Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY Tiga Bidadari dari Kampung Kandang Kebo ( comedy sex, no sara )

Bimabet
Wah perlu masang tenda nih, sepertinya seru tinggal di kampung kandang kebo
 
4. Inah Perawan Sange



"Emak, itu apa?"/ tanya Inah menunjuk burung Bapak yang panjang menggelantung walau dalam keadaan tidur, apa lagi kalau bangun. Emak selalu bilang saat Inah sedang mengintip, burung bapak panjang, gede dan keras ternyata cuma hoax. Burung bapak memang panjang tapi sepertinya lembek. Kalau diibaratkan seperti apa ya???? Bingung kalau harus membandingkannya. Yang jelas, benda itu berhasil menarik kesadaran Inah yang rela mengintip Kang Uju mandi hanha untuk membandingkannya dengan burung Bapak. Sayang, Inah tidak pernah melihat burung Kang Uju dalam keadaan tegang, beda dengan burung Bapak yang sedang tegang saat berduaan dengan Emak di kamar.

"Bapak, tutupin, nanti si Inah kepengen berabe, Emak bisa nggak kebagian !" seru Emak segera berdiri di depan bapak biar Inah tidak bisa melihat burung miliknya, tidak boleh ada yang memilikinya karena burung Bapak yang membuatnya rela hidup serba kekurangan. Hidup mereka begitu kekurangan sehingga Bapak dan Emak jarang pakai Celana Dalam karena harga Celana Dalam jauh melambung tinggi sehingga tidak terbeli, tapi Emak justru merasa bersyukur karena setiap kali pengen Emak tinggal mengangkat rok lalu nungging dan bapak hanya menurunkan celana pangsinya, maka Jadilah Inah dan adik adiknya.

"Ich, Inah nggak doyan burung peot...!" jawab Inah spontan mendengar gurauan Emak yang melampaui batas, tidak mungkin anak perawan cantik kebanggaan Emak dan Bapak nafsu lihat burung peot, biarpun dikasih juga Inah pasti akan menolaknya, lain kalau dipaksa. Karena menurut buku yang dibacanya, banyak gadis yang lebih suka dipaksa dari pada disuruh nyuci piring.

"Kamu belum ngerasain aja bilang gitu, burung Bapak yang bikin Emak rela hidup susah. Padahal kalau Emak mau, Juragan Karta si Bandar Kebo naksir berat ke Emak." jawab Emak melenggak lenggolkan tubuhnya yang ramping karena kurang makan, sampai sekarang Juragan Karta sering merayunya untuk bercerai dengan Bapak, Emak dijanjikan 10 kebo kalau mau bercerai dengan bapak. 10 kebo, dia pikir Emak tukang angon kebo.

"Sudah, kalian masih ngeributin burung Bapak, aduh Emak, burung Bapak masih sakit. Emak harus tanggung jawab nich." seru Bapak ngacrit ke dalam kamar sebelum dia diperkosa Inah yang berusaha melihat burung pusaka miliknya. Perselisihan ibu dan anak berhenti dengan sendirinya. Perhatian mereka tertuju ke Bapak yang berjalan cepat memegang celana pangsinya yang kedodoran sehingga pantatnya yang hitam terlihat oleh Inah, hmn apa yang membuat Emak tergila dengan Bapak kalau pantatnya sehitam itu? Inah hanya bisa menggeleng gelengkan kepala, bingung tujuh keliling.

Tanpa sadar, Inah tersenyum geli melihat Bapak lari terbirit birit masuk kamar berusaha menyembunyikan burungnya dari penglihatan Inah, padahal Inah sudah puas melihatnya. Dia memang tidak sempat mengintip ke dua orang tuanya berpacu dalam birahi, tapi dia merasa terhibur karena sudah melihat burung bapak tanpa terhalang oleh apapun. Inah berusaha membandingkan burung Bapak dan Kang Uju, milik siapa yang paling besar dan paling kuat.

"Inah, ngapain kamu senyum senyum terus? Jangan jangan kamu ngebayangin burung Bapak mu, kalau kamu sampe kepingin, Emak akan memecat kamu jadi anak Emak ?" seru Emak, dia tidak rela harus berbagi burung bapak walau dengan anak gadis kesayangannya. Tidak boleh, haram hukumnya.

"Emak, kalau ngomong jangan sembarangan, coba kalau Imah benar benar pengen burung Bapak? Emak bisa gigit jari, Bapak pasti milih Inah yang lobangnya masih sempit." jawab Inah jengkel, dia meninggalkan Emak yang melongo dengan jawaban Imah. Apa yang dikatakan Inah benar, kalau sampai suaminya tergoda lubang anaknya sendiri, dunia akan kiamat buatnya dan, ich masa anaknya sendiri akan jadi madunya. Amit amit jabang bayi, Emak meludah tujuh kali ke lantai dan bekas ludahnya disilang menjadi bentuk X, konon menurut kepercayaan yang beredar di kalangan masyarakat Kandang Kebo, hal itu bisa membuang sial. Entah benar atau tidak, Penulis pernah mencobanya di lantai rumah, alhasil penulis jena semprot dan dianggap jorok oleh Emak yang melihat kelakuan penulis.

"Iya, maaf. Amit amit jabang bayi. Paralum, paralun anak monyet mau lewat." Emak bergumam membaca semua mantra peninggalan nenek moyangnya agar semua perkataannya tidak menjadi kenyataan, dia terus mengulang mantra dan meludah ke lantai sebanyak tujuh kali, lalu kembali kakinya membuat tanda silang, seolah satu kali tidaklah cukup, bahkan dua kali masih kurang sehingga lantai rumah berubah warna menjadi kemerahan akibat ludah yang bercampur daun sirih yang sedang dikunyah Emak.

"Emak, jorok..!" gerutu Inah jengkel, dia pergi ke dapur meninggalkan Emak yang terus menerus membaca mantra dan meludah ke lantai, semoga Emak tidak menyuruhnya membersihkan lantai.

"Pak..!" tegur Inah ketika berpapasan dengan Bapak di dapur, matanya melihat celana pangsi Bapak yang sudah diganti dengan yang lebih layak. Setidaknya burung bapak bisa terlindung dengan baik, tidak jadi santapan mata sange Inah.

"Iya, ada apa?" jawab Bapak yang sudah bisa melupakan kejadian tadi sebagai sebuah kebetulan yang tidak direncanakan, anggap saja itu pelajaran anatomi tubuh pria sehingga Inah sudah tahu bentuk burung pria setelah menikah tadi.

"Nggak apa apa, Pak." jawab Inah tertawa geli membayangkan burung Bapak yang sangat dibanggakan Emak, Inah penasaran kenapa Emak begitu bangga dengan burung Bapak.

"Kamu aneh, ditanya kok malah nggak ada apa apa." jawab Bapak melengos, meninggalkan Inah sendiri di dapur.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Tidur sendiri ada enaknya dan ada nggak enaknya, Inah selama ini terbiasa berbagi kamar dengan adik perempuannya dan sekarang harus tidur sendiri karena adiknya diajak menginap di tempat ngajinya, begitu juga dengan ke dua adik laki lakinya yang lain. Alhasil malam ini di rumah hanya ada empat orang, ke dua orang tuanya, Inah dan adiknya yang masih berusia dua tahun.

Kita bicara tentang tidak enaknya dulu, biar yang baca nggak berpikir macam macam. Nggak enak, karena biasanya Inah selalu berebutan selimut semata wayang yang sudah tidak jelas warnanya, dan pada saat itulah Inah bisa menunjukkan egonya sebagai kakak tertua yang bisa mendominasi selimut semata wayang, sementara adiknya harus rela menggunakan sprei yang sudah mulai sobek sebagai selimut penghangat waktu dingin. Dan sekarang, tidak ada yang bisa diajaknya berebut selimut semata wayang, sehingga selimut itu bukan lagi jadi barang berharga yang harus didapatkan dengan susah payah seperti yang seharusnya terjadi.

Enaknya tidur sendiri, Inah bisa bebas menguasai semua bagian ranjang yang selalu berbunyi saat dia menggerakkan tubuhnya. Bahkan Inah sudah mempersiapkan rencana besar dengan terong yang diambilnya dari kebon tetangga. Rencana yang hanya dia sendiri yang tahu, bahkan dua sahabatnya Icoh dan Atin tidak diberitahu. Inah tersenyum, mengambil terong berwarna ungu dari dalam tasnya, terong yang dipegangnya berkilau dan licin.

Konon, bentuk terong hampir menyerupai bentuk alat kelamin pria. Ah, itu hanya hoax yang disebarkan secara tidak bertanggung jawab dan tidak diketahui dari mana asal usulnya. Apa lagi Inah sudah tahu bentuk alat kelamin pria, sama sekali tidak mirip dengan terong yang sedang dipegangnya.

"Aa buruan, Ijem sudah nggak tahan...!" seru Emak membuat Inah melemparkan terong yang sedang dielusnya hingga jatuh ke kolong lemari butut yang masih tetap berusaha berdiri walau bagian sisinya harus ditunjang oleh sebuah kayu balok yang dipaku asal asalan, Inah menyesali perbuatannya yang sudah mencampakkan terong ungu sebelum terong tersebut menunaikan tugasnya.

"Jangan sekarang, Jem. Si Inah belum tidur..!" kata Bapak berusaha menolak kemauan Emak, urusannya berabe kalau Inah mengintip.

"Nungguin Inah tidur, Ijem keburu ngantuk. Jam 3 pagi Ijem sudah bangun, Aa enak bisa bangun jam 5." protes Emak membuat jantung Inah dag dig dug, suaranya menggema di telinga nya yang bergerak gerak lucu. Ini saat yang selalu ditunggu, ternyata ketidak hadiran adik adiknya membawa berkah tersendiri. Kehilangan sebuah terong akan segera tergantikan oleh live show yang selalu dinantikannya.

"Nanti kalau Inah ngintip, bagaiman?" tanya Bapak masih tetap tidak setuju dengan ajakan Emak, ada Inah yang kelakuannya beberapa hari ini terlihat aneh dan mencurigakan. Bapak pernah melihat Inah mengintip kambing yang dititipkan kepadanya sedang kawin, lebih gila Inah seperti memaksa kambing itu kawin padahal belum masuk masa birahi.

Bapak kembali teringat dengan kejadian seminggu yang lalu :

"Embek, embek, embek..!" Teriakan memilukan terdengar nyaring dari kandang Kambing Bapak, sebenarnya itu bukan kambing Bapak, bapak cuma mendapat amanah dari yang punya kambing untuk diurus. Tapi Bapak selalu mengatakan, ini Kambing Bapak dengan perasaan bangga ke setiap orang yang mengangguk tidak percaya.

Dengan langkah tergesa gesa Bapak berjalan ke arah kandang kambing, tangannya memegang sebuah ranting kering sebesar ibu jari yang akan digunakannya sebagai senjata untuk melindungi kambing kambing kesayangannya.

Semakin dekat ke kandang, suara kambing yang meminta tolong semakin terdengar keras. Bapak melihat ranting yang dipegangnya dengan wajah pucat. Dia salah mengambil senjata, niat hati mengambil golok yang tergeletak bersebelahan dengan ranting. Rasa gugup membuatnya mengambil ranting kering yang sangat mudah dipatahkan, ingin kembali waktunya tidak cukup.

"Bego siah, disuruh ewean nggak mau..!" gerutu seorang wanita yang sangat dikenal Bapak, perlahan Bapak mendekatinya dan matanya nyaris lepas dari tempatnya melihat Inah memaki maki kambing jantan kesayangannya.

"Yaa Allah, kenapa anakku jadi kesurupan kuntilanak? Apa dia sudah waktunya dikawinkan dengan pemuda bermasa depan cerah di Kampung Kandang Kebo? Ya, sepertinya itu harus dilakukan secepatnya sebelum Inah hamil oleh si Jalu kambimg jantan kesayangannya.


"Biarin aja, biar bisa belajar caranya bikin anak. Jadi nggak bingung kalau rencana kita menjodohkannya dengan anak Haji Ugan, si Ajo berhasil." jawab Emak membuat Inah melotot kaget, si Ajo anak Haji Ugan yang punya hobi ngadu jangkrik dengan adik adiknya yang masih kecil membuat Inah melotot ngeri.

"Inah nggak mau, Mak..!" seru Inah protes, cita citanya akan kandas kalau jadi istri Ajo. Cita cita mulia yang selama ini dirahasiakan dari semua orang, jadi istri muda Kang Uju cowok paling ganteng di Kandang Kebo.

"Euleuh kamu dijodohin sama anak orang paling kaya nggak mau, emangnya kamu mau Emak jodohin sama Si Atin tukang angon kebo?" tanya Emak menohok harga diri Inah.

"Pokoknya Inah nggak mau nikah dengan Kang Ajo si tukang adu jangkrik, masa cewek seimut dan secantik Inah harus menikah dengan tukang adu jangkrik? Bisa nurunin derajat keluarga, nanti orang pada ngomong. Itu Inah cewek cantik dan imut cucu Aki Japi nikah sama jawara adu jangkrik, emang Emak nggak malu?" gerutu Inah, dia lebih suka jadi istri Kang Uju dan dikirim jadi TKW demi Cinta.

"Dari pada kamu sampai hamil oleh si Jalu, itu lebih memalukan.!"/seru Bapak membuat Inah bungkam seribu bahasa.

"Eta si Bapak, nggak mungkin si Jalu bisa menghamili Inah. Aya aya wae, si Bapak...!" seru Emak diakhiri tawa geli membayangkan anak yang akan dilahirkan Inah kalau hamil oleh si Jalu, wajahnya akan sangat mirip dengan Jalu kambing kesayangan bapak.

"Bapak pernah lihat, Inah maksa Jalu kawin sama si kapas padahal belum birahi!" seru bapak tidak mau kalah.

"Bapakkkkk...!" teriak Inah jengkel dan malu, kelakuannya ternyata dipergoki oleh Bapak.

°°°°°°°°°°°

Sementara itu di rumah Atin, bibirnya langsung cemberut melihat Kakak tertuanya Titin sedang duduk di ruang keluarga. Hm, pasti habis berantem dengan suaminya gara gara belum hamil setelah menikah dua tahun. Apa susahnya hamil, mungkin mereka nggak niat punya anak sehingga sampai sekarang belum hamil. Atin yakin, dan sudah membuktikannya sendiri.

Atin ingat kejadian beberapa bulan yang lalu, saat dia sukses membantu Bapak mengawinkan Kambing jantan dengan kambing betina, cukup sekali dan tidak perlu waktu lama kini kambing betina Bapak sudah mendekati waktu kelahiran. Atin sudah tidak sabar ingin melihat anak kambing yang akan lahir karena jasa jasanya itu.

"Berantem lagi, Teh?" tanya Atin sok tahu, sok yakin tembakannya tepat dan malam ini terpaksa dia harus berbagi ranjang dengan Titin.

"Sok tahu...!" jawab Titin ketus, dugaan Atin memang tepat. Hampir setiap hari yang jadi masalah, kenapa dia belum hamil? Gimana mau hamil, memeknya aja jarang dipake. Kang Idoy lebih asik dengan ayam bangkok kesayangannya, pertama kali bangun tidur yang pertama kali dimandikan adalah ayam bangkok, sedangkan Kang Idoy kadang kala tidak mandi. Alasannya simple kenapa dia tidak mandi, karena airnya habis dipakai buat mandiin ayam bangkok kesayangannya.

"Teteh mau nginep, apa nunggu dijemput?" tanya Atin berharap, Kang Idoy datang menjemput Titin. Ranjangnya akan menjadi sempit Kalau Titin tidur di ranjangnya.

"Nginep, lagi pula kamarmu kan bekas kamar Teteh. Coba kalau Teteh nggak nikah, kamu masih tidur di bale." jawab Titin santai, dia menunjuk bale di pojok ruang keluarga, bale yang menjadi ranjang Atin karena tidak pernah mau tidur berdua dengan Titin.

"Iya !" jawab Atin ketus, dia terpaksa harus bersedia berbagi kamar dengan Titin.

"Kenapa kalian selalu saja ribut, sampai kapan?" tanya Emak mengakhiri perselisihan.

Tanpa banyak bicara, Atin meninggalkan ruang keluarga, masuk ke dalam kamar. Dia harus menempati posisinya di ranjang, sebelum Titin masuk dan merebut tempat ternyaman di ranjang, tempat paling favorit yang harus terjaga dengan taruhan jiwa dan raga.

Atin merebahkan tubuhnya dengan perasaan lega, senyumnya mengembang berhasil menempati posisi favorite di ranjang yang menurutnya sangatlah nyaman. Nafasnya semakin teratur seiring jiwanya yang terlelap di alam mimpi, sehingga dia tidak menyadari Titin masuk menyusulnya ke dalam kamar.

"Dasar pelor, nempel langsung molor." samar samar suara Titin menghiasi mimpi Atin.

"Suara apa, itu?" gumam Atin, matanya terbuka pelan memperhatikan sekelilingnya yang nyaris gelap, hanya ada lampu minyak jarak terbuat dari toples kecil yang digantung sehingga. Ke mana Titin, kenapa dia tidak ada di kamar bukankah dia tidur di sampingnya semalam.

"Kang, terusssss... Ochhh ahhhh ennnakkk dieweeee kontol kamu...!" deg, jantung Atin hampir copot mendengar suara yang terdengar jelas di malam sunyi, bukankah itu suara Titin? Aneh, kenapa Titin ada di luar kamar, dengan siapa?

Perlahan lahan Atin berjalan ke jendela kamar yang agak terbuka sedikit, sepertinya Titin ke luar dari jendela, Atin melongok ke luar dan matanya melotot tidak percaya melihat Titin sedang menungging berpegangan pada pohon sementara di belakangnya Kang Uju menggerakkan pinggulnya maju mundur sambil memegang pinggang Titin.

"Ochhhh, terussss sodok sampe mentok...!" Titin bergerak ke belakang berbarengan dengan hentakan Kang Uju menyodok lobang yang bukan miliknya, pencuri lihai yang pandai memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, dan memang seperti itu kenyataannya. Lobang kelamin Titin memang sempit dan menjepit, tidak kalah dengan jebakan tikus yang sering ditaruh di dapur. Walau perumpamaan itu tidak mempunyai kemiripan, jebakan tikus memang menggugah selerah tikus yang melihat makanan di dalamnya. Kalau lobang kelamin Titin sudah jelas lebih mengundang selera, sekali alat kelamin pria masuk, akan bikin kita merem melek keenakan, bahkan rasa daging rendang kalah jauh.

"Teh Titin, Kang Uju !" seru Atin dalam hati, apa yang dilakukan dua insan berlainan jenis di bawah pohon tangkil di malam sunyi seperti ini? Yang jelas Atin melihat baju daster Titik terangkat hingga pinggang dan celana Kang Uju melorot hingga betisnya.

"Ahhhhh, Titin kelllluar lagiiii Kang, buruan keluarin Kang, nanti si Atin ngintip.. Ampunnn Kang, ennnnak....!" seru Titin membuat Atin tersinggung karena menuduhnya ngintip.

"Atin nggak ngintip, Teh. !" seru Atin jengkel membuat Titin dan Kang Uju menoleh ke arahnya dengan wajah pucat.

Bersambung
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gokil updatenya, bukan bikin ngaceng malah bikin ngakak
 
Atin gak ngintip teh, si penulis mesum ini aja yang buat jadi gini...
Hehehe.. Emang salah kang penulisnya kan?
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd