Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Subarkah

Chapter 31

Di rumah Bu Marsih yang sekaligus menjadi tempat praktiknya. Malam itu meskipun jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, di dalam rumah Bu Marsih nampak beberapa orang yang tengah panik dan menunggu dengan khawatir.

Di ranjang praktik pengobatan, terbaring Pak Samsul yang tampak terengah engah memegang dadanya. Mukanya pucat pasi dan tampak kesakitan. Bu Marsih terduduk di samping sambil sibuk memeriksa Pak Samsul. Sesekali tangannya meraba jalur nadi Pak Samsul. Di telinga nya terpasang stetoskop untuk mendengarkan detak jantung Pak Samsul.

Malam itu tiba tiba entah karena apa, Pak Samsul terjatuh nyaris pingsan ketika berhubungan intim dengan Warti. Membuat Warti yang kala itu menjadi partnernya panik dan berteriak. Barkah yang berada di kamar nomer 2 bersama Sarmi dan Gita berhamburan menghampiri. Mereka segera membawa Pak Samsul ke tempat Bu Marsih untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.

Saat ini Warti dan Sarmi sedang menunggu di ruang tamu sambil terdiam. Sementara Gita sudah pulang terlebih dahulu ke rumahnya. Barkah ada di dalam, sedang duduk di meja makan bersama dengan Harni.

"Jadi gitu Har ceritanya, kita semua panik dan segera bawa Pak Samsul ke sini"
Tutup Barkah mengakhiri ceritanya ke Harni menjelaskan asal mula mereka bisa bersama membawa Pak Samsul ke rumah Bu Marsih.

"Ooowww.....jadi kamu tadi lagi enak enak an sama dua wanita Bar? Gimana? Susunya mbak Sarmi mantep yo Bar, guede to pasti?"
Tanya Harni pura pura cemburu sambil meledek Barkah.

"Bu....bukan gitu Har, aku cuma mau membantu Pak Samsul, dan karena aku dijanjiin mau dikasih rumah, jadi kalo besok aku nikahin kamu, aku bisa kasih kamu rumah yang layak"
Jawab Barkah dengan panik, tak ingin Harni marah.

"Hahahahahaha.....Barkah Barkah, tenang Bar, aku ndak marah kok, aku cuma ngguyoni kamu. Jangan panik gitu to"

"Aku udah diceritain semuanya sama Bu Marsih kok Bar, dan aku ndak masalah dengan itu. Yang penting buat aku hatimu cuma buat aku ya Bar, kamu bisa janji itu?"

Jawaban Harni bagaikan suatu sinar mentari yang cerah dan menentramkan hati Barkah. Memberikan kehangatan dan suka cita begitu luar biasa bagi Barkah.

"Janji Har, aku janji, kalo itu memang dari dulu aku cuma cinta sama kamu Har" Barkah menjawab dengan cepet dan sumringah.

Mereka berdua pun lanjut bercerita dengan mesra bagaikan sepasang kekasih. Barkah menceritakan pengalamannya dengan para wanita wanita yang sudah ditaklukan selama ini. Bagaikan anak kecil yang menceritakan pengalaman serunya ketika bermain dengan teman sebayanya.

"Oke, Pak Samsul sudah stabil sekarang, tapi dia tetap harus dibawah ke rumah sakit di kota. Pengobatan ku ini hanya untuk pertolongan sementara supaya beliau tidak lewat"

Tiba tiba Bu Marsih berseru memecah keheningan. Warti dan Sarmi yang duduk di ruang tamu langsung bangkit berdiri menghampiri.

"War, kamu bisa nyetir mobil? Kalo iya kamu bawa Pak Samsul segera malam ini ke kota. Sarmi, kamu temani Warti. Nanti biar aku yang mengabari Prapti biar dia ndak khawatir soal bapaknya"
Lanjut Bu Marsih tegas memberikan perintah.

"Tapi bu, soal Prapti......." Jawab Warti menjawab kemudian diam ragu untuk meneruskan.

"Sudah aku udah paham, kamu ndak usah pusingkan itu. Nanti aku yang atur"
Potong Bu Marsih, seakan paham bahwa Warti khawatir jika Prapti anak Pak Samsul tau hubungan gelap dirinya dengan Pak Samsul.

Mendengar jawaban dari Bu Marsih Warti pun sedikit tenang dan segera bersama Sarmi membawa Pak Samsul ke rumah sakit di kota menggunakan mobil Pak Samsul.

Akhirnya malam yang penuh dengan prahara itu pun usai. Barkah kembali pulang ke rumah nya setelah ngobrol singkat dengan Bu Marsih dan Harni.

Sebelum pulang Harni tiba tiba menaham tangan Barkah yang hendak berbalik pulang. Barkah yang bingung jadi terhenti dan bertanya tanya.

"Cuppp......" Sebuah ciuman mesra dari Harni mendarat di bibir Barkah.

"Burungmu boleh buat banyak wanita Bar, tapi hatimu cuma punyaku ya" kata Harni sebelum melepas Barkah pulang

"Pasti Har....." Jawab Barkah sembari melangkah pulang.
.
.
.
.
Beberapa hari pun telah berlalu semenjak kejadian di villa Pak Samsul

Kini Pak Samsul telah pulang ke rumahnya. Kondisi nya sudah jauh membaik, tapi belum boleh beraktivitas berat. Setelah diperiksa oleh dokter di kota besar, ditemukan bahwa Pak Samsul terlalu banyak mengkonsumsi obat kuat penambah stamina. Hal ini menyebabkan kerja jantungnya menjadi berat dan membuat dia terkena serangan jantung ringan.

Kini Warti yang menjaga Pak Samsul, dengan kedok bekerja sebagai perawat dirinya bisa terus berada dekat dengan Pak Samsul sumber uangnya.

Nama Pak Samsul pun tetap terjaga akibat kejadian malam itu. Sarmi dan Gita tidak berani buka mulut ataupun menceritakan barang sedikit saja mengenai apa yang terjadi. Mereka takut jika disangkut pautkan dengan jatuh sakitnya Pak Samsul sehingga lebih memilih bungkam. Warga desa hanya tau jika saat ini Pak Samsul jatuh sakit karena faktor usia.

Barkah kini telah tinggal di rumah baru pemberian Pak Samsul. Rumah baru itu diberikan sebagai ucapan terima kasih karena telah membantu dan juga telah menolong nyawanya.

Rumah baru Barkah lebih besar dan bagus dari rumah lamanya. Bergaya sedikit modern dan memiliki halaman yang cukup luas. Atapnya tinggi, temboknya dicat bersih. Lantai menggunakan ubin dan tidak hanya diplester. Bagian belakang rumah itu digunakan Barkah untuk membuat tembikar dagangan miliknya. Tembikar hasil karyanya sebagian dipajang di halaman depan, memudahkan orang yang ingin melihat dan membeli untuk memilih milih. Letak rumah barunya yang dekat dengan pasar juga membuat dagangan Barkah lebih mudah dilihat orang. Barkah sungguh menikmati rumah baru pemberian Pak Samsul itu. Perabot perabot bagus juga dibelikan oleh Pak Samsul untuk mengisi rumah itu.

Pagi itu ketika mentari masih malu malu menampakkan dirinya. Barkah sudah terbangun dan duduk di sofa. Pintu depan rumahnya masih tertutup rapat. Hanya jendela saja yang dibuka sedikit agar udara pagi yang sejuk bisa masuk.

Barkah terduduk santai, kedua lengannya bersandar terbuka dilengan sofa. Kepalanya menengadah sambil terpejam seakan menikmati suasana pagi.

"Clokkkk.....clookkkk.....sluurppp sluuurppppp mmmuuahhh slurrrppp" dibagian bawah tubuh Barkah, sarungnya sudah tersingkap, nampak Sarmi sedang berlutut sambil mengoral penis perkasa Barkah. Bagian atas tubuh Sarmi tampak sudah tak mengenakan baju, hanya beha yang masih terpasang tidak dilepas. Sementara susu berukuran jumbo nya telah keluar dari cup behanya. Sesekali Sarmi mengocok burung barkah menggunakan dua susu jumbonya. Dicepit penis Barkah ditengah kedua susunya dan dikocok naik turun menggunakan dua payudaranya.

"Enak.....mas ganteng? Tak masukin ya say, aku pingin nggoyang kamu mas ganteng" kata Sarmi sambil mengerling genit dan cabul.

Sarmi pun berdiri, mengangangkat rok lebarnya. Celana dalamnya tidak dilepas hanya disibakkan kesamping, dengan membelakangi Barkah diturunkan pelan pelan pantatnya berusaha memasukkan betang penis Barkah yang sudah basah akan liur ke dalam memeknya.

"Blesssss"
"Aduhhhhh yaowoh enak eeee to gantengnya aku"

Sarmi pun langsung bergoyang liar mengulek batang penis Barkah. Diraih nya kedua tangan Barkah kemudian diarahkan ke dua payudara jumbo nya agar Barkah meremas dari arah belakang

"Remes sing kenceng say...."

Barkah hanya bisa merem melek merasakan service dari Sarmi di pagi itu. Secara diam diam, Sarmi sering menghampiri Barkah di kediamannya ketika pagi pagi buta atau ketika malam hari. Beralasan mencari uang tambahan dengan membersihkan rumah Barkah, sebenarnya Sarmi hanya ingin meminta jatah rutin untuk ditiduri Barkah. Bahkan dirinya rela tidak mendapat bayaran selama ini untuk membersihkan rumah Barkah asal dirinya mendapat jatah digenjot oleh Barkah. Toh selama ini Sarmi juga masih bekerja di rumah Witi sebagai pengasuh anak. Jadi uang bukan masalah bagi Sarmi.

Setelah hampir 20 menit bergoyang tiba tiba Barkah berseru.

"Mbak.....aku mau ngecrottt......emut mbak cepet" ujar Barkah merasakan ejakulasinya hampir sampai.

Sarmi yang dari tadi sudah mencapai orgasme dengan sigap turun dan mengarahkan burung Barkah kembali ke dalam mulutnya.

Barkah pun segera memegang kepala Sarmi dan ditekan agar makin dalam mengemut burungnya. Sarmi pun berusaha menelan sebisa mungkin dan memberikan emutan terbaik untuk memanjakan penis barkah.

"Crooottt.....crooottt.....croootttt"

Tiga tembakan sperma melesak masuk, yang dengan tanpa ragu disedot dan dihisap dalam dalam oleh Sarmi dan langsung ditelan. Sarmi pun masih menjilati batang Barkah berusaha membersihkan sisa sisa liur dan sperma yang tertinggal.

Barkah dan Sarmi segera merapikan kembali pakaian mereka. Sambil bersantai, Barkah bertanya kepada Sarmi.

"Mbak.....dirimu nopo sih mben pagi kok ke sini?"

"Looo.....kan aku mau mbantuin kamu bersih bersih rumah to mas ganteng, anggep aja aku ART di sini, ART yang dicabuli sama majikannya. Ihik....ihik....ihik"

Jawab Sarmi sambil ketawa ngikik memperlihatkan raut mukanya yang tampak konyol.

"Dicabulin pie, yang ada malah aku yang mbok tubruk terus, udah ah, ya boleh sesekali tapi yo jangan rutin gini to. Kayak aku ini nggak ada kerjaan ae, masak tiap hari disuruh kentu sama sampeyan"

Jawab Barkah dengan sedikit cemberut. Barkah memang menikmati melakukan seks dengan Sarmi. Payudara jumbo dan jepitan memeknya memang nikmat. Seringkali Sarmi minta digauli di dapur, meja makan, bahkan ketika Barkah sedang mandi, Sarmi memaksa masuk untuk ikut mandi sambil minta disetubuhi. Tapi Barkah lama lama jengah juga jika terus dikejar wanita seperti Sarmi.

"Yowis....aku ndak tiap hari wis, tapi seminggu dua kali ya, aku tak minta jatah mas ganteng"

"Halah, sekali wae, seminggu sekali, nek mekso terus aku emoh lo malah"

Jawab Barkah dengan ketus.

"Yowis gak papa, tapi bener ya seminggu sekali. Nanti sebagai bayarannya rumah mu tak bersihin rutin wis Ihik....ihik....ihik....."

" Ya wis, udah mau siang, aku tak pamit dulu ya mas ganteng, sampai jumpa lagi minggu depan, byeeeeee"

Sarmi pun menyelonong pergi meninggalkan Barkah yang terheran heran dengan kelakuan wanita satu ini.

Sepeninggalan Sarmi, Barkah kembali terduduk di sofa barunya. Dia memandangi sekeliling rumah baru ini. Dirinya tidak menyangka bahwa seorang pengrajin tembikar yang hanya bisa berjualan berjalan kaki kini bisa memiliki rumah sebagus ini. Tak pernah terbesit sedikitpun sebelumnya.

Seakan sekarang ini dirinya telah memiliki segalanya. Semua ini berkat Bu Marsih, jika tidak pernah bertemu dan mendapatkan terapi dari Bu Marsih jelas dirinya tidak akan seperti sekarang ini.

Saat ini hanya satu keinginan Barkah, untuk meminang Harni wanita yang dia cintai, untuk menjadi istrinya. Barkah pun hendak mengutarakan maksud hatinya itu ke Bu Marsih, karena bagaimanpun Bu Marsih sudah dianggap sebagai ibunya sendiri.

Ditengah lamunannya datanglah Cepi pagi itu.

"Bar.....isuk isuk kok wis ngalamun wae to, wah muantep tenan ya rumahmu ini Bar"

"Halah, ngopo Cep pagi pagi ke sini?" Tanya Barkah.

Cepi pagi itu sudah berpakaian rapi hendak berangkat kerja. Semenjak mertuanya sakit, sekarang Cepi menggantikan untuk mengerus kebun kopi dan usaha mertuanya bersama Prapti istrinya.

"Mau ngopi ndak Cep?"

"Mau....mau Bar, ayo kita ngopi dulu" jawab Cepi sambil tertawa.

Sejurus kemudian Barkah sudah keluar sambil membawa dua cangkir kopi untuk dirinya dan Cepi.

"Sluurrrrpppp....ahhhh....enakkk eee kopi ini Bar"

"Gini Bar, karena aku ndak punya banyak waktu, aku mau langsung aja ngomong tujuan ku kemari.

Jadi si Prapti mau ngadain pesta syukuran kecil kecil an. Prapti sudah hamil Bar. Makanya kita mau bikin acara kecil kecilan di rumah dan yang diundang hanya kerabat dan kenalan dekat saja. Nggak pesta gede gitu Bar, Kamu, Harni dan Bu Marsih datang ya"

"Wah, selamat ya Cep, aku turut seneng sama kabarmu ini, nanti aku sampaikan ke Bu Marsih, biar kita rame rame ke sana. Kapan acaranya Cep?"

Pagi itu Barkah dan Cepi melanjutkan percakapan mereka sambil ngobrol selayaknya dua sahabat lama yang saling bertemu.

Percakapan itu baru diakhiri karena Cepi sudah harus kembali menuju ke kebun kopi untuk bekerja.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd