Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tidak Ada yang Kebetulan (Sebuah Kisah Nyata)

Kini aku berada diatas perutnya. Tangan kita saling kepal. Aku cumbu dia,... Bergumul. Air liur yang bertukar, desahan yang keluar, membuat kita terhanyut semakin dalam.

---------


Dalam dan semakin dalam,...
Bibirku perlahan mengecup pipinya yang tirus, kemudian bergeser ke daun telingnya dan ke daun telinga belakang. Teh Desi menggelinjang liar. Dia meremas pahaku.
"Gila kamu, A,... Sungguh gila." lirih Teh Desi.
Ku abaikan suara lirih, Teh Desi. Cumbuanku semakin liar. Bak pengelana yang haus dipadang tandus.
Kini bibirku mulai mengecup lembut tengkuknya setelah sebelumnya ku sibakan rambut halus yang menutup tengkuk mulus itu.
Lidahku liar menjilat tengkuk kemudian turun ke punggung yang begitu mulus sempurna bak buah bengkuang yang usai dikupas.

"Jangan tinggalkan aku ya, A. Teteh butuh cumbuan Aa," ujarnya yang nyaris tak terdengar.
"Akan ku tunaikan tugas negara ini dengan baik." bisiku ke daun telinganya.

Aaauuu,.... Teh Desi semakin nakal. Semula tangannya meremas dadaku kini sudah masuk meraba selangkanganku.
Perlahan namun penuh irama, telapak tangannya mulai meraba lembut penisku yang masih mengenakan celana dalam.
Lembut, sangat lembut Teh Desi meraba penisku yang sudah berdiri sempurna bak Tugu Monas yang kokoh berdiri menjulang.

Dengan penuh penghayatan Teh Desi mengelus penisku mulai dari bawah beranjak naik keatas.
Teh Desi hendak tunduk untuk mengulum 'jagoanku' namun aku memberikan isyarat dengan menggelengkan kepala agar jangan dulu diemutnya.
Aku masih menikmati kemolekan tubuhnya walau seribu purnama berganti, aku takan bosan untuk menatapnya.

"Suatu saat kelak, seusai aku menikmati gravitasi di atas tubuhmu, maukah teteh mengenang buah apel yang jatuh ke bumi?" bisiku.
Ia hanya tersenyum genit yang terbungkus penuh manja.

"Jangan tinggalkan aku, apalagi dibumi ini," ucap Teh Desi yang tangannya masih mengelus penisku.
"Akan kujaga dirimu seperti guci Cina yang rawan pecah.' sahutku yang mulai mengelus payudaranya.

Perlahan kubenam wajahku di antara belahan dadanya, lirih suaranya seirama laju kereta senja di terowongan gairah.
Seperti kemaluan, cinta tumbuh perlahan; pemberian rangsangan yang akhirnya berdiri kokoh pada puncak kenikmatan.
Ku kayuh nafsu menyusuri tubuhya, kurendam gairah dalam pelukannya, sesaat terdengar erangan menggebu.
Rebah, basah, terengah dalam balutan desah.

Mulustrasi


***
Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd