Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Syahwat Birahi: Wanita-Wanita Idaman

Mau dibawa kemana cerita ini,, hehehe,,, lanjutkan dlu suhu, respon pasti nyusul,,,
 
PART I
Penulusuran Kisah Dokter Ara

Tekadku untuk lebih berani berhubungan dengan wanita dimulai dari rasa penasaranku atas desas-desus kisah Dokter Ara yang memiliki affair dengan beberapa karyawan di kantor. Bahkan banyak selentingan kalau dia lah yang menggoda para karyawan tersebut.

Sedikit deskripsi tentang Dokter Ara, wanita berusia 32 tahun itu memiliki tinggi yang sama denganku. Perawakannya sedikit kurus dengan wajah bulat dan sangat menggairahkan. Selain wajahnya yang kata banyak orang mengundang syahwat tersebut, ada dua poin yang menambah citra itu. Pertama, pasti bisa ditebak oleh pembaca sekalian. Benar sekali, ukuran dan bentuk payudaranya cukup menggugah selera. Kuketahui kemudian, payudaranya berukuran 34C dengan bulatan yang cukup sempurna meski telah melahirkan 2 anak. Apalagi dia sering memakai bra yang mendukung payudaranya untuk semakin membusung. Dan itu jelas membuat mata para lelaki jelalatan dan membayangkan untuk menyetubuhinya.

Kedua, yang mendukung pernyataan tadi adalah suara dan intonasi ketika dia berbicara. Suaranya lirih, bass yang cukup tinggi, dan terkadang seperti sedang mendesah. Pernah dengar suara Scarlett Johansson? Sebelas dua belas dengan Dokter Ara. Aku selalu berfantasi setiap kali mendengarkan dia bicara, apalagi ketika ke klinik dan memeriksakan diri. Ingin rasanya kesergap tubuhnya dan kulampiaskan hasrat ini. Hehehehe.

Setelah mengamati ia lebih detil, kurasa pendapat orang-orang tentang Dokter Ara mendekati kebenaran. Apalagi setelah aku memutuskan untuk lebih dekat dengan perawat yang membantu dia di klinik, namanya Hari, aku memanggilnya Mas Hari karena usianya lebih tua dariku. Mas Hari orang yang supel dan terbuka. Dari dia akhirnya kuketahui fakta bahwa Dokter Ara memang memiliki hubungan spesial dengan salah satu manajer di tempatku. Dan mereka ternyata sering sekali keluar bersama saat makan siang. Yang lebih mencengangkan, pernah beberapa kali ketika Sang Manajer dinas luar kota, Dokter Ara tiba-tiba mengambil izin cuti. Setelah ditelusuri, ternyata dokter seksi itu ikut serta Pak Manajer ke luar kota. Fakta ini perlu diverifikasi lebih lanjut, tapi rasanya sangat mendekati kebenaran karena dari cerita 2 teman kantorku, mereka pernah memergoki Dokter Ara keluar dari mobil manajer itu di salah satu kota ketika mereka dinas kuar di waktu yang sama dengan manajer tersebut.

Kabar yang awalnya kuanggap gosip ini ternyata menjadi rahasia umum di kantor. Orang-orang bilang, kedekatan dokter berjilbab itu dengan Sang Manajer lah yang membuatnya mampu bertahan di kantor, padahal banyak karyawan yang mengusulkan untuk menggantinya.

Cukup disitu perkenalan tentang Dokter Ara dan gosip atau mungkin fakta tentang affairnya di kantor. Beberapa affair lain akan kuceritakan lain kali. Fakta affair yang dia lakukan itu nanti kudengar sendiri dari Bu Dokter, jangan tanya kenapa di cerita kepadaku, ikuti saja kisah ini sampai habis.

Setelah meyakini bahwa kisah Dokter Ara benar-benar terjadi, aku sedikit menantang diri sendiri untuk menaklukkannya. Meskipun menyadari bahwa mungkin aku tidak masuk tipenya, melihat dari ciri-ciri beberapa orang yang pernah memiliki affair dengannya, tapi namanya tekad dan hasrat patut diperjuangkan sebelum.benar-benar gagal. Kuyakinkan bahwaaku bisa, kalaupun gagal, anggap saja sebagai bagain dari pembelajaran menjadi laki-laki idaman wanita. Hehehe

Entah kenapa, semesta seperti mengizinkanku untuk melancarkan mimpi yang kuidamkan. 2 bulan setelah tekad itu kucanangkan, pintu itu terbuka juga. Suatu siang, aku merasa tidak enak badan karena akhir pekan lalu ke luar kota bersama beberapa teman. Aku yang terbiasa menjaga kondisi badan agar tidak sakit memutuskan ke klinik untuk sekadar minta vitamin kepada Mas Hari. Setelah salat duhur, aku segera menuju klinik.

Sampai di klinik, tidak terlihat batang hidung Mas Hari di ruangannya. Kuputuskan menghubunginya melalui WA.

"dimana bos? mau minta vitamin."
"lagi makan di luar mas bro. sudah otw balik. tunggu situ ya, sama cek ruangan sebelah siapa tau ada suara-suara enak hahaha"

Deg. Melihat balasan dari Mas Hari, kulirik pintu di depan ruangannya yang memang ruangan periksa dan ruangan dokter. Kupasang telinga lekat-lekat. Terdengar lirih suara orang cikikikan. Padahal aku berharap suara desahan yang muncul. Siang-siang begini memang banyak karyawan yang ke luar kantor untuk makan atau tidur di ruang loker dan musala. Jadi memang kantor akan sangat sepi sampai jam 1 siang.

Aku masih tetap mematung mengamati suara-suara yg timbul tenggelam. Sambil menyiapkan jawaban ketika tiba-tiba ada seseorang, atau mungkin dua orang keluar dari ruangan tersebut. Aku gelisah. Antara rasa ingin tahu berlebihan dan takut kalau ketahuan. Eh tapi aku tidak melakukan hal-hal yang mencurigakan, kenapa mesti takut. Jantungku tetap berdetak lebih kencang dari biasanya.

15 menit berlalu, suara dari dalam ruangan makin tak terdengar. Aku makin deg-degan. Jangan-jangan, ini waktunya aku mengetahui semua.

Tiba-tiba masuk pesan WA di hapeku.

"gimana? sudah selesai pertunjukkannya? hahaha"

Shit. Mas Hari memang kurang ajar. Sepertinya dia sengaja makan di luar karena ada perintah waktunya "periksa dokter" dari salah satu pasien. Kalau begini, tadi aku tak langsung ke klinik. Pantas saja dia tak terlihat waktu salat duhur tadi.

Otakku jadi kacau dan pikiranku makin tak tenang. Segala alternatif jawaban yang coba kususun tidak lantas membuatku mampu menenangkan diri. Bagaimana jika mereka berpikir aku menguping, mengintai, atau sengaja ingin memergoki. Bagaimana jika mereka memojokkanku dan menuduhku ingin berbuat jahat. Bagaimana jika mereka berbuat di luar perkiraan karena merasa terpojok dan melaporkanku ke atasan. Aku makin panik. Aku makin bingung.

Lima menit kemudian engsel pintu mengeluarkan suara. Aku masih memunggungi pintu. Wajahku pucat. Bingung. Berbagai kalimat berlomba untuk menjadi yang terdepan keluar.

"Eh mas, daritadi?" ada suara laki-laki yang sepertinya kukenal.

Harus kuputuskan. Aku memberanikan diri memutar tubuh.

"Eh iya, Mas. Mau ketemu Mas Hari tadi katanya masih di luar, disuruh nunggu."

"Oalah Awang ta dari tadi. Habis periksa ini, Wang. Badan remuk dari luar kota kemarin," tanpa kutanya, dia menjelaskan apa maksud dan tujuannya berada di klinik.

Kubalas penjelasannya dengan senyum yang paling manis dan tanpa rasa curiga. Setidaknya, kemungkinan buruk yang kubayangkan sebelumnya tidak terjadi.

"Duluan ya Wang kalau gitu," ia pamit, keluar dari klinik.

Mas Iwan. Bukan pak manajer yang keluar dari klinik. Dugaanku salah besar. Aku makin bingung dengan dokter ini. Antara berani atau gila. Antara nekat atau maniak. Aku bingung. Selama penelusuran kasus ini, memang Mas Iwan menjadi salah satu terduga yang melakukan affair dengan Dokter Ara. Tapi itu kisah 2 tahun lalu, banyak orang mengatakan bahwa kisah itu sudah tamat. Mungkin saja orang-orang salah. Kisahnya belum tamat. Atau episode baru telah dimulai. Kisah ini makin menarik. Penelusuran ini makin menantang.

"Oalah ada Mas Awang. Mau ketemu saya atau Mas Hari?" Suara yang amat kukenal terdengar bersamaan dengan pintu ruangan Dokter Ara yang terbuka.

Ah. Suara yang khas, yang selalu membuat libido meningkat.

"Oh, eh, iya Bu Dokter. Lagi nunggu Mas Hari sebenarnya," aku gugup, tak berani memandang wajahnya.

"Sudah dihubungi?" tanyanya.

kuberanikan diri menatap sesosok wanita di depanku. Jilbabnya sedikit acak-acakan. Oh iya, aku lupa bilang bahwa dokter cantik ini berjilbab. Tapi pakaiannya selalu mengundang selera. Lanjut, beberapa bagian bajunya terlihat kusut. Dan iya, bagian dada, di mana sebuah bra membungkus daging bulat miliknya terlihat tidak tertata dengan baik. Jangan-jangan. Aku mencoba mengalihkan pikiran. Aku juga membuang pandangan, takut dia melihat bahwa aku fokus pada area dadanya.

"eh, oh, sudah Bu Dokter. Katanya makan siang didan luar," balas dengan nada yang masih gugup.

"Mas ke ruangan saya sebentar ya sambil nunggu Mas Hari," ajaknya.

Deg. Jantungku berdetak makin kencang. Jangan-jangan dia tau kalau dari tadi aku menguping. Jangan-jangan dia mau mengancamku. Jangan-jangan dia mau memberika sesuatu agar aku tutup mulut. Yang terakhir ini sih harapanku. Mudah-mudahan saja. Hehehehe

Aku masuk ke ruangannya dengan perasaan campur aduk. Dia masih berdiri menungguku masuk.

"Duduk, Mas" dia tetap tersenyum. Manis sekali. Ingin kuterjang rasanya.

Dia menutup pintu dan menguncinya. Iya. Pintu itu dikunci. Perasaanku makin tak karuan. Ia berjalan melewatiku dan duduk di kursi miliknya. Aku menunggu. Tak berani buka suara.

"Mas Awang," dia menatapku tajam, "aku yakin kamu di luar dari tadi." Dia tersenyum. Sangat menggoda.

"Oh eh , enggak kok, Bu, belum lama saya tadi," kilahku. Aku makin gugup. Wajahku mungkin sedikit pucat saat ini.

"Sudah jangan bohong. Kamu dengar apa saja tadi?" dia menyelidik. Kini dia menguasaiku.

"Saya tidak dengar apa-apa sih, Dok." aku tetap mengelak. Mana mungkin aku jujur kalau tadi kudengar kalimat manjanya kepada Mas Iwan. Bahkan ada sedikit desahan, yang memang sangat lirih. Meski juga terdengar tawa manja dan banyak bagian yang hening tanpa suara.

"Jangan bohong. Tolong dong aku dibantu," kuberanikan menatap wajahnya. Nampaknya ini jurus yang ia keluarkan pada setiap lelaki, wajah sedikit nakal namun memelas. Seperti memohon bantuan atas sesuatu yang teramat penting, yang mengancam nyawanya.

Ia berdiri. Mendekatiku. Jantungku rasanya mau copot saja. Aku ingin waktu ini di-skip ke jam 4 sore saja. Aku bingung. Apa yang harus kulakukan. Ia makin mendekat. Deg.
 
Bimabet
Mohon maaf baru update para suhu sekalian. Sibuk sama kerjaan seharian ini. Mudah-mudahan bisa rajin update.

Terima kasih respon yang luar biasa dari para suhu.

Btw, gimana cara mindahin ke cerbung hu? maklum baru belajar ini.

Ditunggu komentarnya hu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd