Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Sweet As Revenge.

enaakenaak

Suka Semprot
Daftar
27 Dec 2018
Post
10
Like diterima
18
Bimabet
Mohon izin untuk suhu-suhu besar sekalian. Ini cerita pertama nubie setelah bosan menjadi silent reader. Mohon saran dan masukannya :D



CHAPTER 1 - THE BEGINNING
Lelah. Aku rasa, satu kata cukup untuk menggambarkan bagaimana kondisiku saat ini. Entah mengapa, satu semester di perkuliahan cukup untuk membuatku hampir menyerah dengan apa yang sedang kujalani saat ini. Semua perasaan, melebur menjadi satu ketika aku harus menghadapi kenyataan yang ada di depan mata. Mungkin, kalau bukan karena Nadine, aku sudah pulang ke tanah asalku.

Ripat Adrianto. Nama yang diberikan 20 tahun lalu ketika seorang bayi datang kedunia ini, tanpa tahu apa yang akan dihadapinya. Saat ini, aku sedang berkuliah di salah satu universitas ternama di kota Atlas. Berangkat dari tanah Mandau, Tuhan masih membukakan jalan untukku setelah bersusah payah melewati serangkaian ujian untuk masuk kesini. Berangkat tanpa ditemani siapapun, aku berusaha untuk bertahan hidup di kota ini dengan kiriman dari orang tua yang pas-pasan. Aku rasa, memang ini yang harus kujalani. Orang tua yang menunggu disana, pasti tak mau mendengar kabar buruk tentang akademik anak semata wayangnya.

Ah, sudahlah. Tak perlu berlama-lama untuk memperkenalkan diriku. Sebab, cerita ini bukan hanya tentang diriku, melainkan tentang aku dan gadis Purwakarta yang tak akan pernah kusangka akan berakhir di ranjang denganku. Nadine. Nadine Salsabila namanya. Kami bertemu, pada masa awal pengenalan lingkungan kampus. Aku dipertemukan dengan dia melalui kelompok kecil yang dibuat oleh senior kami. Entahlah. Namun, aku merasa bersyukur dikelompokkan dengan Nadine yang memang kelihatannya dari awal adalah orang yang ceria, aktif, dan memang giat dalam menjalani perkuliahan.

"Eh, guys. Gimans nih? Kapan mau kelarin tugasnya? Deadline nya besok loh!" tukas Nadine melalui group chat kami
"Yaudah ayo kelarin aja. Dimana nih, enaknya?" balas Nindy, si anak gapyear.
"Gimana, pakbos yang punya Semarang?" sahut Nadine sambil menandai Fauzi, akamsi yang tak pernah beranjak dari Semarang semenjak lahir
"Yawes ng Semarang ngisor wae. Akeh tempat tongkrongan og" jawab Fauzi tak lama.
"Indonesian, please dude" balasku, lantaran tak mengerti satu katapun yang diucapkan
"Di Semarang bawah aja. Banyak tempat tongkrongan kok" balasnya sambil menambahkan emoticon tertawa
"Oh okeoke. Jam 7 malam ya?" jawabku
"Eh, ada yang kosong ga? Aku nebeng dong. Belom punya kendaraan nih" tambahku
"Yaudah, pat. Bareng aku aja ntar. Shareloc kosmu yaaa" balas Nadine.

Aku langsung membagikan lokasiku, lalu menyambar handuk dan segera mandi karena jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Selesai mandi, kukenakan pakaian terbaikku untuk memberikan kesan yang baik. Tak lama kemudian, kudengar suara mobil mendekat ke arah gerbang kosku, diiringi dengan nada panggilan masuk dari Nadine. Sengaja tak kuangkat, karena memang aku sudah berada di dekat gerbang.

"Halo pat. Oh ini kosmu?" kata Nadine melalui jendela mobilnya dengan wajah penasaran
"Iya dine. Ntar kalo pengen main, kabarin aja" jawabku santai
"Dih baru kenal udah ngajak ke kos hahahaha" balas Nadine sambil mencibirku
"Haha siapa tau kan" balasku sambil menutup pintu mobilnya.

Nadine terlihat cantik malam ini. Kaos pink membalut tubuhnya, dipadukan dengan rok selutut yang membuatnya terlihat manis. Payudara yang terlihat ranum dan menantang, kutaksir 32b melengkapi bentuk tubuhnya yang elok.

"Eh, pat. Bisa nyetir ga? Aku capek nih, abis beres-beres kosan tadi" tanya Nadine. Aku tersadar dari lamunan, langsung mengiyakan permintaannya lantaran tak tega melihatnya, dan meluncur ke cafe yang dimaksud Fauzi. Tak butuh waktu lama, kami sampai di cafe tersebut, dan segera menyelesaikan tugas kami.

Ketika pulang, Nadine kelihatan murung, tak seperti biasanya. Aku yang bisa melihat ekspresi wajahnya yang berubah, belum berani untuk menanyakan apa-apa. God damn it. Bahkan dengan wajah murung, dia masih bisa kelihatan cantik.

~A hundred days have made me older, since the last time that I've saw your pretty face
~A thousand lies have made me colder, and I don't think I can look at this the same.


Alunan lagu dari 3 Doors Down menemani kami melalui kemacetan Simpang Lima. Aku yang masih memperhatikan Nadine, tiba-tiba melihat air mata mengalir dari sudut matanya.

"Kenapa dine? Kangen?" jawabku menebak-nebak isi hatinya
"Oh enggak pat. Aku gapapa kok. Kelilipan doang" jawabnya sambil mengusap aliran air matanya
"Lo ga jago bohong dine. Sumpah jelek banget bohong lo hahaha"
"Iya ya? Ah payah gue emang" balasnya sambil tertawa kecil.
"Gue baru diputusin pat. Kita udah pacaran setahun lebih. Emang, sebulan ini ribut mulu, semenjak dia tau gue keterima disini. Gatahan LDR kita"
"Oh. Emang gaada harapan buat lanjut?
"Gatau gue pat. Bingung parah. Gue pernah ngegep doi selingkuh. Sebatas chat doang emang, cuma udah menjurus ke yang aneh-aneh"
"Aneh-aneh gimana?" tanyaku penasaran
"Ya gitu. Udah menjurus kearah seks" jawabnya lesu. Wah, gila ini orang, pikirku.
"Yaudah tinggalin lah bego. Ngapain dipertahanin." jawabku emosi. Air mata kembali mengalir, yang membuatku tak mau melanjutkan percakapan kami. Aku rasa, membiarkannya untuk tenang dulu merupakan pilihan yang tepat untuk saat ini.

~I'm here without you baby, but you're still on my lonely mind
~I think about you baby, and I dream about you all the time


Kembali, air mata turun melalui pipinya yang menggemaskan. Aku, yang masih belum berani berkata apapun, mencoba untuk menenangkan Nadine dengan mengacak-acak rambutnya.

"Udahlah dine. Lupain aja. Masih banyak cowok" kataku menghibur Nadine.
"Haha iyaa pat kalem" balas Nadine

"Pat? Jangan balik dulu yahh. Gue bosen di kosan" tambah Nadine
"Alright, princess. Where are we going?" jawabku
"Ajak gue ke pantai pat" balas Nadine
"Okeokee. Kita meluncurrr."

Mobil kuarahkan ke arah Pantai. Memang, pantai di Semarang tak terlalu bagus, seperti kata Fauzi waktu kami kerja kelompok tadi. Tapi, demi menghibur hatinya, aku menuruti keinginan konyolnya itu tanpa bertanya apapun. Nadine terlihat mulai bersemangat seperti biasanya lagi. Sesampai di pantai, kami langsung keluar mobil, dan duduk di kap mobil yang tak terlalu panas. Deburan ombak, dan angin yang tidak terlalu kencang, mempercantik suasana. Kulihat Nadine, dengam senyum tipisnya terdiam menatap laut.
"Pat. Makasih ya, udah mau nurutin permintaan konyol gue. The best lo emang" kata Nadine sambil tak bergeming
"Haha, santai dine. Lagian mobil lo juga kan? Gue juga paling balik kos gabut, ntar"

Angin bertiup pelan. Suasana semakin mendukung perasaan kami berdua. Aku belum tahu, perasaan apa ini. Apa hanya sekedar nafsu, atau memang aku mulai suka padanya. Perlahan, aku merangkulnya. Dia menatapku sayu, sambil merebahkan kepalanya di pundakku. Aku belum berani menatapnya. Kuberanikan untuk mengusap kepalanya, sambil menoleh kearahnya. Wajah kami semakin dekat, sampai bisa kurasakan hembusan nafasnya. Sedetik kemudian, kupejamkan mata dan bibir kami beradu pelan. Nafasnya yang tadinya teratur, perlahan-lahan mulai naik temponya, seiring dengan meningkatnya ritme pagutan kami. 3 menit kami berciuman, hingga kurasakan tangannya mulai menjelajahi tubuhku. Langsung kuhentikan ciumanku, dan mencium keningnya. Tangannya otomatis berhenti, dan memeluk mesra tubuhku.
"Makasih pat." gumamnya pelan.
"Yuk, balik?" kataku. Bukannya ingin menghentikan permainan, tapi aku merasa sayang kalau adegan ini harus kami lakukan di ruang terbuka.
"Yuk."

Bruno Mars menemani perjalanan kami dengan Versace On The Floor nya. Lagu yang sangat cocok, kurasa untuk momen seperti ini. Kuarahkan mobilnya ke arah kosnya terlebih dahulu. Butuh sekitar setengah jam untuk mencapai kos nya, yang lebih tepat dibilang apartemen. Sempat kagum juga, melihat bangunan tinggi seperti ini. Ketika memasuki gerbang, dia menunjukkan wajah sedikit kebingungan.

"Loh, pat. Lo nanti gimana baliknya?" tanya Nadine
"Udah gampang. Ntar gojek juga bisa. Lo kan masih capek."

Kuparkirkan mobilnya, sambil mengeluarkan handphoneku untuk memesan ojek online. Dia langsung menyambar handphoneku sambil tertawa kecil.

"Come and get it" katanya sambil memeletkan lidahnya. Sejurus kemudian, dia membuka pintu dan lari perlahan menuju tangga. Wah, asik pikirku. Aku mencabut kunci dan mengunci mobilnya, dan mengejarnya sampai ke arah pintu kamarnya. Ngos-ngosan juga lari menaiki 3 lantai menuju kamarnya. Dia langsung menghentikanku sambil mengambil nafasnya.

"Ih ih bentar pat, hahaha. Hapeku ketinggalan nih di mobil. Nih, kunci kamar gue, ini hape lo. Lo masuk aja dulu. Mana kunci mobilnya?" kata Nadine
Aku merogoh kantongku, dan menyerahkan kunci mobil padanya. Aku membuka pintunya, sambil menyalakan musik dari hapeku. Kembali, kuputar Versace On The Floor nya Bruno Mars. Aku terlalu fokus dengan hapeku, hingga Sesaat setelah aku berbalik badan untuk menutup pintu, Nadine tiba-tiba sudah didepanku dan mendorongku ke arah kasurnya. Hapeku terjatuh ke karpet empuknya, sementara aku terduduk diatas kasurnya. Perlahan, dia menutup pintu dan mulai menari dihadapanku. Aku yang masih terpaku, mulai menikmati apa yang dia lakukan.

~It's warming up. Can you feel it? It's warming up. Can you feel it? It's warming up. Can you feel it baby? Oh, since I get ready for more, more, more. Let's just kiss till we're naked, oh Versace On The Floor.

Bibir mungilnya menirukan vokal dari lagu tersebut, sambil dengan erotis melepas kaos pinknya. Dengan seksi, dia berjalan pelan kearahku, sambil tetap menyanyikan lagu tersebut. Gerakan erotisnya mulai membangunkan adik kecil dalam celanaku. Sejurus kemudian, dia sudah berada di pangkuanku dengan hanya dibalut bra dan G-string hijau yang membuatnya terlihat sangat menggiurkan. Dia mulai menciumku dengan ganas. Lidahnya berusaha untuk mengajak lidahku untuk menari bersama. Tanpa kusadari, lidah kami sudah saling melilit, sembari tanganku menggerayangi tubuhnya. Kulepaskan ciumanku, dan aku mulai mengincar lehernya. Nadine mendesah panjang, ketika lidahku mulai menyusuri tiap inci dari lehernya. Tanganku berusaha untuk melepas kait bra berwarna senada dengan G-string nya. Setelah lepas, terlihatlah dua gunung kembar yang menantang untuk dijelajahi. Tiba-tiba dia menarik kepalaku, dan menatapku dalam-dalam.

"I'm yours tonight, darl. Let's get wild"

Belum sempat aku menjawab, dia kembali menarik kepalaku ke arah payudaranya. Kesempatan ini tak aku sia-siakan. Lidahku mulai menyapu di pinggiran puting payudara kanannya. Sengaja kulakukan, untuk melihatnya mengiba kepadaku.
"Don't get me crazy pat, ahhhh....." Tenggorokannya tercekat saat aku menghisap perlahan puting merah mudanya. Tangan kiriku tak tinggal diam. Aku membuat gerakan melingkar dengan jempolku di pentil sebelah kirinya.

"Ugh, pat. Keep it coming, baby ahhhhh sshhh" racaunya.

Setelah puas dengan payudara kanannya, mulutku beralih ke pentil kiri, sementara tangan kananku mulai menuju ke bawah, ke area vagina nya. Tanpa bulu, persis seperti yang aku sukai. Tangan kananku bergerak untuk menggeser seutas tali yang menghalangi. Aku mengusapnya perlahan. Ternyata, dia sudah banjir dibawah. Sekitar 5 menit kulakukan hal itu berulang-ulang, hingga aku tak sabar dan memutar tubuhku dan membaringkan dia di ranjang. Aku membuka kemeja dan celanaku, hingga tak sehelai benangpun menutupi tubuhku, sambil melihatnya bermain dengan vagina dan payudaranya sendiri. Ugh, pemandangan yang sangat Indah malam ini, menurutku.

"Don't look at me like that. Tunggu apa lagi? Masa aku didiem... Ahhhhhhh..." belum sempat Nadine menyelesaikan kalimatnya, aku sudah jongkok dihadapan vaginanya, dan mulai menjilati lubang tersebut. Aku mencari klitorisnya, dan mulai memainkannya begitu aku menemukannya. Lidahku terus memainkan vaginanya, sambil jariku kumasukkan ke dalam liang kenikmatannya. Cukup lama kumainkan vaginanya. Vaginanya sangat basah, menandakan dia sangat menginginkan aku untuk menggaulinya malam ini.

"Sshhh ahhh paaattt. Terus, paattt. Don't.... stop. I..want you... ahhh to fuck me tonIGHT AAAAHHH...."
Tiba-tiba, mulutku merasakan derasnya cairan cintanya. Tubuhnya melengkung, dan mengejang, sambil dia menekan kepalaku lebih dalam. Aku memberinya waktu untuk menikmati orgasme pertamanya denganku.

"How's it feel?" tanyaku sambil menjilati sisa orgasme nya di bibirku.
"Feels so fucking good, sweetheart. Now's my turn."

Dia tiba tiba bangkit dan mendorongku ke karpetnya. Nadine mulai merangkak keatasku, dan menciumku perlahan. Lidahnya memagut lidahku sebentar, lalu mulai menyusuri seluruh bagian tubuhku. Seluruh bagian tubuhku disapunya tanpa terlewati seinci pun. Tanpa terasa, mulutnya sudah berada dihadapan penisku yang mengacung tegak. Dia mencium kepala penisku sebagai pembuka, dan mulai mengulum nya. Aku merasa badanku seperti dialiri listrik. Semenjak aku putus dengan pacarku, kenikmatan ini tak lagi kudapat. Lidah nya bermain cantik, menari-nari di Batang penisku.

"Ugh, dine. That's... one hell ahhh... of a fucking.... blowjob".

Tangannya bergerak seirama dengan kepalanya, naik turun sambil menatapku mesum. Aku membantunya, dengan mengangkat rambut nya yang sedikit menggangu agar lancar gerakannya dalam memuaskanku. Telaten sekali si Nadine ini, pikirku. Jilatan-jilatannya mampu membuatku merem melek menikmati service lidahnya. Tak lupa, tangannya menggelitik buah zakarku. Pertahananku hampir jebol, karena dahsyatnya permainan lidahnya tadi. Tepat sebelum kurasakan air maniku akan keluar, aku menarik kepalanya, dan mengangkat tubuhnya dan meletakkan tubuhnya di Queen Sized bed miliknya. Dalam sekejap, penisku sudah berada di gerbang dari pintu kenikmatan itu. Dengan nakalnya, aku mengusap-usapkan penisku ke vagina Nadine, bahkan sesekali memukul-mukulkan Batang penisku ke vaginanya. Nadine merasa hampir gila karena tidak tahan diperlakukan seperti itu.

"Ahhhh sshhh paaattt. Masukkkiiinnn seekarrranggggg. Ga tahan laaggiihh gueee" ucapnya memohon kepadaku. Merasa mendapat persetujuan, dengan satu dorongan, kepala penisku berhasil masuk ke vagina Nadine.

"Ahhh gilaa dine. Rapet bangeett... meki loo" ucapku menahan kenikmatan. Kedutan dari dinding vagina nya menambah kenikmatanku.

"Kontol cowok guee, uuuhhh... kecil paatt.... sssshhhh kontol lo gede banghhett paatthh" katanya sambil memejamkan mata. Aku mencoba melihat ke arah penisku, dan melihat setengahnya sudah tenggelam ke vagina Nadine. Dengan satu hentakan, penisku berhasil masuk sepenuhnya kedalam vaginanya. Aku berusaha menahan ejakulasi karena kedutan terus menerus dari vagina Nadine. Sejenak kudiamkan, sambil mencium mesra Nadine. Ciumanku disambut dengan lembut olehnya, sambil memeluk mesra tubuhku. Dengan lambat tapi pasti, aku memulai gerakan naik turun untuk mencari kepuasan.

"Oooohhhh yeessshhh fuck me... fuck me deeper, pat.... make me .... aahhhh cum all night looongg" ceracau Nadine seiring payudaranya bergerak naik turun seirama dengan pompaanku yang bergerak konstan. Aku yang gemas, langsung meremas payudara kirinya sambil memainkan lidahku diatas pentilnya. Nadine semakin kelojotan mendapat perlakuan seperti itu dariku. Pantatnya ikut bergoyang, untuk mengimbangi gerakanku.

"uuuhhhh ffuuckkk. Paaathhh, giilaa bangeeett... ssshhh goyangan looo"
"Meki lo... sempit banget dine ahhh...."
"oh, yeahhhhh?? Well, uuhhh. Taste this one"

Aku tiba tiba merasakan vaginanya berkedut, sangat keras. Menyedot penisku. Aku yang terkejut, langsung memperlambat gerakanku demi menahan ejakulasi agar tidak terlalu awal.

"What was that, dine? Do it again, and I'll cum all over you." kataku sembari mulai menaikkan kembali tempo permainan.
"Curang lo, pat. Masa gue.. aaaaaaahhh dapat duluan. barengan dong nanTI AAAAAHHHHH". Nadine ikut berteriak saat aku tiba tiba menaikkan tempo permainan dengan sangat cepat. Namun, beberapa detik kemudian, aku beralih ke tusukan lambat namun menusuk dalam hingga kandas. Begitu, sampai pada akhirnya nafasnya semakin memburu, dan gerakannya mulai tak beraturan.
"AAHHH PAATT. I'M COMING... I'M COMING... I'M COMING..." rintih Nadine. Aku juga merasakan semacam aliran listrik mengalir dari ujung kepala, dan ujung kaki, dan keduanya bertemu di pangkal penisku, siap untuk ditembakkan.
"Di dalem, ahhh apa diluarr?" tanyaku pada Nadine
"Spray it all inside me, PAATT" teriak Nadine.
"Do it again, dine. Jepit lagi ... uhhh kontol gue kaya tadi ssshhhh"

Kedutan itu datang lagi. Kali ini, jauh lebih dahsyat dari sebelumnya. Secara otomatis, penisku memuntahkan air mani yang cukup banyak, seiring dengan orgasme kedua Nadine denganku. Tubuhku ambruk diatas payudaranya. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang perlahan mulai kembali. Perlahan, penisku mengecil dan dengan sendirinya keluar dari vagina Nadine.

"That was the best orgasm I had in several months. Thanks for everything." jawab Nadine sambil mengusap-usap rambutku.
"My pleasure, dine. You owe me one, tho" jawabku sambil berguling ke samping. Kami sama sama menatap ke langit-langit kamar. Tak lama, aku berguling ke arahnya, dan menarik tubuhnya untuk menghadap wajahku. Ku kecup Nadine mesra selama beberapa detik, lalu merebahkannya di dadaku. Handphoneku yang sedari tadi terletak di karpetnya masih mengalunkan lagu dari playlist Bruno Mars ku.

~When I see your face, there's not a thing that I would change.
~Cause you're amazing, Just the way you are.


"Sweet as revenge, ya dine?" gumamku pelan
"Indeed, pat. Indeed"

Kami pun mulai tertidur tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh kami. Apartemen Nadine, Queen Sized Bed, dan alunan suara merdu Bruno Mars serta Nikmatnya tubuh Nadine di malam ini menjadi awal, dari cerita kami.





BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd