Notifikasi ku kembali berbunyi, dengan segera ku lihat ponselku dan tersenyum saat melihat nama Devanno di aplikasi berlogo api merah itu.

Devanno: Happy lunch, Keena! Hari ini aku punya banyak appointment hingga mungkin aku nggak bisa makan siang tepat waktu. I hope you will have a good lunch.

"Devanno lagi?" Brandon bertanya setelah mengintip ponselku, aku mengangguk tanpa melihatnya. Dan entah mengapa... Brandon menghela napas panjang.

"Keena, gue boleh ngasih lo advice, nggak?" Aku bertanya tanya, tak biasanya Brandon bertanya sebelum berbicara. Kulihat Arlyn meremas lengan Brandon seperti ingin menahan apa yang ingin kekasihnya ucapkan.

"Boleh lah, Bran. Lagian, sejak kapan sih lo nanya sebelum ngomong kayak gini?" Kekehku berjalan keluar dari kotak besi yang membawa kami turun ke lantai dasar.

"Gue kenalin lo ke Tinder itu buat ngisi waktu luang, Keen. So, please... Dont expect too much on it," Brandon menatapku saat ia menahanku untuk berhenti melangkah. "Mayoritas orang orang yang gunain Tinder itu nyari partner have fun, have sex yang no string attached. Setelah ngewe, lo dan dia bakal tetap biasa aja atau bahkan putus kontak.

"Dan gue nggak mau lo sakit hati. Karena gue tau, lo nggak se-desperate itu. So, please... Jangan berharap apapun dari Tinder, okay?" ucapnya sambil menepuk pelan puncak kepalaku dan menarikku juga Arlyn menuju restoran cepat saji yang berada di sebelah gedung kantorku.

Jangan berharap apapun? Seriously, Brandon. Kenapa ia telat memperingatkanku? Ketika aku sudah menaruh sedikit harapan pada Devanno?

•••

Devanno: So, gimana hari mu?

Keena: Not bad. Gue cuma ngereview ulang presentasi yang mau di serahin ke bagian marketing besok. Lo sendiri?​

Setelah dua minggu bertukar pesan, aku baru mengetahui bahwa Devan hanya berbicara bahasa indonesia saat bersama dengan orang tua nya, karena itulah ia tak terbiasa mengucapkan bahasa non formal. Walaupun ia tak terganggu dengan orang lain yang berbicara non formal dengannya.

Aku sempat menawarkannya untuk berbicara dengan bahasa inggris, namun ia menolak dengan alasan 'rasanya seru, akhirnya aku bisa having conversation menggunakan bahasa negaraku sendiri'.

Devanno: Capek banget. Aku baru aja sampai rumah. Terus mami ku marah marah karena pulang jam segini dan belum makan pula.
Devanno: Rasanya kayak balik lagi ke SMA.

Keena: Hahaha, poor you.
Keena: emangnya lo masih lama stay di Jakarta? Kenapa nggak sewa apartemen aja?​

Devanno: masih rencana sih, beberapa minggu lalu aku juga lihat beberapa tipe apartemen di Kemvil. Minggu kemarin baru urus AJB nya. Mungkin minggu depan aku udah pindah kesana.
Devanno: wish i can be your neighborhood ; )

Aku tertawa saat membaca pesan terakhirnya lalu meletakkan ponselku untuk mengisi kembali cangkirku yang telah kosong.

Ting!

Ponselku kembali berbunyi saat aku kembali dari dapur. Dan saat membaca pesan itu aku merasa senang dan bimbang secara bersamaan.

Devanno: Keen, kenapa kita nggak pindah via whatsapp aja? Aku pikir disana lebih gampang, kan? I'd like to know you better, honestly.

Brandon... Apa aku boleh berharap lebih sekarang?

•••

Brandon terus menatapku dari balik pembatas kubikel kami. Ia terus menatapku tak percaya setelah aku menceritakan kelanjutan hubunganku dengan Devanno.

Bukan tak percaya, sebenarnya. Marah, marah karena aku dengan mudahnya memberikan informasi pribadiku pada orang asing yang bahkan kukenal tanpa bertatap muka.

"Please, deh. Lo sendiri pun sering ketemu sama match lo di tinder! Masa gue nggak boleh hanya sekedar tukeran kontak?!" Aku berucap dengan tajam. Tatapan Brandon sedikit melunak, lalu menghela napas panjang.

"Bukan itu masalahnya, Keen. Lo cewek. Dan gue khawatir lo bakal di apa apain sama dia. Lo bahkan nggak tahu siapa dia bukan?" Brandon mengucapkannya dengan lembut seakan ingin aku mengerti dengan kekhawatirannya.

"Buktinya, sekarang udah sebulan sejak gue kenal Devanno, and I'm still alright, kan?" ucapku tersenyum, lalu meletakkan tanganku di bahu Brandon. "You dont have to be worry, walaupun gue baru kenal sama dia, i know who he is, i know where he works and i know what i do right now.

"Lo mau tau dia, juga? Devanno itu GM di Royale hotel Singapore, itu loh... hotel punya keluarga Carter. Selain itu, dia sekarang tinggal di tower yang sama kayak lo. Udah ya, Bran. Jangan berpikiran jelek mulu sama orang." Aku melepaskan tanganku dari bahunya setelah melihat Brandon mendengarkan ucapanku, dan mengangguk pelan walau masih terlihat jelas bahwa ia khawatir dengan keputusanku.

"Tapi, janji sama gue lo harus cerita apapun sama gue kalo ada apa apa! I promised your parents, remember?" Aku tersenyum dan mengangguk, setelah itu aku pun berbalik dan mendorong kursiku kembali ke dalam mejaku.

Ting!

Devanno: Free tonight?

Aku tersenyum saat melihat pesan dari Devanno. Dengan cepat aku pun membalas pesannya, dan kali ini aku benar benar meletakkan ponselku dan mengabaikan balasan darinya selanjutnya.

Keena: nggak juga, why?​

Devanno: would you mind to meet me for a dinner at my place after work?

Keena: of course. Nanti gue kabarin lagi, ya.​

Aku ragu, apakah aku harus menceritakan hal ini pada Brandon?

Continue...
Next: Rabu, page 7

Xoxo,
Bbymoan.
 
ngobrol lewat chatting emang lebih terasa dihati ... hahaha
lanjut sis
 
Bimabet
Selamat hari rabu semua... Belum pindah page ya... Tunggu sampe page 7 dulu deh baru update:aduh::mancing:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd