Act 00: Prologue
==================
“… jadi kamu fix masuk JKT48?” tanyaku memecah kesunyian malam.
“Belom tau nih, lagian kenapa sih kayak orang ketakutan gitu?” balasnya.
“Entar aku gimana? Kamu gimana? Kita gimana?” Tanyaku dengan sedikit menaikan nada bicaraku.
Wanita cantik di hadapanku terdiam. Sedikit mengigiti bibirnya lalu kembali memajukan tubuhnya untuk menjawab pertanyaanku. Aku yang menunggu respon memandangi dirinya dari ujung rambut hingga bagian pinggang, sisi terakhir dari tubuhnya yang bisa kulihat dari seberang meja. Kaos coklat ketat pemberianku pada hari ulang tahunnya membalut tubuh mungilnya dengan sangat indah. Payudaranya yang berukuran pas, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar menyempurnakan kecantikannya pada malam ini. “cherry on top” lamunku membayangkan payudaranya yang nantinya tidak bisa kumiliki saat ia sudah menjadi anggota Idol Group itu.
“Yaudah kita putus” jawabnya singkat. Rasanya seperti bumi seketika runtuh mendengar jawabannya itu.
“gak deengg… hahaha mukamu loh itu kayak orang baca pengumuman gak lulus UN!” pintanya kembali sambil tertawa
“gak lucu ah! Serius dong!” jawabku kesal namun sedikit lega karena melihat tawanya yang lucu. Matanya menjadi segaris dan tangannya menutupi mulutnya terbuka karena tertawa.
“Lagian aku ga bakal kepilih to, gausah mikir yang macem-macem lah. Masa fans jeketi yang dekil kayak aku bisa masuk kesana? Udahlah gausah dibahas lagi, aku sekarang mau menghargai setiap waktu yang ada bersama cowoku yang paling ganteng!” balasnya mengalihkan pembicaraan
“Ah bisa aja, yaudah salaman dulu dong biar ga selek” jawabku sambil mengulurkan tangan
Uluran tanganku ditolak olehnya, sambil melakukan sikap namaste ia berkata
“Maaf kak, kalau mau salaman ada eventnya ya, dengan 35 ribu rupiah kakak bisa bersalaman denganku selama 10 detik!”
“SAKAREPMU!”
“Dih sok-sokan bahasa Jawa!” ujarnya tak mau kalah suara
“SAKAREP AING!” aku berusaha melawannya dengan kemampuan bahasa Jawaku yang minim
“gue liat-liat sekarang ada yang jago nyampur-nyampur bahasa nih” balasnya sambil mencolek pipiku
Aku terdiam, namun tak lama kami berdua tertawa besar. Tawa kami meramaikan seisi restoran cepat saji yang kami datangi. Kebahagiaan kami karena akhirnya bertemu setelah sekian lama berlangsung hingga tengah malam. 2 minggu lagi adalah hari pengumuman dari member JKT48 generasi terbaru. Sejak hari itu hingga 13 hari kedepan, dalam doaku sering kuselipkan harapanku agar Tuhan memberikan yang terbaik untuknya, entah digagalkan atau diluluskan menjadi member JKT48.
Akhirnya hari yang dinanti-nanti tiba. Aku sekarang sudah berada di sebuah tempat yang sering aku dan pacarku datangi saat liburan yakni theater JKT48. Ya begitulah kehidupan kami, sepasang kekasih yang diperkenalkan oleh Jeketi. Tapi hari ini aku menonton show sendirian karena pacarku sedang sakit. Rasanya bosan sih menonton show theater sendirian. Ohiya aku hampir lupa mengenalkan namaku. Namaku Moses, biasa dipanggil Mos, atau Ses. Nama lengkap? Yaa Moses. Moses aja. Saat ini aku berumur 20 tahun dan sedang menjalani studi di sebuah universitas swasta ternama di Jakarta. Nama, umur, pekerjaan sudah kuceritakan, apa lagi ya? Eh bentar-bentar kok ini tiba-tiba ada Melody naik ke panggung. Loh pengumuman JKT48 academy generasi ke-6? Sekarang banget?
Hatiku yang awalnya berdebar karena membaca tulisan itu mulai lega setelah mengingat pacarku sedang sakit di rumahnya. Aku kembali memainkan handphoneku sambil membaca beberapa broadcast dagangan jatah panitia yang dijual esok hari. “ayam panggang? bosen. Nasi katsu? seret. Ah nasi bakar aja deh boleh ni, jarang-jarang juga kan makan nasi bakar.” Aku yang terlalu fokus mengetikan pesanan untuk besok tidak menyadari ada sebuah nama familiar yang disebutkan oleh Melody di panggung.
Tiba-tiba sebuah suara yang tidak asing terdengar, suara itu berkata “Halo nama aku Riska Amelia Putri umur 17 tahun!” Aku yang merasa tidak asing dengan suara itu langsung melihat kearah panggung. Betapa terkejutnya diriku saat melihat pacarku di atas panggung mengenakan baju hijau penanda member academy JKT48. Dengan tak sadar diriku yang cenderung berbicara sebelum berpikir berteriak “BANGSAT PACAR GUAA?” Amel yang melihat reaksi spontanku berusaha sekuat tenaga menahan tawanya. Aku? Ya tentu saja mencoba memberikan alibi kepada penonton lain dengan menaruh handphone di telinga kanan dan bergegas pergi meninggalkan ruang theater. "Yang bener aja?" pikirku dalam hati.
