Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Switch of Life (THREAD CLOSED)

Kembali jadi Dian atau tetap jadi Silvi?

  • Dian kembali normal

    Votes: 37 46,3%
  • Silvi dong, cewe selamanya

    Votes: 43 53,8%

  • Total voters
    80
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Up dulu ah, biar ga tenggelam sambil nungguin silvi(dian) kenal atau nganu2 cowok/cewek lain di real life
 
Suaranya silvi atau siput25 nih? Cute voice tho 😍
Makasih lho~ :o , bisa request...tapi ga janji ya.
benernya mau dubbing beberapa adgan Silvi cuma ga jadi... geli~ :ngakak

Bund.. ditunggu apdetnya lhoo.. =))
yaudah, aku update...
lanjutnya lamaan ya, lagi ada kerja rodi 2 bulan ini.
blom sempet pegang elus2 lapi...
:(
 
Chapter 20 : Innocent, Cheerful, Foxi

Siang itu Yuna benar-benar berhasil membuat gue berpikir keras, gue dipaksa untuk mengingat dan memutar ulang semua adegan dan tiap perkataan yang terjadi antara kami sewaktu di sekolah. Baru pertama kali hal seperti ini terjadi didalam hidup gue, hal yang tidak mungkin atau bisa dibilang hal yang hanya terjadi di novel atau manga porno yang biasa gue baca sekarang gue alami di kehidupan gue sendiri. Melihat gue yang sedang termenung dan terlihat jelas sedang berupaya untuk mengingat sesuatu, Iman berinistiatif untuk membantu gue merangkai tiap kejadian yang gue jalani semasa sekolah tadi.

Iman “Gimana? Udah ketemu jawabannya Vi?”

Gue “Blom... gue masih belom nangkep apa yang buat Yuna bisa senekat itu.”

Iman “Sini aku bantu... coba cerita secara mendetail apa yang kalian lakukan selama berada di sekolah tadi (duduk di lantai kamar Dian).”

Gue “Mmmmnn... jadi gini ceritanya... (duduk di kursi dalam keadaan setengah telanjang [memakai pakaian sekolah tapi tidak terkancing, sudah melepas perban dan pad] dan mulai menceritakan semuanya ke Iman).”

Gue “Jadi begitu ceritanya Man... menurut lu gimana? (menatap wajah Iman).”

Iman “Sekseeeh~ (memberikan jempol dan tatapan mesum).”

Gue “Haaa? Maksudnya? (tersadar klo sedang berpenampilan sexy). Hmmmmnn~ minta dihajar lagi yaa~ (berjalan menuju Iman).”

Iman “Waaaakzz~ (menutup muka dengan kedua tangan).”

JITAK~ gue mengganti pakaian gue dengan pakaian santai dan tertutup agar Iman bisa lebih fokus, sedangkan Iman dia sedang mengelus-elus kepalanya pelan di kasur sembari menunggu gue berganti pakaian.

Gue “Haaah~ gimana Man lu tau ga? Lu tadi dengerin kan... (rebahan di kasur).”

Iman “Denger... tapi ga masuk akal aja. Kan disitu kamu cuma berbuat baik membantu dia... ga lebih, terus kamu membantu menahannya saat dia hampir jatuh dan berpelukkan sedikit lama. Masa hanya dengan semudah itu seorang cewe nekat melakukan hal seperti itu? pasti ada sesuatu yang menjadi kunci utama membuatnya berani senekat itu ke kamu... maksud ku klo iya semudah itu seharusnya aku dah ga perjaka dari dulu (berfikir logis).”

Gue “Iya juga sih... tapi apa ya... (berpikir keras). Aaah~ gue inget... waktu itu gue menyimpan satu buah pisang di saku celana gue... mungkin dia berpikir gue horny? Karena dia sempat melihat ke arah bawah gue.”

Iman “Pisang?”

Gue “Iya pisang...”

Iman “Mwhahaha~ jadi dia mengira itu... haha~ (tertawa tidak terkontrol).”

Gue “Oi... serius dulu, apa yang harus gue lakuin Man?.”

Iman “Maaf... aku serius sekarang.... huuuft... Sebagai laki-laki yang baik bukankah seharusnya kita mengirimkan dick pict ke Yuna..”

Gue “Haah? Lu udah gila apa Man? Lagian mana mungkin juga gue bisa... dengan kondisi sekarang ini...”

Iman “Kenapa gila? Kan belum tentu juga selamanya kamu terjebak dalam tubuh Silvi... apalagi ini Yuna, primadona klub olahraga di sekolah kita... menurutku sih jangan disia-siain. Untuk urusan dick pict... kan masih ada aku... tenang hehe~.”

Gue “Ada benernya juga sih omongan lu... tapi gue ga mau pake dick pict segala, lagian dia ga minta dan sepertinya gue harus ketemu ama dia besok lalu ngobrol empat mata untuk ngelurusin hal ini. Gue ga mau di cap sebagai cowo cabul.”

Iman “Apa salahnya sih jadi cabul? Toh cewe sekarang kebanyakan agresif dan suka sama cowo yang agresif.”

Gue “Pantes lu masih jomblo... pikiran lu aja kaya gitu.”

Iman “Kan untuk saat ini kondisional, udah ada kamu Vi~ hehe~.”

Gue “Banyak alesan... udah ah gue pusing, online aja yuk hunting di goa Payon. Rencana jaman kapan itu baru terealisasi sekarang.”

Iman “Yuk lah~ lagian disini juga ga bisa leluasa, kamunya masih M.”

Gue “... kesana mulu pikiran lu.”

Iman “Habis bawaanya sange liat kamu sayang~ haha~.”

Kami pun memutuskan untuk login Edelweiss online, melanjutkan rencana dulu yang tertunda yaitu hunting di goa Payon. Posisi kami berada masih ditempat yang sama yaitu penginapan Payon di kamar gue, membuat gue sedikit teringat kejadian panjang itu. Tidak lama, kami langsung beranjak bersiap menuju goa Payon, hanya berdua saja karena Rei dan Risa masih memiliki kesibukan yang harus diselesaikan. Sesampainya di depan goa Payon, gue melihat ada seekor rubah berbulu emas sedang duduk dibawah pohon diselimuti rerumputan. Gue mencoba mendekatinya, melihatnya kurang sehat dan tidak melakukan perlawanan, gue memutuskan untuk mengecek seluruh badannya apakah ada yang bermasalah dan ternyata benar rubah itu terluka cukup parah hingga membuatnya tidak bisa bergerak. Tanpa basa-basi gue melakukan heal ke rubah itu dan tidak lama lukanya sembuh membuat rubah itu kembali aktif seperti sedia kala. Gue pun mencoba untuk memberikan beberapa potongan daging ke rubah itu dan diterimanya dengan baik. Tidak lama dia menghabiskan makanan yang gue berikan, rubah itu berlari menuju pintu depan goa seakan meminta gue untuk mengantarnya kedalam goa. Kami pun mengikutinya perlahan sambil membabat habis monster agresif yang menyerang kami. Tidak berasa kami memasuki goa Payon sampai lantai keempat atau lantai terakhir goa Payon. Disana tempatnya berbeda dengan lantai-lantai sebelumnya, di lantai akhir ini merupakan reruntuhan kuno kuil kota Payon, tempatnya sangat hening dan diselimuti kabut tipis membuat nuansa tempat ini sedikit mistis. Rubah berbulu emas itu seketika lenyap menerjang kabut, tidak lama dari lenyapnya rubah itu, terdengar suara lonceng dari kejauhan dan semakin mendekat ke arah kami. Kabut yang mengganggu penglihatan kami seketika menghilang diiringi dengan hadirnya sesosok gadis kecil memakai pakaian dari kulit rubah emas sambil membawa lonceng cukup besar.

Gadis rubah “Selamat datang di kuil tua yang terlupakan ini, dan terimakasih telah mengantarkan rubah emas ini. Perkenalkan nama ku Foxi, atau orang dulu sering memanggil ku dengan Moonlight Flower, aku adalah penunggu tempat ini.”

Gue “Perkenalkan nama saya Silvi, lalu ini teman saya Iman. Kami kemari awalnya hanya untuk berburu monster saja, tapi entah kenapa rubah emas yang kami tolong menunjukkan jalan ke arah tempat ini, hingga sampailah kami ke tempat ini dan bertemu dengan kamu Foxi.”

Foxi “Hehe~ kebetulan sekali sudah lama aku tidak memiliki teman bermain, mau kah kalian singgah disini menemaniku bermain?”

Gue “... boleh, sekalian kami beristirahat disini mungkin.”

Kami pun mendirikan tenda dan berniat untuk beristirahat di tempat itu. Foxi yang lama tidak kedatangan tamu terlihat senang dan kegirangan dengan kedatangan kami, dia sangat manja sekali kepada kami seperti adik sendiri, dia meminta untuk ditemani bermain dan rebahan istirahat di pelukkan gue seakan tidak mau ditinggalkan lagi sendirian ditempat ini.

Iman “Foxi, kenapa kamu tetap ditempat ini? Padahal kamu tau tempat ini sudah hancur dan ditinggalkan?.”

Foxi “Aku tidak bisa keluar dari tempat ini, maka dari itu aku sangat senang sekali bila kedatangan tamu dari luar... seperti saat ini, meski hanya sebentar tapi aku sangat menghargai perjumpaan kita saat ini. Hehe~ (senyum polos).”

Tidak terbayang bagaimana rasanya hidup sendiri hanya ditemani binatang rubah di tempat yang sudah hancur dan gersang seperti ini, membuat gue ingin mengambil inisiatif memperbaiki kondisi tempat itu.

Gue “Mmmmn~ sepertinya kita punya pekerjaan yang berat Man...”

Iman “Maksudnya?”

Gue “Kenapa kita tidak meminta penduduk payon untuk membangun ulang tempat ini? Bukankah tempat ini bisa menjadi indah dan nyaman untuk dihuni atau bersinggah?.”

Iman “...Mungkin akan berat karena medannya sulit dan banyak monster di sepanjang perjalanan menuju kesini...”

Kami pun mencoba berfikir bagaimana caranya supaya bisa melaksanakan renovasi tempat tersebut.

Foxi “Hehe~ kalian benar-benar orang yang baik, tidak perlu sejauh itu... mungkin sebentar lagi tempat ini akan hancur tertimpa bebatuan goa dan kalian adalah tamu terakhir yang melihat tempat ini.”

Gue “Kenapa bisa begitu? Apakah tempat ini sudah rapuh? Perasaan belum pernah terjadi gempa bumi di Payon.”

Foxi “Bukan karena itu Silvi... tapi karena barrier pelindung tempat ini mulai menipis, kalau misal barrier itu sudah hancur... maka tempat ini akan hancur tertimbun bebatuan goa.”

Gue “... Lalu bagaimana dengan nasib kalian disini?.”

Foxi “Tenang... saat hari itu tiba, aku beserta teman-temanku disini akan ikut menghilang seiring runtuhnya tempat ini, maka dari itu kami berharap agar kalian yang pernah datang singgah di tempat ini untuk tidak melupakan kami. Karena itu satu-satunya yang bisa kami berikan ke kalian... yaitu kenangan terindah karena pernah bermain dan bertemu kami disini (senyum).”

Mendengarnya berkata seperti itu membuat hati kami terasa sakit dan sedih... akhirnya kami memutuskan untuk menemani Foxi beserta teman-teman rubahnya bermain semalaman suntuk sambil makan-minum dan bercanda tawa bersama hingga Foxi tertidur pulas. Melihatnya tetidur sangat manis badan ini rasanya tidak kuat untuk melepas dan merelakannya pergi suatu saat nanti, membuat gue dan Iman memeluknya bersama didalam tidurnya. Pagi pun menjelang, dengan berat hati kami terpaksa untuk mengemasi tenda dan barang bawaan kami untuk segera pergi meninggalkan Foxi beserta teman-temannya. Terlihat raut muka kami menggambarkan kesedihan saat hendak melangkah meninggalkan tempat itu membuat Foxi terasa berat dan memutuskan untuk membawa kami ke tengah reruntuhan kuil itu. Disana terdapat pohon yang cukup besar tapi sudah tidak berdaun lagi.

Foxi “Silvi...Iman... kuharap kalian tidak bersedih, agar saat kepergian kami nanti... yang kami ingat dari kalian semua adalah masa-masa bahagia yang pernah kita lewati hehe~. Mungkin ini yang bisa kami berikan... (memberikan butterfly wing [dapat berpindah ke pusat kota terdekat secara instan]) lalu yang terakhir dari kami... (mengangkat lonceng ke atas).”

Teng~ teng~ Teng~ teng~ seiring berbunyi lonceng Foxi, tiba-tiba tanah dan bangunan disana bercahaya... tempat yang saat itu gersang dan runtuh berubah menjadi tempat yang hidup dan indah. Bangunan, pepohononan bahkan nuansa kuilnya sangat hidup seperti jaman dahulu waktu masih berjaya. Namun, hal itu tidak berjalan lama, tiba-tiba terdengar suara retakan cukup kuat menandakan tempat itu sudah pada masa akhirnya. Lonceng itu tiba-tiba mengecil seukuran aksesoris.

Foxi “Silvi~ ini adalah kenangan dari kami untukmu (menyerahkan aksesoris lonceng emas kecil), untuk Iman... (mencium kedua pipi Iman). Tempat ini sudah pada ujungnya... kalian pasti bisa melihatnya sendiri (badan Foxi mulai memudar).”

Gue “... kami tidak akan melupakan kalian... (memeluk Foxi).”

Iman “Terimakasih Foxi dan teman-teman yang lain (memeluk Foxi).”

Foxi “Selamat tinggal~ Silvi!! Iman!!. (tersenyum bahagia).”

Dengan senyum kami saling berpisah, menahan rasa sedih kami sembari menggunakan butterfly wing dari Foxi. Kami pun otomatis berpindah ke pusat kota Payon, Tidak lama dari itu, kami rasakan sedikit guncangan layaknya gempa dan bunyi runtuh aga keras berasal dari arah goa Payon. Badan gue terasa lemas dan hanya bisa terduduk menangisi kepergian Foxi dan teman temannya, Iman yang biasanya tegar... kali ini tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Meskipun dia berusaha untuk menenangkan gue, tapi rasa sedihnya tidak bisa dipungkirinya... air mata mengalir deras di wajah manly nya. Setelah aga tenang, kami pun mencoba melihat ke arah goa Payon, dan benar saja, goa itu runtuh, pintu masuk goanya sudah tertutup rapat oleh bebatuan dan tidak bisa diakses lagi. Kami pun memutuskan untuk kembali ke penginapan dan melakukan logout, tidak lama dari itu, berita tutupnya goa Payon pun menyebar luas dan akhirnya secara official telah ditutup dengan menyatakan goa Payon sudah clear dan mendiskripsikan sejarah mendetail dari tempat itu disisipkan dengan gambar dan vidio yang indah... tidak lupa terdapat cuplikan Foxi dan teman-temanya mengucapkan “Terimakasih banyak telah mengisi hari-hari kami~” dengan senyumnya yang polos dan manis tergambar jelas di wajahnya... membuat kami tidak akan pernah bisa melupakannya. Jam menunjukkan pukul 7 Sore, entah kenapa kami tidak berenergi dan hanya duduk-duduk diam di ruang tamu sembari menonton TV. Terdengar suara Lia membuka pintu rumah, dengan sigap dan cepat kami memeluk Lia bersamaan dan menangis.

Lia “Heee~ kalian kenapa!?”

Gue “Terimakasih Lia udah jadi adik yang baik buat gue selama ini~.”

Iman “LIAAA!! Huaaaaa~ (menangis kehabisan kata-kata).”

Melihat gue dan Iman yang bertingkah tidak seperti biasannya, Lia hanya bisa terdiam bingung sembari mencoba menenangkan kami dengan mengelus-elus pelan kepala kami.

Next Chapter 21
Tumben ra kenthu?! :pandaketawa:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd