Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Suami Kedua Istriku (Re Upload)

Suami Kedua Istriku
Pengalaman Pertama Pijat Erotis



Setelah pembicaraan mengenai fantasi pijat erotis itu, Agus mulai melakukan survey, berbagai cara survey dia lakukan, mulai dari pengamatan di medsos, forum dewasa, ataupun iklan di media. Agus ingin semuanya dapat dikendalikan dan ingin memastikan aman, baik dari sisi kesehatan, ataupun dari sisi yang lain.

Agus tak ingin fantasinya ini menjadi malapetaka bagi keluarganya, misalnya diperas oleh partner fantasinya. Agus benar-benar mencari orang yang profesional, bukan asal pingin saja, namun kemampuan seksnya harus diatas rata-rata.

Setelah intens seharian mencari orang yang tepat untuk dijadikan partner dalam mewujudkan fantasinya, Agus kiini mempunyai 2 pilihan kandidat.

Kandidat pertama bernama Roy, Agus menemukan profil targetnya ini di aplikasi tinder, dari foto-fotonya Agus melihat sosok Roy ini tinggi tegap dan terlihat maskulin, usia target pertamanya ini adalah 24 tahun, saat ini masih kuliah tingkat akhir disebuah universitas di yogya, tingginya 182 cm dengan berat badan 74 Kg, tidak merokok.

Kandidat kedua bernama Mario, Usianya 30 tahun, Dia adalah terapis panggilan profesional khusus pasutri, Agus mendapatkan profil targetnya ini dari aplikasi medsos burung biru, dari fotonya Mario ini seperti orang keturunan Ambon, di postingannya dia kerap membagikan pengalaman dengan pelanggannya, layanan spesialnya adalah oral seks, yang konon menurutnya bisa membuat squirt setiap pelanggannya.

Saat Agus meminta pendapat Linda, sepertinya Linda menyerahkan semuanya pada Agus suaminya, dia seolah tak acuh dengan profil-profil yang Agus sodorkan.

“Teserah papah ajalah, yang penting aman, mamah manut ae.” Begitu jawaban Linda saat ditanya Agus ingin pilih siapa.

Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya pilihan Agus jatuh pada Roy, tangan Agus gemetar saat menelpon nomor kontak Roy yang tertera, ternyata yang menjawab hanya mesin.

“Nomor yang anada tuju sedang diluar jangkauan atau tidak aktif.”

Agus lalu menyimpan kontak Roy, ternyata nomor itu memiliki whatsapp, Agus mengecek apakah nomor tersebut sudah lama tidak aktif, ternyata di aplikasi whatsapp nomor tersebut terlihat terakhir 5 jam lalu.

“Ohh mungkin saat ini sedang tidak aktif atau hpnya mati.” Ujar Agus dalam hati.

Baru saja dia ingin mencoba menelpon kandidat kedua, hpnya berbunyi, dilihatnya nama Roy memanggil, Agus sejenak bingung, apakah akan menerima panggilan tersebut atau tidak, akhirnya Agus mengangkat telponnya.

Dari pembicaraannya dengan Roy, Agus merasa Roy orang yang enak diajak bicara, sopan serta terkesan smart, Roy juga menekankan bahwa dia adalah seorang profesional, dan menjamin bahwa hal-hal yang dikuatirkan Agus tak akan pernah terjadi.

Akhirnya Agus sepakat untuk menjadikan Roy sebagai partner fantasi pertamanya, setelah bernegoisasi harga, keduanya sepakat pada angka tertentu, masalah lokasi dan waktu, Roy menyerahkan semuanya pada Agus, karena Roy bisa kapan saja, namun Roy juga meminta agar minimal h-1 dia sudah dikabari, Agus kemudian menyanggupi.

Agus kemudian melihat jadwalnya untuk beberapa minggu ke depan, ternyata ada tanggal yang dianggapnya cocok untuk mengeksekusi fantasinya itu, Agus memilih hari Sabtu di pekan terakhir bulan ini untuk menjalankan rencananya, dengan pertimbangan bahwa hari minggu tokonya tutup.

Agus tersenyum-senyum sendiri membayangkan hal-hal yang akan terjadi kelak, namun sekilas muncul juga rasa khawatir di hatinya, kekhawatirannya lebih disebabkan performa Roy tidak sesuai harapannya. Jantung Agus berdebar lebih kencang dari biasa, dia sangat gugup sekaligus juga semangat.

Agus sedikit bimbang mengenai lokasi untuk melakukan eksekusi fantasinya itu, apakah di Solo dengan resiko bertemu dengan rekan bisnisnya, karena tanggal yang dipilih Agus itu kebetulan adalah long weekend, rasanya bakalan banyak yang melakukan staycation di hotel untuk refreshing, dan bisa jadi dia akan bertemu dengan rekan bisnisnya atau orang yang dikenalnya, namun Agus juga merasa jika eksekusi dilakukan di jogjapun, jika memang ditakdirkan bertemu dengan rekan bisnisnya, pasti ketemu juga. Hingga akhirnya Agus menjatuhkan pilihan pada sebuah hotel berbintang 4 yang terletak tak jauh dari bandara Adi Soemarmo.

Agus lalu membuka Aplikasi pemesanan hotel, sebagai member VIP, Agus mendapatkan previlage pemesanan di aplikasi tersebut, Agus memesan 2 kamar superior, Agus tahu bahwa nanti dia akan otomatis diupgrade ke kamar diatasnya, setelah melakukan pemesanan dan memasukkan otp dari kartu kreditnya, Agus kemudian menelpon hotel yang dipesannya itu.

Agus meminta untuk disiapkan kamar Connecting room, yang segera di proses oleh pihak hotel , sedangkan untuk upgrade kamar, tentunya mengikuti ketersediaan saat check in nanti, Setelah semua sudah dipastikan, Agus kemudian kembali menelpon Roy memberitahukan hari eksekusi dan alamat hotel. Roy dengan sigap segera menyetujui rencana itu.

“Andai Sammy yang menjadi partner , pasti Linda akan senang banget, aku yakin itu.” Ujar Agus dalam hati.

“Gimana pah, udah beres semua?” tanya Linda ingin tahu prosesnya.

“Sudah mah, papah udah sewa 2 kamar hotel yang berjenis connecting room, itu loh di tempat kita biasa nginep.” Jawab Agus.

Linda hanya mengangguk mendengar penjelasan suaminya, sebenarnya Linda juga tak kalah berdebarnya dengan Agus, walau sebenarnya Linda mengharapkan Sammy, namun apa boleh buat, keinginannya untuk disentuh pria lain sudah demikian menggebu-gebu.

“Kok mamah diem, mamah beneran yakin mau melakukan ini?” Agus kembali bertanya untuk memastikan.

“Papah sendiri gimana, papah yakin gak? Kalau mamah tergantung papah aja.” Jawab Linda lugas.

Agus memandang istrinya yang cantik, sebenarnya dia sendiri gak tau apa dia yakin mau melakukan ini, Agus tak tahu apa dia sanggup melihat istrinya bersama orang lain, namun kobaran fantasinya seolah membuyarkan keraguannya.

“Papah gak tahu mah, papah sih eksiting banget, namun papah juga agak was-was, tapi kita lihat aja nanti mah.” Ucap Agus.

“Was-was gimana pah, ah..papah mah bikin mamah takut.” Ujar Linda cemas.

“Gak bukan gitu, Cuma papah was-was mamah nanti malah main hati.” Ucap Agus lirih.

“Ihh papah kok gitu, kan papah yang punya ide kaya gini.” Linda sedikit merajuk.

Ya..ya, kita lihat aja nanti ya, papah percaya kok ama mamah.” Ujar Agus menghentikan pembicaraannya.



***​

Hari yang ditunggu sudah tiba, Agus dan Linda sedang bersiap-siap untuk membawa perlengkapan untuk menginap sehari, kebetulan papi dan mami Linda ada acara paskah di Salatiga, dan Alexa ikut dengan oma dan opahnya.

Pada mertuanya, Agus beralasan ada urusan bertemu dengan perwakilan pabrik elektronik di jogja, sehingga dia dan Linda tidak bisa ikut ke Salatiga.

Setelah mengantar Alexa ke rumah opah dan omahnya, Agus dan Linda menuju ke Hotel yang telah dipesannya, saat itu sudah jam 1 siang, sebelumnya Agus mendapat Whatsapp dari Roy, bahwa Roy sedang menuju solo dengan menggunakan kereta api.

Sesampai di hotel Agus segera check-in, sebagai previlage member VIP, Agus mendapat upgrade ke kamar Deluxe dengan connecting Room.

“Silahkan pak, ini kartu kamarnya 822-824, Terima kasih telah setia menjadi tamu kami, kebetulan ini bapak dapat upgrade khusus dari manager kami.” Resepsionis yang cantik dengan senyum manis memberikan kartu kamar ke Agus.

“Terima-kasih mbak Sherly atas bantuannya, saya sudah bisa masuk kamar kan.” Tanya Agus.

“Sudah pak, dan ini kupon sarapan untuk esok pak, 4 buah kupon, Silahkan Pak Agus.” Ucap Sherly kembali dengan penuh keramahan.

Agus dan Linda kemudian menuju kamar yang disediakan, Ternyata kamar yang diberikan cukup luas, ada pintu penghubung ke kemar sebelah, dan yang unik kamar mandinya berdinding kaca, sehingga dari ranjang bisa melihat apa yang ada di dalam kamar mandi.

Linda meletakkan koper kecilnya ke lemari, dan merebahkan tubuhnya ke kasur, kamar yang satu berisi dua buah ranjang, dan kamar satu lagi berisi satu ranjang besar.

Agus kemudian mengatur skenario, dia memilih kamar dengan double bed untuk dirinya sendiri, sedangkan Linda dan Roy akan berada di kamar yang berisi satu ranjang besar.

“Pokoke senyaman mamah aja, kalau mamah nyaman kita lanjutkan, dan mamah bisa dipijat di kamar itu, terserah mamah aja, mau lanjut boleh, gak mau juga gak apa-apa, papah gak bakalan maksa.” Ucap Agus dengan suara agak bergetar.

“Maksudnya lanjut apa pah,” tanya Linda pura-pura .

Agus hanya menatap istrinya yang cantik itu, dan dibalas dengan senyuman manis, kemudian Hp Agus berbunyi, ada panggilan whatsapp dari Roy, rupanya dia sudah tiba di hotel.

“Langsung naik aja mas, kamar 822, kita udah ada di kamar.” Ucap Agus pada Roy.

“Orangnya sudah datang ya pah, aduh kok mamah jadi deg-degan ya.” Ucap Linda, kali ini memang Linda sedikit gugup.

“Tenang aja mah, kalau mamah gak suka orangnya kita gak usah lanjutkan, pokoknya papah Cuma minta mamah nyaman aja.” Ucap Agus menenangkan istrinya.

Agus kemudian mengambil sebuah kotak peralatan, ada sebuah kamera yang telah disiapkan Agus untuk merekam apa yang akan terjadi nanti. Agus memasang kamera tersebut di nakas sebelah ranjang besar yang akan dipakai untuk massage, agus kemudian mengetes view dari kamera yang dipasangnya sehingga dirasa pas menurutnya.

Bel kamar berbunyi, Linda sedang berada di toilet, Agus kemudian membuka kamar, sesosok pria tegap dan tampan berdiri tersenyum padanya.

“Pak Agus, saya Roy pak.” Roy memperkenalkan dirinya.

“ Silahkan masuk mas.” Ucap Agus.

“Terima Kasih pak, maaf saya agak terlambat, tadi ada troubel saat menuju stasiun Jogja.” Ucap Roy.

“Ndak terlambat kok mas, lah wong kita juga baru sampe heheh.” Balas Agus.

Linda keluar dari toilet, Agus menghampiri Linda dan mengarahkan Linda untuk duduk disamping Roy.

“Perkenalkan, ini istri saya Linda.” Ujar Agus, Linda kemudian menjulurkan tangannya ke Roy.

Roy tersenyum memandang Linda. “Alamak cantik juga istri pak Agus ini.” Batinnya.

“Saya Roy kak.” Roy memperkenalkan dirinya.

“Saya Linda mas, panggil Linda aja gak apa-apa.” Ucap inda dan duduk disamping Roy.

Agus memperhatikan istrinya sepertinya mulai tertarik dengan penampilan Roy, entah sengaja atau tidak, Agus melihat Linda meletakkan tangannya di paha Roy, mereka duduk cukup berdekatan diatas ranjang.

Agus kemudian menuju kamar sebelah, dan memastikan kameranya sudah terpasang dengan benar, saat Agus kembali ke kamar sebelah, dilihatnya Linda dan Roy saling berbincang cukup mesra, mereka saling menatap, dan yang membuat Agus terkesiap adalah Linda tak canggung untuk mengenggam tangan Roy. Mereka berdua bagaikan sepasang kekasih yang saling merindu, padahal baru saja bertemu.

Ada desir rasa cemburu dihati Agus, seolah dirinya tak terlihat oleh mereka berdua, namun semakin dia berdebar, semakin gairahnya merebut kendali hatinya.

Hp Agus kembali berbunyi, rupanya dari pengantar makanan ojol, sebelumnya memang Agus memesan nasi padang untuk makan siang mereka bertiga, driver ojol memberitahu kalau dia tak bisa naik ke atas, karena kebijakan hotel melarang, akhirnya Agus yang akan menjemput ke bawah.

“Sebentar ya mah, kayaknya pesanan makan siang udah dateng, Cuma mas ojolnya gak boleh naik keatas, biar papah jemput makanannya.” Ucap Agus.

“biar saya aja pak Agus.” Ucap Roy.

“Gak usah mas, tolong titip istri saya sebentar ya, mah papah ke bawah dulu ya.” Ujar Agus pamit.

“Ya pah.” Ucap Linda.

Agus berjalan keluar, saat menutup pintu, Agus melihat Linda kembali asyik berbincang dengan Roy, tanpa peduli dirinya keluar.

***​

Agus kemudian menemui babang ojol yang mengantar pesanannya, Agus memberikan babang ojol tips yang cukup lumayan, babang ojol itu membungkuk-bungkuk berterima kasih.

Agus kemudian kembali menuju kamarnya, kebetulan liftnya sedikit ramai, banyak tamu yang baru masuk hotel, sehingga beberapa kali lift harus berhenti menurunkan tamu hotel yang berbeda-beda lantai tempat menginap.

Lift berbunyi saat menyentuh lantai 8 tempat kamar yang dipesan Agus. Jarak kamar Agus dengan lift tidak terlalu jauh, Agus membunyikan bel kamarnya, hampir beberapa lama dia menunggu pintu dibuka, namun pintu tak juga dibuka, angan Agus melayang, “apa yang mereka lakukan? Kok lama sekali buka pintunya.”

Kembali Agus memencet bel kamarnya, hampir beberapa saat kemudian baru kamarnya terbuka, Roy ada didepannya. “maaf pak tadi saya sedang beres-beres.”

“lho istri saya kemana?” tanya Agus tak menemukan Linda.

“Mamah disini pah, abis pup.” Tiba-tiba Linda keluar dari toilet.

Agus melihat lipstick istrinya agak sedikit memudar, padahal Agus tahu tadi istrinya memakai lipstick warna pink, kini warna lipstick itu hampir hilang, Agus bertanya-tanya apa yang terjadi, sepeninggalnya mengambil makanan di bawah.




...................................................

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd