Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sweet Potatos (Real Story)

Lanjutan...

"Sebuah image dikirimkan oleh Arin" dan dibawahnya terdapat sebuah pesan darinya.

"Kamu dimana? Jam berapa pulangnya?"

Kubuka image tersebut, ternyata pesan tersebut dikirim sekitar sejam yang lalu, Arin hendak mengabarkan keberadaannya, yaitu di sebuah cafe sekitaran Braga. Ketegangan antara kami mulai mencair.

"Sama siapa?" tanyaku
"Lagi makan Indomi*, paling 30 menit lagi balik" jawabku

Waktu saat itu sekitar jam 2 dinihari. Tak berapa lama dia membalas pesanku.

"Sendirian aja" jawabnya singkat

"Ntar mau jalan lagi ga?" tawarku
"Emang kamu lagi dimana? Mau jalan kemana?" tanyanya

"Ga tau dimana, sekitaran braga. Warung pinggir jalan gitu. Ya kemana aja, cari makan ato ngopi gitu" lanjutku

"Terserah kamu aja" jawabnya

Beberapa saat kemudian, setelah berpisah dengan Bembe dan Heri di lobby hotel, aku berjalan menyusuri lorong kamar hotel. Saat tiba di depan pintu kamar, sedikit keraguan muncul di benakku. "Duh..kalo dah tidur gimana ya?. Ntar kalo ketemu bakal ribut lagi ga ya?" pikirku. "Eh tapi kan ini kamarku, bodo ah" pikirku lagi sambil mengetuk pintu.

Untungnya dia masih terjaga dari tidurnya.
"Krieekk" suara pintu kamar terbuka. Selanjutnya dia lalu kembali lagi ke tempat tidur.

"Dah daritadi baliknya?" tegurku membuka obrolan.
"Sekitar 30 menit lalu si" jawabnya.

"Berani ya sendirian gitu? Terus ngapain aja donk? tanyaku
"Ya duduk duduk aja sambil ngopi. Ada yang mau deketin si tadi minta no hp" jawabnya

"Terus?" selidikku
"Ya kucuekin aja sampe dia pergi sendiri" jawabnya

"Hehe" tawaku
"Napa?" tanyanya dengan sedikit jutek

"Gpp kok..nanya aja" balasku
"Lagian maen ninggalin gitu aja" balasnya

"Iya soalnya tadi ada yang ngira mau diajak ML, terus ketakutan" ledekku sambil senyum
"Ih..apaan si..nyebelin" jawabnya jutek sambil tersenyum malu.

"Lagian GeeR banget si" ledekku lagi.
"Biarin.." jawabnya sambil memalingkan badannya.

Aku yang berada di sampingnya, berusaha mendekati tubuhnya sambil mengusap kepalanya.

"Ngadep sini donk" rayuku agar dia membalikkan badan kembali.

Arin pun membalikkan badannya hingga kini dia menghadap kembali ke hadapanku.

Aku pandangi wajahnya sambil mengelus elus rambutnya, dan segera saja kucium bibirnya dengan penuh perasaan...cuppp..

"Maaf ya" kataku setelah melepaskan bibirku dari pagutan bibirnya.

Dia tidak menjawab lantas balik mencium bibirku dengan mesra. Ciuman kami semakin panas, layaknya sepasang kekasih yang sudah lama tidak berjumpa. Bahkan dia sampai naik dan menindih tubuhku saat kami sedang berciuman. Kami saling membalas ciuman, hingga saling bertukar air liur. Lidah kami saling beradu dan bergantian saling menghisapnya.

Namun aku sama sekali tidak berusaha mengambil kesempatan dari situasi tersebut. Menyentuh organ vitalnya pun tidak sama sekali. Aku berusaha meyakinkannya bahwa aku tidak ada maksud, mungkin belum lebih tepatnya untuk mengajaknya ML. Apalagi dari awal dia sudah berpikir aku hendak menggaulinya hingga dia berupaya menghindar. Aku tidak ingin membuatnya merasa terpaksa, biarkan mengalir hingga waktunya tepat dan dia benar benar bersedia. Walau bila kuingat ingat kejadian tersebut, terkadang ada sedikit penyesalan. Kenapa tidak kupancing birahinya saat itu, mungkin saja dia bakal khilaf. Ah tapi sudahlah.

Malam itu akhirnya kami habiskan dengan tidur seranjang dan saling berpelukan. Saat dia membelakangiku, kupeluk tubuhnya dari belakang. Memang bukan kepuasan sex yang kudapat, tapi lebih ke momen romantis lebih tepatnya.

Sekitar jam 7 pagi, aku terbangun. Arin masih terlelap dalam tidurnya. Pelan pelan kulepaskan pelukanku agar dia tidak terbangun, lantas kubalikkan badan hingga kami saling berpunggungan. Saat kuhendak bangkit dari tempat tidur, kurasakan sebuah pelukan dari Arin melingkar di tubuhku. Saat kutoleh kebelakang, ternyata dia masih memejamkan matanya, akhirnya kuurungkan niatku untuk bangun. Kubiarkan sejenak, hingga akhirnya kubalikkan posisi tubuhku supaya menghadapnya. Kuberi beberapa kecupan di keningnya saat itu, kemudian hidung dan akhirnya mendarat di bibirnya. Akhirnya bibir kami saling berpagutan kembali.

"Bangun..dah siang" kataku
"Hmmmfff.." dia hanya tersenyum namun dalam kondisi mata tetap terpejam.

"Owh.*** mau bangun ya?" tanyaku sambil mengelitiki tubuhnya
"Hahaaha..iya..iya..ampun" hindarnya

"Buruan bangun..terus sarapan yuk" ajakku
"Iya bentaran lagi" tawarnya sambil menguap dan meregangkan kedua tangannya.

Sembari menunggunya bangun, kuseduh secangkir kopi sebagai pendamping sebatang rokok. Arin lantas bangun dari tempat tidur.

"Jam berapa sekarang?" tanyanya
"Jam 7 lewat" jawabku sambil menyeruput kopi hitam bercampur creamer.

"Ya udah aku mandi dulu" katanya
"Ikuuutt...." kataku

"Weeekkk..enak aja" ledeknya

Sambil menunggu dia mandi, aku iseng mengirimkan sebuah foto kepada sohib karibku.



"Nyong" captionku di image
"Eh geblek..loe dah ML sama Arin?" tanya temanku si Franz.
"Hahahaha" jawabku tanpa penjelasan

"Itu tkp dimana nyong?" tanya Franz
"Bandung" jawabku

"Ebuset dah..kagak cerita cerita loe ya mau ke Bandung, mana bawa si Arin lagi" protesnya
"Wkwkwkk..iya ntar gw ceritain" balasku menutup percakapan.

Tak lama setelah Arin keluar dari kamar mandi, aku pun bergantian mandi dengannya. Sedangkan dia lanjut untuk berdandan dan ternyata namanya wanita dimana mana sama kalau sudah dandan, luaamaaanya cuk. Hingga aku telah berganti baju pun, Arin belum juga selesai memoles wajahnya. Akhirnya kami beranjak turun menuju restoran hotel. Arin mengenakan dress tanpa lengan berwarna hitam saat itu, sehingga terlihat seksi namun anggun. Saat kami berada di restoran pun, beberapa tamu pria khususnya, kuperhatikan pada meliriknya.

Sedikit kekhawatiranku, yaitu apabila sampai berjumpa dengan orang orang yang mengenalku, kecuali Bembe dan Heri tentunya. Terlebih hari itu, Sabtu pagi yang bisa jadi kebanyakan tamu di hotel tersebut berasal dari Jakarta.

Kunikmati sarapanku tanpa menghiraukan orang orang di sekelilingku, sedangkan Arin masih sibuk berkeliling memilih menu yang dia rasa cocok. Kami pun sarapan bersama, dan beberapa orang masih terlihat memperhatikan kami. Entah apa yang ada di pikiran mereka kepada kami saat itu.

Selesai sarapan, kami kembali ke kamar dan mengemasi beberapa barang bawaan kami. Sebelum meninggalkan kamar, kami sempatkan untuk saling berpelukan dan berciuman kembali, karena tidak setiap saat kami bisa seperti ini. Rasanya penuh kedamaian dihatiku saat berada dalam pelukannya.

Setelah selesai check out dan membeli cemilan di salah satu toko oleh oleh hotel, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta. Kami berangkat sekitar jam 10 pagi saat itu. Tidak banyak yang bisa kuceritakan selama dalam perjalanan itu, karena hanya mengobrol biasa dan bercanda. Untungnya perjalanan saat itu sangat lancar, sehingga kami hanya membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam untuk tiba di daerah Jakarta Selatan, tempat kediamannya.

"Untung lancar ya, cuma 2,5 jam aja. Jadi kamu ga terlambat kerja" kataku saat melewati kawasan Sudirman.
"Lho aku kan libur, ambil cuti hari ini" jawabnya

"Lah..kirain kamu masuk siang. Makanya aku ngajak buruan balik tadi" kataku sedikit heran
"Kan kemaren aku dah bilang, mau cuti aja. Makanya aku heran kenapa kamu kok ngajak buru buru pulang" jawabnya

"Hadeuh..tau gitu kan tadi santai aja yak, jalan kemana dulu gitu" sesalku
"Lagian ga pake nanya si" jawabnya sedikit kesal

"Hehe..maap" kataku dengan sedikit menyesal.

Sampai mau mengajaknya makan siang pun aku ragu, khawatir tidak keburu, karena seingatku dia bertukar jam kerja dengan rekannya.

Lima belas menit kemudian, sampailah kami di kediaman Arin. Kusuruh dia membawa bekal snack kami dalam perjalanan tadi yang tidak sempat kami sentuh sama sekali. Kemudian kutelp istriku sambil melanjutkan perjalanan pulang ke rumah, ternyata dia sedang berbelanja dengan anak anak. Akhirnya kutelpon si Franz, untuk menceritakan semuanya tentang peristiwa di Bandung. Dia merupakan sohib karibku sekaligus rekan kerjaku, namun beberapa bulan ini dia dipindahtugaskan ke kota lain. Aku selalu menceritakan petualanganku kepadanya, mulai dari Asty, Anty hingga Arin. Bahkan terkadang kushare foto foto hasil SSIku, namun beberapa detik setelah dia membukanya, langsung kudelete foto tersebut, dan tentu saja dia hanya bisa protes karena kentang.

"Jadi loe ML sama Arin?" tanyanya penasaran
"Hehe enggak" jawabku sambil menyetir

"Lah geblek bocah iki. Terus ngapain loe bawa sampe ke Bandung segala?" tanyanya heran

Akhirnya kuceritakan semuanya dari awal, bagaimana saat Arin kuajak pertama kali dan akhirnya dia menyanggupi ikut, kemudian saat dia menolakku di mobil dan di kamar, hingga kutinggalkan dia sendirian di kamar saat aku pergi karaoke bersama Bembe dan Heri dan akhirnya kami baikan kembali.

"Yaelah..loe dah buang duit, buang waktu, ga dapet ML juga. Terus buat apa coba?" kata Franz mengingatkan.
"Ya dapet sensasi berpacaran nyong, itung itung nostalgia masa muda dulu..hahahhaa" jelasku

Ada sedikit rasa lega buatku saat menceritakan sesuatu rahasia yang sifatnya kenakalan atau keburukan kepada orang yang kita percaya. Entah ada suatu kebanggaan atau sekedar sharing pengalaman tentunya.

Dua minggu setelah kami pergi dan menginap bersama di Bandung, hubungan kami masih berjalan seperti biasa, namun komunikasi masih seperti yang kuceritakan sebelumnya. Beda halnya bila kami bertemu, berciuman sudah menjadi selingan wajib saat awal dan akhir kala berjumpa. Sedikit rasa jenuh mulai menghinggapi saat itu karena hubungan yang begitu saja.

Suatu hari, muncul suatu keisengan dalam pikiranku yang kutuangkan dalam bentuk tulisan status di WA "B".

"Pengen ML" begitu tulisan status WA "B" ku saat itu. Karena WA "B" ku ini juga terdetect dengan sebagian contactku, maka kusetting "share only with" beberapa contact TO ku hasil dari perburuan di Aplikasi Pertemanan dan juga hasil dari bertukar keringat di tempat pijit atau di Karaoke alias terapis dan LC. Beberapa TO membalasnya dengan bercanda, hingga akhirnya kujelaskan maksudku Pengen "Makan Lontong" walau itu juga sebatas joke.

Beberapa jam kemudian, barulah Arin membaca statusku dan memberikan komentar.

"Hmmm..." komennya saat memention statusku
"Kenapa? 😝" tanyaku

"Vulgar banget" katanya
"Iya lagi pengen si" jawabku datar

"Hmmm.." jawabnya ga jelas seperti biasa
"Yuk.***" lanjutku lagi untuk mengetahui reaksinya

"Ga ah" jawabnya
"Kok enggak?" tanyaku

"Iya aku ga bisa" jawabnya serius
"Ga bisa kenapa" pancingku

"Ya ga bisa aja..kita kan bukan suami istri" jawabnya polos
"Oh..ya udah klo gitu..bye" jawabku mulai kesal

"Kok bye?" tanyanya heran
"Ya gimana ya, aku ngejalanin ini juga penuh resiko kan. Ga sebanding aja menurutku kalau gitu. Toh kita ML atau ga, resikoku sama aja" jawabku

Aku sengaja tidak mengungkit soal materi yang kukeluarkan selama ini, karena tidak elok dan sifatnya sensitif menurutku, walau aku tidak mempermasalahkannya juga sebenarnya dan bisa saja kuungkit supaya lebih mendramatisir hehe.

"Hmmm..iya maaf ya" katanya
"Ya udah gpp, aku juga minta maaf. kamu ngerti juga kan posisiku. Semoga lancar ya segala urusan keluarga dan pekerjaan kamu" tutupku
"Amin..iya mas makasi 😭" jawabnya.

Dari yang semula niatnya cuma bercanda, akhirnya pembicaraan kami menjadi serius dan...berakhir???

Perasaanku campur aduk saat itu, antara sedih mesti berpisah dengannya, namun setidaknya semuanya menjadi jelas, sehingga buat apalagi harus kulanjutkan, pikirku dalam kondisi sedikit emosi.

Waktu pun berjalan seperti biasa, namun ada sesuatu yang hilang saat ini. Pelan pelan aku berusaha melupakannya, mungkin sekalian aku berhenti dengan kenakalan ini. Namun biar bagaimana, rasa rindu tetaplah ada. Hingga akhirnya aku kembali bermain aplikasi pertemanan sebagai pelarian, dan mendapatkan TO baru dari Tind*r.

Namanya Viana, dia juga berusia kepala 3, namun setahun lebih muda dariku. Dia seorang sekretaris dan sudah menikah. Kalau perawakannya mungkin bisa kugambarkan perpaduan antara Anty dan Arin. Tubuhnya lebih padat berisi daripada Arin, namun memiliki payudara yang besar seperti Anty.

Bersambung..
Wah...kirain dpt dr Arin...ternyata itu jenbafan menunu petualangan yg baru...mantaapsss...
 
Mantap Suhu. Ini sih Ane banget. Ane mulai hunting di app pertemanan dari sejak 2013-an lah. Dimulai dari generasi lama macam Bad**, Sko**, Tagg**, sampe skrg dengan Tind** dan yg lagi naek daun Tant**. Tapi so far yg paling tokcer di ane itu cuman 1 yakni Okcup**.

Dan bener, tidak semuanya bisa ML. Terkadang jadi temen biasa aja. Kadang beneran jadi affair. Kadang ONS. Macem2. Saat ini Ane udah gag sesering dulu sejak 2016 sempet maen hati dan patah karena harus berpisah (kadang ane bisa melankolis bgt), tapi masih suka hunting lah kadang2. Hehehe 😁🙏
 
Terakhir diubah:
Mohon maap, baru bisa on air..habis kena warning hehe..update diusahakan segera ya para suhu..kebetulan kemaren jadwalnya rilis cerita si Lilis hehe
 
Keesokan harinya, aku tetap beraktifitas kerja seperti biasanya. Rencananya aku hendak mengajukan izin pulang cepat setelah Sholat Jumat. Dengan berbekal pakaian secukupnya, aku siap menghabiskan malam di Bandung bersama Arin. Ya, dia menyanggupi untuk ikut denganku. Namun belum kupastikan dia bakal ikut menginap, atau lanjut pulang ke rumahnya. Lihat bagaimana nanti sajalah, terserah dia. Yang penting perjalananku ke Bandung tidak terasa hambar, mengingat waktu tempuh ke Bandung saat ini tidak bisa diprediksi karena sedang terdapat proyek konstruksi di ruas tol menuju Cikampek dan juga bertepatan dengan waktunya orang Jakarta yang hendak menghabiskan akhir pekan di Bandung. Selain itu Udin juga berencana membawa keluarganya, jadi tidak mungkin aku menumpang mobilnya, terlebih lagi aku akan bersama Arin, bagaimana nanti penilaian istrinya kepadaku.

Selesai Jumatan, aku mulai berkemas untuk bersiap berangkat. Kurapikan meja kerjaku serta mematikan komputerku. Lalu aku pun segera turun menuju parkiran sambil mengabarkan Arin kalau aku hendak berangkat menjemputnya.

Sekitar 20 menit kemudian, aku telah tiba di tempat kerja Arin. Dia meminta waktu beberapa saat untuk membereskan pekerjaannya. Namun ternyata, aku menunggunya hingga 30 menit lamanya. Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 14.30 wib, padahal aku berencana berangkat jam 2 siang dengan perkiraan sampai di Bandung maksimal jam 5an "Entah jam berapa mau sampe Bandung kalo jam segini kami belum berangkat juga" pikirku. Aku khawatir bila berangkat semakin sore, kemacetan di jalan malah bertambah runyam.

Beberapa saat kemudian, akhirnya Arin muncul di hadapanku dengan mengenakan tanktop hitam dilapis cardigan putih. Dia hanya membawa sebuah tas yang biasa dia pakai saat kerja. Kutaksir tas tersebut paling banyak hanya mampu memuat 1 stel pakaian atau bahkan dia tidak membawa baju ganti sama sekali.

"Sori ya mas lama" kata Arin setelah duduk dan menutup pintu mobil.
"Hehe..khawatir aja kemaleman nyampenya" jawabku

"Iya soalnya tadi aku mesti ngajarin temenku dulu. Kebiasaan aku dampingin terus. Makanya pas mau ditinggal gini agak repot. Ini aja aku cuma bawa baju seadanya" jelasnya.
"Terus jadinya mau ikut aku di Bandung aja atau mau pulang ke rumah" tanyaku memastikan

"Liat ntar deh, nyampenya jam berapa. Emang rencananya sama temen Mas acaranya apaan?" tanyanya
"Ya kumpul kumpul gitu aja si palingan" jawabku sedikit berbohong

"Emang gpp misal aku ikutan? Ntar mereka ga nanya nanya ya?" tanya Arin memastikan
"Gpp si, cuek aja kalo aku. Mereka juga ga bakal rese kok" jawabku

Diawal perjalanan, Arin nampak masih sibuk berkoordinasi dengan rekan kerjanya melalui HP. Kunyalakan musik dengan suara pelan untuk menemaniku sejenak. Jalanan saat itu untungnya masih lumayan lancar, paling macet di titik titik persimpangan jalan dan trafic light. Hingga akhirnya aku mulai mendapati jalan padat merayap saat berada di tol bekasi barat dari arah tol dalam kota.

Arin mulai bernyanyi saat menemukan lagu yang dia suka, walau suaranya fals minta ampun tapi lumayanlah membuat suasana hidup saat itu. Aku hanya tersenyum saat memperhatikan dia bernyanyi, entah bagaimana jadinya nanti bila dia ikut karaokean bareng teman temanku, bisa pada tutup telinga pastinya hehe. Dia balik melirikku dan mendapati aku tersenyum hingga akhirnya aku tidak bisa menahan tawaku. Dia pun sadar kalau aku sedang menertawakannya.

"Ih..ngapain senyum senyum gitu. Pasti ngetawain aku ya?" ujarnya dengan nada jutek
"Hahaha..enggak kok..gpp" kataku sambil menahan tawa

"Bohong..apaan si..aku ga suka diketawain gitu" protesnya
"Enggak kok..beneran" sahutku sambil tetap fokus menyetir

Dia pun akhirnya tidak menghiraukanku lagi dan melanjutkan bernyanyi kecil.

"Ini bisa bluetooth kan?" tanyanya sambil menunjuk head unit mobil
"Iya bisa kok" kataku

"Aku ganti ya lagunya" pintanya
"Ya udah ganti aja" suruhku

Dia pun menyambungkan bluetooth HPnya dengan Head Unit mobilku. Saat sudah tersambung, dia mulai menyalakan lagu lagu yang ada di playlist favoritnya. Seleranya lumayan juga menurutku, tidak terkotak kotak hanya dengan 1 jenis genre saja.

Terkadang lagu barat yang diputarnya, bahkan hingga lagu "Laksmana Raja Di Laut" juga digemarinya.

"Tau ga siapa yang nyanyi lagu ini..hayooo?" tanyanya
"Tau donk..Arin Bustami kan" ledekku

"Ish..apaan si..ngeledek mulu" ujarnya kesal
"Hahahha.." tawaku

Selepas dari Bekasi Barat akupun melajukan mobil dengan kecepatan tinggi untuk mengejar ketertinggalan waktu karena macet tadi. Kubaca papan penunjuk jalan bahwa beberapa kilometer lagi kami bakal melewati salah satu rest area yang terletak di pinggir tol. Aku yang memang belum sempat makan siang, menawarinya untuk singgah sejenak di rest area tersebut.

"Kamu tadi dah makan siang belum?" tanyaku
"Belum mas..kan ga sempet" jawabnya

"Owh ya udah, kita mampir rest area dulu ya cari makanan" kataku

Kamipun memasuki rest area tersebut dan berputar mencari tempat parkir yang berdekatan dengan resto yang hendak kami pilih.

"Take away aja kali ya biar bisa sambil jalan" tawarku
"Ya udah gpp mas" jawabnya

Mobil lantas kuhentikan di depan resto Raja Burger, kuberikan dompetku kepada Arin dan menyuruhnya turun untuk memesan. Sedangkan aku berputar mencari tempat parkir yang kosong.

"Kasih duitnya aja mas, jangan sama dompetnya juga dibawain" pintanya

Kukeluarkan 2 lembar uang ratusan ribu dan kutitipkan kepada Arin. Arin pun turun menuju ke dalam resto untuk memesan, dan akhirnya kutemukan parkiran kosong di depan bersebelahan dengan jalan tol.

Sekitar 15 menit Arin menghubungiku menanyakan posisi parkir mobil. Tak lama dia berhasil menemukan letak parkirku sambil membawa 2 buah burger dan kentang goreng serta minuman soda.

"Ini struck sama kembaliannya mas" katanya setelah duduk dan menaruhnya di tempat gelas mobil.

Perjalanan kami lanjutkan dan untungnya tidak terhambat kemacetan saat menuju arah Cikampek. Hanya sesekali saja kami berhenti sejenak atau melambatkan laju mobil. Arin mulai menyantap burgernya dan menawariku. Nanti saja tolakku, namun aku meminta diambilkan minuman soda saja.

Mulutku mulai terasa asam karena beberapa jam tidak menghisap rokok. Kubuka kaca jendela sambil menyalakan sebatang rokok untuk mengusir jenuh. Kebetulan kondisi jalan agak sedikit merayap, sehingga kusempatkan sejenak menikmati bekal yang ada, sebatang rokok dan segelas coke soda, just enough.

Kini kulihat Arin mulai menyantap kentang gorengnya. Aku sedikit meliriknya, dan dia pun paham maksudku. Dia lantas menyodorkan sebatang kentang dan aku langsung menyambutnya dengan mulutku. (Mana tadi suhu yang komen kentang goreng? 🤣)

Setelah merasa kenyang dengan cemilan makan siangnya yang terlambat, sepertinya dia mulai terlihat mengantuk. Kuusap usap rambutnya saat dia hendak memejamkan mata, namun dia malah merebahkan kepalanya di pangkuanku, seperti posisi wanita hendak memberikan servis blowjob, namun tidak hehe kentang lagi dah. Saat itu kembali aku dihadapkan dengan kondisi jalanan merayap, sehingga kumundurkan sedikit kursi kemudiku supaya kepalanya tidak terbentur setir.

Dalam kondisi demikian, untungnya aku tidak perlu memainkan kopling, sehingga Arin tetap nyaman merebahkan kepalanya di paha kiriku. Bahkan sesekali sambil kuusap usap kepalanya sembari menyetir dengan hanya menggunakan 1 tanganku. Arin tidur dengan posisi demikian mulai saat memasuki tol cipularang hingga di tanjakan Baros seingatku, dan akhirnya dia membetulkan posisi tidurnya karena mulai terasa pegal.

Aku tidak berusaha mengambil keuntungan saat itu, karena memang tidak ingin merusak suasana GFE bersamanya, sehingga berpikiran mesum pun tidak terpikir sedikitpun olehku, mungkin lebih tepatnya perasaan sayang..aciyeeeee.

Sekitar jam 6 kurang, kami pun tiba di pintu gerbang keluar tol pasteur. Arin sudah terbangun dari tidurnya saat itu. Segera kutelpon Bembe untuk mengabari keberadaan kami dan memastikan kembali hotel yang disiapkan untuk kami..eh untukku. Sebelumnya aku sudah memberitahunya bahwa kemungkinan akan mengajak teman wanita dalam acara di Bandung ini. Bembe hanya tertawa dan meledekku, namun agak ragu semisal aku mengajak Arin untuk karaoke. Khawatir malah membuat suasana di room menjadi mati gaya karena pada jaim. Apalagi yang kuketahui tempat karaoke ini menawarkan konsep tematik dan bisa eksekusi LC nya di tempat tersebut. Kuyakinkan dia agar tenang, semuanya bakal berjalan normal walau ada Arin sekalipun. Walau sebenarnya aku juga ragu mengajak Arin ke tempat karaoke, pertama aku belum berterus terang mengenai kegiatan kami sebenarnya. Kemudian, bagaimana pikirnya nanti melihat suasana di room. Dan yang pasti aku juga tidak bakal mengambil LC apalagi mengeksekusinya. Biarlah Arin yang menjadi LC ku selama disana, pikirku.

"Rencana nginep dimana mas?" tanya Arin
"Di daerah Pasteur, deket kok hotelnya dari sini. Kamu jadinya gimana?" tanyaku saat mobil kuhentikan di lampu merah setelah keluar dari tol.

"Di Bandung aja kayaknya" jawabnya
"Oh ya udah klo gitu" kataku tanpa menjelaskan acara nanti malam

"Neng cium donk" godaku
"Ga ah malu..rame orang" tolaknya

Saat itu kami memang tengah berada di keramaian. Di sekeliling kami penuh dengan kendaraan yang sedang berhenti di lampu merah serta pedagang asongan yang berkeliling menjajakan jualannya.

"Gelap ini, ga keliatan juga" bujukku sambil menarik pelan kepalanya
"Ih..jangan ah..tuh liat ada orang" tolaknya sambil menunjuk seorang ibu pedagang yang berjalan menuju mobilku.

Tak lama, lampu hijau pun menyala dan mobil segera kujalankan sebelum lampu merah menyala kembali. Ada perasaan sedikit kesal sebenarnya, namun kutahan toh sebentar lagi juga mau sampai hotel sesuai petunjuk dari Gmaps. Lima menit kemudian, setelah pelan pelan membaca papan nama satu persatu bangunan yang berdiri di sepanjang jalan tersebut, sampailah kami di Hotel "Liburan" sesuai yang dipesankan Bembe. Waktu saat itu sekitar jam 6 lewat, berarti sekitar 3,5 jam waktu tempuh yang kujalani.

Setelah kuparkirkan mobil di basement, kami menuju ruang resepsionis untuk check in. Sempat terjadi miss komunikasi dengan staff resepsionis karena Bembe tidak memberitahuku bahwa reservasi kamar tersebut menggunakan nama Heri, bukan namaku. Akhirnya kuyakinkan staff tersebut bahwa kamarku dipesan atas nama Heri. Aku lalu mengajak Arin menuju kamar setelah mendapatkan kunci kamar dengan sedikit perdebatan. "Dalam kurun waktu kurang dari 30 menit, aku sudah dibuat dongkol dengan 2 wanita" pikirku kesal dalam hati.

Sampailah kami di kamar yang terletak di lantai 3 seingatku, kamar khusus smoker sesuai permintaanku.

"Kamarnya 1 aja mas?" Arin bertanya dengan nada sedikit heran
"Iya" jawabku singkat sambil membuka pintu kamar.

Kami pun memasuki kamar dan menaruh barang bawaan kami. Setelah melepas jam tangan dan cardigannya, Arin lalu berbaring di tempat tidur single bed berukuran queen sesuai yang kuminta. Dia langsung mengambil posisi tidur menyamping menghadap lampu tidur yang terletak di meja sebelah kiri tempat tidur.

"Hmmm..mulai lagi deh" gumamku dalam hati mendapati kondisi yang sepertinya tidak bersahabat.

Aku lalu menyusulnya berbaring di ranjang yang sama untuk meluruskan pinggang. Kucolek pelan bahunya yang hanya terbalut tali tanktopnya yang berwarna hitam.

"Kok tidur lagi si..kan tadi dah lama tidurnya di jalan" tanyaku pelan

Namun dia tidak menjawab, entah beneran ngantuk atau tidak. Setelah kuusap rambutnya, aku mulai mencium rambut serta bahunya. Kemudian perlahan kutarik tubuhnya agar menghadapku. Dia pun menurut membalikkan badannya sehingga kini posisinya telentang namun masih memejamkan matanya. Saat kucoba mencium bibirnya, timbul sedikit penolakan darinya. Terlihat kesan ogah ogahan bahkan sedikit menghindar.

"Kamu kenapa si?" tanyaku memastikan
"Gpp..ngantuk" jawabnya asal asalan

Aku semakin kesal melihat sikapnya tersebut, dan segera bangkit meninggalkan tempat tidur.
Kuraih HPku yang sebelumnya kuletakkan di meja kamar dan menyalakan sebatang rokok. Aku tidak peduli seandainya dia protes aku merokok di kamar. Kukirimkan pesan WA kepada Bembe menanyakan jam berapa mau berangkat karaoke.

"Bro..gw dah di kamar ya" kataku melalui chat
"Wih asik ni ada yang nemenin" balasnya

"Hahaha..ntar berangkat jam berapa" tanyaku sambil mengalihkan topik pertanyaannya.
"Setengah jam lagi ya ketemu di lobby. Eh terus piye jadinya..jadi loe bawa ceweknya?" tanyanya lagi

"Kayaknya ga deh, daripada jadi pada mati gaya..hahahha. lagian ga enak juga sama si Heri" jawabku memastikan
"Wkkwkwwk..iya si..ya udah ntar ketemu di lobby ya" tutupnya

Aku pun segera bergegas mandi dan bersiap siap. Arin nampak masih tertidur. Namun saat aku hendak bersiap keluar kamar, tiba tiba Arin terbangun dan melihatku sudah berpakaian rapi.

"Lho..kamu mau kemana?" tanyanya
"Mau jalan sama temanku" ucapku dengan nada datar

"Terus aku gimana?" tanyanya
"Udah kamu ga usah ikut, di hotel aja. Ni kutinggalin duit kalo mau beli makan" jawabku sambil menaruh duit yang sudah kuperkirakan cukup buat dia beli makan atau misal dia mau balik ke rumahnya.

Dia akhirnya terlihat kesal setelah mendengar jawabanku. Lantas menarik selimutnya dan melanjutkan tidurnya.

Penampakan Arin saat itu:



Aku yang merasa sangat kesal, sudah tidak peduli lagi seumpama dia balik marah kepadaku atau bahkan meninggalkanku pulang ke rumah. Entah kenapa dia tiba tiba berubah menyebalkan, sehingga apa yang kubayangkan selama perjalanan, pupus begitu saja.

Tak berapa lama setelah tiba di Lobby, kulihat Bembe datang menyusulku.

"Halo bro..apakabar?" tegurku sambil menjabat tangannya
"Baik bro..lho mana temennya ga jadi diajak?" tanyanya basa basi

"Lagi tidur dia..syukur deh daripada ntar jadi ga enak hehe" jawabku

"Wih jadi dah berapa ronde ni, sampe kecapekan gitu?" ledeknya
"Hahahaha...baru juga nyampe kita terus langsung siap siap berangkat" jawabku sambil tersenyum kecut. "Boro boro dikenthu" kataku dalam hati

Beberapa saat kemudian, mobil jemputan kami telah tiba di Lobby Hotel. Heri sudah berada di mobil tersebut. Aku dan Bembe lantas memasuki mobil tersebut.

"Halo Bos..apakabar?" sapaku
"Baek..kok ga pernah maen ke Smg lagi?" tanya Heri

"Hehe..ntar deh kalo pas tugas kesana" jawabku

"Ada yang bawa cewek bos, ngakunya si temen" sahut Bembe kepada Heri
"Oalah..bocah satu ini emang bandelnya ga ketulungan" jawab Heri

Aku hanya bisa tertawa terbahak bahak, padahal kenyataannya tidak seindah apa yang mereka pikirkan.

Saat dalam perjalanan, kulihat Arin mengirimkan pesan WA di HPku. Kubaca secara sembunyi sembunyi supaya Bembe yang duduk disebelahku tidak dapat membacanya.

"Kok kamu tega si ninggalin aku" katanya
"Maaf aku ga bisa ditolak kayak tadi. Sejak dari lampu merah di Pasteur sama di kamar. Kok kamu jadi aneh gitu" jawabku

"Maaf aku ga biasa kayak gini. Mending kamu cari perempuan lain aja kayak PSK buat diajak ML" sambungnya
"Hah..yang mau ngajak kamu ML siapa? 😓" tanyaku heran

"Lagian kamu ikut sekamar sama aku" kata Arin
"Lah emang dikasinya cuma 1 kamar gimana donk..aku kira kamu dah tau bakal sekamar sama aku" jawabku

"Ga tau..kamu ga bilang..aku kira kamu bakal tidur di tempat teman kamu" jawabnya
"Ya ga lah..masak dah jauh jauh kesini nginep dirumah temen" ucapku beralasan

"Iya..yang jelas aku ga bisa kayak perempuan PSK gitu..paham kan maksudku" tanyanya
"Oh iya gpp..jujur aku ga ada pikiran ML sama kamu malahan..tapi aku ga janji kedepannya bakal ML ato ga sama kamu. Biarin semua mengalir aja, kalo terjadi ya terjadi" tutupku

Sambil membalas pesan pesan tersebut, sesekali aku ikut menimpali candaan candaan mereka selama di mobil, supaya mereka tidak curiga melihat aku yang diam saja sedari tadi. Tapi sepertinya Bembe memperhatikanku, dia tau aku terlihat serius saat membalas pesan di HP, namun untungnya dia tidak bertanya apa apa.

Setelah sekitar 20 menit menikmati jalanan kota Bandung, akhirnya kami tiba di sebuah tempat Karaoke di daerah Sukajadi, yang namanya merupakan sebuah tempat atau daerah di suatu negara.

Kami berempat bersama salah 1 temannya Heri saat itu, sedangkan Udin sedang dalam perjalanan kemari saat kutelpon karena baru saja sampai di Bandung dan mesti mengantarkan anak istrinya terlebih dahulu. Heri pun menawarkan kami untuk memesan makan di room tersebut, karena kami tidak sempatkan makan malam sebelum kemari. Heri memang selalu menjadi bos kami setiap acara begini, karena dia memang hobi berkaraoke karena memang duitnya tidak berseri.

Kubalik balik beberapa halaman buku menu makanan dan minuman yang ditawarkan, dan kuputuskan memilih menu steak saat itu. Setelah pelayan tersebut mencatat pesanan kami, dia pun berlalu meninggalkan room dan kini berganti seorang Mami yang kutaksir berusia 40an bersama seorang rekannya masuk ke ruangan untuk menjelaskan SOP dan rate LC untuk masing masing kelasnya di Karaoke tersebut serta menanyakan tipe LC seperti apa yang kami mau misal yang bisa di ekse atau tidak, berpayudara besar atau tidak dan lainnya.

Heri pun terlihat berbincang dengan Mami tersebut, hendak menjelaskan tipe yang dia inginkan. Sedangkan kami, cukup memilih LC yang di kontes sesuai selera masing masing. Selesai berbincang dengan Heri, Mami tersebut segera memanggil anak didiknya untuk di showing atau di kontes di room kami. Belasan wanita kini telah berbaris secara berjajar di hadapan kami.

Sebagai bos malam ini, tentunya Heri mengambil kesempatan terlebih dahulu untuk memilih, disusul temannya kemudian Bembe dan terakhir aku. Kebetulan malam itu aku mendapat LC asli Bandung, sebut saja Sharen namanya karena terkadang aku hanya ingat rasa dibandingkan namanya. Setelah saling berkenalan sebentar, mereka meminta izin berganti busana yang belum kuketahui seperti apa modelnya. Sambil menunggu mereka, kami pun menikmati makanan yang telah kami pesan sebelumnya. Dan tak lama kemudian wanita wanita tersebut telah kembali ke room dengan mengenakan busana tipis menerawang tanpa mengenakan bra, hanya CD semata.

Heri langsung beraksi dengan menyanyikan beberapa lagu dari Anji yang merupakan Artis Favoritnya. Selagi menunggunya bernyanyi, aku mulai berbincang dengan Sharen untuk mengenalnya lebih dekat. Pelan pelan kuberanikan diri mulai memeluknya, sambil melirik bongkahan payudaranya yang menyembul dan terlihat samar samar dari balik bajunya. Puting susunya terlihat nyeplak menyundul keluar helaian kain yang masih menutupinya, walau kutebak susunya tidak terlalu besar sehingga kurang membuatku selera namun akan tetap kunikmati.

Sejam berlalu, setelah kubawakan beberapa buah lagu dari band indo maupun mancanegara, aku kembali fokus dengan Sharen, wanita pendampingku malam ini. Beberapa sloki Alkohol telah dia tenggak sambil merayuku untuk menemaninya minum, namun kutolak karena aku memang alergi Alkohol. Heri dan temannya terlihat mulai terpengaruh dengan efek Alkohol, begitupun dengan LC mereka. Beberapa adegan mesum terpampang di hadapanku. Heri kulihat mulai menggrepe susu LCnya dari dalam baju sambil berciuman. Begitu pula dengan LC Bembe yang kini duduk dipangkuannya sambil menari liar layaknya seorang cowboy menunggangi kudanya. Bahkan LC tersebut menyingkap bajunya dan menyodorkan susunya ke wajah Bembe untuk minta dikenyot. Kami saling tertawa terbahak melihat tingkah satu sama lain.

Aku yang juga horny, akhirnya tidak mau kalah. Kugrepe susu Sharen dari luar dan kutemukan putingnya yang nyeplak dibajunya sambil kumainkan dengan menarik nariknya perlahan. Sambil kuciumi lehernya aku meremas meremas kedua susunya. Lalu perlahan kumasukkan kedua tanganku ke dalam bajunya agar dapat menyentuh kulit payudara serta putingnya secara langsung. Mungkin karena sudah terbiasa diperlakukan demikian oleh para tamu, titik titik sensitifnya agak berkurang kepekaannya. Sharen hanya tertawa tawa saat kuperlakukan demikian.

Saat sedang asyik menjamah tubuh Sharen, tiba tiba Udin datang dan terpaksa aku menghentikannya sejenak sambil menemaninya menanti LC yang bakal dia pilih.

Heri yang mungkin sudah dilanda horny berat lantas mengajak LC nya keluar menuju tempat eksekusi. Bembe pun mengingatkanku, agar segera mengeksekusi LC ku. Namun, kutunda dahulu sambil menunggu kedatangan LC nya Udin. Udin merupakan seniorku di kantor, dan aku menaruh hormat kepadanya.

Bembe pun kemudian menyusul Heri ke ruang eksekusi di lantai yang berbeda dengan room kami. Cukup lama aku menanti giliran, karena di saat bersamaan pengunjung lain juga sedang melakukan eksekusi di jam jam tersebut, sehingga kami harus saling bergantian dikarena kan jumlah ruangan yang terbatas.

Sejam kemudian, kami pun akhirnya mendapat kesempatan juga. Kulihat kini Udin telah asyik bersama LC nya, sehingga aku bisa meninggalkannya. Aku dan Sharen lantas menyusuri lorong yang melewati beberapa room, dan menanti lift yang akan membawa kami ke lantai yang berbeda. Pintu lift pun terbuka, kulihat beberapa tamu dari berbagai usia keluar dari lift tersebut bergandengan dengan LC mereka masing masing. Ada yang berusia muda hingga paruh baya yang kulihat.

Sampailah kami di suatu kamar yang didalamnya terdapat sebuah matras dan shower sebagai alat bilas. Sharen lalu menyuruhku untuk membuka baju dan dia pun turut membuka bajunya. Sebenarnya aku tidak terlalu mood untuk bercinta malam ini, selain karena masalahku dengan Arin tadi, Sharen bukan termasuk tipeku terlebih susunya yang kecil. Tapi karena sudah termasuk dalam paket, rasanya sayang bila tidak kugunakan kesempatan eksekusi ini. Sharen menyuruhku untuk berbaring di matras tersebut, kulihat ke langit langit dipenuhi dengan cermin sehingga aku bisa melihat tubuh bugilku sendiri.

Sharen lalu memulai tugasnya dengan menjilati puting susuku dan perlahan turun hingga ke perut dan sampailah di kemaluanku. Penisku dijilat mulai dari ujung kepala hingga buah zakarku. Aku menikmati dengan khusyuk setiap perbuatannya tersebut, hingga akhirnya kurasakan penisku berasa hangat dan telah berada dalam mulutnya. Dihisapnya penisku mulai secara perlahan hingga hisapannya terasa dalam seperti vacuum dengan penuh ketelatenan. Sesekali kulirik cermin diatas langit langit dan kulihat sendiri ekspresi wajahku yang sedikit mengerang keenakan menikmati penisku yang sedang dihisap oleh Sharen.

"Mau sekarang dimasukin A?" tanya Sharen menawarkan
"Hmmm..aku benernya lagi agak capek. Kamu diatas aja terus ya?" pintaku

Sharen yang paham lalu mengambil sebungkus kondom dari tasnya dan setelah dibuka lantas segera memakaikannya ke penisku. Dihisapnya kembali penisku yang telah terbungkus dan dia lalu menaiki penisku yang sudah tegang.


"Blessss..." penisku kini telah terbenam sepenuhnya didalam vaginanya. Sharen berhenti sejenak dan tak lama mulai menggerakkan pinggulnya perlahan maju mundur bergantian secara teratur. Aku menyaksikan pemandangan ini dari kaca kaca di langit, serasa menonton bokep secara live dengan pemerannya yaitu aku sendiri. Lama lama Penisku terasa seperti diulek ulek, Sharen mengkombinasi gerakan maju mundurnya dengan variasi gerakan kesamping dan memutar seperti goyang ngebor. Kadang sesekali kutarik tubuhnya agar mendekat sehingga bisa kuhisap puting susunya.

Hingga akhirnya 5 menit kemudian aku tak kuasa lagi menahan spermaku untuk segera keluar...
"Crooottt..." spermaku menyembur keluar di dalam kondom yang kukenakan. Sharen lalu mencabut kondom tersebut dan membersihkan sisa sisa sperma yang menempel di sekitar kemaluanku. Kami pun berpakaian kembali dan bergegas kembali ke room awal.

Saat memasuki ruangan tidak kulihat Udin berada di room tersebut, mungkin sedang eksekusi juga pikirku. Aku lantas menuju toilet untuk buang air kecil. Namun aku dikagetkan dengan keberadaan 2 orang berbeda jenis didalamnya. Ya, kulihat Udin yang sedang duduk di kloset hendak mengenakan kembali celananya, dan kulihat LC nya yang sedang jongkok di hadapannya dengan mulut belepotan penuh dengan sperma. Wow..dapet CIM rupanya. Segera kutinggalkan saja toilet tersebut dan menunggu Udin keluar.

Tak lama Udin pun keluar dan menghampiriku.

"Sialan loe pake acara ngintip segala" protesnya sambil tertawa
"Sori ga sengaja bro, gw pikir loe lagi ekse juga di ruang bawah" jawabku

"Males gw bro, bukan tipe gw..mana capek juga. Ya udah gw minta di BJ aja" ujarnya sambil tertawa

Akhirnya kami semua telah berkumpul kembali dan setelah Heri membayar semua tagihan, kami pun segera bersiap untuk pulang. Saat menuju parkiran, Heri mengajak kami untuk mengisi perut, namun Udin izin untuk pamit pulang karena keluarganya sedang ada disini. Kami pun akhirnya menuju sebuah tempat makan, yaitu sebuah warung Indomie yang letaknya di pinggir jalan, namun aku lupa nama daerahnya.

Dalam perjalanan, kunyalakan kembali HP ku yang sejak awal datang sengaja kumatikan. Beberapa pesan WA masuk seiring dengan suara getar HPku. Salah satunya dari Arin.

"Sebuah image dikirimkan oleh Arin" dan dibawahnya terdapat sebuah pesan darinya.

"Kamu dimana? Jam berapa pulangnya?"


Bersambung....
Kok aku jadi ikut baper ya sama si arin 😂
 
Serasa real berpacaran..
Tapi salut sama jenengan hu,, masih bisa menahan nafsu nya wktu dihotel...
Emng klo berhubungan tidak didasari perasaan suka sama suka itu ga enak hu
Wah ane senang klo suhu ikut merasakan feelnya jg hehe..bener hu, kasian jg klo dipaksa
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd