Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Senyum Manis Widya

Ane biasa silent reader.. akhirnya menyerah dan turun gunung kembar... Ini cerita bagus, merangsang seperti realita..lanjut hu
semoga bisa selalu begini Hu, saya belum bisa berimajinasi yang terlalu jauh dari kehidupan normal wkwkkw, pengen bisa kaya suhu-suhu di mari yang keren-keren imajinasinya. makasih sudah mampir
 
Babak 5

Pagi itu aku bangun agak malas, karena semalam kehujanan lagi sewaktu pulang. dan itu juga sudah menjelang subuh. badan agak demam, aku merebus air dengan maksud untuk membuat Teh Panas.
Ternyata Bay berani juga pikirku, patut diacungi jempol, dia dengan waktu yang singkat mampu menyelesaikan masalah tersebut. memang kelihatan Bay sayang sama Icha, begitu pula Icha. yah semoga mereka bisa menyelesaikan masalah nya.
aku duduk di dekat kompor, sambil menghidupkan rokokku, tapi terasa pahit. wah sakit ini aku pikirku. yah tapi mau gimana lagi. kompor ini berada didepan kamar mandi, jadi berbatasan langsung dengan tempat setrikaan Widya. Iseng-iseng ku tempelkan telingaku ke pintu penghubung rumah induk dengan kost.
suara renyah yang kukenal “Iya Bu Widya, ambil baju mas nanang dulu disetrikaan”
kutunggu sebentar dan aku berdehem untuk memberi sinyal Widya “EHEM!”
kutempelkan telingaku lagi, namun tidak ada suara. “EHEM!” kedua kalinya, dan tetap tidak ada suara apapun dari balik pintu. ya sudahlah pikirku, semoga nanti ketemu dibawah.
tapi tiba-tiba ‘cekrek’ pintu hanya dibuka sedikit dan Widya nampak tersenyum, kami berdua ngobrol tapi tanpa suara, hanya saling membaca bibir.
“Hai Mas”
“Widya, Mas kangen”
“Aku juga Mas Yud”
aku mengulurkan tanganku untuk membelai pipinya yang halus, dan widya membalas menaruh pipinya di telapak tanganku sambil memejamkan mata. seakan-akan merasakan belaianku.
“Mas, kamu demam?” mukanya berubah dan tiba-tiba dia membuka pintu lebar-lebar dan memegang jidatku. “astaga, demam kamu mas” mukanya cemas. semakin menggemaskan ketika dia khawatir, dahinya berkerut dan mimik mukanya serius.
“duh gimana ini, bentar-bentar”
“wid..sst” aku memberikan kode karena Widya kelepasan bersuara

“Maaa” terdengar suara Mas Nanang memanggil Widya “bentar Pa”
kemudian widya bergegas masuk dan menutup pintu.
“ee kaka, ada siapa disitu, suara Nona” ‘cekrek’ pintu kamar paling dekat dengan dapur terbuka. muncul wajah Dedy teman kost dari kupang.
“eeh kamu ded, iya kayaknya tuh dari sebelah”
“ee..suara jelas sekali ee..beta pasti bermimpi, bermimpi tapi tidak basah ee” sambil nyengir dia menutup pintunya lagi
“owalah koplak, wes turuo meneh kono”

memang sih badanku agak hangat, mungkin widya lebay aja sih, soalnya dia sayang sama aku. sewaktu mandi air terasa lebih dingin dari biasanya, tapi mungkin cuaca yah.
aku berkendara agak pelan pagi itu karena udara terasa menusuk dan terkadang aku bergidik kedinginan.
“sampai kantor bikin kopi hangat ah” pikirku

aku memasuki halaman kantor. terlihat Alphard Putih Abah sudah nongkrong, Radi supir Abah yang dulunya kernetnya, sedang asyik mengelap kap mobil abah.
“wes kang ilang cat’e lho” sapa ku
“eh pitik pitik..enak kenthu isuk isuk...cook yuddd kaget aku” dengan kaget dia menjawab sapaanku, agak latah memang tapi tidak ngondek. berbanding terbalik dengan badannya yang gempal dan tato di lehernya bergambar jangkar yang sudah memudar.
dia menepuk punggungku dan menyalamiku.
“Weh kamu sakit? kok panas tanganmu”
“rapopo kang sing penting atine adem”
“bocah kok guyon wae, loro kowe kuwi, mulih kono”
aku meninggalkannya sambil melambaikan tangan.
sekilas terlihat Icha sedang ngobrol serius dengan abah di ruangnya. aku hanya berdoa semoga masalah bisa terselesaikan dengan baik. terlihat abah mondar mandir sambil berkata serius kepada icha, sedang icha hanya duduk dan dua tangannya ditaruh di pahanya.
aku segera ke mejaku setelah membuat kopi, angin dari kipas angin ruangan terasa dingin di badanku.
-Mas Yud, repot?-
-Piye Bay?-
-Icha udah cerita semua sama aku pas di Santika-
degg…cerita apa aja Icha ke Bay, harusnya tidak mungkin Icha cerita mengenai semuanya. pasti bay bakal marah. aku tidak langsung membalas aku tunggu balasan dia selanjutnya.
-ya seharusnya ga sampe gitu Mas, gimana-gimana kan aku pacare-
celaka 13, duh icha kenapa kamu cerita. aku harus jawab gimana ini.
-yo sorry yo Bay, aku ga niat gitu-
aku sedang menata kata-kata kemudian balasan Bay melegakanku
-kok malah sorry Mas, harusnya aku terimakasih sama Mas udah nemenin, aku harusnya yang disana buat Icha tapi aku ga berani, maturnuwun yo Mas-
-eh kok ga paham aku Mas, ga niat opo-
wuaduh salah lagi segera aku menetralkan topik ini.
-aku haruse ngga ikut campur terlalu dalam-
-oh rapopo mas, malah mungkin nanti aku bakalan banyak repotin Mas ini-
-oh monggo Bay, santai ae-

Mobil Abah terlihat mundur dan keluar dari halaman kantor. dan Icha dari belakang menepuk pundakku. “serius banget mas, wa pacarnya ya”
aku mendongak dan terlihat wajah Icha lemas”
“oalah Nur, Nur iki Bay WA aku”
“Nur gundulmu mas” sentak Icha manja.
dia mengambil HPku dan membacanya, tapi ketika tangan kita bersentuhan, Icha kaget, dan kembali memegang tanganku.
“Mas sakit to? ke Rumah Sakit Yuk”
“emoh Cha, iki gawean isih akeh”
“Mas lho bandel”
kemudian Icha masuk ke ruang Abah dan kembali membawa termometer tanpa ijin dia memasukkan termometer ke ketiakku lewat bawah lengan baju. 39 derajat.
“Mas nanti step lho”
“emang aku bayi” eyelku
bau parfum atau tubuh Icha sejenak mengingatkan ku ketika aku menindihnya semalam.

“KRIIING KRIIING”

Telepon kantor berbunyi. aku segera mengangkatnya.
“Halo, Selamat Pagi”
“Yud Muliho, loro yo kowe?” (Yud pulang gih, kamu lagi sakit kan?)
aku segera mengenal suara itu
“mboten menopo bah, namung greges sekedik” (tidak mengapa Bah, cuman demam sedikit”
“Mulih!, daripada kowe step, malah ngrepoti uwong, sopo sing ngelem ngekep”
“oh njih bah” jawabku dengan suara agak kesal, masak udah tuwir gini masih dibilang step sih.
“Ketularan motormu sing sok masuk angin kuwi paling, yo wes ndang lho yo” celetuk Abah.
“Njih Bah”

kemudian aku membereskan mejaku sedikit dan beranjak pulang ke kost. Icha berlari kecil menyusulku, memaksa aku untuk kerumah sakit. aku menolaknya dengan segala cara dan aku segera menghidupkan motorku. terlihat Icha manyun, karena tidak berhasil membujukku untuk ke Rumah Sakit.

sampai di kamar kost aku langsung merebahkan diri tanpa melepas pakaian maupun jaketku. memang lemas sekali terasa badanku. HPku berbunyi, ternyata telepon dari widya, ketika aku angkat sudah dimatikan. kemudian aku cek WA
ternyata ada beberapa WA dari Widya selama aku dijalan tadi. Memang perjalananku agak lama karena aku tidak berani memacu motorku terlalu kencang, kepalaku terasa agak nggliyeng.

-Mas gimana badannya?-
-tadi ga usah kerja kenapa mas-
-Mas-
-P-
-P-
-kok ga dibalas mas? mas gpp? widya khawatir-

aku membalasnya
-Saya dikamar mbak, sudah balik dikamar kok, tadi disuruh pulang sama abah-
melihat layar HP mataku terasa panas

tiba-tiba aku merasa ada yang mengelus-elus kontolku, dari luar boxerku. “emhh” aku menggelinjang
aku mencoba membuka mataku, terlihat wajah ayu dengan senyuman yang aku sangat mengenalnya. dengan jilbab ungu muda, dan sedikit poninya muncul, dibalut baju lengan panjang dan baju panjang widya terlihat tersenyum. ah senyum itu. ini mimpi?

“bukan’ aku segera terkaget dan terduduk dari rebahku. “Widya kok disini?” tanyaku cemas.
“Mas sayang rebahan aja” dia mendorong lembut badanku, dan suaranya terdengar merdu ditelingaku. lama sekali aku tidak mendengar widya memanggilku sayang.
“Ibu tau kok Mas, ibu yang nyuruh widya kesini. tadi pagi Ibu lihat muka mas pucat, Widya bilang aja mas abis bantuin benerin genteng bocor pas hujan kemarin”
“pintar sayangnya Mas” tanganku kuarahkan ke membelai pipinya.
“ini Widya antar makanan dan minuman panas, tadi Ibu juga kesini trus pergi karena di telpon ada rapat di Dinas Pendidikan, kayaknya ibu jadi masuk Dinas Mas”
Tangan widya masih diatas boxerku didalam selimut. tadi Widya dan ibu berusaha membangunkanku tapi tidak bisa, kemudian setelah ibu kost pergi. Widya melepas celana panjangku dan menyelimutiku, dia memakai cara lain. cara yang aku sangat suka ini.
“Wid” sambil mataku menunjuk kearah bawah “kok tangannya masih disitu”
“Mas sakit tapi masih bisa keras kaya gini, emang sayangnya Widya ini yah hebat, jadinya Widya pengen deh...eh tapi ngga ah mas sakit, kasian” Widya menarik tangannya. tapi aku segera memegang tangan widya dan mengarahkannya kembali ke kontolku yang sudah keras. Masih didalam selimut tanganku menurunkan boxerku dan membimbing tangan Widya mengocok kontolku pelan-pelan. dia menggigit bibirnya kecil, dan segera tahu apa yang aku mau. “Mas gpp kontolnya panas gini?” tanya widya ke aku. aku tidak menjawabnya dan tetap membimbing tangan widya mengocok kontolku.
Widya duduk dikursi plastik tanpa sandaran, pantatnya sudah tidak nyaman duduk, bergerak gerak. aku mengerti widya pasti juga sange karena kita lama tidak bercinta.
tangan kiriku bergerak mengelus pahanya, widya merespon dengan memajukan tempat duduknya. tanganku bergerak menelusup dari bawah kaki, terasa kulit kaki yang halus. tanganku merayap ke atas sampai ke paha widya yang sudah terbuka. Tangan Widya masih mengocok dengan lembut kontolku, sesekali memainkan lendir yang keluar dari lubang kontolku. “emmh” rasa geli membuat batangku semakin mengeras. Tanganku segera menelusup ke lipatan kenikmatan Widya, disana jariku menemukan sebuah celana dalam yang sudah lembab dan licin, kumainkan itil widya dari luar, matanya terpejam dan wajahnya mendongak ke atas. dia seperti tersetrum kecill ketika celana dalamnya aku singkap dengan jari dan jari tengahku memainkan bibir memeknya. tiba-tiba widya membungkuk dan membuka selimutku sampai ke paha, bibir mungilnya segera mencaplok kepala kontolku, dengan lembut, lidahnya menusuk-nusuk lubang pipisku. “mmmhh” nikmatnya sampai ke ubun-ubun, paha ku terasa geli dengan perlakuan widya itu. Tangan ku tidak berhenti sampai disitu ku colokkan jari tengahku semakin dalam, dan kukocok juga memek widya yang sudah banjir dengan lendir kenikmatan. widya menggoyang-goyang pantatnya sesuai irama kocokanku, dan mulutnya masih mengulum penisku.tangan kirinya meremas susunya sendiri dari luar. beberapas saat, widya berhenti mengulum penisku, wajahnya menegang, pahanya menjepit tanganku. dengan masih ada kontolku dimulutnya widya orgasme “ehhkp” masp” pahanya menjepit keras tanganku yang terus mengocok memeknya. “ehhhkkkppp” nafas widya tersengal-sengal tapi dia tidak mau melepas kontolku, matanya terpejam dan terbuka berkali kali, ludahnya meleleh dari mulutnya ke batang kontolku. terlihat sangat menggairahkan.
“Mas enak banget” Widya melepas kulumannya “kontol mas panas lho” sambil masih dengan nafas tersengal dia bertanya ”Mas mau dikeluarin?”
“iya sayang mas pengen” sambil tanganku ku tarik dan kujilat lendir orgasme widya dari jariku. aku melepas bajuku dan widya membantuku, widya menaruh bajuku di kursi.
“ mmmh Mas nakal bikin widya tambah sange, sini widya emut lagi mas” tapi aku tidak memperbolehkannya, dan aku bangkit sedikit dari tidurku, dua tanganku memegang pinggang kecil Widya dan mengarahkannya keatas tubuhku
mata widya kaget, “mas gpp ? mas kan lagi sakit?”
“gpp sayangnya Mas”
Widya segera menaikkan bajunya, melepas celana dalamnya yang lembab. kaki kirinya melangkahi tubuhku. terlihat menyembul susu kiri widya lepas dari behanya.pentilnya tegak mengacung pertanda widya sudah sange sekali. widya berjongkok diatasku dan tangannya bertumpu didadaku, “mas badannya panas lho” tidak ku gubris rengek widya. kontolku kuarahkan ke memek widya, aku ingin merasakan memek widya yang sudah basah banjir dengan cairan orgasme. ketika kepala kontolku masuk ke memeknya.
“AHHK” widya agak terpekik “kontol mas panas, enakk” “ahhhk”
spontan widya menjatuhkan pantatnya sehingga kontolku ambles ke dalam memeknya. “ah mentok mas” teriak kecil widya kesakitan
“sayang gpp” khawatirku
“ngilu mas tapi enak” widya menggerakkan pantatnya maju mundur beradu dengan pahaku, tanganku kananku meremas pantat widya, yang membasah karena keringat. tangan kiriku meremas susunya, memilin-milin pentilnya. “ehk mass” goyangan widya semakin menggila, ranjangku terasa bergoyang-goyang kemudaian tangan widya bertumpu ke belakang, tangannya meremas betis depanku, tubuhnya mendongak sambil pinggangnya masih memompa kontoku maju mundur. kedutan memek widya meremas-remas batang kontolku memaksa keluar pejuku. widya menegang sambil wajahnya mendongak. memeknya berkedut dan pinggangnya seperti tersentak-sentak kecil “Mas...ahhhh” dia orgasme lagi. widya menjatuhkan badannya ke depan dan memelukku.
“Mas widya sayang banget sama mas” widya membisikiku
“sayangnya mas” aku hanya menjawab pendek
setelah memberi waktu widya menikmati orgasmenya, kemudian tanganku meremas kedua pantatnya dan menggerakkan nya maju mundur di kontolku.
widya melenguh panjang “mmhh memekku kerasa banget mas” cairan memek widya dipahaku terasa enak sekali melumasi gesekan paha widya di pahaku.
“kontol mas rasanya penuh”
widya membantu menggoyang pantatnya lebih kencang sambil terus memelukku, perutnya dan perutku beradu bertukar keringat. keringat widya menetes dari hidungnya masuk ke mulutku, asin terasa dilidahku. “maaf mas” aku hanya tersenyum dan tanganku tetap menggerakkan pantat widya. mulut widya menganga nafasnya tersengal, segera kusambut bibir widya dengan bibirku. kita berciuman, lidah widya dan lidahku menari didalam mulut Widya. kita saling bertukar air ludah.
aku pandang matanya “buka mulutmu sayang” widya membuka bibirnya, dan juhh aku ludahi mulut widya dari bawah, widya tetap membuka mulutnya sehingga ludah itu menetes dari bibir mungilnya, dia terpekik. suka sekali widya diludahin, kemudian dia memompa kontolku semakin keras. dan kami sampai orgasme bersamaan. ahhh nikmat sekali rasanya. tanganku memeluk tubuh widya. pejuku menyembur didalam memek widya, memek widya berkedut dan menyambut pejuku dengan cairan orgasmenya.
Basah. Lembab. Puas. Lemas.
Widya mencoba berdiri dengan lutut yang gemetar, pejuku meleleh keluar dari memeknya, sebagian ada yang menetes kembali ke perutku.Widya mengambil tissue dari mejaku, aku kira akan mengelap peju di perutku. tapi dia malah menyeka mukaku yang berkeringat. Widya menunduk dan menjilat peju yang ada diperutku. “ahhh” geli dan puas rasanya. gila memang widya ini, dan aku suka. kalo saja badanku tidak sedang sakit aku kuhabiskan memeknya. aku kangen sekali menjilati memek widya, kangen sekali bau khas memek wanita.

Widya beranjak membenahi pakaiannya dan beranjak keluar, tidak lama dia kembali dengan handuk basah dan ciduk kecil. widya menyeka badanku, kontolku dia membersihkan sisa-sisa lendir yang ada dibadanku dengan telaten. sesekali dia melihatku dan tersenyum. “udah mas tiduran aja yah biar widya yang bersihin mas”
kemudian kembali menyelimutiku. Aku hanya bisa tertegun dengan baiknya Widya, Mas makan dulu yah, Widya suapin. ketika Widya berdiri mengambil makanan. Tiba-tiba ibu kost muncul dari pintu kamar.

“Wid”

akankah ibu kost mencium sesuatu hal yang tidak beres? aku hanya pasrah.
 
karna coba2 akhirnya keenakan dan ketagihan awdawdawdawdawd

ternyata kurang greget punya si Bay
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd