Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

THE HIMAWAN FAMS

Bimabet
Glory morning



Selepas subuh tak satupun personil yang tidur. Mereka melaksanakan lari pagi dan senam ringan karena semalam menikmati makanan berat dan berlemak, shingga berat badan wajib dijaga.Bahkan para security dan beberapa tetangga ikut melakukan senam ala tentara.

" Kalo kaya gini tiap pagi... Dijamin segar nih.." ucap Mas Raji yang diamini tetanggaku yang lain.

Selesai senam pagi acara dilanjut dengan sarapan. Para Koki membantuku membuat nasi goreng.

" Agar diperhatikan. Ati dan ampela harus di bacem dulu. Rebus dengan bawang merah dan bawang putih, ketumbar, gula, garam dan penyedap. Supaya aroma anyirnya berkurang jauh. Nah sebelum dibacem, rebus dulu sebentar lalu airnya buang, ganti baru dan tambahlan bumbu tadi." ucapku

Chef mencatat seksama petunjukku.

" Izin tanya ayah... Kalo bacemnya ditambah kecap bisa ngga ?" tanya Chef

" Bisa.. Tapi gulanya kurangin. Pake kecap terbaik biar mantap." jawabku simple.

Kembali Chef mencatat di bukunya.

Lalu mereka kubiarkan menggerus bumbu untuk nasi goreng.

" Ayah.. Dibidang IT ayah jagoan, Kontraktor.. Siapa yang ngga kenal. Teruus.. Masak... Ngga ragu lagi... Warisin lah yah ilmunya..." rayu Beaver.

" Hahahaha.. Allahumma Tsabits Hamdahuu... Kalo kamu sering kesini bakal ketularan salah satu ilmu ayah kok nak.." jawabku

" Siap..." jawab Beaver riang.

Sementara di medsos..

" Weuh... Evil Snake Junior...!" ucap Viper sambil mengcapture foto Vitto yang sedang memainkan ular

" Dia bakal jadi Squad leader Evil Snake.." sambung Mamba

" Ngga bisa... Dia Drakken junior team.. Penerus Wildwolfes." protes Timber

" Dari muda aja maenannya seperti itu.. Pantesnya dia jadi Evil Snake leader..." ucap Phyton

" Hmm... Bagusnya dia jadi suksesor saya..." ucap Mayor ( Pnb ). Anang " Punk" Widiyanto

" Ngga bisa...?" seru Phyton

" Enak Ajaa..." jawab Fisher

" Hahahaha... Biarlah adik saya jadi apa yang ditakdirkan Allah. Asal dia berguna buat Agama, Bangsa, Negara dan Rakyatnya... Leading Wildwolf... Evil Snake.. Atau Badjingan.. Sama aja... Karena kita satu keluarga..." jawab Majesh bijak

" Auuuu...!!" jawab Fisher

" Hissshhhh....!!" jawab Viper dan Mamba

" Hurrraaa...!!" seru Punk dan Mad man

Maher tersenyum membaca debat kocak mereka. Benar seringkali mereka berkompetisi. Tapi sejatinya mereka adalah keluarga.

Tak lama kemudian nasi goreng sudah tersedia. Satu demi satu mengambil jatahnya.

" Pap.. Jangan make ati..." pinta Corry

Maher mengangguk dan menyiapkan apa yang diminta istrinya.

Suasana makan pagi berlangsung aman tanpa insiden. Selesai makan kami menikmati kopi.

" Kalian habis begadang kok ngga istirahat...?" ucap istriku

" Nanti aja Bunda.. Habis makan siang. Ngga kebiasa soalnya..." ucap Beaver

Rumi dan Chef masih asyik membuat risoles Smoked Beef. Sampai suatu saat Bian dan Rumi saling tatap. Bian menggerakkan alisnya beberapa kali. Rumi celingukan melihat situasi dan mengangguk. Lalu Bian menyelipkan cengek Bandot kedalam bebeberapa risoles lalu kabur. Rumi menandainya agar tal terjebak. Sementara Chef tertawa cekikikan.

Selesai membuat Risoles. Mereka bergabung dengan yang lain. Sulis menghidangkan jamu.

" Lik.. Jangan ketuker lagi ya... Repot kaka..." ucap Mahesh

" Ya nda tho nden... Hahahaha..." jawab Sulis sambil tertawa

Tak lama kemudian mereka mulai menikmati Risoles hangat buatan Rumi dan Chef.

" Krekk... Hmmmppfff..." mata Ivan melotot menahan pedas..

Dinda buru buru memberi minum untuk Ivan. Sementara Angga memgalami nasib serupa dan Kania memberikan minum untuknya. Seiya mengalami kesialan yang sama. Wajah jepangnya memerah saga karena pedas. Bronco, Lonewolf, Rodi, dan Tuna mengeluh kepedasan.

Ivan mencari siapa pelakunya.

" Jangan liat gua.. Gua baru datang..." ucap Cipot.

" Apalagi gua..." ucap Budi

Akhirnya kecurigaan mengerucut. Hingga...

" Hahahaha...." Bian tak kuat menahan tawanya.

" Wooo.. Bajigur !!" omel Seiya

" Bian... Lu ya..." omel Ivan

" Tau nih bang Bian..." rutuk Angga

Bian masih ngakak, Rumi dan Chef akhirnya tak tahan...

" Weeeuu.. Konspirasi..." omel Lonewolf

Tawa kami meriah sekali.

" Udah dibilang... Yang belum kena.. Tunggu aja derita kalian..." ucap Pras.

Yang lain mengangguk setuju sambil waspada.

" Kalian sampai kapan disini ?" tanya Mey Lin

" Sampe minggu A Ku.." jawab Maher

" Yasudah. Malam sabtu A Ku bikin bebek peking ya..." ucap Mey Lin

" Sama.Wonton soup A Ku..." pinta Corry

" Boleh sayang.." jawab Mey Lin

" Rumi.. Kalo masakan oriental A Ku jagonya..." ucapku

" A Ku siapa yah " tanya Rumi

" Tuh Bude mu. Dia Asli Hainan." ucapku

" Siap..." jawab Rumi.

Dan suasana kembali riuh oleh canda.

" Assalaamu'alaikum.." suara Cici terdengar.

Ia datang dengan Fei Fei dan Mei Hwa.

" Abaang... Kakaaa... Cici ajak Mei Hwa sama Fei Fei untuk asimilasi..." ucap Cici

" Heeey.. Come on in... " ajak Maher

" Ah.. Thank you Commander..." jawab Mei Hwa

" At home.. Don’t call me Commander.. Call me abang and call him kaka..." ucap Maher. Lalu ia memperkenalkan semua anggota keluarga. Sementara dengan para Wildwolfes ia sudah akrab.

Tak butuh waktu lama, kedua penerbang China itu sudah mulai mencair. Bahkan candaan dan ajaran kacau mereka terima.

" Bang mereka disini sampe minggu ngga apa apa ya ?" tanya Cici

" Ya ngga masalah. Namanya juga asimilasi..." jawab Maher

" Eh pilot terakhir nasibnya gimana ?" tanya Brighteyes

" Sedang di interogasi intensif sama pihak BAIS. Terus pesawatnya sedang di periksa KOHARMATAU." jawab Cici

Semua mengangguk. Dan melanjutkan acara kumpul keluarga.

" As I Guess, you have great Family. Very close and care each other bang.." ucap Fei Fei.

Tiba tiba...

" Cubit... Cubit.. Cubit.." ucap Luna sambil mencubit pipi Mei Hwa gemas.

Fei Fei kaget dan tertawa melihat kelakuan Luna.

" She is..?" tanya Fei Fei

" My little sister... She is daughter of my uncle.." jawab Mahesh. Lalu ketiganya bercanda riang..

" Assalaamu'alaikum..." suara Ali dan Ajeng. Serentak kami menjawab.

" Di..." sapa Ali yang ternyata satu letting sewaktu Chandradimuka di Magelang.

" Eh Li.. lu.. Yaaaa.... Telat gua hahahaha..." canda Rodi

Keriuhan makin hingar dengan candaan hingga tiba waktunya memasak makanan untuk makan siang.

Seperti biasa Rumi, Chef, Restu, dan Wolfgirls lainnya membantuku menyiapkan makan siang. Menu andalan Nasi Liwet. Tak lupa sajian istimewa tumis daun pepaya dan bunganya juga disiapkan. Chef mencatat dengan teliti resep tumis daun pepaya juga cara menaklukkan rasa pahitnya. Resep sambal juga ia tulis seksama.

" Ayah.. Kalo boleh aku pengen pesen terasinya sama ayah.." pinta Chef.

" Beli di supermarket aja. Pilihnya terasi udang merk bu Nafsi. " saranku.

" Siap yah." jawab Chef. Rumi pun ikut memperhatikan petunjukku.

" Rumi sama Restu. Goreng asin yang ini terlalu mateng sayang.." ucap istriku yang ikut turun kedapur.

" Oh.. Gimana atuh bun..?" tanya Restu.

" Ngga apa apa.. Ivan doyan banget yang mateng kering kaya gini kok.. Nanti gorengnya kecilin apinya dikit.." ucap istriku.

" Iya bun.." jawab Restu

Sambil menunggu matangnya masakan, candaan dan tawa tak henti. Termasuk kelucuan para bocil putra putriku.

" Kamu punya uang berapa buat nebus Yanti hah ??" ledek sebuah suara diseberang

" Lu butuh lobang berapa dijidat hah ?" ancam Cici

" Woo berani yaa.. Sini aku kelonin dulu biar tau siapa aku hehehe.." ucap suara itu. Lalu ia menutup telepon.

" Siapa Ci ?" tanya Ivan

" Paul.. Bossnya Yanti.." ucap Cici lirih dengan wajah kesal.

" Karaoke mana sih Ci ?" tanya Bian

" Karaoke Venus yang di deket Fortissa.." jawab Cici

Ivan, Bian dan Angga saling tatap dan mengangguk bersama. Lalu mereka bertiga keluar. Ali menyusul mereka.

" De.. Ngga sekarang.. " bisik Ali

" Bang..." ucap Ivan

" Kita susun " acaranya " sebaik mungkin. Abang mau ajak Rodi sama beberapa anakbuah abang..." ucap Ali.

" Sedaaap..." ucap Bian.

Lalu mereka kembali masuk dan bersikap biasa seolah tak ada masalah.

Selepas dzuhur kami kembali berkumpul untuk makan siang

" Taraaa... Nasi liwet spesial ala ayaah..." ucap Rumi

Semua serentak berebut ingin mencoba tumis daun pepaya. Pogo berkomentar

" Alhamdulillah.. Panggih deui nu kieu siyah Asmat..( Alhamdulillah.. Nemu lagi yang kaya gini Asmat..)" ucap Pogo girang

" Euhh... Edun mergedun.. Pasti pada kamerkaan ( kenyang teramat sangat ) ini mah..." ucap Asmat.

Satu demi satu mereka mengisi piringnya dengan Nasi liwet dan lauknya.

" Aaa.. Sambal isn't it ?" tanya Fei Fei

" Yea.. You already taste it on ship... Becareful.." ucap Rumi. Mei Hwa mengangguk

Fei Fei dan Mei Hwa agak bingung..

" No chopstick hahaha.." ucap Ajeng

" Ya.. How to eat this ?" tanya Mei Hwa kepada Ajeng

" Use bare hand. Or use spoon.." jawab Ajeng.

" Aaa.. Xie xie..." jawab Fei Fei lalu ia bangkit mengambil sendok.

Mereka menikmati nikmatnya makan siang. Tak terkecuali Fei Fei dan Mei Hwa. Sesekali Fei Fei beradu pandang dengan Dennis dan tersenyum malu.

Aku tanggap dan tersenyum. Walaupun agak ragu mengingat status Fei Fei.

" Hmm.. Biarlah Allah yang memutuskan.." ucapku

Selesai makan seperti dugaanku, istriku, Cici, Vilda dan Rani kekenyangan. Sehingga kuberi terapi sugestif.

" Ya Allah sampe hal kaya gitu ayah perhatiin.." ucap Mermaid kagum.

" Siang ini ngga ada snack atau kue ya sayang.. Makan buah..." ucap istriku.

" Siap bunda.." jawab semua



“Méihuā…… fēifēi, míngtiān xiàwǔ nǐ bāng wǒ zuò běijīng kǎoyā hǎo ma? / Mei Hua... Fei Fei, Besok sore bantu saya masak bebek peking ya ?” ucap Mey lin

“Hǎo de, wǒmen huì bāngmáng de / Baik kami akan bantu bude “ Jawab Mei Hwa

Tak lama kemudian Evelin tiba dirumahku

“ Baaang.. Mmmh.... Ka fit.. Eh mana bumil ??” ucap Evelin

Aku dan istriku memeluk Evelin dengan hangat.

“ Tante ev... “ Sapa kaka dan abang

“ Awas jaga cucuku !” ucap Evelin yang dijawab anggukan keduanya

“ Tante Ev....” Sapa Corry dan Meldy

Suara kegembiraan terdengar dari evelin saat menemui kedua menantuku. Juga saat tahu Nirina sedang isi. Lalu ia diperkenalkan kepda Wildwolfes yang disambut hangat juga. Lalu ia dikenalkan kepada dua prajurit asimilasi

“Māmā……zuótiān shuō de jiùshì měi huá hé fēifēi. Tāmen hěn zǎo jiù bèi tónghuàle. / Mama... Ini Mei Hwa dan Fei Fei yang cici cerutakan kemarin. mereka sedang asimilasi awal.” Ucap Cici

“Ó……shì de……wǒ shì qiàn qiàn de māmā, xīwàng nǐ néng ànzhào zhèngfǔ de fēnfù qù zuò. / Ooooh.. iya... saya mamanya Cici, Semoga kalian bisa melaksanakan apa yang diperintahkan oleh pemerintah kami.” Ucap Evelin

“Xièxiè māmā / Terima kasih Mama “ Jawab keduanya

“Wǒ juédé Fitri de māmā jiùshì Cici de māmā,Fitri fūrén hěn chǒng, yóuqí shì duì Dicky xiānshēng / Saya kira ibu Fitri mamanya Cici, manja sekali sama bu Fitri apalagi sama pak Dicky “ ucap Fei Fei

“Shì de, quèshí……cóng wǒ shàngxué de shíhòu qǐ, qiàn qiàn jiù bèi tāmen liǎng gè chǒng huàile, érqiě, qiàn qiàn de bàba hé dí jī hébù dí hùnzài yīqǐ. Cóng qǐchuáng kāishǐ, zhídào yīqiè dōu yóu māmā zhàogù. Suǒyǐ jiù xiàng tāmen de háizi yīyàng. / Iya memang... Dari waktu masih sekolah cici memang manja sama mereka berdua, apalagi papanya Cici adik dari bang Dicky dan Budi. Mulai dari bangun tidur sampai segalanya diurus sama bundanya. Jadinya udah seperti anak mereka.” Jawab Evelin

“Ó, shì de……nǐ shì nǎlǐ rén? / O ya... Asal kalian darimana ?” Tanya Evelin

“Wǒ shì shēnzhèn de, fēi fēi shì xiānshí de. / Kalo saya dari Shenzhen,dan Feifei dari Xaanshi.” Jawab Mei Hwa

“Wǒ shì xī'ān rén, wǒmen shì yī shěng de hā / Saya dari Xian, kita satu provinsi ya “ ucap Evelin dan oborolan mereka makin akrab. Tak lupa Mey Lin dan Evelin memberikan nasihatnya.



Waktu bergulir menuju malam. Selesai shalat, kami menikmati akan malam sederhana. Karena seharian ini makanan berat kami nikmati, maka dimalam hari semua sepakat menikmati makanan ringan.

Jam 21:11 hampir semua tertidur, kecuali beberapa orang yang sepertinya sepakat melakukan sesuatu. Ivan, Bian dan Angga melangkah perlahan. Mereka memakai pakaian taring mereka. Kaos panjang dan celana hitam.

“Sssh.. pelan pelan...” ucap Ivan. Ketiganya mengendap keluar. Setelah keluar, ketiganyaberjalan menuju gerbang dan bertemu dengan Ali dan Rodi. Tak banyak cerita, mereka bersama beberapa anak buah ali meluncur menuju Karaoke Venus tempat Yanti ditahan.

“ Okay gini de... kamu masuk langsung, empat centeng itu harus dilumpuhkan dulu... kalian sanggup ?” tanya Ali

“ Siap bang...!” jawab ketiganya

“ Hati hati dan minimalkan resiko.. Pake maskernya..!” ucap Rodi

“ Siap...” Jawab Ketiganya. Lalu mereka melangkah menuju karaoke tersebut.



Sesampainya digerbang...

“ Mau kemana Bro ?” tanya penjaga menghadang

“ Mu jemput sodara...” Jawab Ivan dingin

“ Siapa sodaranya ?” tanya salah seorang

“ Yanti...” jawab Bian

“ Eh ngga bisa... Beghh..! Beghh...! Buuk...!” suara yang jaga ngga pernah selesai karena Ivan membungkamnya dengan kepalan tangannya.

Sementara Bian menghadapi preman kurus yang mencoba menghantamnya. Dengan mudah Bian mengangkat preman itu dan membantingnya ke tangga..

“ Blugghh... Krekkk...!” suara tubuh yang jatuh diikuti suara tulang yang patah terdengar

Di sisi lain Angga menghadapi dua preman dengan keluwesan jurus Wingchun berpadu dengan Taekwondo, Tarung Drajat dan Wushu. Tak butuh waktu lama melumpuhkan keduanya, apalagi Ivan dan Bian ikut campur.



Didalam

“ Ya sudah sih bos... masalah si Yanti ngga usah jadi beban... toh dia gua pegang sekarang, kontrak, KTP dan ATM dia gua pegang kok..” ucap Paul

“ Hahaha... Siaaap...” Jawab lawan bicaranya

“ eh gua boleh nyicipin Yanti ngga ?” tanya Paul

“ Sok aja... goyangannya.... waaaooowww...” ucap lawan bucaranya

“ hahahaha.....” Paul tertawa mendengarnya



Di dalam Karaoke....

“ Hey anjing lu !!” seru seorang preman yang melihat kawannya tergeletak di Teras Lobby. Ia menyerang ketiga pemuda tersebut.

“ Praaangg...! Euhhhh...” suara botol pecah dan keluhan preman yang kena dihantam menggunakan botol oleh Bian terdengar

“ Buukkk....” sebuah hantaman mengenai wajah Ivan yang membuatnya terjatuh. Sementara para preman meluruk kearah Ivan.

“ buukkk...” suara Bian yang juga terkena hantaman, sementara Angga berhasil berkelit dan melumpuhkan penyerangnya.

Entah kapan datangnya, Rodi dan Ali beserta teamnya meluruk masuk dan menghantam para preman.

“ Kedalam..!” perintah Ali.

Ketiga samurai muda melangkah tegap...

“ Masuk !!!” perintah Ivan kepada seseorang yang nongol di pintu room. Orang tersebut jerih dan kembali masuk...



Dikantor Venus..

“ Hmmm... kamu memang udah turun mesin... Tapi Body kamu terrawat..” Ucap Paul sambil meraba tubuh Yanti. Yanti hanya menangis pasrah akan keadaan...

“ Hmm... Tete kamu sekel... sering dirawat ya ?” Taya Paul sambil tangannya membelai dada Yanti.

Saat ia akan mencium bibir Yanti...

“ Bruak..!!” pintu kantor hancur diterjang oleh Bian dan Angga

“ Yan... pulang...” Ucap Ivan

“ Oooo... ngga semudah itu bocah...” ucap Paul sambil meraih sebilah pisau

“ Deuuhh... bencong Jl. Jaksa !!” omel Bian

“ Wuut.! Wuuut...!” suara sabetan belati kearah Ivan terdengar.

” Plak..! Plaak...!!” suara tangan dipukul terdengar diikuti suara pisau yang jatuh. Angga memainkan keluwesan gerakannya untuk melucuti Paul

“ Bang...” ucap Angga mempersilahkan

Ivan mengambil kuda kuda. Tapi Paul menyerbunya hingga sebuah kepalan tangan mendarat diwajah Ivan.

“ Ughhh...” keluh Ivan

Sementara itu Bian dan Angga sedang sibuk menghantam preman anakbuah Paul. Bibir Angga tampak berdarah. Sementara Bian melakukan gerakan luarbiasa. Ia memeluk lawannya dan mengangkatnya alu membanting orang tersebut hingga kepalanya membentur lantai,

“ Kraaakk...!” suara leher dislokasi terdengar saat Angga melumpuhkan lawannya

“ Hrrggghh.. Buk..!.. Buk...! Diesshh...” pukulan bertubi tubi dari Ivan mendarat ditubuh Paul. Lalu Ivan gerakan grapling mencekik Paul

“ Lepasin sodara gua !!” ucap Ivan sadis

“ Hkkkkkkhhhh...nnngggh...” Tolak Paul. Ivan memperketat Graplingnya

“ Hhhhggggghhh. Iyyh... Iyyhh...” Seru Paul menyerah.

Ivan melepaskan Graplingnya, lalu ia melepaskan ikatan ditangan Yanti.

“ Kalian Siapa ?” tanya Yanti

Ivan membuka maskernya...

“ De....” ucap Yanti kaget

“ Sssshhhh...” pinta Ivan. Yanti pun menurut

Selesai membantu Yanti, Ivan mendekati Paul

“ Siapa yang nyuruh elu ?” tanya Ivan

“ Ngga ada...” jawab Paul ketakutan

“ Buakk... “ Bian menghantam Paul

“ Arrrgh...” keluh Paul

“ Siapa..?” tanya Bian sambil menjambak rambut Paul, sepertinya Paul mengulur waktu agar anak buahnya berdatangan. Tapi ia tak tahu kalo semua anakbuahnya di karaoke ini sudah dilumpuhkan.

“ Aaah... ampun... ampun.... Kalo mau ngambil uang... itu dilaci kedua kanan ” Teriak Paul

“ Siapa ???” Tanya Ivan sambil menghantam pipi Paul

“ Tanto... Tanto...” Jawab Paul ketakutan

“ KTP sama ATM saya ditahan dia..” ucap Yanti

“ Dimana ??” tanya Angga sambil menekan Bahu Paul

“ Aaaaaaaaaaaa....!!!! Dilaci kiri... semua KTP sama ATM disanaaaaa...!!” teriak Paul kesakitan

Bian memeriksa laci itu.. Benar saja setumpuk KTP dan ATM tersumpan Rapu...

“ Cari nih...” Ucap Bian. Yantu mencari KTP nya dan mengambilnya bersama ATM.

“ Teman temanku juga pengen pulang..” ucap Yantu

“ Pasti diurus Polisi... Tenang ya...” jawab Ivan

Angga sudah duduk di meja Paul dan mulai mencari data pegawai. Tapi ia kesulitan memasuki database sistem itu. Angga ngga kehilangan akal, segera ia mendownload aplikasi Database injector yang tersimpan di Cloudnya, lalu ia asyik mengoprek database pegawai. Ia mencari data Yanti dan menghapusnya. Lalu ia menyimpan aplikasi time bomb.

“ 7 menit...” ucap Rodi

“ We’re done...” sahut Angga

“ Go...!” seru Rodi

Semua bergegas keluar dari karaoke tersebut. Sementara Aplikasi Time Bomb bekerja menghancurkan Database kepegawaian yang sudah disalin Angga ke Cloud storagenya juga rekaman CCTV.

5 menit kemudian mereka melaju pulang ke rumah...

Sesampai dirumah, Yanti dipeluk Cici. Sementara Bian meminta Cici jangan berisik. Setelah mengantar Yanti kekamar Cici semua berjalan mengendap, dan pura pura tidur.



Saat subuh aku terangbun. Aku agak curiga melihat ketiga samurai mudaku berpakaian seragam, walaupun posisi mereka tertidur ( Pura pura tidur sih sebenernya )

“ Ivan.. Bian... Angga.. Bangun...” perintahku

Ketiganya tercekat lalu bangun...

“ Ya Allah... abis darimana ??” tanyaku. Tak seorangpun menjawab. Para Wildwolfes terbangun dan heran melihat ketiga samurai muda lebam wajahnya, bahkan sudut bibir Angga masih menyimpan bekas darah.

“ Masya Allah...” Omel Maher

“ Ayah...!!” Seru Yantu memelukku sambil menangis

“ Hloh... Yanti...” Seru Istriku yang melihat yanti dengan pakaian minim

“ Bundaaa....” Yanti menangis histeris dipelukan istriku

“ Hssshhh... sudah nak... Sudah...” bujuk istriku menenangkan Yanti

“ Kita salin dulu yuk...” ajak Istriku

Sementara itu di ruang tengah Ketiga samurai mudaku, Ali, Rodi, Darus, Agus dan Sitinjak berdiri mematung bersiap menerima tindakan.

“ Apa alasan kalian sekarang ??” tanya Maher

“ Siap... kami berinisiatif membantu Yantu lepas dari tangan Paul ” jawab Ali tegas. Lalu ia menceritakan kronologis kejadiannya.

“ Huuuffft... Ya sudah... tindakan kalian salah walaupun maksudnya bagus, dan usul saya... Semuanya jangan diberi tindakan apa apa...” ucap Arhan

“ Yasudah... Walaupun kesal, Kaka memuji nyali kalian... Jangan dipake sembarangan ya ” ucap Mahesh

“ Bang Ivan... Makasih yaa...” Ucap Cici

“ Bukan abang aja sih Ci... Bang Ali sama Bang Rodi juga bantuin banget...” jawan Ivan

“ Iya terimakasih buat kalian juga... Alhamdulillah...” ucap Cici sumringah

“ Okay... Kalian turun 50 !!” perintah Maher sambil mengambil posisi Push Up

Semua orang turun mengikuti perintah Maher. Aku hanya bisa menggeleng takjub melihat ulah Samurai mudaku...

“ Ivan, Bian sama Angga sudah layak menyandang nama Wildwolf....” ucap Fisher berbisik kepada Maher

“ Young Wildwolf...” koreksi Brighteyes

Maher tersenyum mendengar ucapa Fisher dan mengangguk setuju. Sementara itu Ketiga samurai mudaku mendapatkan perawatan dari Stella dan Ratri.

“ Okay... Saya sudah suruh orang mengusut kejadian in... dan akan ditangani oleh Polres setempat “ ucap Arhan

“ Ya sudah kalian mandi sana...” ucap istriku sambil membelai mereka

“ YOUNG WOLF....!!” panggil Lonewolf

Ketiganya menoleh...

“ AUUUUUUUUUUU.....!!!” lolongan kehormatan dari Wildwolfes terdengar menyambut pagi

Aku tersenyum dan menggelengkan kepala tak percaya.

Akhirnya suasana kembai normal. Yanti menceritakan kejadian yang Ia alami dan memohon bantuan agar teman temannya bisa dipulangkan. Arhan menyanggupi dan memberi petunjuk kepada petugas dari Polres. Angga menyerahkan bukti digital kepada Arhan sebagai barang bukti penyelidikan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd