Selama beberapa tahun hingga Fajar lulus kuliah dan kami menikah, sepengetahuan saya sih tidak ada rumor buruk tentang hubungan kami berdua. Kami menjaga batasan jarak dan bentuk interaksi saat berada di tempat umum kota tempat tinggal kami, kami hanya bertemu di rumah Fajar ataupun di teras rumah saya saja. Tetapi ketika kami berada di luar kota (Bandung), baru kami berani untuk berpegangan tangan atau mengobrol dekat. Nama Fajar dan keluarganya cukup dikenal dan dihormati di lingkungan tempat tinggal kami, jadi saya memang inisiatif tidak mau merusak nama baiknya.Buat istri : sering kita merasa bersalah melakukan dosa, setelah itu menyesal tapi setelahnya ingin berbuat dosa yg sama. Orang luar menganggap kita sebagai org yg alim pdhl tdk se alim itu. Apakah pd saat itu yg mengetahui aktifitas seksual hanya si fajar (calon) atau ada org lain yg mengetahui? Bagaimana menyeimbangkan pikiran malu antara perbuatan dosa dengan pakaian yg sehari-hari dipakai? Apkh pernah terbesit menanggalkan gamis, hijab, atau yg lain?
Saya pikir semua orang punya dosa, begitupula dengan saya. Jadi kalau disebut malu sih tidak karena tidak ada yang tahu tentang dosa saya ini, justru saya bakalan malu kalau saya yang bisa dibilang sudah hijrah lalu meninggalkan hijab dan kerudung yang saya kenakan.Buat istri : sering kita merasa bersalah melakukan dosa, setelah itu menyesal tapi setelahnya ingin berbuat dosa yg sama. Orang luar menganggap kita sebagai org yg alim pdhl tdk se alim itu. Apakah pd saat itu yg mengetahui aktifitas seksual hanya si fajar (calon) atau ada org lain yg mengetahui? Bagaimana menyeimbangkan pikiran malu antara perbuatan dosa dengan pakaian yg sehari-hari dipakai? Apkh pernah terbesit menanggalkan gamis, hijab, atau yg lain?