Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SISI LAIN

Status
Please reply by conversation.
Cakep om betawinya kentel..

Tapi ada kripik dikit enaknya konsisten pake "aye" daripada "saye"...

Semangat terus om, ditunggu lanjutannya. .
bahasa betawi emang rada ribet sis, 'saye' itu di pake kalo pas merendah
eniwey nanti coba saye gali lagi perbendaharaan tata bahasa betawi

Mantap ni cerita si pitung...
ucup mar kocup bang...

Trma kasih om,,,kocaknya mantap
masama suhu l-co... met wiken...
 
Mantep bener tong:jempol:
misami kakang mas....

Maaf om baru sempet baca hehehe...

Ciamik soro updatenya :jempol:
terima kasih kakanda:ampun:


Thx updatenya om
Pagar makan tanaman nih bek Ridwan... Bersiap menanti kehadiran tokoh utama di chapter selanjutnya:pandajahat:
masama hu semoga terhibur...:ampun:

Nick name @bintangutara mengingatkan threads Bintang Kejora.
:colok: main id ane jangan di colek2... jadi keluar deehh... :D
 
Chapter 5 : TRANS SISI



Jakarta 2004


Disebuah SMA favorit bilangan Jakarta Selatan seorang pemuda berlari menghindari kejaran seorang gadis. Sementara teman-temannya yang lain riuh rendah menyoraki keduanya.


"Eeeekiiiiiii.... balikin diary kuuu..." ucap seorang gadis cantik berkulit putih yang mempunyai tinggi badan 165cm itu. Tubuhnya yang ramping tampak kerepotan mengejar pemuda tersebut, Tas biru di punggunggnya tampak bergoyang ke kanan dan kiri mengikuti gerakan tubuh tuannya yang berlari, nafasnya terengah-engah mulai terdengar ditelinga.

Pemuda itu menghentikan larinya, dia melihat gadis itu berhenti mengejarnya. Badannya tertunduk, kedua tangannya bertumpu pada lutut mencoba mengatur nafasnya. Rambutnya yang panjang tampak menutupi wajah cantiknya.

"Ini diary kamu...." ucap pemuda itu sambil menyodorkan dengan tangan kanannya sambil tersenyum.

Segera gadis tersebut meraih diary miliknya yang tadi di rebut pemuda itu waktu masuk gerbang sekolah dan berbalik meninggalkan pemuda itu.

"Aku benci kamu..." ucap si gadis ketika pemuda itu berjalan disampingnya

"Tapi cinta kan..." ucap pemuda tersebut sambil melirik dan tersenyum.

Sang gadis menghentikan langkahnya dan menatap dengan tajam.

"Denger ya Eki... Gue tuhh lagi sebel banget sama lo" katanya sambil merubah gaya bicaranya

Dengan lembut pemuda tersebut memegang kedua bahu sang gadis, dan terlihat butiran-butiran keringat menghiasi keningnya. Matanya yang bening tampak berkaca-kaca seolah ingin menangis. Timbul penyesalan dihati atas apa yang telah dilakukannya tadi.

"Maafin aku ya...."

"Kamu sayang aku kan..."

Sang gadis menatap wajah pemuda itu lalu memalingkan muka ketika melihat tatapannya yang teduh. Terdengar bunyi bel masuk sekolah membuat keduanya menatap mata kembali.

"Gak.... !!!" ujar sang gadis sambil berjalan berlalu meninggalkan pemuda itu.

"Aku sayang Gita" ucap pemuda tersebut pelan.

"Bodo..." terdengar suara balasan dari gadis itu yang mulai menjauh.

pemuda bernama Eki itu pun tersenyum dan berjalan menuju kelasnya.


"Pagi-pagi dah disuguhi film india nih kita-kita" ucap tiara yang duduk dibelakang Eki.

"Eehh anak pak Mahmud, dengerin yaa... you mending cari gebetan supaya ga sirik sama ayy" canda Eki sambil meletakkan tasnya. Tiara langsung cemberut ketika nama ayahnya disebut Eki.

"Sombong yang dah jadian" celetuk Anita yang duduk disebelah Tiara.

Eki yang sudah duduk menggeser tubuhnya kebelakang lalu memegang tangan keduanya.

"Gimana kalau lo berdua jadi istri kedua dan ketiga gue" ucapnya dengan penuh keyakinan

"Woooo... ga maaauuuu" ucap Tiara dan Anita serempak.


*********************


Namaku Eki Sofyan Bustomi, usia enam belas tahun kelas satu SMA. Tinggi badanku 182 cm, postur badan tegap, berkulit putih dengan tahi lalat menghiasi samping kanan dan kiri kedua mataku. Papaku asli Betawi sedang Mama orang Mongondow (kurang lebih tiga jam dari Manado) jadi kulit putihku bisa dibilang terbawa garis Mamaku.

"Nyet, mo ke kantin gak ?" tanya Riko teman semeja ku mengajaknya ketika jam istirahat sudah dimulai

"Lo duluan deh, Gue mau ke kelas Gita dulu"

"Ok dehh... ntar malem jangan lupa latian kita"

"Iya...." ucapku datar


Kelas Gita terlihat masih terdengar ramai, mungkin beberapa murid yang masih asik ngobrol didalam kelas. Aku longokkan wajahku melalui jendela melihat kedalam dan terlihat Gita sedang asik ngobrol dengan Raffa teman sekelasnya. (nama sengaja disamarkan karena sekarang sudah jadi artis, bahkan istrinya yang sekarang hampir mirip baik nama maupun wajahnya dengan pacarku).

Sejenak aku mematung melihat mereka berdua, setahu aku Gita pernah mengatakan kalau Raffa suka dengan dia tapi Gita menolak. Entah kenapa hati tiba-tiba jadi terasa sunyi melihat Gita dan Raffa duduk dekat bercerita dan tertawa mesra, segera aku tinggalkan kelasnya dan berjalan ke lantai tiga mencari tempat tenang. Karena aku tahu lantai tiga ini sedang sepi ditinggal para penghuninya yang rata-rata siswa kelas tiga mengikuti kegiatan luar sekolah.

Ketika melewati ruang lab bahasa aku mendengar suara tawa kecil didalamnya. Sejenak ku hentikan langkah dan kembali tawa kecil itu terdengar, penasaran aku mencoba melihat kedalamnya melalui jendela, dari sela-sela tirai biru dongker yang menutupi jendela ruang lab aku melihat pemandangan yang membuat kemaluanku perlahan berdiri. Didalam lab ternyata Dimas dan Ratih yang sudah berusia delapan belas tahun itu sedang asik berciuman pojok belakang ruang lab.

Sesekali Ratih tertawa kecil ketika wajah dimas mencium belahan dadanya. Posisi Ratih yang bersandar pada dinding dan Dimas yang asik bermain-main didada Ratih membuat mereka tidak sadar akan kehadiranku

Dimas dan Ratih kakak kelasku, keduanya aktif di osis. Boleh dibilang mereka pasangan serasi, yang Dimas ganteng dan Ratih cantik, Walau prestasi belajar mereka biasa-biasa saja tapi keduanya merupakan salah satu idola di sekolahku dan murid kesayangan para guru.

Segera aku mengeluarkan Nokia Ngage Classic ku dan mengirim sms ke Riko sahabatku.

"Buruan ke ruang lab bahasa ada tontonan"

Tak lama hp ku bergetar dan Riko hanya menjawab smsku dengan tanda tanya" ? "

Ku ketik lagi balasan sms tuk dia " ! "

Aku intip lagi kedalam, ternyata kancing baju Ratih sudah terbuka dan tampak bra berwarna putih sudah terangkat keatas memperlihatkan busungan dadanya yang berukuran sedang tapi terlihat kencang dan indah. Putingnya yang berwarna coklat muda sekarang tengah asik dihisap Dimas sementara yang satunya lagi di pelintir-pelintir oleh tangan kanannya. Ratih mengadahkan wajahnya, tangannya memegang kepala dimas menikmati cumbuan kekasihnya itu.

Sejenak Dimas terlihat mengadahkan wajahnya melihat kekasihnya yang sedang menikmati cumbuannya dan mencium bibir Ratih dengan penuh nafsu. Kini kedua tangan Dimas tampak meremas-remas dada Raih yang terlihat semakin membusung.

"wooy... ada apaan" bisik Riko tiba-tiba di sampingku.

Aku segera pasang kode menunjuk kedalam ruang lab dan memberi ruang untuk dia ikut mengintip.

"njiiirr... ga sangka kalem-kalem ternyata buas juga kak Dimas" bisik Riko mengomentari pertandingan Dimas dan Ratih.

"ssstt jangan brisik ntar kedengaran"

"kedengaran apa ki ?" terdengar suara lembut berbisik disamping kami berdua.

Aku dan Riko segera menoleh dan ternyata Tiara sudah berdiri disamping aku, rupanya dia mengikuti Riko dari belakang.

Segera aku letakkan telunjuk didepan bibir memberi kode Tiara untuk diam. Aku menggeser tubuh mundur kebelakang karena Tiara juga ingin melihat apa yang terjadi didalam. Riko memberikan tempat untuk Tiara dan mencari sela di jendela lain untuk mengintip.

Ku lihat Tiara menutup bibirnya dengan tangan ketika melihat kedalam seperti kaget namun tubuhnya tak bergeming dari posisi mengintipnya. Aku segera melihat lagi kedalam, ternyata tangan Dimas sudah mengangkat rok abu-abu ratih dan tangannya bermain di balik celana dalam Ratih yang berwarna merah muda. Ratih menggigit bibir bawahnya ketika Dimas mulai mengocok kemaluannya. Lidah Dimas tampak sedang menjilat-jilat puting Ratih yang semakin tegang.

Terdengar dengusan nafas Tiara pelan di telinga ku, dan tiba-tiba pantatnya mundur ke belakang. Otomatis pantatnya menyentuh kemaluanku yang sudah tegang dibalik celana. Sambil menikmati pemandangan Dimas yang masih menyusu didada Ratih aku merasakan pelan-pelan pantat Tiara bergoyang perlahan.

"njiiirr... bisa kacau ini urusan" pikir ku dalam hati menahan gejolak, di dalam ruang lab Ratih sudah posisi menungging dan dimas menarik sedikit rok di pinggang turun kebawah pantat dan mulai memasukkan kemaluannya.

Terasa dikemaluanku pantat Tiara ikut bergoyang pelan seperti mengikuti gerakan Dimas yang menikmati kenikmatan kontolnya yang sudah masuk seluruhnya kedalam vagina Ratih, tak lama pinggul Dimas bergoyang memaju mundur, kedua tanggannya meremas-remas pantat Ratih yang montok. Aku melirik kesamping dan melihat Riko mengedipkan mata kirinya melihat aku yang sedang menghimpit Tiara.

Tiara sebenarnya mempunyai wajah yang cukup manis, kulitnya hitam manis dan mempunyai tinggi 170, pantat dan dadanya yang besar membuat nilai plus tersendiri dimata pria. Sehari-hari rambutnya selalu digerai ke dada sengaja untuk menutupi dadanya yang besar.

Ku nikmati getaran-getaran kecil pantat Tiara dikemaluanku, sementara di dalam Dimas tengah menciumi bibir Ratih sambil menggoyangkan pinggulnya yang semakin cepat. Tanpa sadar aku ikut bergoyang juga memajukan pantatku, sementara Tiara menggoyankan pelan pantatnya kebelakang.

Nafas Tiara terdengar tertahan, tangan kirinya tetap menutup bibirnya menahan gejolak. Aku rapatkan badanku ke tubuhnya. Ahhh pemandangan dan permainan ini telah melupakan ku tentang Gita.

"WOOOYYYY NGAPAIN !!"

Terlihat dari jarak 50 meter empat orang siswa yang ku duga kakak kelas tengah berjalan ke arah kami, cepat-cepat kami ambil langkah seribu berlari menuju tangga menghindari mereka. Namun ketika hendak lari Tiara yang panik tidak sengaja menjatuhkan dompet yang sejak tadi di genggam di tangan kanannya. Aku menghentikan niatku sebentar untuk lari dan memungut dompet tiara. Namun ketika hendak lari para senior sudah berdiri dekat di sampingku.

"WOY NGAPAIN LO?" tanya salah satu senior yang wajahnya agak seram sambil mendorongku dengan lengannya.

"Ga kak, cuma lagi ngobrol-ngobrol saja" ucap ku pelan.

"Aaah bohong lo" salah satu dari mereka berkata sambil menggeplak kepalaku.
"Gue liat lo lagi mepetin cewek disini, mo mesum lo"

Tiba-tiba pintu lab terbuka dan keluar lah Dimas dari dalam berjalan ke arah kami.

"Ada apa ndi" tanya Dimas ke arah temannya yang berbadan besar itu.

"Gw liat dia lagi mepet-mepet cewek disini" ujar Andi sambil menunjuk ku yang berdiri dekat jendela.

Dimas melihat aku yang di tunjuk Andi segera mencengkram baju ku. Wajahnya berubah, tak tampak wajah polos ciri khasnya selama ini. Matanya tajam melotot dan berkata :

"Ngapain lo disini, liat apa lo"

"Ga kak, cuma lagi ngobrol saja dengan teman"

"Bohong lo" ucapnya gusar

"Gue tunggu lo di waduk dekat regenc, jangan ga datang apalagi coba kabur lo". Sambil menepuk pipi ku 3 kali dengan keras.

"Dahh jalan lo.. tapi inget, gue tunggu lo di waduk" katanya sambil mendorong ku.

Aku berjalan meninggalkan mereka dan turun kembali ke kelas. Sampai depan kelas ku lihat Tiara dan Riko sudah menunggu ku.

"Gimana Ki, lo ga ketangkep kan?" tanya Tiara cemas

"Ga kok... nih dompet lo..." ujarku sambil menyerahkan dompetnya

"Serius lo ga ketangkep ki ?" tanya Riko memastikan ucapanku sambil memegang bahu ku.

"Ga..." jawabku sambil tersenyum dan berlalu menuju bangku.

Entah apa yang akan terjadi pada ku, yang pasti bayangan terburuk sudah aku pikirkan. Rasa kalut yang terus berkecamuk tapi aku berusaha terlihat tenang dan berharap ada keajaiban kecil jika nanti aku menghadapi mereka di waduk.

"Eki....." suara panggilan memecahkan lamunanku. Terlihat sosok Gita di depan pintu kelas. Segera aku membuka tas ku mengambil kotak kecil, Riko dan Tiara yang masih berdiri di depan kelas berjalan masuk memberikan privacy kepada ku ketika aku berjalan menuju Gita. Segera aku tarik Gita menjauh dari pintu kelas dan bertanya.

"Ada apa Git..."

"Kata Mela tadi kamu ke kelas aku ya" ucapnya sambil tertunduk seolah menghindar dari tatapan mataku.

"Iya..."

"Maafin aku ya...." ucapnya pelan

"Iya..."

"Kok jawabnya singkat-singkat sih" kali ini dia memandang kepada ku. "Kan aku sudah minta maaf..."

"Iya.." ucapku sambil merogoh saku kananku.

"Ini untuk kamu... met ultah ya..." seraya memberikan kado kecil yang berisi kalung dengan bentuk bintang sebagai hiasan.

"Ssssttt... masih di sekolah, banyak orang" ucapku lagi ketika dia mengambil kado dan hendak memelukku.

Gita pun diam menghentikan gerakannya..

"Kirain kamu lupa... Semalaman aku tunggu telpon dari kamu... Makasi ya ki" sambil mengambil kado dari ku dan menggenggam tangan ku.

"Iya.."

Sebenarnya aku ingin memberikan kado untuknya malam nanti, tapi mengingat kejadian tadi rasanya tak mungkin aku bisa memberikan kado kepada Gita sesuai ingin ku.

"Nanti pulang sama-sama kan"

"Hari ini aku ke tempat papa dulu Git..." ucapku berbohong "nanti malam aja aku jemput ke rumah ya.." sambung ku lagi.

"Hmmm... iya dehh... salam untuk papa ya.."

"iya..."

Terdengar bunyi bel istirahat berakhir, Gita pamit dan berlari menuju kelasnya. Sejurus kemudian aku melihat Dimas dan teman-temannya berjalan menuju tangga, tangannya membentuk seperti pistol dan menggerakkannya seperti menembak ke arah ku.

Aku hanya tersenyum getir dan menganggukkan kepala tanda hormat dan masuk ke dalam kelas.


***************


Suasana waduk yang di pinggir kali ciliwung itu selalu sepi, petugas yang seharusnya berjaga dan membersihkan sampah yang mengalir tak nampak satu pun. Ku parkir honda tige* ku di belakang mobil Dimas yang tampak sudah lebih dahulu tiba.

Begitu masuk ku lihat Dimas sudah berdiri ditemani lima orang temannya. Aku sudah pasrah, apa yang terjadi terjadi lahh. Yang terbaik dan terburuk sudah aku pikirkan. Sekarang tinggal aku menghadapi jalan ku saat ini.

"Dateng juga si anjing, punya nyali juga" ucap Dimas ketika melihatku berjalan kearahnya.

"Maaf kak, saya hanya menepati janji" ucap ku berusaha tenang ketika sudah di hadapan mereka.

"Tadi ngapain lo tadi di atas ?" tanya Dimas dengan pongahnya.

"Cuma lagi ngobrol saja kak sama teman"

"Teman.. teman... alibi lo.." sahut dimas sambil menjambak rambutku. sementara temannya yang lain sudah berdiri mengurungku.

"Sok playboy lo, di atas mesra-mesraan dengan temen lo dibawah lo pacaran sama Gita" ucap temannya dari belakang sambil menampar bagian belakang kepalaku.

Aku mencoba menjelaskan dengan berpura-pura tidak melihat kejadian di dalam lab agar Dimas lebih tenang ternyata tidak mempan, Dimas yang sudah menaruh curiga malah bertambah marah dan memberikan instruksi dengan melirik ke teman-temannya menggerakkan kepalanya sebagai kode. Aku hanya bisa diam bersiap menerima kemungkinan yang terjadi.

Buuug....

Pukulan pertama ku terima tepat di pipi kiri, dan pukulan berikutnya dari depan ke arah wajahku. Otomatis aku mengangkat kedua tangan mencoba melindungi wajah ku.

Buug...

Buuug...

Buuuug.....

Pukulan dan tendangan Dimas dan teman-temannya mulai parkir ditubuhku. Mati... mati... mati... dahh... pikirku, sejenak terlintas wajah papa, mama, Eka kakak ku yang cerewet, Eko adik ku yang selalu membuntuti aku ketika dirumah dan Gita.... Gadis yang ku sayangi selama ini. Maafkan aku... jika aku banyak salah dengan kalian selama ini... Beberapa detik aku sempat berdoa dan meminta maaf dalam hati kepada orang-orang yang aku sayangi sambil menahan sakit di kepala dan tubuhku

Terasa pukulan dan tendangan terus datang bertubi-tubi, pertahanan tangan ku sudah melemah, beberapa pukulan di belakan kepala terasa membuat ku pusing, karena tidak kuat menahan sakit di badan, aku terus mundur.. mundur dan mundur...

"Eehhh awaas itu...."

Terdengar suara entah dari siapa aku pun tidak tahu, kondisi kepala sudah berkunang-kunang, tahu-tahu tubuhku limbung dan jatuh di air.

Aku pun tak sadarkan diri............


****************


Aku terbangun di tepian sungai dalam posisi terlentang, tubuh ku tidak merasakan sakit. Tidak sakit seperti peristiwa yang baru tadi aku rasakan. Malah terasa segar, ada bau wangi yang begitu enak tercium dihidung. Langit terlihat seperti disaat senja, begitu indah... begitu tenang... Alam terasa Sunyi... Perasaan nyaman ini yang membuat alam bawah sadar ku seperti memerintahkan mata ku tuk terpejamkan kembali mencoba menikmati suasana dan berpikir apa yang sebenarnya terjadi.

"Bangun cu... waktu kita tidak banyak..."

Terdengar suara pelan tapi sedikit bergema di telinga. Aku membuka mata lalu duduk dan menoleh ke kanan dan kiri mencari asal suara. ketika memutar tubuhku tampak di hadapan ku seorang kakek-kakek mempunyai rambut dan jenggot yang panjang berwarna putih tampak tersenyum. Tatapannya bersahaja, jubahnya yang putih bersih sedikit berkilauan, tangannya tampak memegang tongkat berbentuk kepala harimau berwarna hitam.

"Tetaplah duduk ditempat mu" kembali terdengar suara di telinga, kakek-kakek itu berbicara tanpa membuka mulutnya dan masih memandang kepadaku dengan tersenyum. Aku duduk bersila dihadapannya dengan perasaan heran, bau harum yang belum pernah aku hirup seumur hidupku semakin terasa di hidung.

"Siapa dia, siapa kakek-kakek ini... dimana aku... "pikir ku dalam hati. Seperti bisa membaca pertanyaan yang ada di hati ku terdengar lagi suara di telinga.

"Jangan bertanya siapa dan dimana, waktu kita tidak banyak cu..."

"Sekarang pejamkan matamu" Ucapnya lagi tanpa menggerakkan bibir, tongkat ditangannya bergerak maju. Dengan sedikit was-was aku mencoba ikuti perintahnya... Baru mata ini terpejam aku merasa ada benda menyentuh kening dan terasa hawa hangat masuk menyelimuti dahi dan menyebar keseluruh tubuhku.

Byaaaaaarrr.......

Tiba-tiba muncul cahaya putih yang sangat terang menyilaukan pandangan ku yang sedang tertutup tak lama cahaya itu menghilang dan samar-samar terlihat gambaran seseorang tengah memainkan jurus-jurus silat . Setiap gerakan yang terlihat seperti berbayang masuk ke tubuhku. Aku hanya diam mengikuti setiap jurus yang diperagakannya yang kadang seperti harimau yang sedang mengamuk dan kadang seperti monyet yang sedang menari.

Begitu orang tersebut selesai memperagakan jurusnya kembali cahaya putih yang menyilaukan muncul lagi dan terdengar suara di telinga.

"Sudah saatnya kau kembali cucuku"

Tubuhku seperti terdorong angin yang sangat kuat yang membuat aku terpental mundur ke belakang, pandangan ku terasa gelap.... Tak lama kemudian aku terbatuk, mulut ku seperti mengeluarkan cairan. Sedetik kemudian aku mencium bau yang sangat tajam seperti bau minyak kayu putih menusuk-nusuk penciumanku. Terasa ada tetesan air jatuh menyentuh wajahku dan sayup-sayup terdengar ada orang yang sedang berbicara...


************


"Matanye dah gerak-gerak non"

"Diem lo cup, bukannye bantuin"

"Iye ini mbari aye pijetin kakinye"

"Orang kelelep malah dipijet kaki, emang kadang-kadang lo cup"

"Serba salah aye kalo ada abang"

Pelan-pelan mataku terbuka, samar-samar terlihat bayangan wajah tiga orang yang tidak pernah aku kenal.


BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Chapter 5 : TRANS SISI



Jakarta 2004


Disebuah SMA favorit bilangan Jakarta Selatan seorang pemuda berlari menghindari kejaran seorang gadis. Sementara teman-temannya yang lain riuh rendah menyoraki keduanya.


"Eeeekiiiiiii.... balikin diary kuuu..." ucap seorang gadis cantik berkulit putih yang mempunyai tinggi badan 165cm itu. Tubuhnya yang ramping tampak kerepotan mengejar pemuda tersebut, Tas biru di punggunggnya tampak bergoyang ke kanan dan kiri mengikuti gerakan tubuh tuannya yang berlari, nafasnya terengah-engah mulai terdengar ditelinga.

Pemuda itu menghentikan larinya, dia melihat gadis itu berhenti mengejarnya. Badannya tertunduk, kedua tangannya bertumpu pada lutut mencoba mengatur nafasnya. Rambutnya yang panjang tampak menutupi wajah cantiknya.

"Ini diary kamu...." ucap pemuda itu sambil menyodorkan dengan tangan kanannya sambil tersenyum.

Segera gadis tersebut meraih diary miliknya yang tadi di rebut pemuda itu waktu masuk gerbang sekolah dan berbalik meninggalkan pemuda itu.

"Aku benci kamu..." ucap si gadis ketika pemuda itu berjalan disampingnya

"Tapi cinta kan..." ucap pemuda tersebut sambil melirik dan tersenyum.

Sang gadis menghentikan langkahnya dan menatap dengan tajam.

"Denger ya Eki... Gue tuhh lagi sebel banget sama lo" katanya sambil merubah gaya bicaranya

Dengan lembut pemuda tersebut memegang kedua bahu sang gadis, dan terlihat butiran-butiran keringat menghiasi keningnya. Matanya yang bening tampak berkaca-kaca seolah ingin menangis. Timbul penyesalan dihati atas apa yang telah dilakukannya tadi.

"Maafin aku ya...."

"Kamu sayang aku kan..."

Sang gadis menatap wajah pemuda itu lalu memalingkan muka ketika melihat tatapannya yang teduh. Terdengar bunyi bel masuk sekolah membuat keduanya menatap mata kembali.

"Gak.... !!!" ujar sang gadis sambil berjalan berlalu meninggalkan pemuda itu.

"Aku sayang Gita" ucap pemuda tersebut pelan.

"Bodo..." terdengar suara balasan dari gadis itu yang mulai menjauh.

pemuda bernama Eki itu pun tersenyum dan berjalan menuju kelasnya.


"Pagi-pagi dah disuguhi film india nih kita-kita" ucap tiara yang duduk dibelakang Eki.

"Eehh anak pak Mahmud, dengerin yaa... you mending cari gebetan supaya ga sirik sama ayy" canda Eki sambil meletakkan tasnya. Tiara langsung cemberut ketika nama ayahnya disebut Eki.

"Sombong yang dah jadian" celetuk Anita yang duduk disebelah Tiara.

Eki yang sudah duduk menggeser tubuhnya kebelakang lalu memegang tangan keduanya.

"Gimana kalau lo berdua jadi istri kedua dan ketiga gue" ucapnya dengan penuh keyakinan

"Woooo... ga maaauuuu" ucap Tiara dan Anita serempak.


*********************


Namaku Eki Sofyan Bustomi, usia enam belas tahun kelas satu SMA. Tinggi badanku 182 cm, postur badan tegap, berkulit putih dengan tahi lalat menghiasi samping kanan dan kiri kedua mataku. Papaku asli Betawi sedang Mama orang Mongondow (kurang lebih tiga jam dari Manado) jadi kulit putihku bisa dibilang terbawa garis Mamaku.

"Nyet, mo ke kantin gak ?" tanya Riko teman semeja ku mengajaknya ketika jam istirahat sudah dimulai

"Lo duluan deh, Gue mau ke kelas Gita dulu"

"Ok dehh... ntar malem jangan lupa latian kita"

"Iya...." ucapku datar


Kelas Gita terlihat masih terdengar ramai, mungkin beberapa murid yang masih asik ngobrol didalam kelas. Aku longokkan wajahku melalui jendela melihat kedalam dan terlihat Gita sedang asik ngobrol dengan Raffa teman sekelasnya. (nama sengaja disamarkan karena sekarang sudah jadi artis, bahkan istrinya yang sekarang hampir mirip baik nama maupun wajahnya dengan pacarku).

Sejenak aku mematung melihat mereka berdua, setahu aku Gita pernah mengatakan kalau Raffa suka dengan dia tapi Gita menolak. Entah kenapa hati tiba-tiba jadi terasa sunyi melihat Gita dan Raffa duduk dekat bercerita dan tertawa mesra, segera aku tinggalkan kelasnya dan berjalan ke lantai tiga mencari tempat tenang. Karena aku tahu lantai tiga ini sedang sepi ditinggal para penghuninya yang rata-rata siswa kelas tiga mengikuti kegiatan luar sekolah.

Ketika melewati ruang lab bahasa aku mendengar suara tawa kecil didalamnya. Sejenak ku hentikan langkah dan kembali tawa kecil itu terdengar, penasaran aku mencoba melihat kedalamnya melalui jendela, dari sela-sela tirai biru dongker yang menutupi jendela ruang lab aku melihat pemandangan yang membuat kemaluanku perlahan berdiri. Didalam lab ternyata Dimas dan Ratih sedang asik berciuman pojok belakang ruang lab.

Sesekali Ratih tertawa kecil ketika wajah dimas mencium belahan dadanya. Posisi Ratih yang bersandar pada dinding dan Dimas yang asik bermain-main didada Ratih membuat mereka tidak sadar akan kehadiranku

Dimas dan Ratih kakak kelasku, keduanya aktif di osis. Boleh dibilang mereka pasangan serasi, yang Dimas ganteng dan Ratih cantik, Walau prestasi belajar mereka biasa-biasa saja tapi keduanya merupakan salah satu idola di sekolahku dan murid kesayangan para guru.

Segera aku mengeluarkan Nokia Ngage Classic ku dan mengirim sms ke Riko sahabatku.

"Buruan ke ruang lab bahasa ada tontonan"

Tak lama hp ku bergetar dan Riko hanya menjawab smsku dengan tanda tanya" ? "

Ku ketik lagi balasan sms tuk dia " ! "

Aku intip lagi kedalam, ternyata kancing baju Ratih sudah terbuka dan tampak bra berwarna putih sudah terangkat keatas memperlihatkan busungan dadanya yang berukuran sedang tapi terlihat kencang dan indah. Putingnya yang berwarna coklat muda sekarang tengah asik dihisap Dimas sementara yang satunya lagi di pelintir-pelintir oleh tangan kanannya. Ratih mengadahkan wajahnya, tangannya memegang kepala dimas menikmati cumbuan kekasihnya itu.

Sejenak Dimas terlihat mengadahkan wajahnya melihat kekasihnya yang sedang menikmati cumbuannya dan mencium bibir Ratih dengan penuh nafsu. Kini kedua tangan Dimas tampak meremas-remas dada Raih yang terlihat semakin membusung.

"wooy... ada apaan" bisik Riko tiba-tiba di sampingku.

Aku segera pasang kode menunjuk kedalam ruang lab dan memberi ruang untuk dia ikut mengintip.

"njiiirr... ga sangka kalem-kalem ternyata buas juga kak Dimas" bisik Riko mengomentari pertandingan Dimas dan Ratih.

"ssstt jangan brisik ntar kedengaran"

"kedengaran apa ki ?" terdengar suara lembut berbisik disamping kami berdua.

Aku dan Riko segera menoleh dan ternyata Tiara sudah berdiri disamping aku, rupanya dia mengikuti Riko dari belakang.

Segera aku letakkan telunjuk didepan bibir memberi kode Tiara untuk diam. Aku menggeser tubuh mundur kebelakang karena Tiara juga ingin melihat apa yang terjadi didalam. Riko memberikan tempat untuk Tiara dan mencari sela di jendela lain untuk mengintip.

Ku lihat Tiara menutup bibirnya dengan tangan ketika melihat kedalam seperti kaget namun tubuhnya tak bergeming dari posisi mengintipnya. Aku segera melihat lagi kedalam, ternyata tangan Dimas sudah mengangkat rok abu-abu ratih dan tangannya bermain di balik celana dalam Ratih yang berwarna merah muda. Ratih menggigit bibir bawahnya ketika Dimas mulai mengocok kemaluannya. Lidah Dimas tampak sedang menjilat-jilat puting Ratih yang semakin tegang.

Terdengar dengusan nafas Tiara pelan di telinga ku, dan tiba-tiba pantatnya mundur ke belakang. Otomatis pantatnya menyentuh kemaluanku yang sudah tegang dibalik celana. Sambil menikmati pemandangan Dimas yang masih menyusu didada Ratih aku merasakan pelan-pelan pantat Tiara bergoyang perlahan.

"njiiirr... bisa kacau ini urusan" pikir ku dalam hati menahan gejolak, di dalam ruang lab Ratih sudah posisi menungging dan dimas menarik sedikit rok di pinggang turun kebawah pantat dan mulai memasukkan kemaluannya.

Terasa dikemaluanku pantat Tiara ikut bergoyang pelan seperti mengikuti gerakan Dimas yang menikmati kenikmatan kontolnya yang sudah masuk seluruhnya kedalam vagina Ratih, tak lama pinggul Dimas bergoyang memaju mundur, kedua tanggannya meremas-remas pantat Ratih yang montok. Aku melirik kesamping dan melihat Riko mengedipkan mata kirinya melihat aku yang sedang menghimpit Tiara.

Tiara sebenarnya mempunyai wajah yang cukup manis, kulitnya hitam manis dan mempunyai tinggi 170, pantat dan dadanya yang besar membuat nilai plus tersendiri dimata pria. Sehari-hari rambutnya selalu digerai ke dada sengaja untuk menutupi dadanya yang besar.

Ku nikmati getaran-getaran kecil pantat Tiara dikemaluanku, sementara di dalam Dimas tengah menciumi bibir Ratih sambil menggoyangkan pinggulnya yang semakin cepat. Tanpa sadar aku ikut bergoyang juga memajukan pantatku, sementara Tiara menggoyankan pelan pantatnya kebelakang.

Nafas Tiara terdengar tertahan, tangan kirinya tetap menutup bibirnya menahan gejolak. Aku rapatkan badanku ke tubuhnya. Ahhh pemandangan dan permainan ini telah melupakan ku tentang Gita.

"WOOOYYYY NGAPAIN !!"

Terlihat dari jarak 50 meter empat orang siswa yang ku duga kakak kelas tengah berjalan ke arah kami, cepat-cepat kami ambil langkah seribu berlari menuju tangga menghindari mereka. Namun ketika hendak lari Tiara yang panik tidak sengaja menjatuhkan dompet yang sejak tadi di genggam di tangan kanannya. Aku menghentikan niatku sebentar untuk lari dan memungut dompet tiara. Namun ketika hendak lari para senior sudah berdiri dekat di sampingku.

"WOY NGAPAIN LO?" tanya salah satu senior yang wajahnya agak seram sambil mendorongku dengan lengannya.

"Ga kak, cuma lagi ngobrol-ngobrol saja" ucap ku pelan.

"Aaah bohong lo" salah satu dari mereka berkata sambil menggeplak kepalaku.
"Gue liat lo lagi mepetin cewek disini, mo mesum lo"

Tiba-tiba pintu lab terbuka dan keluar lah Dimas dari dalam berjalan ke arah kami.

"Ada apa ndi" tanya Dimas ke arah temannya yang berbadan besar itu.

"Gw liat dia lagi mepet-mepet cewek disini" ujar Andi sambil menunjuk ku yang berdiri dekat jendela.

Dimas melihat aku yang di tunjuk Andi segera mencengkram baju ku. Wajahnya berubah, tak tampak wajah polos ciri khasnya selama ini. Matanya tajam melotot dan berkata :

"Ngapain lo disini, liat apa lo"

"Ga kak, cuma lagi ngobrol saja dengan teman"

"Bohong lo" ucapnya gusar

"Gue tunggu lo di waduk dekat regenc, jangan ga datang apalagi coba kabur lo". Sambil menepuk pipi ku 3 kali dengan keras.

"Dahh jalan lo.. tapi inget, gue tunggu lo di waduk" katanya sambil mendorong ku.

Aku berjalan meninggalkan mereka dan turun kembali ke kelas. Sampai depan kelas ku lihat Tiara dan Riko sudah menunggu ku.

"Gimana Ki, lo ga ketangkep kan?" tanya Tiara cemas

"Ga kok... nih dompet lo..." ujarku sambil menyerahkan dompetnya

"Serius lo ga ketangkep ki ?" tanya Riko memastikan ucapanku sambil memegang bahu ku.

"Ga..." jawabku sambil tersenyum dan berlalu menuju bangku.

Entah apa yang akan terjadi pada ku, yang pasti bayangan terburuk sudah aku pikirkan. Rasa kalut yang terus berkecamuk tapi aku berusaha terlihat tenang dan berharap ada keajaiban kecil jika nanti aku menghadapi mereka di waduk.

"Eki....." suara panggilan memecahkan lamunanku. Terlihat sosok Gita di depan pintu kelas. Segera aku membuka tas ku mengambil kotak kecil, Riko dan Tiara yang masih berdiri di depan kelas berjalan masuk memberikan privacy kepada ku ketika aku berjalan menuju Gita. Segera aku tarik Gita menjauh dari pintu kelas dan bertanya.

"Ada apa Git..."

"Kata Mela tadi kamu ke kelas aku ya" ucapnya sambil tertunduk seolah menghindar dari tatapan mataku.

"Iya..."

"Maafin aku ya...." ucapnya pelan

"Iya..."

"Kok jawabnya singkat-singkat sih" kali ini dia memandang kepada ku. "Kan aku sudah minta maaf..."

"Iya.." ucapku sambil merogoh saku kananku.

"Ini untuk kamu... met ultah ya..." seraya memberikan kado kecil yang berisi kalung dengan bentuk bintang sebagai hiasan.

"Ssssttt... masih di sekolah, banyak orang" ucapku lagi ketika dia mengambil kado dan hendak memelukku.

Gita pun diam menghentikan gerakannya..

"Kirain kamu lupa... Semalaman aku tunggu telpon dari kamu... Makasi ya ki" sambil mengambil kado dari ku dan menggenggam tangan ku.

"Iya.."

Sebenarnya aku ingin memberikan kado untuknya malam nanti, tapi mengingat kejadian tadi rasanya tak mungkin aku bisa memberikan kado kepada Gita sesuai ingin ku.

"Nanti pulang sama-sama kan"

"Hari ini aku ke tempat papa dulu Git..." ucapku berbohong "nanti malam aja aku jemput ke rumah ya.." sambung ku lagi.

"Hmmm... iya dehh... salam untuk papa ya.."

"iya..."

Terdengar bunyi bel istirahat berakhir, Gita pamit dan berlari menuju kelasnya. Sejurus kemudian aku melihat Dimas dan teman-temannya berjalan menuju tangga, tangannya membentuk seperti pistol dan menggerakkannya seperti menembak ke arah ku.

Aku hanya tersenyum getir dan menganggukkan kepala tanda hormat dan masuk ke dalam kelas.


***************


Suasana waduk yang di pinggir kali ciliwung itu selalu sepi, petugas yang seharusnya berjaga dan membersihkan sampah yang mengalir tak nampak satu pun. Ku parkir honda tige* ku di belakang mobil Dimas yang tampak sudah lebih dahulu tiba.

Begitu masuk ku lihat Dimas sudah berdiri ditemani lima orang temannya. Aku sudah pasrah, apa yang terjadi terjadi lahh. Yang terbaik dan terburuk sudah aku pikirkan. Sekarang tinggal aku menghadapi jalan ku saat ini.

"Dateng juga si anjing, punya nyali juga" ucap Dimas ketika melihatku berjalan kearahnya.

"Maaf kak, saya hanya menepati janji" ucap ku berusaha tenang ketika sudah di hadapan mereka.

"Tadi ngapain lo tadi di atas ?" tanya Dimas dengan pongahnya.

"Cuma lagi ngobrol saja kak sama teman"

"Teman.. teman... alibi lo.." sahut dimas sambil menjambak rambutku. sementara temannya yang lain sudah berdiri mengurungku.

"Sok playboy lo, di atas mesra-mesraan dengan temen lo dibawah lo pacaran sama Gita" ucap temannya dari belakang sambil menampar bagian belakang kepalaku.

Aku mencoba menjelaskan dengan berpura-pura tidak melihat kejadian di dalam lab agar Dimas lebih tenang ternyata tidak mempan, Dimas yang sudah menaruh curiga malah bertambah marah dan memberikan instruksi dengan melirik ke teman-temannya menggerakkan kepalanya sebagai kode. Aku hanya bisa diam bersiap menerima kemungkinan yang terjadi.

Buuug....

Pukulan pertama ku terima tepat di pipi kiri, dan pukulan berikutnya dari depan ke arah wajahku. Otomatis aku mengangkat kedua tangan mencoba melindungi wajah ku.

Buug...

Buuug...

Buuuug.....

Pukulan dan tendangan Dimas dan teman-temannya mulai parkir ditubuhku. Mati... mati... mati... dahh... pikirku, sejenak terlintas wajah papa, mama, Eka kakak ku yang cerewet, Eko adik ku yang selalu membuntuti aku ketika dirumah dan Gita.... Gadis yang ku sayangi selama ini. Maafkan aku... jika aku banyak salah dengan kalian selama ini... Beberapa detik aku sempat berdoa dan meminta maaf dalam hati kepada orang-orang yang aku sayangi sambil menahan sakit di kepala dan tubuhku

Terasa pukulan dan tendangan terus datang bertubi-tubi, pertahanan tangan ku sudah melemah, beberapa pukulan di belakan kepala terasa membuat ku pusing, karena tidak kuat menahan sakit di badan, aku terus mundur.. mundur dan mundur...

"Eehhh awaas itu...."

Terdengar suara entah dari siapa aku pun tidak tahu, kondisi kepala sudah berkunang-kunang, tahu-tahu tubuhku limbung dan jatuh di air.

Aku pun tak sadarkan diri............


****************


Aku terbangun di tepian sungai dalam posisi terlentang, tubuh ku tidak merasakan sakit. Tidak sakit seperti yang tadi aku rasakan terasa. Malah terasa segar, ada bau wangi yang begitu enak tercium dihidung. Langit terlihat seperti disaat senja, begitu indah... begitu tenang... Alam terasa Sunyi... Perasaan nyaman ini yang membuat alam bawah sadar ku seperti memerintahkan mata ku tuk terpejamkan kembali mencoba menikmati suasana dan berpikir apa yang sebenarnya terjadi.

"Bangun cu... waktu kita tidak banyak..."

Terdengar suara pelan tapi sedikit bergema di telinga. Aku membuka mata lalu duduk dan menoleh ke kanan dan kiri mencari asal suara. ketika memutar tubuhku tampak di hadapan ku seorang kakek-kakek mempunyai rambut dan jenggot yang panjang berwarna putih tampak tersenyum. Tatapannya bersahaja, jubahnya yang putih bersih sedikit berkilauan, tangannya tampak memegang tongkat berbentuk kepala harimau berwarna hitam.

"Tetaplah duduk ditempat mu" kembali terdengar suara di telinga, kakek-kakek itu berbicara tanpa membuka mulutnya dan masih memandang kepadaku dengan tersenyum. Aku duduk bersila dihadapannya dengan perasaan heran, bau harum yang belum pernah aku hirup seumur hidupku semakin terasa di hidung.

"Siapa dia, siapa kakek-kakek ini... dimana aku... "pikir ku dalam hati. Seperti bisa membaca pertanyaan yang ada di hati ku terdengar lagi suara di telinga.

"Jangan bertanya siapa dan dimana, waktu kita tidak banyak cu..."

"Sekarang pejamkan matamu" Ucapnya lagi tanpa menggerakkan bibir, tongkat ditangannya bergerak maju. Dengan sedikit was-was aku mencoba ikuti perintahnya... Baru mata ini terpejam aku merasa ada benda menyentuh kening dan terasa hawa hangat masuk menyelimuti dahi dan menyebar keseluruh tubuhku.

Byaaaaaarrr.......

Tiba-tiba muncul cahaya putih yang sangat terang menyilaukan pandangan ku yang sedang tertutup tak lama cahaya itu menghilang dan samar-samar terlihat gambaran seseorang tengah memainkan jurus-jurus silat . Setiap gerakan yang terlihat seperti berbayang masuk ke tubuhku. Aku hanya diam mengikuti setiap jurus yang diperagakannya yang kadang seperti harimau yang sedang mengamuk dan kadang seperti monyet yang sedang menari.

Begitu orang tersebut selesai memperagakan jurusnya kembali cahaya putih yang menyilaukan muncul lagi dan terdengar suara di telinga.

"Sudah saatnya kau kembali cucuku"

Tubuhku seperti terdorong angin yang sangat kuat yang membuat aku terpental mundur ke belakang, pandangan ku terasa gelap.... Tak lama kemudian aku terbatuk, mulut ku seperti mengeluarkan cairan. Sedetik kemudian aku mencium bau yang sangat tajam seperti bau minyak kayu putih menusuk-nusuk penciumanku. Terasa ada tetesan air jatuh menyentuh wajahku dan sayup-sayup terdengar ada orang yang sedang berbicara...


************


"Matanye dah gerak-gerak non"

"Diem lo cup, bukannye bantuin"

"Iye ini mbari aye pijetin kakinye"

"Orang kelelep malah dipijet kaki, emang kadang-kadang lo cup"

"Serba salah aye kalo ada abang"

Pelan-pelan mataku terbuka, samar-samar terlihat bayangan wajah tiga orang yang tidak pernah aku kenal.


BERSAMBUNG

yeah gagal dpt pertamax.. thanks hu updatenya
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd