Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY SEXFLU 2030

Dari semua episode yang sudah dipublikasikan, episode mana yang jadi favoritmu?


  • Total voters
    143
Bimabet
Wah akhirnya update lagi
 
akhirnya ada update lagi

utk vote bingung antara yg polwan atau zoom, tapi karena lebih sering berhadapan sama zoom jadi lbh bisa ngebayangin yg itu :D
 
Fantasi ny sungguh menggairahkan bro..keluarkan karya2 mu..saya sudah tidak sabar membaca
 
request dong misal dokter itu ibu dan yg kena virus anaknya dan lagi dirumah gitu mantap kali atau di mall gitu ada yg tiba tiba kena virus trus dengan kebetulan ada suster juga disitu
 
Story 7: Awal dari Sebuah Normal Baru

Hari ini adalah hari penting dalam perkembangan pandemi Sexflu di negeri ini. Pagi tadi, sebuah siaran langsung disiarkan di televisi dan internet. Ibu Gubernur kita sebagai kepala daerah di wilayah dengan jumlah peningkatan kasus Sexflu terbesar, harus membacakan pers release-nya di hadapan para wartawan.

"Akhir bulan ini, jumlah total kasus Sexflu di Ibukota telah mencapai angka 20.000 orang. Meski begitu, angka kematian berhasil mengalami penurunan dibandingkan bulan lalu, dan prospek pasien yang sembuh meningkat sebanyak 50%," ucap Ibu Anissa, Gubernur perempuan pertama yang memimpin ibukota itu.

Banyak yang memuji kepemimpinan Ibu Anissa di Ibukota. Awalnya, memang banyak yang meragukannya karena masalah gender dan pengalaman politiknya yang belum begitu banyak. Namun setelah tiga tahun masa kepemimpinannya, ia telah berhasil membuat banyak kebijakan yang tepat sasaran dalam berbagai sektor.

Ibu Annisa adalah sosok perempuan yang dari wajahnya tidak hanya terpancar kecantikan, tapi juga aura keibuan, keramahan, dan kecerdikan. Ia juga adalah seorang pembicara yang tenang dan penuh percaya diri. Berbagai prestasi dan penghargaan dari mancanegara telah diraihnya. Bahkan mulai terdengar isu bahwa ia akan dicalonkan sebagai presiden periode mendatang.

Namun hari ini ada yang berbeda dengan Ibu Gubernur. Nada suara yang biasanya tenang dan merdu itu, kini agak terbata-bata. Kalimat yang keluar dari mulutnya tidak selancar biasa. Bahkan, sesekali pada tayangan langsung itu kita bisa melihat ia menyeka keringat di keningnya.

"Meski begitu," ucapnya dengan napas yang agak terengah, "kondisi perekonomian kita mengalami pukulan yang fatal. Dengan mempertimbangkan dua sisi yang saling terkait itu, yaitu kesehatan dan perekonomian, pemerintah optimis bahwa kita ... bisa memulihkan keduanya ... secara beriringan."

Seorang ajudan berseragam batik lengan panjang tampak berjalan menunduk-nunduk ke samping podium, kemudian memberikan sebuah sapu tangan kepada Ibu Gubernur. Perempuan itu menoleh sebentar kepada ajudannya, tersenyum, lalu mengambil sapu tangan itu.

Ia menggunakan sapu tangan itu untuk menyeka keringatnya, kemudian melanjutkan penjelasannya.

"Oleh ... karena itu," ujarnya di hadapan para wartawan dan kamera TV, "akan diberlakukan pembaruan protokol ... yang disebut sebagai ... 'new normal'. Kita akan secara bertahap ... membuka kembali aktivitas ... masyarakat ... sambil terus menekan ... menekan ... angka penularan Sexflu."

Konferensi pers terus berlangsung. Ibu Gubernur membacakan angka-angka dan statistik tentang perekonomian di ibukota, jumlah tenaga medis yang tersedia, serta berbagai sarana kesehatan. Namun di antara angka-angka itu selalu terselip desah napas yang tertahan.

Para wartawan mulai berbisik-bisik. Ada yang salah dengan penampilan Bu Anissa kali ini. Beberapa orang ASN berseragam dan bermasker tampak bolak-balik di sisi panggung, wajah mereka tampak panik. Seorang pria tinggi berbaju safari tampak berbicara serius menggunakan HT di pojok ruangan.

Sementara itu, sang ajudan kembali naik ke panggung, ke sebelah podium. Ia menyodorkan secarik kertas kecil kepada pimpinannya itu, memintanya membaca pesan yang ada di sana.

Ibu Anissa membaca pesan itu, mengangguk, lalu kembali tersenyum kepada ajudannya.

"Nggak apa-apa," suaranya berbisik sambil menjauhi mikrofon. "Saya masih ... bisa lanjut. Ini ... informasi penting .. untuk warga."

Ajudan berambut cepak dan bertubuh tinggi itu mengangguk patuh meski sorot matanya terlihat khawatir. Ia pun kembali mundur ke sisi panggung, lalu berbisik-bisik dengan seorang wanita berpakaian jas dokter.

"Dalam ... protokol new normal ... ini ... warga dapat mulai kembali ... beraktivitas ... tetapi dengan beberapa syarat ketat dan pengawasan yang ... ahhh..... yang ... mmmh... harussh dipenuhi ...."

Bisik-bisik wartawan semakin ramai. Para aparat dan ajudan semakin panik. Kondisi Bu Gubernur semakin aneh, tapi ia masih juga tak mau menghentikan siaran pers-nya. Hingga akhirnya, sekitar lima menit kemudian, tubuh Gubernur benar-benar limbung. Ia nyaris saja terjatuh, tapi tangannya berhasil berpegangan pada podium.

Tentu saja sang ajudan dan beberapa petugas segera berlari ke podium untuk membantu pimpinan mereka. Tampak para bawahan itu mencoba membantu Bu Gubernur berdiri dan membujuknya untuk turun dari panggung. Namun perempuan cantik itu kembali menggeleng.

Sang ajudan dengan sigap mematikan mikrofon. Para wartawan sibuk memotret dan merekam, mencoba mencuri dengar. Lalu terjadi pembicaraan bisik-bisik di antara mereka. Akhirnya, para petugas turun dari podium. Yang tersisa hanya Ibu Gubernur dan ajudannya.

Apa yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah pemerintahan negara ini. Mungkin karena Sexflu telah membuat dunia ini menjadi gila, maka hal ini pun tak dapat dihindari lagi.

Ibu Gubernur kembali melanjutkan konferensi pers-nya, tapi kali ini didampingi oleh sang ajudan. Laki-laki berkulit sawo matang yang mungkin adalah lulusan sekolah tinggi pemerintahan atau kepolisian itu pun dengan tenang berdiri di belakang Ibu Gubernur. Kedua tangannya diletakkan di pinggang ramping Ibu Gubernur. Dengan cekatan, ia menurunkan rok span cokelat yang dikenakan Gubernur.

Dari layar TV, adegan itu tak terlihat jelas karena tertutup podium. Yang dapat dilihat para penonton hanyalah adegan sang ajudan yang memeluk Ibu Gubernur dari belakang, kemudian tubuh Ibu Gubernur agak menunduk dan mulai bergoyang-goyang.

"Ahh... saya mengajak... seluruh warga ibukota ... mmmh... untuk mematuhi pro ... pro kotol ... kesekhatan ... dengan ketaaatthhh. Mmmh, pelan-pelan, Mas," ucapnya. "Saya akan ... menugaskan ... para kepala ... perangkat daerah ... untuk mengaturrrh ... tek ... teknisnyaaahhh."

Gerakan Ibu Gubernur semakin cepat. Tampak di belakangnya, sang ajudan mulai menggerakkan tangannya ke depan, kemudian meremas sepasang payudara Ibu Gubernur yang masih terbungkus pakaian dinasnya. Selain cantik, Ibu Anissa juga terkenal memiliki payudara yang bulat dan besar meski selalu terbungkus rapi oleh pakaian dinasnya.

Sesi tanya jawab pun dimulai. Seorang wartawan memberanikan diri untuk bertanya kepada Ibu Gubernur tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya.

Seperti biasa, Bu Anissa memang piawai untuk menjadikan kondisi apa pun sebagai retorika dan ungkapan-ungkapan inspiratif. "Bapak ... Ibu ... Saudara Saudari ... semuanya. Apa yang terjadi ... mmmhh... pada ... saya sekarang inih... adalah bukti ... bahwa siapa pun .... Ahhh! Saya ulangi ... siapa pun ... bisa terkena ... virus Sexflu! Tidak ada alasan ... uhhh... untuk tidakk ... mematuhi prokontol ... maksud saya... protokol kesehatan...."

Para wartawan mengangguk-angguk. Di sisi panggung, para petugas medis sudah bersiap-siap. Ada yang membawa tandu, ada yang membawa tas obat-obatan. Mungkin di luar sana, sebuah mobil ambulans sudah diparkir dengan mesin menyala.

Akhirnya, setelah menjawab pertanyaan para wartawan dengan penuh desahan dan lenguhan, Ibu Gubernur mengakhiri konferensi pers sambil terus digenjot oleh ajudannya.

"Terima ... kasih... atas kesediaan ... Bapak Ibu semua ... dan rekan-rekan media ...mmh. Semoga ... Ahh... Tuhan selalu ... Ahhhh melindungi ... kita. Ahhhhhh! Saya sampaaiii... Aaaahhh..... Hfftt... sampai jumpa."

Tubuh Ibu Gubernur bergelinjang. Tangannya tak sanggup lagi memegang podium. Tubuhnya ambruk seketika dan langsung ditahan oleh sepasang tangan kekar ajudannya. Para tenaga medis segera masuk ke tengah panggung, lalu dengan sigap menutupi bagian bawah tubuh Gubernur dan mengangkatnya menggunakan tandu.

Di layar terlihat sang ajudan yang dengan cepat segera menaikkan dan merapikan celananya kembali sebelum ikut menggotong pimpinannya hingga keluar Balaikota.

----

Esoknya, seorang pejabat Plt ditunjuk untuk menggantikan Gubernur yang sedang menjalani isolasi di pusat kesehatan darurat. Tidak hanya itu, serangkaian aturan dan protokol baru mulai diberlakukan di ibukota. Perlahan, kantor-kantor, pusat perbelanjaan, rumah makan, hotel, dan ruang publik lain dapat kembali beroperasi sambil tetap mematuhi protokol yang new normal. Ini adalah awal dari sebuah normal baru.


-- End --
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd