Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Teman kerjaku idamanku

Apakah cerita nya perlu dilanjutkan?


  • Total voters
    190
  • Poll closed .
Hari pun berganti hari. Hubunganku dengan Rani normal – normal saja sebagaimana sebelumnya. Hubungan sesama rekan kerja berjalan seperti biasa. Kami tidak pernah sedikitpun membahas kejadian saat training. Obrolan yang menyerempet kea rah sana pun tidak ada. Hanya saja aku sepertinya belum bisa move – on. Setiap hari aku masih sering memperhatikan ketek Rani yang mulus itu saat dia melepaskan seragam kerja. Terkadang pusarnya juga terlihat sedikit. Jika sudah seperti itu biasanya aku melampiaskan di kost. Biasa lah seperti jomblo – jomblo yang lainnya. Aku tuntaskan hasratku di kamar mandi kost. Aku pikir ini mungkin jalan yang terbaik dibandingkan jika aku ‘beli’ di luar atau melakukan sex bebas. Karena resiko tertular penyakit sangat besar. Resiko dosa juga akan selalu menghantuiku. Toh aku sama Rani tidak melakukan hubungan badan selayaknya suami – istri. Kami hanya saling menyenangkan satu sama lain.

Hingga pada suatu hari perusahaanku melakukan ekspansi dengan membuka kantor cabang. Jaraknya tidak jauh dari kantor pusat yang aku tinggali. Pembangunan menghabiskan waktu sekitar 6 bulan. Minggu depan akan dilakukan launching sehingga minggu ini ada tugas untuk memeriksa segala kelengkapannya. Bos Yasto pun memerintahkan aku dan Rani untuk memeriksanya.

Seperti biasa, Rani yang menyetir sedangkan aku duduk manis di dalam mobil. Kami pun menuju ke kantor cabang. Disana kami membutuhkan waktu hampir 4 jam untuk memeriksa kesiapan acara. Tak terasa sudah jam 2 baru kami menyelesaikannya. Kamipun segera kembali ke kantor pusat yang membutuhkan perjalanan selama 30 menit. Di tengah perjalanan, Rani mengambil jalan lain tidak seperti saat berangkat tadi. Aku pun bertanya kepada Rani.

“Mau kemana kita Ran?”

“Ke rumahku sebentar Rav, ada yang ketinggalan” jawab Rani.

Sepengetahuanku, rumah Rani memang terletak ditengah – tengah antara kantor pusat dengan kantor cabang. Rumahnya termasuk di kluster perumahan elit di kota ku. Kebanyakan penghuninya adalah bos – bos perusahaan dan pengusaha – pengusaha sukses. Kutahu itu dari informasi temanku saat kecil yang sekarang sudah menjadi Bos (Manager) di salah satu perusahaan di sini.

“Emang gpp Ran aku ke rumahmu? Nanti tetangga – tetangga gimana? Berfikir negative ngga mereka? Soalnya perumahan kluster kan gak ada pagarnya?” Aku memberondong Rani dengan berbagai pertanyaan.

“Justru itu Rav, kalo malem malah pada curiga. Kalo masih siang gini gak ada yang curiga” jawabnya

“Emang apa yang ketinggalan Ran?”

“Charger Rav, baterenya udah mau abis. Nanti malam suamiku mau nelpon katanya kalo jadi dia diajak bos nya ada makan malam dari perusahaan gitu. Sekali nanti aku di charge juga ya Rav” jawab Rani sambil tersenyum.

Mendengar jawaban dari Rani, seketika itu pula juniorku langsung menegang. Alamak apalagi yang bakalan terjadi ini, pikirku.

Kamipun menuju rumah Rani. Perumahan tempat tinggal Rani menganut sistem one way gate sehingga aku yang bukan penduduk perumahan harus menitipkan KTP terlebih dahulu. Untuk penduduk perumahan diberikan kartu member sehingga bisa keluar – masuk dengan tidak meninggalkan KTP.

Rani kemudian memarkirkan mobil di carport depan rumahnya. Akupun mengikuti Rani masuk kedalam rumahnya. Kulihat sekeliling rumahnya sangat bagus dan luas. Ukurannya sekitar 2 kali dari perumahan BTN. Di bagian belakang rumah masih ada sisa halaman, dan sudah berpagar tembok sekitar 4 meter an sehingga antar tetangga tidak kelihatan.

“Sisa tanah di belakang masih luas ya Ran” ujarku memecah keheningan.

“Iya, lumayan masih bisa buat jemur pakaian ataupun nongkrong – nongkrong. Suamiku sih pengennya ada kolam ikannya” jawab Rani

“Eh, chargernya udah diambil belum?”

“Udah Rav, tinggal aku yang belum di charge”

Akupun jadi salah tingkah.

“Ayok Rav charge-in aku di halaman belakang. Sudah lama aku pengen main outdoor. Tapi seragam dilepas dulu ya, nanti bisa acak – acakan ketahuan orang lain” pinta Rani.

Wah, hari ini aku main sama Rani di rumahnya pula, sorakku dalam hati.

Juniorku pun langsung tegang dan mengeras, tanpa banyak bicara aku melepas pakaianku satu persatu dengan penuh semangat. Rani pun juga begitu. Aku mengikutinya dari belakang menuju halaman belakang rumah lain. Tak lupa Rani mengambil matras yoga yang biasa dia gunakan untuk berolahraga.

Sesampainya dibelakang, Rani menggelar matrasnya dan langsung merebahkan dirinya dan mengangkangkan kedua kakinya.

“Ayo Rav, kita main cepet biar teman kantor gak curiga”

“B…bb…baik Ran” jawabku terbata – bata melihat pemandangan indah di depanku ini.

Walaupun aku sudah beberapa kali enak – enak dengan Rani tapi rasanya aku tidak bosan melihat setiap lekuk tubuhnya. Apakah ini karena sensasi binor, panlok atau memang nafsuku aja yang seperti ini.

Akupun tiarap menjilati mem*k Rani dan dengan kedua tanganku memegang payudara Rani. Kucubit pelan – pelan puting Rani yang mulai mengeras. Kemudian kedua tangan kananku kugerakkan menuju kebawah. Ketelusuri perut Rani, pusarnya dan kemudian menuju rambut kemaluannya. Ku elus – elus dengan lembut rambut kemaluan Rani yang tipis itu sembari kujilati it*il Rani dengan agak kasar. Rani menggelepar tidak karuan. Melihat kondisi seperti itu kuturunkan lagi kedua tanganku. Kedua jempol tanganku naik turun disekitar pinggir mem*k Rani seperti memijat secara pelan – pelan. Saat posisi jempol tanganku dipinggir it*ilnya, kusedot it*ilnya yang sedikit menonjol. Kemudian kubelai lagi rambut kemaluannya yang tipis.

Tangan kiri menutupi mulutnya agar erangannya tidak terlalu kencang sehingga dapat terdengar oleh tetangga, dan tangan kanannya menjambak rambutku. Kulakukan itu sekitar 5 menit. Rani pun terlihat kepayahan dan mem*knya kurasakan sudah sangat basah. Tanpa berbicara, Rani kemudian mengangkangkan kakinya lebih lebar lagi, tangan kirinya diarahkan menuju mem*knya. Jari – jarinya membuka lebar – lebar mem*knya sehingga terlihatlah keseluruhan mem*knya yang sangat indah itu. Tangan kanan Rani memegang tangan kananku dan mengarahkan ke mem*knya. Rani mengarahkan jari telunjuk dan jari tengahku untuk menggosok – gosok mem*knya. Licin dan basah sekali kurasakan di jariku. Ku gerakkan kedua jariku keatas dan kebawah. Disaat jariku menyentuh it*lnya, Rani menjerit pelan. Aaahhh, pasti Rani keenakan saat kusentuh it*lnya.

Semakin lama, gerakanku sedikit kupercepat, tangan kanan Ranimenutupi mulutnya sehingga sekarang tanganku tidak ada yang menuntunnya. Hingga kemudian tak kusengaja……

Bless……kedua jariku masuk kedalam mem*ek Rani.

“Aaaaahhhhh Ravhhh kokhhhh mahhsukhhh siihhhhh” protes Rani.

“Waduh maaf Ran, gak sengaja. Licin banget ini soalnya. Trus gimana nih diterusin apa udahan?” tawarku.

“Yaah uhdaaaahhh tehhruhhsiiinhh aaahjaaah Raavvhhh” jawab Rani.

Akupun sudah mendapatkan lampu hijau dari Rani. Kokocok mem*k Rani dengan kedua jariku kemudian akupun sembari menjilati it*lnya. Tak berapa lama Rani pun mengerang keenakan. Tubuhnya berkedut – kedut dan kurasakan cairan kenikmatannya mengalir di jari tanganku. Cantik sekali kulihat Rani saat orgasme. Melihat tubuh putih indahnya berkeringat di bawah terik matahari dan berkedut – kedut bagaikan melihat bidadari yang turun dari langit. Kucabut jariku dan kubiarkan Rani memulihkan tubuhnya yang terengah – engah.

“Enak gak Ran di outdoor gini” Aku coba bertanya ke Rani.

“Enak pake banget Rav” jawabnya sambil duduk

“Jarimu tadi kok masuk Rav? kan aku udah bilang mem*k ini hanya untuk suamiku” ujar Rani agak ketus.

“Maaf ya Ran, aku juga gak sengaja tadi. Tadi rasanya licin terus tiba – tiba aja masuk. Aku juga gak nyangka” aku coba berdalih

“Salahku juga sih Rav, tadi enak banget sampai aku lupa diri”

“Trus sekarang kamu mau dienakin gimana Rav?” tawar Rani

“Hmmm…kapan – kapan aja deh Ran, ini soalnya udah lebih dari 15 menit kita disini. nanti kalo kelamaan teman – teman kantor pada curiga” kucoba jual mahal tetapi dalam hati aku sudah konak. Junior ini udah meronta – ronta ingin dibelai

“Beneran gak mau dienakin? Ya udah kalo gitu cuci muka dulu Rav di kamar mandiku takut orang lain kecium bau mem*kku di muka mu….Hehehehe” Rani sambil tertawa kecil.

Akupun menuju kamar mandi Rani. Kamar mandinya agak kecil seperti rumah – rumah minimalis yang sering aku lihat di HP. Akupun mencuci muka dengan sabun untuk menghilangkan bau mem*k Rani. Kemudian aku memakai seragam kerja lengkap dan siap kembali ke kantor. Sedikit terlintas di benakku membayangkan betapa enaknya menggenjot Rani di kamar mandinya. Walaupun sempit tapi jika sama Rani serasa melayang ke angkasa. Seharusnya yang menjadi suami nya Rani adalah lelaki yang paling beruntung di dunia jika mengetahui betapa liar dan binalnya Rani. Tetapi mungkin sudah takdir, untuk mengerem tingkah laku Rani maka Rani mendapatkan suami yang tidak terlalu hyperseks. Kalo tidak begitu mungkin kejadian yang aku alami bersama Rani tidak akan terjadi.

“Rav, ayok kita berangkat” Rani membangunkan khayalanku

“Iya Ran” jawabku

Kamipun kemudian kembali ke kantor. Sesampainya di kantor, kami beraktifitas seperti biasa hingga kemudian jam pulang kerja berbunyi. Akupun buru – buru pulang ke kost dank e kamar mandi. Tak lama kemudian juniorku kuoles dengan shampoo dan ku kocok pelan – pelan sambil membayangkan kejadian tadi siang bersama Rani hingga mengeluarkan cairan kenikmatan……..
 
Hari pun berganti hari. Hubunganku dengan Rani normal – normal saja sebagaimana sebelumnya. Hubungan sesama rekan kerja berjalan seperti biasa. Kami tidak pernah sedikitpun membahas kejadian saat training. Obrolan yang menyerempet kea rah sana pun tidak ada. Hanya saja aku sepertinya belum bisa move – on. Setiap hari aku masih sering memperhatikan ketek Rani yang mulus itu saat dia melepaskan seragam kerja. Terkadang pusarnya juga terlihat sedikit. Jika sudah seperti itu biasanya aku melampiaskan di kost. Biasa lah seperti jomblo – jomblo yang lainnya. Aku tuntaskan hasratku di kamar mandi kost. Aku pikir ini mungkin jalan yang terbaik dibandingkan jika aku ‘beli’ di luar atau melakukan sex bebas. Karena resiko tertular penyakit sangat besar. Resiko dosa juga akan selalu menghantuiku. Toh aku sama Rani tidak melakukan hubungan badan selayaknya suami – istri. Kami hanya saling menyenangkan satu sama lain.

Hingga pada suatu hari perusahaanku melakukan ekspansi dengan membuka kantor cabang. Jaraknya tidak jauh dari kantor pusat yang aku tinggali. Pembangunan menghabiskan waktu sekitar 6 bulan. Minggu depan akan dilakukan launching sehingga minggu ini ada tugas untuk memeriksa segala kelengkapannya. Bos Yasto pun memerintahkan aku dan Rani untuk memeriksanya.

Seperti biasa, Rani yang menyetir sedangkan aku duduk manis di dalam mobil. Kami pun menuju ke kantor cabang. Disana kami membutuhkan waktu hampir 4 jam untuk memeriksa kesiapan acara. Tak terasa sudah jam 2 baru kami menyelesaikannya. Kamipun segera kembali ke kantor pusat yang membutuhkan perjalanan selama 30 menit. Di tengah perjalanan, Rani mengambil jalan lain tidak seperti saat berangkat tadi. Aku pun bertanya kepada Rani.

“Mau kemana kita Ran?”

“Ke rumahku sebentar Rav, ada yang ketinggalan” jawab Rani.

Sepengetahuanku, rumah Rani memang terletak ditengah – tengah antara kantor pusat dengan kantor cabang. Rumahnya termasuk di kluster perumahan elit di kota ku. Kebanyakan penghuninya adalah bos – bos perusahaan dan pengusaha – pengusaha sukses. Kutahu itu dari informasi temanku saat kecil yang sekarang sudah menjadi Bos (Manager) di salah satu perusahaan di sini.

“Emang gpp Ran aku ke rumahmu? Nanti tetangga – tetangga gimana? Berfikir negative ngga mereka? Soalnya perumahan kluster kan gak ada pagarnya?” Aku memberondong Rani dengan berbagai pertanyaan.

“Justru itu Rav, kalo malem malah pada curiga. Kalo masih siang gini gak ada yang curiga” jawabnya

“Emang apa yang ketinggalan Ran?”

“Charger Rav, baterenya udah mau abis. Nanti malam suamiku mau nelpon katanya kalo jadi dia diajak bos nya ada makan malam dari perusahaan gitu. Sekali nanti aku di charge juga ya Rav” jawab Rani sambil tersenyum.

Mendengar jawaban dari Rani, seketika itu pula juniorku langsung menegang. Alamak apalagi yang bakalan terjadi ini, pikirku.

Kamipun menuju rumah Rani. Perumahan tempat tinggal Rani menganut sistem one way gate sehingga aku yang bukan penduduk perumahan harus menitipkan KTP terlebih dahulu. Untuk penduduk perumahan diberikan kartu member sehingga bisa keluar – masuk dengan tidak meninggalkan KTP.

Rani kemudian memarkirkan mobil di carport depan rumahnya. Akupun mengikuti Rani masuk kedalam rumahnya. Kulihat sekeliling rumahnya sangat bagus dan luas. Ukurannya sekitar 2 kali dari perumahan BTN. Di bagian belakang rumah masih ada sisa halaman, dan sudah berpagar tembok sekitar 4 meter an sehingga antar tetangga tidak kelihatan.

“Sisa tanah di belakang masih luas ya Ran” ujarku memecah keheningan.

“Iya, lumayan masih bisa buat jemur pakaian ataupun nongkrong – nongkrong. Suamiku sih pengennya ada kolam ikannya” jawab Rani

“Eh, chargernya udah diambil belum?”

“Udah Rav, tinggal aku yang belum di charge”

Akupun jadi salah tingkah.

“Ayok Rav charge-in aku di halaman belakang. Sudah lama aku pengen main outdoor. Tapi seragam dilepas dulu ya, nanti bisa acak – acakan ketahuan orang lain” pinta Rani.

Wah, hari ini aku main sama Rani di rumahnya pula, sorakku dalam hati.

Juniorku pun langsung tegang dan mengeras, tanpa banyak bicara aku melepas pakaianku satu persatu dengan penuh semangat. Rani pun juga begitu. Aku mengikutinya dari belakang menuju halaman belakang rumah lain. Tak lupa Rani mengambil matras yoga yang biasa dia gunakan untuk berolahraga.

Sesampainya dibelakang, Rani menggelar matrasnya dan langsung merebahkan dirinya dan mengangkangkan kedua kakinya.

“Ayo Rav, kita main cepet biar teman kantor gak curiga”

“B…bb…baik Ran” jawabku terbata – bata melihat pemandangan indah di depanku ini.

Walaupun aku sudah beberapa kali enak – enak dengan Rani tapi rasanya aku tidak bosan melihat setiap lekuk tubuhnya. Apakah ini karena sensasi binor, panlok atau memang nafsuku aja yang seperti ini.

Akupun tiarap menjilati mem*k Rani dan dengan kedua tanganku memegang payudara Rani. Kucubit pelan – pelan puting Rani yang mulai mengeras. Kemudian kedua tangan kananku kugerakkan menuju kebawah. Ketelusuri perut Rani, pusarnya dan kemudian menuju rambut kemaluannya. Ku elus – elus dengan lembut rambut kemaluan Rani yang tipis itu sembari kujilati it*il Rani dengan agak kasar. Rani menggelepar tidak karuan. Melihat kondisi seperti itu kuturunkan lagi kedua tanganku. Kedua jempol tanganku naik turun disekitar pinggir mem*k Rani seperti memijat secara pelan – pelan. Saat posisi jempol tanganku dipinggir it*ilnya, kusedot it*ilnya yang sedikit menonjol. Kemudian kubelai lagi rambut kemaluannya yang tipis.

Tangan kiri menutupi mulutnya agar erangannya tidak terlalu kencang sehingga dapat terdengar oleh tetangga, dan tangan kanannya menjambak rambutku. Kulakukan itu sekitar 5 menit. Rani pun terlihat kepayahan dan mem*knya kurasakan sudah sangat basah. Tanpa berbicara, Rani kemudian mengangkangkan kakinya lebih lebar lagi, tangan kirinya diarahkan menuju mem*knya. Jari – jarinya membuka lebar – lebar mem*knya sehingga terlihatlah keseluruhan mem*knya yang sangat indah itu. Tangan kanan Rani memegang tangan kananku dan mengarahkan ke mem*knya. Rani mengarahkan jari telunjuk dan jari tengahku untuk menggosok – gosok mem*knya. Licin dan basah sekali kurasakan di jariku. Ku gerakkan kedua jariku keatas dan kebawah. Disaat jariku menyentuh it*lnya, Rani menjerit pelan. Aaahhh, pasti Rani keenakan saat kusentuh it*lnya.

Semakin lama, gerakanku sedikit kupercepat, tangan kanan Ranimenutupi mulutnya sehingga sekarang tanganku tidak ada yang menuntunnya. Hingga kemudian tak kusengaja……

Bless……kedua jariku masuk kedalam mem*ek Rani.

“Aaaaahhhhh Ravhhh kokhhhh mahhsukhhh siihhhhh” protes Rani.

“Waduh maaf Ran, gak sengaja. Licin banget ini soalnya. Trus gimana nih diterusin apa udahan?” tawarku.

“Yaah uhdaaaahhh tehhruhhsiiinhh aaahjaaah Raavvhhh” jawab Rani.

Akupun sudah mendapatkan lampu hijau dari Rani. Kokocok mem*k Rani dengan kedua jariku kemudian akupun sembari menjilati it*lnya. Tak berapa lama Rani pun mengerang keenakan. Tubuhnya berkedut – kedut dan kurasakan cairan kenikmatannya mengalir di jari tanganku. Cantik sekali kulihat Rani saat orgasme. Melihat tubuh putih indahnya berkeringat di bawah terik matahari dan berkedut – kedut bagaikan melihat bidadari yang turun dari langit. Kucabut jariku dan kubiarkan Rani memulihkan tubuhnya yang terengah – engah.

“Enak gak Ran di outdoor gini” Aku coba bertanya ke Rani.

“Enak pake banget Rav” jawabnya sambil duduk

“Jarimu tadi kok masuk Rav? kan aku udah bilang mem*k ini hanya untuk suamiku” ujar Rani agak ketus.

“Maaf ya Ran, aku juga gak sengaja tadi. Tadi rasanya licin terus tiba – tiba aja masuk. Aku juga gak nyangka” aku coba berdalih

“Salahku juga sih Rav, tadi enak banget sampai aku lupa diri”

“Trus sekarang kamu mau dienakin gimana Rav?” tawar Rani

“Hmmm…kapan – kapan aja deh Ran, ini soalnya udah lebih dari 15 menit kita disini. nanti kalo kelamaan teman – teman kantor pada curiga” kucoba jual mahal tetapi dalam hati aku sudah konak. Junior ini udah meronta – ronta ingin dibelai

“Beneran gak mau dienakin? Ya udah kalo gitu cuci muka dulu Rav di kamar mandiku takut orang lain kecium bau mem*kku di muka mu….Hehehehe” Rani sambil tertawa kecil.

Akupun menuju kamar mandi Rani. Kamar mandinya agak kecil seperti rumah – rumah minimalis yang sering aku lihat di HP. Akupun mencuci muka dengan sabun untuk menghilangkan bau mem*k Rani. Kemudian aku memakai seragam kerja lengkap dan siap kembali ke kantor. Sedikit terlintas di benakku membayangkan betapa enaknya menggenjot Rani di kamar mandinya. Walaupun sempit tapi jika sama Rani serasa melayang ke angkasa. Seharusnya yang menjadi suami nya Rani adalah lelaki yang paling beruntung di dunia jika mengetahui betapa liar dan binalnya Rani. Tetapi mungkin sudah takdir, untuk mengerem tingkah laku Rani maka Rani mendapatkan suami yang tidak terlalu hyperseks. Kalo tidak begitu mungkin kejadian yang aku alami bersama Rani tidak akan terjadi.

“Rav, ayok kita berangkat” Rani membangunkan khayalanku

“Iya Ran” jawabku

Kamipun kemudian kembali ke kantor. Sesampainya di kantor, kami beraktifitas seperti biasa hingga kemudian jam pulang kerja berbunyi. Akupun buru – buru pulang ke kost dank e kamar mandi. Tak lama kemudian juniorku kuoles dengan shampoo dan ku kocok pelan – pelan sambil membayangkan kejadian tadi siang bersama Rani hingga mengeluarkan cairan kenikmatan……..
Ini beneran real life ni suhu?
Kuat banget nahannya..
 
Uggh membayangkannya aja udah bikin panas dingin tapi dia masih bisa nahan diri saluuut
 
Tak lama kemudian juniorku kuoles dengan shampoo dan ku kocok pelan – pelan sambil membayangkan kejadian tadi siang bersama Rani hingga mengeluarkan cairan kenikmatan……..

Pake shampho mah mainstream...
Pake geliga dong....
Hahahaha....:Peace:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd