kelinci_berdasi
Pendekar Semprot
Update 7
Hani Novita Dewi
Pagi hari yang mendung, mentari tak menampakan cahanya. Pohon, dedaunan dan jalan, terlihat basah bekas hujan semalam. Rintik gerimispun terkadang masih saja hinggap ke bumi. Tapi burung-burung masih terlihat saling sapa dan saling berkicau menampakan keceriaan.
Bersama Rio, kembali pagi ini aku berangkat sekolah bersama. Dengan mengenakan jaket hitam, salah satu jaket favoritku.membuat pagi ini tak terasa begitu dingin. Sementara Rio mengenakan payung untuk melindunginya dari gerimis.
Kembali banyak yang mengganjal dalam pikiranku. Mulai dari aku harus melindungi Hani dari keberingasan cowo lain yang nafsu karena melihat keseksian dan kecantikanya. Mereka bisa melakukan hal yang nekat kapan saja, aku harus bisa melindungi Hani. Saat ini Hani adalah bagian dari hidupku.
Lalu ada tugas yang harus aku laksanakan dari Ayahku. Jika aku melaksanakan perintah Ayah, otomatis aku harus meninggalkan Hani beberapa hari bahkan minggu. Kalo aku tidak pergi, itu sama saja aku mengabaikan perintah pemimpin keluarga Kwehni dan itu tidak dibenarkan.
Kemudian tentang Mey, pertemuan kembali aku dengan Mey dan persetubuhan yang kembali kami lakukan, membuat aku semakin dilema. Dua wanita yang sangat cantik, sama-sama berarti bagiku. Mey wanita yang lebih dulu aku cintai tapi terhalang oleh tembok pemisah diantara keluarga kami. Dan Hani, aku merasa dia sangat tulus padaku. Dia cantik, seksi, tak ada yang kurang darinya. Tapi jika aku memilih Hani, pasti Mey akan terluka. Membuatku dilema tanpa bisa memilih.
Begitu juga dengan semalam datangnya salah satu mahluk berjenis ular dari kerajaan pantai selatan. Padahal selama ini mereka tak pernah sekalipun datang kesini. Mereka lebih kepada berdiam diri menjaga daerahnya. Aku mulai takut mereka bermaksud menginginkan kekuatan pohon Mulyo dan memanfaatkanya untuk menginvasi kerajaan lain. Seperti halnya kerajaan Leak.
" Kak ngapain sih ngelamun aja, lagi jalan loh ini. Awas kesandung.. mikirin apa sih ka " tanya Hiro mengagetkanku
" kka lagi berpikir, gimana caranya mindahin Monas ke muka kamu haha " jawabku ngasal, kemudian tertawa. Nampak dia terlihat tidak suka akan jawabanku.
" ahh kaka, suka ga bener kalo ditanya " ucapnya cemberut.
" hahahaha " aku pun tertawa melihat sikapnya.
" kak ga mau pake payung ? Hujan loh " ujarnya, menawarkan payung yang dia pakai.
" hahaha ini cuma gerimis Rio, kenapa harus pakai payung.. " jawabku.
" lagian kamu bikin malu aja, masa cowo kesekolah pake payung " ledeku padanya.
" ahh kaka, kan nanti sakit. Itu yang ibu sering bilang " ujarnya.
" hahahaha.. terserah kau lah.. " ujarku, membuatnya sedikit kesal.
Kadang aku ingin sekali merasakan kembali rasanya tidur, aku rindu bagaimana rasanya bermimpi. Memimpikan orang-orang yang kita sayangi. Tapi semua itu sulit aku rasakan lagi. Teringat kembali akan ucapan ayahku, " jadikan ini sebuah anugerah Hiro. Jangan disesali tapi dinikmati, suatu saat kau akan mengerti bahwa ini adalah sebuah kelebihan, bukan kekurangan "
" kak, ngelamun aja dari tadi " ujar Rio mengagetkanku.
" aku udah nyampe sekolah nih " lanjutnya.
" oh hehehe iyah " jawabku sedikit malu.
" yaudah kak, aku duluan yah " ucapnya pamit.
" iyah, belajar yang benar " jawabku, lalu dia meninggalkanku menuju halaman sekolah.
Kembali aku melanjutkan perjalananku menuju sekolah, suana kota tidak terlalu ramai dipagi ini. Mungkin karena cuaca hujan membuat mereka malas keluar rumah. Orang yang beraktivitas diluar rumah pun kompak memakai payung atau jaket agar terlindung dari hujan.
Sesampainya disekolah, beberapa sorot mata menatapku dengan tatapan ketakutan, beberapa bahkan berpura-pura tidak melihatku. Diantara mereka terdapat siswa yang kemarin aku beri pelajaran digudang.
Ketika sampai dikelas, Hani sudah duduk dengan manis di samping bangku biasa aku duduk. Sejak hari kemarin Hani memilih duduk bersamaku. Hani tersenyum manis melihatku, ketika tau aku sudah datang.
" Selamat pagi Hiroku sayang " sapanya, tak lepas senyumnya yang teramat manis.
" iyah, selamat pagi juga " jawabku dengan tak lupa membalas senyumanya. Aku lalu duduk di sebelahnya.
" udah sarapan belum ? " tanyanya.
" Makan bareng yah " Sambil mengeluarkan kotak makan dan botol air.
" eh iyah boleh " jawabku.
Sebenarnya aku masih kenyang karena tadi dirumah sudah sarapan dengan nasi goreng dan segelas susu.
Tapi aku terima ajakanya agar dia tidak kecewa aku menolaknya. Aku harus menghargai dia yang udah membawa sarapan untuku.
Kamipun menikmati sarapan bersama. Tapi hanya sedikit yang ku makan karena aku sudah cukup kenyang sarapan tadi dirumah. Beberapa kali Hani memaksaku untuk makan lebih banyak tapi aku dengan berbagai alasan menolaknya.
" ko sedikit sih makanya ? Ayo makan lagi " tanya Hani heran.
" udah ah kenyang " tolaku.
" yah masa aku yang abisin semua sih ? Entar aku jadi gendut coba " jawabnya, cemberut.
" hehe gapapa gendut juga, pasti bakal tetep cantik ko " jawabku gombal.
" ihh Hiro... " jawabnya tersipu malu.
" tapi suapin yah.. " pintanya manja.
" apa sih yang engga buat kamu " kembali jawabku gombal.
" ihhh makasih sayang " Hani tersenyum manis sekali.
Aku pun menyuapi Hani, nampak dia sangat bahagia sekali. Beberapa pasang mata terlihat menatap iri dengan kemesraan kami. Yah apa yang kami lakukan, seakan dikelas ini cuma kami berdua. Tak perdulikan murid lain yang berada dikelas.
" ayohh ini suapan terakhir..
Buka mulutnya, helikopter mau masuk... zuzuzuzuzu.. " ujarku bercanda menirukan suara helikopter.
" ihhhh kaya anak kecil aja " rengeknya manja, lalu memasukan suapan terakhir ke mulutnya.
" hehehe " tawaku melihat tingkahnya.
Hani Novita Dewi
Pagi hari yang mendung, mentari tak menampakan cahanya. Pohon, dedaunan dan jalan, terlihat basah bekas hujan semalam. Rintik gerimispun terkadang masih saja hinggap ke bumi. Tapi burung-burung masih terlihat saling sapa dan saling berkicau menampakan keceriaan.
Bersama Rio, kembali pagi ini aku berangkat sekolah bersama. Dengan mengenakan jaket hitam, salah satu jaket favoritku.membuat pagi ini tak terasa begitu dingin. Sementara Rio mengenakan payung untuk melindunginya dari gerimis.
Kembali banyak yang mengganjal dalam pikiranku. Mulai dari aku harus melindungi Hani dari keberingasan cowo lain yang nafsu karena melihat keseksian dan kecantikanya. Mereka bisa melakukan hal yang nekat kapan saja, aku harus bisa melindungi Hani. Saat ini Hani adalah bagian dari hidupku.
Lalu ada tugas yang harus aku laksanakan dari Ayahku. Jika aku melaksanakan perintah Ayah, otomatis aku harus meninggalkan Hani beberapa hari bahkan minggu. Kalo aku tidak pergi, itu sama saja aku mengabaikan perintah pemimpin keluarga Kwehni dan itu tidak dibenarkan.
Kemudian tentang Mey, pertemuan kembali aku dengan Mey dan persetubuhan yang kembali kami lakukan, membuat aku semakin dilema. Dua wanita yang sangat cantik, sama-sama berarti bagiku. Mey wanita yang lebih dulu aku cintai tapi terhalang oleh tembok pemisah diantara keluarga kami. Dan Hani, aku merasa dia sangat tulus padaku. Dia cantik, seksi, tak ada yang kurang darinya. Tapi jika aku memilih Hani, pasti Mey akan terluka. Membuatku dilema tanpa bisa memilih.
Begitu juga dengan semalam datangnya salah satu mahluk berjenis ular dari kerajaan pantai selatan. Padahal selama ini mereka tak pernah sekalipun datang kesini. Mereka lebih kepada berdiam diri menjaga daerahnya. Aku mulai takut mereka bermaksud menginginkan kekuatan pohon Mulyo dan memanfaatkanya untuk menginvasi kerajaan lain. Seperti halnya kerajaan Leak.
" Kak ngapain sih ngelamun aja, lagi jalan loh ini. Awas kesandung.. mikirin apa sih ka " tanya Hiro mengagetkanku
" kka lagi berpikir, gimana caranya mindahin Monas ke muka kamu haha " jawabku ngasal, kemudian tertawa. Nampak dia terlihat tidak suka akan jawabanku.
" ahh kaka, suka ga bener kalo ditanya " ucapnya cemberut.
" hahahaha " aku pun tertawa melihat sikapnya.
" kak ga mau pake payung ? Hujan loh " ujarnya, menawarkan payung yang dia pakai.
" hahaha ini cuma gerimis Rio, kenapa harus pakai payung.. " jawabku.
" lagian kamu bikin malu aja, masa cowo kesekolah pake payung " ledeku padanya.
" ahh kaka, kan nanti sakit. Itu yang ibu sering bilang " ujarnya.
" hahahaha.. terserah kau lah.. " ujarku, membuatnya sedikit kesal.
Kadang aku ingin sekali merasakan kembali rasanya tidur, aku rindu bagaimana rasanya bermimpi. Memimpikan orang-orang yang kita sayangi. Tapi semua itu sulit aku rasakan lagi. Teringat kembali akan ucapan ayahku, " jadikan ini sebuah anugerah Hiro. Jangan disesali tapi dinikmati, suatu saat kau akan mengerti bahwa ini adalah sebuah kelebihan, bukan kekurangan "
" kak, ngelamun aja dari tadi " ujar Rio mengagetkanku.
" aku udah nyampe sekolah nih " lanjutnya.
" oh hehehe iyah " jawabku sedikit malu.
" yaudah kak, aku duluan yah " ucapnya pamit.
" iyah, belajar yang benar " jawabku, lalu dia meninggalkanku menuju halaman sekolah.
Kembali aku melanjutkan perjalananku menuju sekolah, suana kota tidak terlalu ramai dipagi ini. Mungkin karena cuaca hujan membuat mereka malas keluar rumah. Orang yang beraktivitas diluar rumah pun kompak memakai payung atau jaket agar terlindung dari hujan.
Sesampainya disekolah, beberapa sorot mata menatapku dengan tatapan ketakutan, beberapa bahkan berpura-pura tidak melihatku. Diantara mereka terdapat siswa yang kemarin aku beri pelajaran digudang.
Ketika sampai dikelas, Hani sudah duduk dengan manis di samping bangku biasa aku duduk. Sejak hari kemarin Hani memilih duduk bersamaku. Hani tersenyum manis melihatku, ketika tau aku sudah datang.
" Selamat pagi Hiroku sayang " sapanya, tak lepas senyumnya yang teramat manis.
" iyah, selamat pagi juga " jawabku dengan tak lupa membalas senyumanya. Aku lalu duduk di sebelahnya.
" udah sarapan belum ? " tanyanya.
" Makan bareng yah " Sambil mengeluarkan kotak makan dan botol air.
" eh iyah boleh " jawabku.
Sebenarnya aku masih kenyang karena tadi dirumah sudah sarapan dengan nasi goreng dan segelas susu.
Tapi aku terima ajakanya agar dia tidak kecewa aku menolaknya. Aku harus menghargai dia yang udah membawa sarapan untuku.
Kamipun menikmati sarapan bersama. Tapi hanya sedikit yang ku makan karena aku sudah cukup kenyang sarapan tadi dirumah. Beberapa kali Hani memaksaku untuk makan lebih banyak tapi aku dengan berbagai alasan menolaknya.
" ko sedikit sih makanya ? Ayo makan lagi " tanya Hani heran.
" udah ah kenyang " tolaku.
" yah masa aku yang abisin semua sih ? Entar aku jadi gendut coba " jawabnya, cemberut.
" hehe gapapa gendut juga, pasti bakal tetep cantik ko " jawabku gombal.
" ihh Hiro... " jawabnya tersipu malu.
" tapi suapin yah.. " pintanya manja.
" apa sih yang engga buat kamu " kembali jawabku gombal.
" ihhh makasih sayang " Hani tersenyum manis sekali.
Aku pun menyuapi Hani, nampak dia sangat bahagia sekali. Beberapa pasang mata terlihat menatap iri dengan kemesraan kami. Yah apa yang kami lakukan, seakan dikelas ini cuma kami berdua. Tak perdulikan murid lain yang berada dikelas.
" ayohh ini suapan terakhir..
Buka mulutnya, helikopter mau masuk... zuzuzuzuzu.. " ujarku bercanda menirukan suara helikopter.
" ihhhh kaya anak kecil aja " rengeknya manja, lalu memasukan suapan terakhir ke mulutnya.
" hehehe " tawaku melihat tingkahnya.