Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tawaran Kehangatan dari Istri Kakak Ipar

Tawaran Kehangatan dari Istri Kakak Ipar

Daftar Isi​
Awal Petualangan I ............................ 1
Awal Petualangan II ............................ 6
Malam Kedua ...................................... 8
Kado Ulang Tahun .............................. 10
Rumah Sakit, Ruang Kelas 2 ............. 11
Jendela Rumah Tetangga ................. 11
Bulan Puasa I ..................................... 13
Bulan Puasa II .................................... 14
Bulan Puasa III ................................... 14
Di Hotel Itu I ....................................... 14
Di Hotel Itu II ...................................... 15
Saksi Mata I ....................................... 16
Saksi Mata II ...................................... 17
Sang mengintip I ............................... 17
Sang Pengintip II ............................... 18
Sang Pengintip III .............................. 21
Lapangan Terbang I .......................... 23
Lapangan Terbang II ......................... 25
Handuk Kecil Berwarna Biru ............. 27
Berkencan di Ruang Belakang I ....... 29
Berkencan di Ruang Belakang II ...... 31
Kehujanan di Hutan Kota I ............... 32
Kehujanan di Hutan Kota II .............. 33
Dan Akhirnya .................................... 34


I. Awal Petualangan

Langit membiru, matahari bersinar cerah. Pagi yang indah. Sesuai dengan jadwal rutinitasku, kubawa ember di tangan kanan dan ember kecil berisi perangkat mandi di tangan satunya dengan handuk menggantung di leher. Kutuju kamar mandi yang berada di halaman belakang rumah.

Kehidupan tahun tujuh puluhan memang belum senyaman masa kini. Karena keterbatasan anggaran, keluargaku dan keluarga kakak ipar membangun kamar mandi bersama di halaman belakang, berdempetan dengan bagian belakang rumah kakak ipar.

Bangunan kamar mandinya terbilang sederhana. Hanya terbuat dari bata merah tanpa plester dimana ruang wc terpisah dari kamar mandi sedang untuk sarana air bersih harus diambil dari kolam, bahasa lokal menyebutnya kambang, yang berada jauh di sisi lain halaman belakang rumah kakak ipar.

Jadi, bila mau mandi atau berak, kami harus mengambil air dulu dari kolam dan baru membawanya ke kamar mandi. Ketidaknyamanan tingkat tinggi bagi anak zaman now.

Langkahku menuju kolam untuk mengambil air terhenti di teras belakang rumah kakak iparku karena kutemui istri kakak iparku sedang duduk didepan seember besar rendaman pakaian kotor. Cantik sekali dia pagi ini. Wajahnya yang basah dengan keringat terlihat begitu natural, sangat seksi di mataku.

Mataku bergeser ke bawah karena, untuk menghindari daster yang dikenakannya basah akibat air cucian, istri kakak iparku mengikatnya ke pinggangnya sehingga pahanya yang putih susu dapat kunikmati, menimbulkan gejolak di dada.

Jakunku naik turun membayangkan jemariku yang mengelus paha itu, mengecupinya penuh birahi. Belum lagi membayangkan lidah ini menjilati selangkangan, saat mencumbui kemaluannya yang pasti harum dan legit.

Istri kakak ipar menghentikan kegiatannya, menyeka keringat yang jatuh di pipinya. Saat merapikan rambut panjangnya yang jatuh di wajahnya, barulah ia sadar kalau ada aku yang berdiri didekatnya sedang memperhatikannya. Istri kakak iparku balik menatap aku dan hanya tersenyum, tapi, tentu saja, membuat aku gelagapan karena tertangkap basah menonton kecantikannya.

"Amir kenapa?"Istri kakak iparku menghadapkan duduknya ke arahku.

Oh ya, perempuan mungil itu memang memanggil nama kepadaku karena posisi aku yang adik iparnya meskipun usiaku jauh lebih tua.

Dan, Hei! Teriakku dalam hati kala dia, seperti mengabaikan kehadiran aku didepannya, menggeser dasternya tinggi-tinggi lalu menguakkan kedua pahanya, sehingga dengan jelas dapat kulihat pangkal selangkangannya yang menghitam. Meskipun hanya melihat sebentar, karena istri kakak iparku langsung mengatupkan kembali selangkangannya, jantungku berdetak tak karuan, adik kecil di selangkangan berontak dan mulai menggeliat.

"Aamiir...."Suara itu membangunkan aku dari keterpesonaanku terhadap area sensitif milik istri kakak iparku itu.

"A-a-a..,"tergagap aku. Tak mampu menjawab karena pandanganku tak mampu melepaskan momen keindahan selangkangan tadi.

Alamak! Nafasku mendenguskan birahi dan imanku makin goyah manakala, entah disengaja atau tidak oleh istri kakak iparku itu, tangannya menyelinap masuk ke dalam daster dan menggaruk areal selangkangan miliknya itu.

"Gatel,"ucapnya santai, tapi menimbulkan efek yang maha dahsyat bagiku yang masih terpesona dengan semua kelakuannya. Jantungku menggemuruh kencang.

"Bulunya belum sempat di cukur, sudah panjang, jadi gatel,"lanjutnya lagi.

Fantasiku menjadi liar mendengar ucapannya. Gemetar tubuh ini membayangkan bulu-bulu ikal itu menumpuk menutupi lembah basah yang memanjang indah di selangkangan itu, membayangkan, dengan mempergunakan mulut, aku memainkan bulu-bulu ikal itu.

"Lupa pakai celana dalam, Amir."Tanpa diminta ia berucap lagi,"Semalam suamiku minta jatah."

Sialan sekali perempuan ini, pikirku. Apa maksud dia menceritakan semua itu kepadaku? Tapi, yang pasti birahi ini menggejolak tak mampu kutata lagi. Ingin aku mendekatinya, ikut menggaruk selangkangannya, dengan kemaluanku pastinya, tapi, untung saja aku masih sadar kalau kami masih di luar rumah, masih bisa jadi tontonan para tetangga.

Pandanganku teralihkan dari keindahan sang selangkangan saat anak istri kakak iparku, yang masih balita, yang sambil menangis, muncul di ambang pintu, saat istri kakak iparku berdiri dan mengambil anaknya.

Sambil duduk di ambang pintu, istri kakak iparku memangku anaknya dan menurunkan tali dasternya. Saat itu aku hanya mampu menelan ludah, berkali-kali. Buah dada yang terpampang jelas itu terlihat sangat-sangat indah. Meski anaknya lima orang, tetapi buah dadanya masih ranum, bulat sempurna, dan begitu putih. Areal kecoklatannya yang mengitari puncaknya tidak begitu luas, tetapi puting susu itu sangat menggoda. Dapat kurasakan kelaminku memanas.

Istri kakak iparku menjejalkan puting susu ke mulut anaknya. Dengan lahap anak itu mengemut puting susu itu, sementara tangannya menyelusup masuk ke daster ibunya untuk membawanya keluar. Sambil, dengan lahap menyedot susu ibunya, anak balita itu, tanpa bersalah terhadap aku yang tersiksa, memainkan butiran coklat yang ada di gunung lainnya, membuat jemari ini pun gatal ingin ikut memainkannya, membuat bibir ini berkejap-kejap siap menanti kesempatan untuk ikut menyusu.

Istri kakak iparku hanya tersenyum melihat aku yang mematung dengan mata melotot mengarah ke kedua gundukan daging miliknya, membiarkannya menjadi santapan mataku, membuat jakunku naik turun dan adik kecil di selangkangan menggeliat-geliat.

Lama aku menikmati keindahan buah dada yang menggayut indah sampai sang anak melepaskan puting susu ibunya, turun dari pangkuan ibunya, dan menarik tangan sang ibu. Masih tetap melempar senyum mengajak ke arahku, istri kakak iparku merapikan pakaiannya sehingga dua gundukan daging kenyal nan putih lenyap dari pandangan. Ia berdiri dan menggendong balita beruntung itu.

Sambil menatap aku, ia berucap, "Nanti malam aku tunggu."

"A-apa?"tanyaku kurang faham.

"Kutunggu nanti malam. Pintunya tidak kukunci."

Aku diam coba mencerna ucapannya.

"Jangan lupa nanti malam."Istri kakak iparku menghilang bersama anaknya.

Aku tetap diam. Lama. Masih tidak percaya aku mendengarnya. Nyatakah ajakan itu? Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju kolam untuk mengambil air untuk mandi. Biarlah waktu yang akan membuktikan kebenaran undangan istri kakak iparku. Apakah ia akan menolak saat aku mendatangi rumahnya, saat aku menjelajahi tubuh telanjangnya?
Bookmark...
 
"Jangan lupa nanti malam."Istri kakak iparku menghilang bersama anaknya.

Aku tetap diam. Lama. Masih tidak percaya aku mendengarnya. Nyatakah ajakan itu? Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju kolam untuk mengambil air untuk mandi. Biarlah waktu yang akan membuktikan kebenaran undangan istri kakak iparku. Apakah ia akan menolak saat aku mendatangi rumahnya, saat aku menjelajahi tubuh telanjangnya?

Dan malam itu, sesuai yang dijanjikannya, aku sudah berdiri di belakang rumahnya, bersembunyi di bayangan pohon. Mataku berkali-kali menatap ke pintu rumah itu. Menunggu.

Sebenarnya aku tidak perlu takut menyelinap masuk ke rumahnya karena suaminya tidak tidur di rumah. Sama sepertiku, suaminya mempunyai toko kelontong di depan lorong. Lorong adalah sebutan bagi orang Palembang untuk menyebut gang, jalan perumahan.

Toko punyaku dan toko milik suaminya berdekatan. Agar tidak dimasuki maling, toko itu harus dijaga. Jadi, aku, begitu pula suaminya, harus tidur di toko.

Lagipula, di masa itu, hiburan sangatlah kurang. Hanya TVRI yang dapat memenuhi kebutuhan hiburan. Itu pun hanya sampai jam sebelas malam, kalau tidak salah. Jadi, begitu TVRI berhenti siaran, maka kehidupan pun berhenti.

Tapi, aku harus hati-hati. Aku belum tahu kondisi malam ini. Siapa tahu ada orang yang memergoki aksiku. Jadi, aku harus sabar. Orang sabar 'kan di sayang Tuhan.

Ketika arloji mengarah ke angka dua belas, sambil berdoa semoga malam ini tak terjadi sesuatu yang memalukan, aku berjalan mendekati pintu itu. Hati-hati aku melangkah agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Setiba di depan pintu rumah itu setelah tengok kiri kanan, kudorong pelan pintu itu. Ternyata pintu itu memang tidak terkunci. Hanya diganjal dari dalam. Dengan segera aku menyelinap masuk dan menutup kembali pintu itu.

Dapurnya temaram, tapi, di ujung sana, ada sinar keluar dari pintu yang membuka. Dengan jantung yang berdetak tak karuan, aku mendekati pintu itu.

Dengan mengucap bismillah, aku mengintip ke dalam kamar yang benderang itu. Dan di dalam kamar itu, kutemui satu pemandangan teramat indah yang membuat nafasku tercekat, mataku nyaris mencelat, sebab perempuan itu, istri kakak iparku, berbaring di tempat tidurnya dengan posisi yang aduhai. Menantang sekali gaya tidurnya. Daster yang dikenakannya tersingkap meninggi, sehingga paha putih susunya dan celana dalam yang senada dengan warna daster itu sangat mengundang untuk disentuh.

Sontak birahi yang sedari pagi telah bangun, kini bangkit kembali, memenuhi pikiranku, tapi sebelum aku melangkah masuk kamar, untuk mendatanginya, dari atas tempat tidur, istri kakak iparku menggeliat pelan. Mata sang pemilik kamar membuka, menatap aku yang masih berdiri di ambang pintu. Ia lalu duduk di sisi tempat tidur, senyumnya merekah.

“Ayo, masuk. Jangan berdiri saja."Suara itu terdengar menggoda.
Seperti terhipnotis, aku melangkah masuk. Ternyata kamar tidurnya mempunyai dua pintu keluar. Pintu yang kumasuki tadi mengarah ke dapur sedang pintu satunya lagi sepertinya menyambung ke ruang tengah rumahnya.

"Kirain Amir tidak datang.” Istri kakak iparku menggeser duduknya, mengajak aku duduk.

Ah, sepertinya istri kakak iparku memang telah menunggu kehadiranku. Sepertinya ia tidak mau pertemuan kami malam ini terganggu, sehingga dua anaknya terbaring di kasur kecil di lantai.

Disampingnya, aku duduk. Kami bertatapan, saling lempar senyum. Mataku bergerilya menjelajah tubuhnya. Daster biru muda yang dipakainya malam ini sangat serasi dengan kulit putih mulusnya sementara buah dada ranum membulat lengkap dengan butiran menerawang seksi di daster itu. Kemudian mataku turun menikmati paha putih susu yang tadi siang menggodaku yang kini begitu dekat, telah siap aku jamah.

Kembali mataku ke wajah manis didepanku. Kembali berpandangan. Kembali saling senyum.

"Eceu cantik,"pujiku.

Istri kakak iparku hanya tersenyum. Saat itulah, dibawah kendali birahi, aku menarik turun daster itu sehingga buah dada itu telak berada di depan mataku. Mungil bak buah dada seorang abg tapi itu yang membuat birahiku melonjak-lonjak.

Jemarinya menahan tanganku yang jatuh di buah dadanya, yang meremas gundukan daging kenyalnya. Mata itu terpejam seperti menikmati aksi jemariku.

Bibirnya kuambil. Dia menyambutnya. Bibir kami berpagutan, ganas seganas remasan jemariku di buah dadanya.

Kulepaskan bibirnya. Kutatap ia, ia pun balik menatapku. Bodoh sekali suami perempuan mungil ini, pikirku. Ya. Hanya lelaki bodoh yang mau membuang kesempatan untuk menikmati tubuh perempuan ini. Apalagi perempuan ini dengan rela bersedia berbagi kehangatan.

Wajah kami saling mendekat, tapi..., sialan! Istri kakak iparku yang malah mencumbu aku. Disedotnya bibirku. Lidahnya menyusup ke dalam mulutku, bermain di dalamnya untuk kembali mencumbu bibirku. Berulang-ulang dia melakukannya.

Tapi, tak mau kalah, selama dia tenggelam bermain dengan bibirku, jemari ini menyelinap ke dalam dasternya, menyentuh selangkangannya, memainkan kelaminnya yang masih tersembunyi di balik celana dalam yang dikenakannya.

Karena area selangkangan yang semakin sempit, aku meninggalkan tubuh istri kakak iparku. Dihadapannya aku berdiri. Cepat-cepat celana aku turunkan dan mengeluarkan penyebab rasa sempit di celana yang kupakai.

Gila! Istri kakak iparku meraih senjata yang mengacung perkasa dihadapannya dan meremasnya. Seperti telah terbiasa, jari-jemarinya maju mundur mengocok kontolku. Bergidik tubuhku begitu ujung kontolku disentuhnya.

Tanpa diminta, istri kakak iparku menempelkan senjataku di mulutnya. Aku menggeliat geli karena, dengan lincah, lidahnya mengeksplorasi senjataku. Dijilatinya, dicelupkannya ke mulutnya untuk diemutnya dan itu dilakukannya berulang-ulang, sementara aku hanya mampu meremasi rambut panjangnya dan aku benar-benar menikmati. Sangat-sangat ahli betina ini, gumamku.

Akibat birahi yang melambung tinggi, kutarik lepas senjataku dari genggamannya. Tenang sekali ia memandang aku, lalu memandang senjataku, untuk kemudian memandang aku kembali. Liar dan tanpa rasa bersalah, membuat aku tidak sabar ingin merasakan lubang kenikmatan perempuan mungil ini. Akan kuperlihatkan bagaimana caraku membuat dia kewalahan menghadapi seranganku.

Kubuka kemeja yang kupakai sekaligus kaos dalam dan melemparkannya ke kursi kecil didepan meja hias. Setelah itu, aku memerosotkan celana katunku, juga kolor yang menutupi kejantananku.

Terdengar gerit pelan ketika aku menaiki tempat tidur yang terbuat dari besi itu. Dia hanya diam menatap aku yang merayap mendekatinya dan tetap diam saat tubuhnya aku dorong rebah.

Kini aku berada di antara dua pahanya. Dengan leluasa aku menaikkan dasternya yang membuat celana dalam biru mudanya yang menutupi selangkangan putih mulusnya menampak. Tubuhnya terlonjak saat jemariku menggapai bagian tengah celana dalam yang sudah basah itu. Hanya sebentar jemariku bermain di area sensitif miliknya. Kini jemariku mengelus pelan sisi luar dua pahanya, menggapai pinggangnya dan mulai menurunkan celana dalam itu. Dia mengangkat pantatnya untuk mempermudah celana dalamnya meninggalkan selangkangannya.

Akhirnya celana dalam itu terlepas. Area intim perempuan mungil ini nyata jelas dihadapanku. Kembali tubuhnya bergidik manakala area intimnya aku sentuh. Bulu-bulunya pendek-pendek tetapi kasar dan, kini, dua jemariku memainkan daging yang berada didalam belahan kelaminnya. Istri kakak iparku ini menggeliat nikmat dan napasnya mulai memburu.

Dua pahanya kubuka lebih lebar dan aku beringsut masuk. Tubuh istri kakak iparku bergetar saat senjata milikku menyentuh area sensitif miliknya. Seperti dugaanku, dia sudah terbakar birahi pula. Dia pasti teramat ingin secepatnya terpuaskan. Dia meraih daging mengeras kebanggaanku dan mengarahkannya ke lubang intim miliknya.

Dan biarlah malam ini aku mengalah. Aku hanya ingin melayani perempuan mungil ini dan memberinya kepuasan sehingga dia akan selalu mengharapkan kehadiranku untuk menggaulinya.

"Aah...."Terdengar lenguhan panjang manakala senjata miliku dengan perlahan kudorong masuk ke lubang kenikmatannya. Sungguh lancar karena lubang bersemak itu telah terlumuri cairan.

Setelah senjata tertanam dalam-dalam, kutopang dua tanganku di kasur pada sisi tubuh itu, dan aku mulai menggerakkan senjataku. Seiring tusukan senjataku, matanya terpejam dan mulutnya membuka, desahan pun terdengar.

Tanpa menghentikan sodokan senjataku, mulutku melumat kedua gunung yang ada dihadapanku, bergantian, mengulumnya, menyedotnya, dan mengemut butiran kecoklatan yang ada di atasnya.

"Amir, Jangan di buat merah,"ucapnya lemah disela desahannya.

Tersenyum jadinya aku mendengar ucapannya. Rupanya, diantara lautan birahi, perempuan mungil ini masih mampu berfikir sehat. Aku pun tahu aku tidak boleh meninggalkan jejak pada tubuh mulus ini. Bisa berbahaya kalau suaminya mendapati jejak-jejak mencurigakan di tubuh istrinya. Aku faham itu.

Tanpa menghentikan tusukan senjataku di lubang kenikmatan itu, aku timpakan tubuh ini ke tubuhnya, mengulum bibirnya. Perempuan mungil itu membalas ciumanku dengan lebih hangat.

Gerakan tubuhnya menjadi lebih liar ketika bibirku bermain di lehernya, menjilati, dan menggigiti pelan telinganya. Istri kakak iparku semakin rajin mendesah dan aku pun mempercepat seranganku.

"Aaah...."lenguhan panjang terdengar saat, dengan cepat, aku mencabut senjataku dari kemaluannya.

Kutinggalkan dia yang terbaring terengah-engah. Tanpa membuang waktu, kubalik tubuhnya dan kuposisikan dia memunggungiku. Kudekatkan rudalku ke belahan pantatnya.

Pok! Kutempeleng pantatnya yang mulus itu. Saat kudesakkan senjata ke dalam lubang kenikmatannya, sang pemilik hanya bisa melenguh,"Ahh..."

Bunyi plok-plok terdengar kala kuserang belahan pantatnya, sementara desahannya keras terdengar. Semakin keras racauannya, semakin semangat pula aku mempercepat seranganku.

Nafasku menyesak. Senjataku kurasakan bertambah besar dan panas. Aku tahu spermaku hendak meledak, maka kucabut senjata dari lubang kenikmatannya. Dengan cepat kuterlentangkan dia dan kubuka lebar dua pahanya. Aku masuk dan menancapkan kembali senjataku ke kedalaman lubang di selangkangannya, yang membuat dia terpekik.

Kutindih dia. Kunaikkan paha kiri ke paha kanannya dan kulanjutkan sodokan senjataku ke lubang kenikmatannya. Desahannya kembali terdengar."Ah.... ah.... ah!"

"Aku mau keluar,"ucapku di telinganya saat senjataku kembali berdenyut-denyut.

Maka kupercepat gerak senjataku menusuki lubang kemaluannya dan kamar pun penuh dengan desahan perempuan mungil yang berada dibawah tindihan tubuhku.

Aliran panas mengalir cepat di dalam senjataku. Tubuhku menegang, nafasku terhenti. Senjata kutekan dalam-dalam di dalam kemaluannya hingga, akhirnya, cairan hangat menyemprot, beberapa kali, memenuhi lubang kenikmatan itu.

Setelah semprotan air berhenti, tubuh pun melemah. Tenagaku hilang. Dengan napas yang ngos-ngosan, aku terjatuh lemas di atas tubuhnya. Begitu pun istri kakak iparku yang ada dibawahku saat ini. Dapat kurasakan napasnya yang memburu dan detak jantungnya yang tak beraturan beradu dengan detak jantungku.

Setelah tenaga pulih, kucabut senjataku yang masih tertancap di lubang kemaluannya. Aku turun dari tubuhnya. Bersama kami berbaring berdampingan di atas tempat tidurnya. Kucium pipinya yang basah dengan keringat. Dengan erat kupeluk dia.

Setelah napas kembali normal dan tenaga terpulihkan, dengan posisi miring, dengan tangan menahan kepala, tanpa rasa puas, mata ini menjalari tubuh telanjang di sampingku. Matanya yang terpejam dan dua bibir yang membuka terlihat seksi. Belum lagi payudara mungilnya yang bergerak naik turun teratur. Beruntung sekali aku malam ini yang dapat menikmati tubuh indahnya.

Ah, membayangkan liarnya perempuan ini dalam pertempuran perdana kami malam ini, menimbulkan kembali hasrat untuk menyetubuhinya. Si otong pun perlahan menggeliat, mengajak sang birahi untuk menggauli tubuh telanjang ini.

"Hai, cewek,"panggilku pelan.

Dia yang berbaring telanjang disampingku membuka matanya dan menoleh. Menatap aku.

"Boleh kenalan?"

Istri kakak iparku ikut memiringkan tubuhnya, menghadap ke arahku. Sama, tangannya pun menahan kepalanya."Abang ke mana saja, Abang?"

"Rupanya selama ini mata abang buta."

"Buta kenapa, Abang?"

"Buta karena tidak menyadari ada cewek cantik di sebelah rumah,"sambil berucap, jemariku mengelus pipinya."Boleh kenalan nggak?"

Bibir itu tersenyum dan kepalanya mengangguk. Lalu,"Nama saya Ningsih, Abang."

"Ningsih. Nama yang cantik, secantik orangnya."

Jemariku menyentil hidungnya. Lalu,"Seindah hidung ini."

Kusentuh bibirnya."Seseksi bibir ini."

Pelan kuremas payudaranya."Seranum dada ini."

Terakhir, kugapai memeknya,"Selezat memek ini."

"Memang dulu adik nggak cantik, ya, Abang?"

"Adik cantik."

"Kalau adik cantik, kenapa abang baru sekarang main ke rumah adik ini?"

"Kan abang sudah kasih tahu tadi, mata abang buta."

Jemari tangan perempuan mungil itu mengelus dadaku, memainkan butiran yang ada di sana, yang membuat aku bergidik.

"Abang,"lembut suara perempuan mungil itu.

"Ya, Adik?"Aku menatapnya.

"Burungnya, kok, bergerak-gerak?"Perempuan mungil itu menatap selangkanganku.

Aku tersenyum. Pelan aku meremas payudaranya. Lalu,"Burungnya mengajak masuk ke sarang barunya, Adik."

"Sarang apa, Abang?"Perempuan mungil ini bertanya lugu.

"Sarang itu, tuh?"Kuarahkan mata ke bagian bawah tubuh telanjangnya.

"Itu tuh apa, Abang?"Senyumnya merekah genit.

Sialan! Baru sadar aku kalau dipermainkannya aku.

"Yang ini, nih."Dengan gemas jari-jariku meremas lembut memeknya.
Tubuh bugil itu menggelinjang, dan tawa genitnya terdengar manakala area intimnya aku permainkan. Kukunya mencengkeram di dadaku.

"Memeknya enak,"ucapku pelan sementara jari tengah aku tusuk ke lubang kenikmatan itu dan mengobok-ngobok lubang itu.

"Memang memek adik kue, ya, Abang?"Masih sempat juga dia bergurau.

"Boleh, ya, Adik?"

"Nggak boleh, Abang."

"Kok, nggak boleh?"

"Nggak boleh sebentar maksudnya, Abang."

Senyumku melebar. Kudorong tubuhnya terlentang. Sambil menciumi pipinya, aku menaiki tubuh bugilnya. Menciumi bibir itu. Mencumbui leher dan telinganya.

Tubuhnya mengejang dan napasnya tertahan saat ujung senjata menempel di lubang kemaluannya. Dengan perlahan kutekan senjata masuk dan mulai menggerakkan senjataku maju mundur. Kueratkan pelukanku ke tubuh telanjangnya dan kontolku bergerak memutari lubang kemaluannya untuk kemudian memajumundurkannya kembali, berulang-ulang dan aku suka. Napas terengah-engah dan desahannya, membuat aku terpacu mempercepat tusukan ke kelaminnya.

Dan kembali aku membuang spermaku di dalam lubang kemaluannya.

"Maaf, Ceu. Kecepatan keluarnya,"ucapku."Memeknya enak. Tak tahan aku."

Di antara desah napasnya yang tak teratur, dia tersenyum.

Saat aku hendak turun dari tubuh mungilnya, dia menahan aku, memandang mataku, dan,"Nama abang siapa?"

Nakal juga perempuan ini, pikirku.

Maka kubatalkan niatku untuk turun dari tubuh telanjangnya. Kusibak rambut yang menutupi telinganya dan aku dekatkan bibirku. "Amir, namaku."

"Amir? Mengingatkan aku pada seseorang,"pelan suaranya.

"Siapa?"Kupandang ia.

"Mantan pelaut yang berani menggagahiku malam ini."

"Eceu pun hebat. Aku jadi lemah didepan Eceu."

Sekilas aku mengambil bibirnya. Lalu,"Suami jarang tidur di rumah, ya?"

"Iya. Sesuka dia kapan mau datang."

"Kasihan ya, Eceu."Kini buah dadanya berada dalam genggaman jemariku, meremasnya."Payudara cantik ini dia sia-siakan."

Perempuan mungil itu menatap aku, tersenyum pahit.

"Kalau aku tiap malam datang, boleh?"

Istri kakak iparku kembali tersenyum."Boleh..."

"Kalau pagi?"

"Asal suamiku tidak ada di rumah. Boleh"

"Kalau siang?"

"Asal suamiku tidak ada di rumah. Silakan."

"Kalau sore?"

"Iya, asal suamiku tidak ada di rumah, Amir."

"Janji, ya."

"Janji,"ucap Istri kakak iparku sebelum mengecup bibirku sekilas.

Dan itulah awal perjalanan hubungan terlarang ini. Aku berusaha agar "persahabatan" ini awet tanpa tercium banyak fihak karena lelaki mana yang akan menolak tawaran kehangatan yang diberikan perempuan ini. Keganasannya dalam melayani aku malam ini sungguh membuatku gila. Kukira istri kakak iparku pun menyukai kehadiranku karena dia selalu ada setiap aku membutuhkannya. Bahkan terkadang dia yang mengundang aku untuk menyetubuhinya.
sayang la tamat,,, plembang daktek duonyo,,,lemak niaan
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Hahaha this is why you shouldn't trust women, especially those who comes around you pretty quick..... moral of the story, don't trust women, don't cheat, and most importantly don't be a jerkoff.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd