pasoeka
Semprot Baru
- Daftar
- 21 Dec 2016
- Post
- 36
- Like diterima
- 518
Perkenalkan namaku Irwan, aku mau berbagi dan bercerita pengalamanku di sekitar tahun 90 an, sewaktu masih remaja dan usiaku kurang lebih genap 19 tahun tak lama setelah aku lulus SMA.
Dan sekarang usiaku sudah menginjak kepala 4
Aku lahir,tumbuh besar dan tinggal di salah satu kota besar.
Aku punya tetangga namanya Suratmi,berkulit hitam manis badannya tidak terlalu tinggi tapi sintal dan semok dengan ukuran toket yang cukup besar, yang selalu ingin dipanggil Ami (hehehe...biar gaul katanya)...wajahnya tidak terlalu cantik tapi manis.
Dia seorang penjual jamu gendong, yang sudah berjualan di kotaku dari tahun 80 an.
Dia pindah ke samping rumahku , ketika aku masih SD, kalau tidak salah waktu itu aku masih berumur 8 tahun dan duduk di bangku kelas 3 SD, sedangkan Mbak Ami sudah berusia sekitar 30 tahunan...usianya masih lebih muda dibanding Mama ku...walau terlihat hampir seperti sebaya.
Dia tinggal sendirian di rumah kecil tapi bertingkat, hidupnya terpisah dari keluarganya, karena suaminya harus mengurus sawah dan dua anaknya di kampung...sementara anak-anaknya sekolah di kampungnya, di salah satu kota di Jawa Tengah.
Seiring waktu Mbak Ami makin kenal dan dekat dengan keluargaku, dia sangat menyayangiku karena seusia dengan anaknya...dan katanya juga aku mirip dengan anaknya yang paling besar.
Jadi seolah olah aku ini dijadikan obat rindu dia kepada anaknya.
Seringkali aku main dan sampai tidur menginap di rumahnya, kami tidur di lantai atas, karena lantai bawah hanya bisa digunakan untuk ruang tamu dan kamar mandi.
Saking dekatnya aku sudah menganggap dia seperti ibuku sendiri.
Aku memanggilnya Mbak Ami...(biasa anak anak suka latah ngikutin panggilan Mamaku kepadanya).
Hubungan kasih sayang antara aku dan Mbak Ami berjalan layaknya hubungan ibu dan anak.
Ketika aku menginjak bangku SMP, aku sudah mulai puber dan sudah mulai horni jika melihat wanita seksi.
Saking dekatnya hubunganku dengan Mbak Ami, seringkali dia memeluk dan menciumku..padahal aku sudah terbilang cukup besar...karena sudah duduk dibangku SMP...sewaktu Mbak Ami memeluk dan menciumku aku malah jadi terangsang....dan sesekali aku mencuri curi kesempatan menjamah toketnya..dan paling dia cuma bilang.."eehh Wan...kamu nakal.***k boleh gitu "...tanpa ada rasa marah atau curiga...sedangkan aku hanya bisa tersenyum malu.
Sehari hari selalu begitu sampai akhirnya pada saat aku sudah duduk di bangku SMA,hubunganku dengan Mbak Ami sudah tidak sedekat dulu, dikarenakan aku sudah beranjak besar dan barangkali Mbak Ami juga akan risih jika masih melakukan peluk cium seperti dulu..(padahal aku sendiri sangat dan masih mengharapkannya...hehehe)...
meskipun dia masih sayang dan masih memperlakukan aku seperti anaknya sendiri.
Setelah menginjak remaja, gairah seks ku semakin meningkat, sementara Mbak Ami masih memperlakukan aku seperti layaknya anak kandungnya sendiri meskipun tanpa peluk dan cium seperti dulu lagi....sementara orientasi ku terhadap Mbak Ami sudah berubah, orientasi ku sekarang ingin sekali menikmati tubuh Mbak Ami.
Rasa penasaranku ingin melihat tubuh Mbak Ami dalam keadaan bugil (karena dari kecil sampai sekarang aku belum pernah melihat tubuh Mbak Ami dalam keadaan bugil ) semakin kuat.
Aku mulai mencari berbagai macam cara untuk melihat Mbak Ami dalam keadaan bugil..beberapa kali aku mencoba mengintip saat Mbak Ami mandi, tapi aku tidak mendapatkan hasil apapun, karena tidak ada celah sedikitpun untuk mengintip langsung ke kamar mandinya.
Akhirnya kuputuskan untuk mengintipnya dari balik genteng rumahku yang langsung menghadap ke kamarnya.
Karena rumahku hanya satu lantai dan tidak bertingkat seperti rumah Mbak Ami.
Maka posisi di atas plafon, dibawah atau dibalik genteng rumahku, adalah posisi yang paling pas untuk mengintip langsung ke kamarnya Mbak Ami...yang mana kebetulan jendela samping kamar Mbak Ami menghadap ke genteng samping rumahku.
Dia biasanya mandi jam 2 siang, karena setiap hari dia berjualan 2 kali.. jam 7 pagi dan jam 3 sore...karena aku tahu, pasti selalu...setelah mandi di lantai bawah Mbak Ami hanya mengenakan handuk dan naik ke lantai atas menuju kamarnya untuk berpakaian.
Kesempatan inilah yang aku harap bisa menjadi jalanku untuk dapat melihat tubuh Mbak Ami dalam keadaan bugil...
Aku sudah bersiap siap dari jam 2 siang di atas loteng dibalik genteng...hehehe...(rasa hawa panas..waktu menunggu yang lumayan lama dan rasa pegal tak kuhiraukan, demi melihat Mbak Ami dalam keadaan bugil)
Dan Akhirnyaaaaaa......
Dan sekarang usiaku sudah menginjak kepala 4
Aku lahir,tumbuh besar dan tinggal di salah satu kota besar.
Aku punya tetangga namanya Suratmi,berkulit hitam manis badannya tidak terlalu tinggi tapi sintal dan semok dengan ukuran toket yang cukup besar, yang selalu ingin dipanggil Ami (hehehe...biar gaul katanya)...wajahnya tidak terlalu cantik tapi manis.
Dia seorang penjual jamu gendong, yang sudah berjualan di kotaku dari tahun 80 an.
Dia pindah ke samping rumahku , ketika aku masih SD, kalau tidak salah waktu itu aku masih berumur 8 tahun dan duduk di bangku kelas 3 SD, sedangkan Mbak Ami sudah berusia sekitar 30 tahunan...usianya masih lebih muda dibanding Mama ku...walau terlihat hampir seperti sebaya.
Dia tinggal sendirian di rumah kecil tapi bertingkat, hidupnya terpisah dari keluarganya, karena suaminya harus mengurus sawah dan dua anaknya di kampung...sementara anak-anaknya sekolah di kampungnya, di salah satu kota di Jawa Tengah.
Seiring waktu Mbak Ami makin kenal dan dekat dengan keluargaku, dia sangat menyayangiku karena seusia dengan anaknya...dan katanya juga aku mirip dengan anaknya yang paling besar.
Jadi seolah olah aku ini dijadikan obat rindu dia kepada anaknya.
Seringkali aku main dan sampai tidur menginap di rumahnya, kami tidur di lantai atas, karena lantai bawah hanya bisa digunakan untuk ruang tamu dan kamar mandi.
Saking dekatnya aku sudah menganggap dia seperti ibuku sendiri.
Aku memanggilnya Mbak Ami...(biasa anak anak suka latah ngikutin panggilan Mamaku kepadanya).
Hubungan kasih sayang antara aku dan Mbak Ami berjalan layaknya hubungan ibu dan anak.
Ketika aku menginjak bangku SMP, aku sudah mulai puber dan sudah mulai horni jika melihat wanita seksi.
Saking dekatnya hubunganku dengan Mbak Ami, seringkali dia memeluk dan menciumku..padahal aku sudah terbilang cukup besar...karena sudah duduk dibangku SMP...sewaktu Mbak Ami memeluk dan menciumku aku malah jadi terangsang....dan sesekali aku mencuri curi kesempatan menjamah toketnya..dan paling dia cuma bilang.."eehh Wan...kamu nakal.***k boleh gitu "...tanpa ada rasa marah atau curiga...sedangkan aku hanya bisa tersenyum malu.
Sehari hari selalu begitu sampai akhirnya pada saat aku sudah duduk di bangku SMA,hubunganku dengan Mbak Ami sudah tidak sedekat dulu, dikarenakan aku sudah beranjak besar dan barangkali Mbak Ami juga akan risih jika masih melakukan peluk cium seperti dulu..(padahal aku sendiri sangat dan masih mengharapkannya...hehehe)...
meskipun dia masih sayang dan masih memperlakukan aku seperti anaknya sendiri.
Setelah menginjak remaja, gairah seks ku semakin meningkat, sementara Mbak Ami masih memperlakukan aku seperti layaknya anak kandungnya sendiri meskipun tanpa peluk dan cium seperti dulu lagi....sementara orientasi ku terhadap Mbak Ami sudah berubah, orientasi ku sekarang ingin sekali menikmati tubuh Mbak Ami.
Rasa penasaranku ingin melihat tubuh Mbak Ami dalam keadaan bugil (karena dari kecil sampai sekarang aku belum pernah melihat tubuh Mbak Ami dalam keadaan bugil ) semakin kuat.
Aku mulai mencari berbagai macam cara untuk melihat Mbak Ami dalam keadaan bugil..beberapa kali aku mencoba mengintip saat Mbak Ami mandi, tapi aku tidak mendapatkan hasil apapun, karena tidak ada celah sedikitpun untuk mengintip langsung ke kamar mandinya.
Akhirnya kuputuskan untuk mengintipnya dari balik genteng rumahku yang langsung menghadap ke kamarnya.
Karena rumahku hanya satu lantai dan tidak bertingkat seperti rumah Mbak Ami.
Maka posisi di atas plafon, dibawah atau dibalik genteng rumahku, adalah posisi yang paling pas untuk mengintip langsung ke kamarnya Mbak Ami...yang mana kebetulan jendela samping kamar Mbak Ami menghadap ke genteng samping rumahku.
Dia biasanya mandi jam 2 siang, karena setiap hari dia berjualan 2 kali.. jam 7 pagi dan jam 3 sore...karena aku tahu, pasti selalu...setelah mandi di lantai bawah Mbak Ami hanya mengenakan handuk dan naik ke lantai atas menuju kamarnya untuk berpakaian.
Kesempatan inilah yang aku harap bisa menjadi jalanku untuk dapat melihat tubuh Mbak Ami dalam keadaan bugil...
Aku sudah bersiap siap dari jam 2 siang di atas loteng dibalik genteng...hehehe...(rasa hawa panas..waktu menunggu yang lumayan lama dan rasa pegal tak kuhiraukan, demi melihat Mbak Ami dalam keadaan bugil)
Dan Akhirnyaaaaaa......
Terakhir diubah: