Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG THE MORO : Si Anak Terkutuk

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Monggo di update suhu,ni udh masuk waktu malam jumat..
 
Update 10

Sesampainya aku dirumah, seperti biasa suasana terasa sepi. Tak ada suara seorangpun, karena hanya keluarga Kwehni yang tinggal disekitar sini dan sepertinya Rio masih tidur dikamarnya. Samar terdengar cekikikan, geraman maupun suara-suara lain dari para hantu yang sedang beraktivitas. Yang terdengar jelas hanya suara serangga kecil seperti jangkrik dan hewan nokturnal lainya.

Udara menjelang pagi disini sangat dingin, karna memang lokasinya yang berada didaerah perbukitan. Sambil menunggu pagi, aku memilih duduk diatas tembok setinggi setengah meter diteras rumah. Dari arah gerbang kulihat sesosok hantu menju kearahku, sempat ku kira kalau itu Tomi. Namun semakin dekat, semakin jelas itu bukan Tomi.

" permisi, numpang tanya... " ujarnya menyapaku sambil tersenyum, senyuman yang jauh dari kata manis malah cenderung menyeramkan.

" iyah... mau nanya apa? " jawabku ramah.

" aku kesini mencari Tomi, apa Tominya ada? " tanyanya terlihat sopan.

" biasanya sihh jam segini dia belum pulang, tapi coba kau lihat di aula belakang rumah ini. Kamu bisa kesana dengan melewati pinggir rumah " jawabku, menunjukan tempat tinggal para hantu.

" oh makasih kalo begitu, biar aku lihat sendiri kesanah " ucapnya tersenyum seram.

" iyah silahkan.. " jawabku tak lupa tersenyum. Senang rasanya kalo bertemu dengan hantu yang sopan, walaupun wajah mereka memang menakutkan.

Kemudian dia beranjak pergi menuju aula di halaman belakang, melewati jalan yang aku tunjukan tadi. Disaat bersamaan muncul Faruk berjalan didepanku, sambil sesekali menguap dia tanpa permisi berjalan melewatiku.
" stopp... Tunggu dulu... " teriaku, membuat Faruk dan sipocong yang belum pergi jauh melirik kearahku. Terlihat raut kebingungan diwajah mereka.

" apa aku salah jalan...? " tanya si pocong bingung.

" tidak.. Kau tidak salah jalan, tapi kucing ini baru saja dari aula. Lebih baik kita tanya dia dulu " jawabku.

" hmm gitu yah " ujarnya, sepertinya mengerti dengan ucapanku. Dia kembali melompat-lompat kearahku.

" Faruk.. apa kau lihat Tomi di aula belakang..? " tanyaku pada Faruk.

" tidak ada siapa-siapa di sana, barusan saat aku bangun tidur disana sudah sepi tak ada siapapun. Karena aku merasa takut sendirian, makanya aku pergi kesini " jawab Faruk.

" kau memang takut dengan apa? " tanyaku pada Faruk.
" apa kau takut hantu? kau sendiri kan hantu " lanjutku bingung akan tingkahnya.

" ahh... pokoknya aku takut.. " ujar Faruk.
" hoammm... sudah, aku mau tidur lagi. Lumayan masih ada waktu sebentar lagi " lanjut Faruk sambil sesekali menguap. Kemudian dia memanjat keatas pohon, lalu tidur di dahanya.

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Faruk yang tidak pernah berubah.
" sepertinya Tomi masih belum pulang " ucapku pada si pocong.

" apakah masih lama pulangnya? " tanya si pocong.

" biasanya bentar lagi juga pulang " ujarku.
" kau tunggu saja, silahkan kalo mau duduk.. " lanjutku menawarkan si pocong untuk duduk disampingku.

" iyah makasih.. " ujar si pocong, ku balas dengan anggukan kepala. Kemudian si pocong duduk disebelahku.
" shhttthsh shhtjhhs jsjjskd, sjsdda sssmsm ssghhjt " si pocong bergumam sendiri namun tak jelas apa yang dia ucapkan.

Cukup lama dia bergumam sendiri seperti itu, sampai akhirnya aku memberanikan diri berbicara kepadanya.
" oh iyah.. kalo boleh tau, nama kamu siapa yah? " tanyaku pada si pocong.

Si pocong menoleh kearahku...
" namaku, Ivan Stalinkotnov " jawab si pocong, menyebutkan namanya.

" wihhh... namanya kaya orang Rusia yah. apa kamu ada turunan dari rusia atau yang lainya? " ujarku penasaran dengan nama uniknya.

" hahahahaha... " si pocong tertawa.
" aku gak ada turunan dari Rusia, aku asli dari indonesia " lanjut si pocong.

" terus kenapa namanya Stalinkotnov mirip orang Rusia gitu.. " tanyaku masih penasaran dengan namanya.

" ok aku kasih tau... " ucap si pocong.
" arti dari Stalinkotnov itu adalah berasal dari kata Sta yang berarti Stasion, Lin yang berarti Lintas dan Kot yang berarti kota. Itu menunjukan tempat aku lahir yaitu di Stasion Lintas Kota " lanjut si pocong menjelaskan arti dari namanya.

" wah.. begitu yah.. unik namanya hehe " ujarku tersenyum mendengar penjelasan si pocong.
" eh kan Stalinkotnov, terus itu Nov artinya apa? " tanyaku kembali belum puas dengan jawabanya.

" oh... kalo Nov artinya November, itu bulan kelahiranku " jawab si pocong.

" hmm bagus namanya hehe " ucapku.
" oh iyah, namaku Hiro Kwehni.. " lanjutku memperkenalkan diri.

" aku sudah tau kok, Tomi sering bercerita tentangmu dan keadan disini " ucap sipocong.

" oh begitu yah... " ujarku.
" aku permisi dulu yah mau masuk dulu kedalam rumah " lanjutku.

" oh iyah silahkan... " jawabnya mengangguk sambil tersenyum seram.

Kemudian aku masuk kedalam rumah, berjalan menuju arah dapur untuk memasak air panas. Air yang sudah matang aku campur dengan susu kental manis, nikmat rasanya di pagi hari yang dingin minum segelas air susu hangat. Sesaat aku melamun sendiri di dapur, teringat kembali dengan Hani. Rasanya aku ingin sekali cepat bertemu denganya, memastikan bagaimana keadaanya saat ini.

Kulihat jam sudah menunjukan pukul lima pagi. Aku lalu menuju kamar Rio untuk membangunkanya. Tak banyak percakapan yang terjadi saat aku membangunkan Rio, karena aku sedang malas berbicara. Yang aku ingin saat ini hanya kabar tentang Hani.

Setelah membangunkan Rio, aku menuju kamarku lalu masuk kedalam kamar mandi. Selesai mandi aku dan berpakaian seragam, aku kembali melamun memikirkan Hani.
" tok... tok... tok... " terdengar suara pintu kamarku diketuk.
" kak... Kaka gak bikin sarapan? " tanya Rio dari luar kamar.

" tidak.. kau masak saja mie instan, didapur masih banyak " jawabku.

" iya baik kak.. apa kaka mau aku bikinin juga? " tanya Rio lagi.

" ngga usah, aku sedang malas makan " jawabku.
tak terdengar lagi suara Rio diluar kamar, sepertinya dia sudah pergi ke dapur.

Pukul enam aku berangkat sekolah bersama Rio, aku tidak banyak bicara denganya. Rasanya pikiranku saat ini berada ditempat lain.
" apa kabar kamu, sayang? " tanyaku dalam hati.

Sesampainya dikelas, kulihat bangku yang biasa ditempati Hani masih terlihat kosong. sedikit terbayang tawa dan candanya disana. aku lalu duduk dibangku ku, jelas ada yang lain suasana kelas hari ini. Tanpa Hani disampingku.
" kau seperti tak semangat hari ini " tanya seorang hantu wanita yang tiba-tiba sudah muncul disampingku.

" ah tidak, aku biasa saja " jawabku.

" eh pacarmu kemana? biasanya dia selalu datang paling pagi. Dia selalu membersihkan mejamu setiap pagi " ucapnya.

" pantas mejaku selalu terlihat sangat bersih sejak duduk bersamanya " ujarku dalam hati.

" hihihi... biasanya kan mejamu selalu kotor tak pernah dibersihkan " ucapnya meledeku.

" hmmm sialan dia meledeku " ucapku dalam hati, sambil melirik tajam kearahnya.

" hhe jangan marah dong ganteng " ujarnya membuatku merinding.
" oh iyah, kau belum jawab kemana pacarmu tidak sekolah " tanyanya lagi.

" hmm dia sedang sakit.. " jawabku dingin.

" sakit apa? " tanyanya lagi menyelidik.

" pokoknya sakit..! Udah ah aku sedang malas bicara " jawabku.
aku lalu menyandarkan kepalaku diatas meja, dengan kedua tanganku menjadi bantalanya.

" hey... Hiro... " ucapnya memanggil.
tak kujawab panggilanya, dia tak juga mengerti kalo aku sedang malas bicara.
" Hiro... kamu tidur? " tanyanya lagi, membuatku menjadi kesal.

aku berbalik, sambil memarahinya..
" ganggu aja dasar sett.. " saat aku berbalik ternyata itu Mita, tak kuteruskan ucapanku.

" eh maaf aku ganggu yah " ucap Mita minta maaf, diwajahnya terlihat rasa bersalah atau mungkin rasa takut.

" ehhh engga kok, ada apa Mit? " ujarku sedikit salah tingkah, hampir saja aku tadi berkata buruk padanya.

" hihihihihi... " ku lihat si hantu tadi tertawa mengejeku, membuatku semakin kesal padanya.

" hmm kamu gapapa kan? " ucap Mita berbalik bertanya.
" aku lihat tadi kamu seperti bicara sendiri " lanjutnya.

" engga kok, gapapa " jawabku.
" eh gimana, kamu udah ada kabar kondisi Hani ? " lanjutku bertanya pada Mita kabar Hani.

Wajahnya terlihat sedikit sedih...
" aku belum tau kondisi Hani gimana, tapi kemarin sore Sinta langsung pergi kerumah Hani " jawab Mita.
 
" jadi belum ada kabar yah... " ucapku sedikit kecewa mendengar jawaban Mita.

" bukan cuma kamu yang ingin tau kabar Hani, kami juga khawatir sama Hani. Semoga dia cepat sehat dan bisa kembali bersama kita " ucap Mita.

" yah.. kalo ada kabar dari Hani, jangan lupa kasih tau aku " ujarku pada Mita.

" iya... tentu saja Hiro.. " jawab Mita.

" tettttt............... " terdengar suara bell berbunyi. biasanya tiap hari senin diwajibkan melaksanakan upacara pengibaran bendera. Di sekolahku, pengibaran bendera dilaksanakan tiap hari senin pekan ke satu sampai pekan ke tiga. pekan pertama biasanya murid kelas tiga yang menjadi petugas upacara, pekan kedua kelas dua yang bertugas dan pekan ke tiga murid kelas satu yang bertugas. Sementara pada hari senin pekan ke empat tidak dilaksanakan upacara tapi diganti dengan bimbingan wali kelas masing-masing. Sekarang adalah hari Senin pekan ke empat, jadi tidak dilaksanakan upacara pengibaran bendera.

Tak berselang lama, wali kelasku yang bernama pak Umar masuk kedalam kelas. Pak Umar berperawakan tidak terlalu tinggi malah terkesan melebar kesamping. Selain menjadi guru, pak Umar juga mempunya profesi sampingan yaitu sebagai pemain organ tunggal khusus lagu dangdut. Baginya dangdut adalah belahan jiwa, dia pernah berkata kalau ga nyanyi lagu dangdut sehari aja, badanya bisa gatal-gatal. Pokoknya dia legend banget didunia perdangdutan dikota ini.

Pak Umar mulai berbicara Memberikan arahan-arahan agar kelas ini tetap kondusif dan nyaman. Dia juga sempat menanyakan keberadaan Hani yang tidak masuk sekolah, Mita menjawab serta menjelaskan kenapa Hani tidak masuk sekolah. Terlihat rasa khawatir di mata pak Umar serta murid-murid cowok lain yang mungkin punya rasa pada Hani. Sebelum pergi meninggalkan kelas, pak Umar tak lupa mempromosikan organ tunggalnya untuk acara-acara dangdutan maupun hajat pernikahan.

Sekolah hari ini sungguh tak semangat, aku masih sangat khawatir dengan keadaan Hani. Bahkan pada saat jam istirahat, aku memutuskan untuk pergi meninggalkan sekolah. Aku pergi menuju tempat yang biasanya menjadi tempatku menyendiri, sudah lama aku tidak kesini semenjak aku dengan Hani, terakhir aku kesini saat bersama Mey beberapa hari yang lalu.

Ditempat ini aku hanya bisa melamun, berkhayal tentang bagaimana kedepanya kehidupanku. Kadang aku merasa gelisah, entah apa yang akan terjadi kedepanya. Mungkin fokusku saat ini hanya tentang Hani dan hanya Hani.

Ketika senja mulai dibalut langit jingga, aku memutuskan untuk pulang kerumah. Tepat pukul enam aku sampai dirumah, ku lihat Rio sedang asik menonton Tv.

" kak baru pulang? " tanya Rio saat melihat kedatanganku.

" iyah Rio... " jawabku.
" boleh ga kaka minta tolong " lanjutku padanya.

" minta tolong apa ka? " tanya Rio penasaran, kini dia sudah bangun dari sopa yang tadi didudukinya.

" tolong panggilin Faruk, Laras sama Tomi.. bilangin tungguin di depan rumah, kaka pengen bicara sama mereka. Bilangin sekarang, takut mereka keburu pergi " ujarku pada Rio.
" kecuali Faruk, dia pasti tidak kemana-kemana " gumamku dalam hati.

" baik ka.. Aku bilang sekarang sama mereka " ucap Rio, dia langsung pergi menuju halaman belakang.
Sementara aku langsung menuju kamar dan lalu ke kamar mandi. Tak lama aku mandi dan berpakaian kembali. Kemudian aku keluar kamar menuju teras depan rumah, kulihat Rio, Faruk, Laras serta Tomi disana.

" Rio.. kau masuk dulu kedalam, ada yang mau aku bicarakan dengan mereka " pintaku pada Rio, dia seperti kebingungan mendengar ucapanku.

" emang aku ga boleh tau yah kak apa yang kalian bicarakan " ujar Rio, seperti tidak suka dengan ucapanku.

" kau belum saatnya tau... " jawabku dingin.

" ehmm... Baiklah... " ujarnya kecewa, kemudian masuk kedalam rumah.

" ada apa sebenarnya Hiro ? " tiba-tiba Laras bertanya.

" hmm jadi begini, kalian masih ingat kan dengan penyerangan beberapa ular kemarin. Nah.. Kemarin aku berbicara dengan paman Sukma, kami memiliki pemikiran yang sama tentang kemungkinan mereka melakukan penyerangan lagi dengan jumlah yang jauh lebih besar " ujarku pada mereka.

" hmm sebenarnya kami pun berfikir hal yang sama Hiro " ucap Laras.

" cepat atau lambat, entah malam ini, besok atau lusa. Mereka pasti akan kembali lagi " kali ini Tomi yang berkata.

" hoamm... " ditengah obrolan kami, tiba-tiba Faruk menguap.
" jadi apa yang harus kita lakukan? " lanjut Faruk bertanya.

" aku ingin, kalian beraktivitas disekitar pohon Mulyo, jika terlihat ada kedatangan dari ular-ular itu. Segeralah kembali kesini dan beritahu aku " jawabku atas pertanyaan Faruk.

" hoamm... Itu terdengar sedikit merepotkan.. " ujar Faruk.

" bukankah sudah pasti ada anggota keluarga Kurent yang siap berjaga disana " ujar Tomi.

" kita mengantisipasi saja, jikalau keluarga Kurent tidak mampu menangani mereka " jawabku.

" hihihihi... " cekikikan seram Laras.
" aku mengeri Hiro " ucap Laras.

" baik kalo begitu, kami berangkat sekarang " ucap Tomi.

" berhati-hati lah kalian " ucapku pada mereka, yang mulai meninggalkanku.

" hoammm... " terdengar Faruk menguap.

Sepeninggal mereka, aku memilih duduk di teras rumah. Kupandangi langit malam ini, langit yang terlihat mendung dan gelap. Tak terlihat satupun bintang maupun bulan malam ini. Semilir angin mulai bertiup membawa udara dingin disekitar sini.

" lebih baik aku mulai bersiap " ujarku dalam hati.
Aku lantas masuk kedalam rumah, tak terlihat Rio di ruang tengah. Lalu aku masuk kedalam kamarku. ku masukan dua buah gulungan kertas, kelereng pemberian paman Sukma serta kertas penyegel kedalam tas kecil.

Aku kembali keluar kamar menuju ruang Tv, disana aku menonton acara berita malam hari. Aku menonton Tv hingga pukul sembilan malam, kemudian kurasakan perutku lapar. Aku pergi menuju kedapur untuk memasak mie goreng instan lalu memakanya. Didapur aku kembali berpikir tentang beberapa rencanaku kedepanya dan tak lupa aku kembali memikirkan Hani.

" tok.. tok.. tok.. " tepat pukul sebelas malam kudengar suara pintu rumahku diketuk.
" Hiro... tok.. tok.. Hiro... " kudengar ada yang memanggilku, juga terdengar samar teriakan beberapa Hantu diluar.

Aku langsung dengan segera membuka pintu rumah, kulihat Laras dengan wajah seramnya terlihat ketakutan. Beberapa hantu terlihat beterbangan dan berlari ketakutan menuju aula halaman belakang.
" ada apa ini? " tanyaku pada Laras.

" mereka datang lagi, jumlahnya sangat banyak " jawab Laras sambil ketakutan.

" apa kau bisa merinci berapa kira-kira jumlahnya? " tanyaku lagi.

" hmm sebenarnya aku tidak melihat langsung, aku hanya tau dari para hantu yang berlari ketakutan dan aku serangan , kembali kesini " jawabnya.
" hikss.. hikss.. hiks.. " Laras mulai menangis.

" kenapa kau menangis? kau sudah aman disini " ucapku mencoba menenangkanya.

" hikss.. hiksss.. banyak hantu yang musnah dan... " ucapan Laras sedikit terpotong.

" dan apa?.. " tanyaku.

" ada salah satu anggota keluarga Kurent yang tewas " ucap Laras, membuatku sangat kaget. Pikiranku langsung tertuju pada satu orang yaitu Mey.

" siapa? bagaimana keadaan Mey? " tanyaku pada Laras.

" aku tidak tahu.. hikss.. hiksss.. " jawab Laras kembali menangis.

" oh yah.. dimana Faruk dan Tomi? " tanyaku lagi.

" hiksss... Aku tidak tahu.. hikss.. hiksss... " jawab Laras sambil terus menangis.

" sudahlah.. aku minta kau kembali saja ke aula, ajak hantu-hantu lain juga " ucapku pada Laras. dijawabnya dengan anggukan tanda mengerti namun masih saja tetap menangis.

Aku berlari menuju pohon Mulyo, berusaha secepat mungkin untuk sampai kesana. Disepanjang jalan banyak hantu yang teriak dan berlarian karna ketakutan, situasinya sangat mencekam saat ini. Langkahku terhenti ketika dua ekor ular menghadangku, sejenis ular sanca seukuran tubuh orang dewasa dengan panjang sekitar sepuluh meter.

" sepertinya dia bocah Moro kaka " ujar salah satu dari mereka.

" iyah benar adik, seorang Moro muda. Ayo kita main-main dulu dengan bocah ini " jawab satunya lagi, sepertinya mereka adik kaka.

" kalian jangan meremehkan aku, dasar ular jelek " ucapku.

" woww... lihat adik, bocah ini nyalinya besar juga haha " ucap si kakak seperti meledeku.
 
" aku sudah tidak sabar ingin meremukan tulang-tulang bocah itu. Pasti suaranya terdengar renyah ketika kita lilit tubuhnya dan kita remukan tulangnya hihihi... " tawa adiknya.

Dengan cepat aku mengambil satu gulungan kertas dari dalam tas kecilku. Kubuka gulungan kertasnya dan seketika muncul lah pedang warisan dari kakekku.
" ayo jangan banyak bicara " ucapku pada mereka sambil menodongkan pedang kearah mereka.

" pedang itu sepertinya aku pernah lihat tapi aku lupa melihatnya dimana " ujar si kaka terlihat berpikir ketika melihat pedang yang aku genggam.

" apa aku boleh mulai sekarang ka? " tanya si adik.

" silahkan, kau paling senang memainkan musuhmu " jawab si kaka.

" rasakan ini bocah... " ucap si adik, dia menyerangku dengan gerakan mematuk. Aku melompat kebelakang untuk menghindar, sesaat dia menunjukan dua taring giginya yang tajam.
" nyaris saja... " gumamku dalam hati.
Dia kembali menyerangku, seranganya begitu cepat. Dengan banyaknya latihan yang telah aku lalukan, hingga aku dengan mudah menghindarinya.
"apa kau hanya akan menghindar begitu saja bocah? ternyata memang benar, moro jaman sekarang pada lemah.. " ucap ular itu meledeku.

" aku tidak semangat bertarung dengan dua ular bodoh seperti kalian.. aku pernah melawan ular yang lebih hebat.. " ucapku membalas ledekanya.

" jangan banyak bicara kau bocah.. aku harap orang tuamu sudah siap kehilangan anaknya " jawabnya mulai kesal, ku balas dengan senyuman sinis.

Si ular kembali menyerangku dengan gerakan mematuknya, secepatnya aku menghindar sedikit kesamping.
" jleckkkk " aku berhasil menebas lehernya hingga kepalanya putus dari tubuhnya.

" adik.... " teriak satu ular lain. Tubuh ular yang kepalanya tadi kutebas, langsung bergerak-gerak sendiri seperti ekor cicak yang putus.

" dengan satu serangan aku mampu mengalahkanya " sindirku pada ular satunya.

" kau.. Tak akan ku maafkan " jawab si ular.
" kau akan membayar apa yang yang telah kau perbuat pada adiku " lanjutnya.

" wahh.. Aku takut sekali hehe " kembali aku meledeknya untuk membuat dia semakin marah.

" bocah sialan... " seketika dia menyerangku, serangan yang sama persis dengan ular yang berhasil aku kalahkan tadi.
Dengan cepat aku memindahkan pedang dari tangan kanan menuju tangan kiriku. Seketika aku mengeluarkan tangan, tangan yang bagi sebagian mahluk adalah tangan kutukan. Dan sesaat sebelum moncong si ular mengenai wajahku.
" bughh... " aku berhasil memukul kepala si ular kesamping. Si ular langsung terlempar dan dengan keras menabrak beberapa pohon hingga pohon itu roboh.

" agrrrhhh.. apa itu barusan " geram si ular.
" sial kepalaku benar-benar pusing " lanjutnya.

Aku langsung mendekatinya, kemudian mengangkat kepala si ular.
" slebb... " kutusukan pedangku tepat di jantungnya.
",ahhhhhhhh... " teriak si ular, dia menggeliat mencoba melepaskan diri.
" srettt... " kutekan kebawah pedangku, hingga jangtungnya terbelah dan merobek perut serta organ tubuh lainya. gerakanya semakin lama, semakin melemah.
" bushhss... " tubuh si ular hancur menjadi butiran debu.

Ku kembalikan tangan kananku kebentuk yang semula, kembali menjadi tangan manusia normal.
" bushsss... " terdengar suara lagi, ternyata itu dari si ular pertama yang aku penggal kepalanya. Sekarang dia juga sudah musnah menjadi butiran debu.

Beberapa hantu kulihat pada ketakutan, mereka ada yang sembunyi diatas pohon ataupun dibalik-balik pohon.
" pergilah, jauhi tempat ini " ucapku pada mereka.
" kalian untuk sementara bisa pergi kearah utara atau menuju kota " lanjutku.
Mereka menuruti apa yang aku ucapkan, sepertinya mereka lebih merasa kota adalah tempat yang lebih aman.

Aku kembali menuruskan perjalanan menuju ke pohon mulyo, ditengah perjalanan aku kembali bertemu dengan beberapa hantu yang terlihat kesakitan.
" kalian kenapa.. " tanyaku pada mereka.

" kami diserang ughh... " ucap salah satu dari mereka sambil menahan sakit.

" dimana yang menyerang kalian? " tanyaku pada mereka. mereka tak menjawab, tapi tatapan mereka memperlihatkan ketakutan.

" kau mencariku bocah? haha " terdengar suara dibelakangku dengan diiringi tawa keras.
Seketika aku membalikan badan, kulihat seekor ular kobra seukuran orang dewasa yang meliliki dua buah tangan. Masing-masing tangan si ular memegang sebuah pedang.

" lebih baik sekarang cepat kalian pergi dari sini ketempat yang aman " perintahku pada beberapa hantu yang terluka. Mereka langsung menuruti perintahku.

" hiaatttt.... " si ular mengayunkan pedang ditangan kananya kearahku.
" trengg.. " suara pedang beradu ketika aku menangkis seranganya. Dia sedikit menarik mundur pedang ditangan kananya, kini pedang ditangan kirinya yang diayunkan kearahku.
" treng... " kembali suara pedang beradu. Kini kedua pedangnya diarahkan kepadaku.
" trengg... " kembali berhasil aku menangkis seranganya dan berhasil sedikit mendorongnya kebelakang.

" wah.. wah.. wah.. Sungguh pedang yang bagus, kuat serta kokoh. Beruntung kau memiliki pedang itu bocah " ucap si ular.
Tidak ada kata yang aku ucapkan padanya, aku memilih tetap fokus pada pertarungan.

" treng... treng.. treng... " beberapa kali pedang kami beradu. dengan susah payah aku mengimbangi serangang ular itu yang menggunakan dua buah pedang.

" treng... treng... treng... " kembali aku berusaha menangkis setiap seranganya. Pandanganku terfokus pada pergerakan kedua pedang yang ular itu gunakan untuk menyerangku.
" Bughhhtt.. " aku sedikit lengah, tiba-tiba si ular menyerang kisabasan ekornya yang telak mengenai tubuhku. Aku sedikit terlempar kesamping akibat serangan ekor si ular.

" Siall... Aku sedikit lengah... " geramku kesal dalam hati.

" hahaha... kau hebat juga, tapi belum cukup untuk mengalahkanku.. " ujar si Ular padaku.
" bisakah kau tetap bertahan dari seranganku... " lanjutnya.
Kembali dia mencoba menyerangku dengan pedang ditangan kananya. Aku yang sudah bangkit kembali, berhasil menangkis setiap serangan dari pedangnya.

" trengg.... trenggg... treng.. " suara setiap kali pedang kami beradu. Semakin lama tebasan pedang darinya semakin kuat dan semakin gencar. Aku mulai tersudut mundur kebelakang setiap ular itu menyerangku.
" sreett... " kakiku tersandung akar pohon yang menjalar keluar dari dalam tanah.
" bughht.. " tubuhku terjatuh menimpa tanah, membuatku terlentang diatas tanah.

" ini kesempatan bagiku " ucap si ular yang melihat keadaanku.
" mati kau " lanjutnya, tangan kananya menebaskan pedang kearahku yang sedang terlentang ditanah.

" trengg... " kutahan seranganya dengan pedangku menggunakan kedua tanganku.

" yang ini pasti membunuhmu.. " teriaknya sambil menebaskan pedang ditangan kirinya kearahku. Dengan cepat kulepaskan tangan kananku dari pegangan pedang miliku, dan langsung berubah menjadi tangan terkutuk. Memanjang dan berhasil memegang tangan kiri si Ular, sebelum pedangnya mengenaiku.

" kau... tangan apa itu.. " ucap si Ular kaget melihat perubahan tanganku.
Pedang ditangan kanan si ular beradu kuat dengan pedang ditangan kiriku. Sementara tangan terkutukku menahan tangan kiri si ular agar pedangnya tak mengenaiku.

Pandangan mataku sedikit teralihkan oleh ekor si ular yang sepertinya akan menyerangku.
" siall.. sepertinya aku tidak akan bisa menghindari serangan dari ekornya " gumamku dalam hati, pasrah karna saat ini aku benar-benar sedang terdesak.

" kau tidak akan bisa menghindari serangan ekorku " teriak lagi si ular penuh amarah.
Ekornya benar-benar bergerak cepat mengarah padaku yang sedang terlentang kesusahan. Kupejamkan mata ketika ekornya hampir mengenaiku. Tapi kurasakan tak ada benturan maupun tebasan ekor si ular mengenaiku.
" aggrrhhh.... " malah yang kudengar teriakan kesakitan dari ular itu. Tekanan pedang ditangan kiriku menghilang, sepertinya si ular memundurkan tangan kananya. Juga kurasakan tangan kirinya menggeliat mencoba melepaskan dari genggaman tangan terkutukku. Saat kubuka mata, benar saja si ular terlihat menggeliat kesakitan dan kulihat ekor si ular sudah terpotong serta kedua pedangnya sudah terlepas dari genggaman kedua tanganya.
 
" Hiro.. Kau tidak apa-apa? " terdengar suara memanggil namaku. Kulihat disampingku berdiri mahluk yang dua kali lebih besar dari tubuhku. Mahluk itu berbentuk kalajengking, ternyata itu anak buah paman Sukma. Kalajengking itu dulu ikut berperang di gunung Bromo dua tahun yang lalu bersama keluarga Kwehni.

" aku tidak apa-apa... terima kasih " ucapku pada kalajengking itu.
Aku langsung bangkit dan kutarik tangan kiri si ular yang masih ku genggam dengan tangan terkutukku. Tangan si ular itu tertarik beserta tubuhnya.
" Slebbh.. " kutusuk tubuh si ular tepat dijantungnya, membuatnya berhenti bergerak.
" srettt.. " kutebaskan pedangku kebawah, membuat jantungnya terbelah serta merobek perutnya.

" bushhss " si ular hancur berubah menjadi butiran debu.
Membuatku sangat lega telah memusnahkanya.

" Hiro... sebaiknya kau segera pergi ke pohon Mulyo, mereka sangat membutuhkanmu disana. Biar disini aku dan teman-temanku yang akan melawan mereka " ucap anak buah paman Sukma padaku.

" baiklah, terima kasih telah membantuku " balasku pada kalajengking itu.
Aku langsung berlari menuju ke pohon Mulyo, sesampainya disana aku melihat pertempuran besar sedang terjadi. Puluhun ular atau bahkan mungkin ratusan melawan beberapa keluarga Kurent beserta pasukan hantunya. Kulihat juga ada paman Sukma dan Jugo ikut bertarung disini, tapi aku tidak melihat keberadaan Mey disini. Semoga kabar yang menyebutkan ada keluarga Kurent yang tewas itu tidak benar.

Aku langsung berlari ketengah pertarungan, tapi langkahku terhenti ketika melihat seseorang tergeletak didalam saung, dan ditangisi oleh beberapa hantu. Dan ditemani seorang dari keluarga Kurent yang juga sedang menangisi orang yang tergeletak itu. Aku putuskan untuk mendekat kearah saung mencari tau siapa yang tergeletak itu yang kemungkinan memang sudah tak bernyawa. Dan ketika sudah tepat di depan saung, aku sejenak menarik nafas.
" Mey... " ucapku.


BERSAMBUNG WA.... :malu:
0980310001465973217.gif
 
Wuih perang nih,,inget Devil May Cry si tangan iblis..semangat suhu updatenya,,terutama tentang hani,,kangen sama hani..
 
Wuhh lg seru2nya malah bersambung...
Btw thanks suhu update nya
 
Oh noo....Mey...
Pasti Hiro terusannya ngamuk deh...
 
Wuih perang nih,,inget Devil May Cry si tangan iblis..semangat suhu updatenya,,terutama tentang hani,,kangen sama hani..
emmm hani.. ane belum dapat kabar darinya om :galau:

Wuhh lg seru2nya malah bersambung...
Btw thanks suhu update nya
biar penasaran gitu loh om :malu:

Oh noo....Mey...
Pasti Hiro terusannya ngamuk deh...
iya iya
tidak tidak
bisa jadi bisa jadi :malu:

Up up up lagi gaaaaan
koment ceritanya atuh om :malu:

hani apa kabar :(
belum ada kabar om :galau:

tak ada hani berasa sepi suhu :galau:
atuh om kan tokoh utamanya juga Hiro bukan Hani :malu:

mantap nih suhu K_B
setia dengan prosesi maljum :haha:
kurang sajen nih om :malu:

Ooowh nooooo.....meeeey........untung tante laras baik2 aja......sehat2 ya tanteee
Next update Laras akan berkolaborasi dengan Hiro :pandajahat:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd