Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Teh Hani: Fantasi yang Jadi Kenyataan

Part-13

Setelah pertemuan terakhir dgn teh Hani, aku merasa teh Hani banyak berubah. Dia menjadi cuek, padahal sewaktu nginap di hotel dia sangat manja. Pesan WA ku dibalas seadanya. Setiap aku merayunya selalu ditanggapi dingin. Sikap teh Hani yg seperti itu sering membuatku jengkel, walaupun semua pesan WA selalu dibalas olehnya.

Setelah beberapa bulan pertemuan terakhir, masih ingat waktu itu seminggu mau lebaran. Tiba2 teh Hani mengirim pesan WA padaku. Padahal biasanya hampir tidak pernah menghubungiku duluan. Selalu aku yg memulai duluan menghubunginya.

"Adit maaf mengganggu, teteh mau minta tolong.." isi pesan WA teh Hani yg bikin aku senang.

"Tolong apa teh? Klo aku bisa bantu pasti aku bantu" balasku

"Teteh mau pinjem uang boleh gak? Buat keperluan lebaran teteh blm punya persiapan..😢" Ucap teh Hani dgn emoticon sedih.

"Teteh butuh berapa?" tanyaku.

"Lima juta Dit, punya gk? Tp teteh gak janji bisa bayar dlm waktu dekat" balas teh Hani.

"Ya udah kirim aja nomor rekeningnya" jawabku

"Adit makasi kamu baik banget.." ucap dia memujiku sambil mengirim nomor rekeningnya.

Setelah uangnya aku transfer, kami kembali mengobrol ringan. Aku yg tidak mau rugi kudu ada imbalannya. Aku berusaha menggoda teh Hani untuk bisa "ngentot" lagi dengannya. Tetapi teh Hani menolaknya secara halus.

"Adit klo habis lebaran mau ke sini silahkan aja tp kejadian kemarin jgn terulang lagi ya. Teteh merasa bersalah banget sama suami teteh" ucapnya yg membuatku tambah kesal.

"Tapi aku pengen kyak dulu lagi..😢" balasku dengan emoticon air mata buaya.

Ternyata pesanku itu cuma dibaca saja oleh teh Hani yg membuatku jadi gak enak hati. Banyak pertanyaan yg melintas dipikiranku. Tetapi akhirnya pesanku dibalas oleh teh Hani beberapa jam kemudian.

"Teteh gak mau Dit klo harus kyak gitu lagi, klo kamu marah ya udah teteh balikin lagi aja uangnya" balas teh Hani yg membuatku semakin panik.

"Bukan begitu, teteh pake dulu aja uangnya. Itu cuma harapan aku aja.. Klo teteh gak mau jg gpp ko" balasku pura2 ihklas.

"Ok Dit makasi perhatiannya.. Makanya kamu segera menikah biar bisa mengobati kesepian kamu" balas teh Hani.

"Iya teh klo udah ada jodohnya" jawabku dengan kekecewaan.

"Sebenernya teteh juga kangen sama kamu Dit, tp teteh gak mau lg menghianati si aa" Balas teh Hani yg bikin mood ku kembali membaik.

"Ternyata dia juga kangen sama aku." pikirku dalam hati.

"Iya teh maaf" balasku dgn kecewa.

Kemudian pada hari terakhir puasa tepatnya malam takbiran aku memutuskan untuk berangkat ke Bandung secara diam-diam tanpa mengabari teh Hani. Ternyata jalanan macet parah sampai memakan waktu berjam-jam yg biasanya cuma membutuhkan waktu 2,5 jam untuk sampai ke Bandung.

Menjelang subuh akhirnya aku sampai juga di Bandung, lalu menuju hotel yg sudah di boking sebelumnya. Setelah check-in karena terlalu lelah aku ketiduran sampai siang dan tidak sempat untuk melakukan sholat Ied. Aku bangun tidur hari sudah menjelang siang.

Setelah selesai makan lalu aku menghubungi teh Hani.

"Ass. Mohon maaf lahir batin ya teh.." isi pesan WA ku ke teh Hani.

"Mohon maaf lahir batin jg ya Dit" balas teh Hani.

"Teteh dmn, aku sekarang lg di Bandung nih..hehe" balasku.

"Hahhh.. Ko gak bilang2? Ya udah main ke sini" tanya teh Hani kaget

"Ada siapa aja di rumah?" tanyaku.

"Ada si aa sama anak2.. Buru ke sini kamu kan udh lama gak ktemu sama si aa" balas teh Hani yg bikin aku bete karena ada suaminya.

"Ya udh deh tar lagi aku ke sana" balasku

"Ok,, ditunggu" balas teh Hani singkat.

Setelah sampai di rumah teh Hani aku kembali bertemu dengan suaminya. Kami mengobrol bercanda gurau bersama teh Hani dan suaminya seolah belum pernah terjadi apa-apa.

Menjelang sore aku memutuskan untuk kembali ke hotel. Ternyata teh Hani dan suaminya juga sudah berencana untuk pergi ke rumah mertua teh Hani. Sambil mengantarkanku keluar rumah, aku mengedipkan mataku ke teh Hani. Terlihat dia sedikit tidak nyaman dengan ulahku.

"Udahhh ya, kamu jgn macam2" bisik teh Hani dengan wajah marah.

"Maaf" cuma kata maaf yg bisa aku ucapkan ke teh Hani.

"Hati2 di jalan ya Dit" ucap suami teh Hani yg juga sudah menyusul ke luar rumah.

"Iya,," jawabku sambil berangkat menggunakan mobilku.

Menjelang magrib aku kembali tiba di kamar hotel. Dengan perasaan bingung aku membuka satu per satu story WA di kontakku. Terlihat semua orang merayakan lebaran bersama keluarganya. Terlihat story teh Riska juga bahagia di kampung halaman suaminya. Begitu juga dengan story wa teh Hani.

Lewat tengah malam ada pesan masuk dari teh Hani.

"Adit kamu dimana?" tanya teh Hani.

"Di hotel, knpa?" tanyaku.

"Besok mau ketemu gak? Tanya teh Hani yg bikin aku senang gembira.

"Mau dooonngg" jawabku penuh kebahagiaan.

"Tapi jangan di hotel, ketemu di kafe biasa aja" balas teh Hani yg bikin moodku hancur lagi.

"Yaaahhh gak seru dong" jawabku kecewa.

"Ya udah kalo gak mau mah" balas teh Hani.

"Ya udah hayu, mau ktemu di kafe mana? Tanyaku.

"Kita ketemu besok sore aja di kafe "blabla", tau kan?" ucap teh Hani.

"Iya tau.." jawabku sambil memikirkan rencana berikutnya.

Besoknya kami bertemu di kafe yg sudah dijanjikan. Terlihat teh Hani menggunakan kerudung, kaca mata, kemeja katun garis2 dengan bawahan jeans ketat warna biru. Badan teh Hani terlihat sedikit lebih berisi. Melihatnya semakin montok membuat nafsuku kembali bergejolak.

Setelah selesai makan kami kembali mengobrol bercanda gurau. Tak terasa hampir 2 jam kami nongkrong di kafe itu.

"Pindah yu bosan di sini, kemana gitu" ucap teh Hani.

"Teteh pengen kemana?" tanyaku ke teh Hani.

"Terserah kamu" jawab teh Hani.

"Klo aku sih pngen balik lg ke hotel..hehe" jawabku dgn senyum nakal.

"Gak mau.." jawab teh Hani sambil manyun.

"Trus kmn dong?" ucapku sedikit kecewa.

"Gak tau bingung juga..hehe" jawab teh Hani.

"Ya udh jalan dulu aja sambil muter2 kota Bandung" ucapku jg bingung yg langsung disetujui teh Hani.

Sengaja aku arahin mobilku ke jalan deket hotel berharap teh Hani mau mampir. Tepat di jalan depan hotelku menginap aku sengaja pelan2.

"Kamu nginap di sini ya?" ucap teh Hani sambil menunjuk ke arah hotel.

"Iya.." jawabku pura2 cuek.

"Bagus juga ya hotelnya?" ucap teh Hani memuji tampilan hotelnya.

"Lumayan sih" jawabku sekenanya.

Setelah hotel terlewat beberapa ratus meter, teh Hani meminta berbalik ke hotel saja.

"Ada apa aja di sana?" tanya teh Hani.

"Biasalah ada kolam renang, kafe rooftop dan tempat gym jg ada. Tapi kopi di sana enak loh teh" ucapku meyakinkan teh Hani padahal aku sendiri belum pernah mencoba kopi disana.

"Ya udh kita ke kafe itu aja" ucap teh Hani yg bikin aku tersenyum lebar

"Ok sayaaaannggg" jawabku

"Sayang sayong..uueeekkkk" balas teh Hani meledek diikuti tawa kami berdua.

Setelah sampai di kafe hotel kami memilih meja yg diruangan terbuka dan kembali memesan makanan.

"Habis ini anterin lagi teteh pulang ya" ucap teh Hani.

"Lah gak mau mampir dulu?" tanyaku bingung.

"Enggak mau" jawab teh Hani masih jual mahal.

"Ya udh deh" ucapku kesel.

Baru beberapa menit duduk ternyata cuaca mulai hujan. Kami pun pindah ke meja di dalam kafe. Kebetulan waktu itu kafenya lumayan rame jd sedikit agak sesak karena semua pada pindah ke dalam karena hujan.

Terlihat teh Hani sedikit bete karena ramenya pengunjung.

"Ke kamar aja yu kita ngobrol di sana, di sini gak nyaman" ajakku ke teh Hani.

"Janji ya teteh jgn diapa2in" ucap teh Hani menatapku dengan serius.

"Iya ihh.." jawabku sambil nyengir kuda.

Setelah disepakati kami berjalan menuju kamar hotel. Aku yg deg2an berusaha untuk tetap tenang sambil memikirkan rencana selanjutnya.

Sesampai dalam kamar hotel, teh Hani memperhatikan sekeliling kamar lalu memuji kamarnya bagus. Karena terlalu gugup aku tidak terlalu mendengarkan ucapannya.

"Heii bengong aja?" ucap teh Hani mengagetkanku.

"Ehh..iya teh maaf" balasku.

"Huuu.." ledek teh Hani sambil rebahan di kasur hotel.

Tak lama aku menyusul rebahan disamping teh Hani. Lalu kami kembali mengobrol ngalor ngidul membahas berbagai hal sambil menonton TV. Cukup lama kami mengobrol sampai kami kehabisan bahan untuk dibahas.

Di sela-sela obrolan kami ternyata ada telpon masuk dari teh Riska yg membuatku panik. Teh Hani cuma tersenyum memperhatikanku.

"Kenapa gak diangkat?" tanya teh Hani yg bikin aku salting.

"Itu temen aku, palingan cuma iseng" jawabku berbohong.

"Halahh gak usah bohong itu Riska kan..hahhaa?"ucap teh Hani yg bikin aku syok.

"Kok teteh tau?" tanyaku penasaran.

"Terlihat dari nama kontaknya" jawab teh Hani.

"Ohh.. Iya takutnya teteh cemburu gitu..hehe" ucapku pede tingkat tinggi.

"Kenapa harus cemburu? Kamu kan bukan siapa2 teteh" jawab teh Hani dengan tegas.

Aku yg masih panik berusaha mengalihkan pembicaraan. Tiba-tiba teh Hani kembali berucap yg bikin aku tambah panik.

"Teteh udh tau kok hubungan kamu sama si Riska" ucap teh Hani.

"Maksudnya?" tanyaku yg masih belum percaya.

"Katanya si Riska puas banget tuh sama kamu" ucap teh Hani seakan menyindir.

Aku yg mendengar ucapan teh Hani hanya bisa terdiam. Tidak menyangka teh Hani mengucapkan itu.

"Udah gak usah panik gitu biasa aja kok..hehhe" ucap teh Hani nyengir.

"Teteh tau dari siapa?" tanyaku pasrah.

"Dari si Nana temen kami juga, si Riska cerita sama Nana" ucap teh Hani yg bikin aku tambah syok.

"Haaaahhhh.. Teh Riska cerita sama orang lain?" tanyaku.

"Kita ini temenan Dit saling terbuka, cuma Riska kyaknya emg sengaja gak mau jujur sama teteh. Karena gak enak sama teteh mungkin". Jawab teh Riska.

"Jangan marah ya teh.." ucapku minta maaf.

"Awalnya teteh emg syok mendengar kabar itu. Hampir saja teteh mau melabrak si Riska. Tapi setelah dipikir-pikir gak ada gunanya. Cuma bikin persahabatan kami hancur. Toh kamu juga bukan siapa2 teteh" ucap teh Hani.

Aku yg mendengar ucapan teh Hani hanya bisa terdiam dan tertunduk malu. Ternyata selama ini teh Hani sudah mengetahui hubunganku dgn teh Riska. Pantas saja dia menjadi cuek.

"Heeii gak usah sedih gitu mukanya, biasa aja kali..hahah" ucap teh Hani mengagetkanku.

"Teteh gak marah gitu sama aku?" tanyaku.

"Gak marah cuma sebel aja masa sahabat aku kamu entot juga." jawab teh Hani yg sedikit frontal

"Iya maaf aku salah" jawabku sedih

"Udah ahh jgn minta maaf terus, sekarang anterin teteh pulang ya" ucap teh Hani sambil menatapku

Melihat tatapan teh Hani nafsuku kembali menggebu. Spontan aku langsung melumat bibir teh Hani. Beberapa detik lumatanku di bibirnya, teh Hani mendorong tubuhku tanda menolak.

"Kamu apaan sih? Udah ahh gak bakalan bener ini mah, anterin teteh sekarang.." ucap teh Hani sambil mengelap bibirnya dengan tangannya.

Tidak menyerah tanpa menjawab ucapanya aku menindih tubuhnya lalu kembali melumat bibirnya. Sedikit ada perlawanan dari teh Hani tetapi tak berarti apa-apa bagiku.

Tanganku berusaha meremas payudara teh Hani tetapi ditepis olehnya. Tanpa mengendorkan serangan aku terus melumat bibirnya. Dan tak butuh waktu lama akhirnya teh Hani menyerah, perlahan teh Hani membalas lumatan bibirku.

Kemudian aku melepaskan kerudung teh Hani dengan sekali tarik. Terlihat teh Hani mau protes dengan caraku melepas kerudungnya. Tetapi dengan cepat aku kembali melumat bibirnya.

Dengan perlahan lumatanku turun ke bagian leher dan tengkuknya. Beberapa kali teh Hani mendesis karena aksiku. Tanganku kembali mencoba meremas payudaranya dan kali ini tidak ada penolakan justru teh Hani menikmatinya.

Beberapa menit mencumbui bibir dan lehernya satu per satu kancing bajunya aku lepaskan. Karena aku sedikit kesusahan melepaskan bajunya teh Hani berinisiatif melepaskan bajunya sendiri diikuti melepaskan BH-nya.

Setelah baju dan BH-nya terlepas maka terpampanglah gunung kembarnya yg ranum. Tanpa basa basi aku langsung menyambar kedua payudaranya. Dan mengemut kedua putingnya secara bergantian. Teh Hani cuma mendesis karena seranganku.

Tanganku yg dari tadi meremas payudaranya sekarang mulai turun ke bagian bawah pusarnya. Pelan-pelan tanganku menyusup ke dalam celananya. Perlahan tapi pasti tanganku sudah berada di bagian vagina teh Hani yg ditumbuhi bulu. Ternyata vaginanya sudah sangat becek.

Pelan-pelan aku memainkan jariku di vagina teh Hani. Sesekali jariku memasuki lubang vaginanya. Teh Hani hanya bisa meleguh menahan nikmat. Tubuhnya menggelinjang seperti cacing kepanasan.

Beberapa menit mengobok-obok vagina teh Hani tanganku terasa mulai pegal karena terhalang oleh celananya. Kemudian aku mencoba melepaskan celana jeans teh Hani. Dia hanya diam memperhatikanku kegiatanku. Teh Hani menatap tajam ke arahku. Tatapan teh Hani terlihat seperti marah dan horni bercampur jadi satu yg membuatku jadi salah tingkah.

"Kamu bener-bener brengsek ya Dit udah bikin teteh kyak gini, teteh bukan lonte yg seenaknya kamu pake" Ucap teh Hani sambil menatapku tetapi jg tidak menolak aksiku.

Tanpa memperdulikan ucapan teh Hani aku terus melanjutkan membuka celananya beserta celana dalamnya. Tak butuh waktu lama untuk membuka celananya lalu akhirnya aku berhasil membuka seluruh pakaian teh Hani. Sekarang teh Hani bener-bener bugil dihadapanku.

Tanpa ba bi bu aku kembali menerkam tubuh teh Hani. Aku kembali melumat bibirnya dan tanganku mengarah ke vaginanya yg sudah becek dari tadi. Jari tengahku sudah memasuki lubang vagina teh Hani. Semakin lama jariku semakin cepat mengocok vagina teh Hani. Tubuhnya menggelinjang hebat dan meliuk-liuk ke sana ke mari.

"Plok..plok..plok..plok.." suara jariku memainkan lubang vagina teh Hani.

"Ougghhh..ahhhhh" teh Hani mendesis hebat.

Aku yang sudah horni berat dengan cepat membuka seluruh pakaianku hingga benar2 bugil. Maka terpampanglah penisku yg sudah berdiri tegak. Teh Hani hanya diam sambil menatapku sayu. Melihat ekspresinya seperti itu membuatku semakin gemes. Dengan cepat aku mengangkangi tubuh teh Hani lalu mengarahkan penisku ke mulutnya.

"Mau ngapain?" tanya teh Hani sambil menutup mulutnya.

"Emutin punyaku ya teh?" jawabku dengan wajah sange.

"gak.***k.. gak mauuu.." jawab teh Hani menolak.

Mendapat penolakan kemudian aku nekat menggesekan penisku ke mulut teh Hani.

"mmmmmmmm.***k mau ahh" ucap teh Hani sambil mendorong tubuhku.

Akhirnya aku menyerah untuk meminta teh Hani mengemut penisku. Kemudian aku kembali menindih tubuh teh Hani lalu melumat bibirnya. Kali ini teh Hani lebih agresif, dia memasukan lidahnya ke mulutku. Beberapa menit kami bermain lidah.

Puas melumat bibirnya kemudian cumbuanku mulai turun ke lehernya, payudaranya hingga mendekati bagian sensitifnya. Dengan cepat teh Hani menahan kepalaku.

"Jangan di sana jijik udah becek banget" ucap teh Hani memohon.

Tanpa memperdulikan ucapan teh Hani aku tetap melanjutkan jilatanku menuju vagina teh Hani. Teh Hani berusaha menutup kedua pahanya erat-erat. Nafsuku yg sudah diubun-ubun dengan gampang membuka lebar-lebar paha teh Hani. Kemudian langsung membenamkan mulutku ke vagina teh Hani.

"Jangaaaannn Diiittt jijik..aaahhhhhh" Erangan teh Hani mendapat perlakuanku.

Terasa cairan vagina teh Hani yg sedikit asin dan beraroma hanyir khas vagina yg membuat libidoku semakin menggebu.

"Slurp..slurp..slurp" suara emutan lidahku di vagina teh Hani.

Tubuh teh Hani menggeliat-geliat dan sesekali pinggulnya terangkat dengan sendirinya karena menahan nikmat. Sesekali kepalaku dijepit menggunakan pahanya.

"Sssstttt...Syaaaanngg enak bangeeeett" Suara teh Hani yg kembali menyebutku sayang.

"Slurp slurp slurp" jilatanku semakin lama semakin cepat yg membuat teh Hani tak tahan.

"Masukin sekarang ya pliisss" ucap teh Hani sambil memegang kepalaku.

"Aku gak bawa kondom" bisikku ke teh Hani berbohong.

Sebenarnya kondom itu sudah aku persiapkan terlebih dahulu untuk jaga-jaga kalau teh Hani pengen pakai kondom.

"Gapapa masukin aja teteh udah gak tahan" ucap teh Hani memohon.

Aku yg juga sudah horni berat tentu saja mengiyakan permintaan teh Hani dengan senang hati.

Tanpa menunggu lama aku mengangkat kedua kaki teh Hani ke pundakku. Lalu mengarahkan penisku ke vagina teh Hani. Sebelum memasukannya terlebih dahulu aku menggesekan penisku ke bagian klitorisnya.

"Cepet yaaaannkkk..jangan dimainin" rengek teh Hani memohon untuk segera memasukan penisku ke vaginanya.

"Iya sayaaanngg" jawabku dengan senyum penuh percaya diri.

Pelan-pelan aku memasukan penisku ke vagina teh Hani. Setelah penisku masuk setengah, aku mendiamkan dulu penisku sambil memperhatikan ekpresi wajah teh Hani.

"buru masukin iihh.." rengek teh Hani dengan wajah sange.

Terlihat wajah teh Hani sangat seksi dalam posisi seperti ini yang membuat penisku semakin mengeras. Dengan satu tarikan nafas aku menghentakan penisku dalam-dalam ke lubang vagina teh Hani.

"Aahhhhh.. Jgn digituin pelanin" teriak teh Hani protes.

Aku hanya tersenyum kecut mendengar teh Hani yg kembali mengoceh.

Setelah penisku masuk seluruhnya, barulah ku pompa vagina teh Hani.

"Plok..plo..plokk" suara kelamin kami beradu.

"Sssttt..ahhhh..ahhh" desah teh Hani

Sekitar 10 menit dengan posisi itu aku meminta ganti posisi. Aku meminta teh Hani untuk di atas atau WOT. Ternyata teh Hani menolak secara halus.

"Gantian ya sekarang teteh yg di atas" ucapku

"Teteh gak terlalu bisa klo di atas, cepet pegel" jawab teh Hani sambil beranjak merubah posisinya menjadi menungging.

"Dari belakang aja, teteh suka" ucap teh Hani sambil mengarahkan pinggul ke arah penisku.

Aku yg mengerti maksud teh Hani segera mengambil posisi yg pas. Aku mengarahkan penisku ke belahan pantatnya. Ternyata penisku susah masuk karna kurang pas posisinya. Kemudian dengan inisiatif sendiri teh Hani mengarahkan sendiri menggunakan tanganya.

-bersambung-
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd