Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Semua Karena Pandemi

Status
Please reply by conversation.
INDEX:

• Episode 1 - Click
• Episode 2 - Click
• Episode 3 - Click
• Episode 4 - Click
• Episode 5 - Click

• Episode 6 - Click




TOKOH:

- Dewo (Tokoh Utama/Pegawai Toko/26 tahun)
- Bu Reni (Ibu Rumah Tangga/32 tahun)
- Pak Narko (Pemilik Toko/34 tahun
- Bi Acih (Pembantu Rumah Tangga/38 tahun)
- Seiko (Anak Pak Narko dan Bu Reni/2 tahun)



[EPISODE - 1]


Perkenalkan, namaku Dewo. Pemuda bujang berumur 26 tahun yang baru saja merasakan pahitnya virus corona. Ya, gara-gara pandemi ini, aku terpaksa di rumahkan dari tempat kerjaku di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Jasa Keuangan daerah di Kota Tangerang. Padahal aku termasuk karyawan yang selalu achive target yang di minta oleh perusahaan, namun perusahaan berdalih untuk menekan biaya operasional selama pandemi dan juga perusahaan tidak berani untuk mencari nasabah baru di zaman seperti ini, karena mungkin akan banyak nasabah yang tidak bisa membayar angsurannya.

Kenyataan pahit itupun aku terima dengan lapang dada. Seiring berjalannya waktu, satu hari, dua hari, seminggu, satu bulan, hingga menginjak bulan ketiga setelah aku di PHK, aku mulai jenuh di rumah. Saat itu minggu pagi, seperti biasa acara rutin arisan Ibu-ibu di daerahku, walaupun pandemi, namun arisan tetap berjalan dengan protokol kesehatan. Ibuku memang menjadi pengurus arisan tersebut, jadi mau tidak mau pasti pada minggu ketiga setiap bulan, rumahku ramai dengan Ibu-ibu.

Sekitar pukul 11.00 WIB pagi aku terbangun dari kasurku. Aku menuju kamar mandi untuk buang hajat dan cuci muka. Namun belum sempat aku sampai kamar mandi, aku lihat pintu kamar mandi baru saja terbuka. Aku melihat seorang wanita keluar dari kamar mandi dengan bekas cipratan air di bagian baju terusannya. Ya, wanita tersebut adalah tetangga se komplekku yang mengikuti arisan, namanya Bu Reni, istri dari Pak Narko, pemilik toko beras di daerahku yang cukup disegani dan dihormati. Karena semua warga pasti jika membeli beras baik untuk kebutuhan sehari-hari atau hajatan, pasti mengambil di toko Pak Narko. Selain harganya murah, Pak Narko pun juga tidak terlalu kaku, pembeli dapat mengambil dulu berasnya dan dibayar belakangan.

Kembali ke cerita saat aku menuju kamar mandi. Akses jalan dari kamarku ke kamar mandi memang sangat sempit, maklum karena rumahku kecil. Kebiasaanku setiap bangun pasti kontolku ini tegang. Saat itu mataku yang baru bangun tidur masih sipit-sipit dibuat melotot, bagaimana tidak. Ibu Reni keluar kamar mandi dengan baju terusannya sedikit basah karena cipratan air dan yang lebih membuatku tambah tegang, baju yang beliau pakai sangat mencetak bagian-bagian tubuhnya. Sebagai gambaran kalian, Ibu Reni ini adalah seorang Ibu rumah tangga yang sudah memiliki anak satu, yang bernama Seiko berumur 2 tahun. Wajahnya tidak terlalu cantik dan glowing, tapi bodynya khas ibu-ibu anak satu. Bagian yang sedap dipandang adalah toketnya yang mengembang. Aku perkirakan mungkin ukuran 38D (aku menebak saja, siapa tahu suatu saat bisa membuka tali BHnya.. hehehe) dan bokongnya yg nonggeng kebelakang. Jilbabnya pun seakan-akan tidak dapat menutupi dada Ibu Reni.

"Eh Dewo, baru bangun kamu?" Tanya Ibu Reni saat berjalan keluar dari kamar mandi.

" Iya Bu, maklum pengangguran, jadi ya bangunnya lupa waktu."

"Ealah cah bagus, ganteng-ganteng kok bilang gitu. Nanti pasti dapet kok. Yawis, Ibu permisi yo le." Sambil melewati ku, namun jalannya hanya muat untuk satu orang, jika dua orang maka akan bersenggolan.

Anjrit. bokong Bu Reni menyenggol kontolku yang tegang. Saat itu pun aku rasakan kontolku menekan lumayan terasa. Namun anehnya, Ibu Reni cuek begitu saja. Aku mau minta maaf namun aku takut jika dibilang pelecehan. sambil terbata-bata aku jawab

"iii..ii.yaaa Bu. Makasih ya Bu. Aaminn." masih dengan perasaan deg-degan dan kontol yang gamau lemes, aku ke kamar mandi.

Singkat cerita, acara arisanpun sudah selesai. Aku disuruh Ibuku untuk membeli beras ke Toko Pak Narko karena stok persediaan kami habis.

"Dewo, beliin Ibu Beras ke Pak Narko ya, ini uangnya. Minta yang rojolele 5 liter" Ibuku sambil memberikan uang.

"Oke Bu." singkatku

Karena aku terkenal oleh keluargaku anak yang tidak pernah membantaj jika disuruh, walaupun badanku capek sekali, pasti aku tidam bisa menolak jika disuruh, itu yang membuat Ibuku senang punya anak seperti ku.

Akupun menuju warung Pak Narko, saat aku sampai, aku melihat hanya Ibu Reni saja yang menunggu toko.

"Bu, beli beras rojo lele 5 liter" ucapku.

"Eh leeee Dewo.. cah bagus kok tumben kamu yang beli, biasanya Ibumu loh. Jarang ada bocah ganteng mau beli beras." puji Bu Reni.

"Aahh Ibu bisa aja. Iya Bu, soalnya Ibu saya nyuruh, dan saya paling gak bisa nolak, takut Ibu saya marah." Aku menimpali

"Iyo cah bagus. Bener banget kamu. Ibumu juga bilang sama aku kalo kamu tuh anaknya rajin dan gak membantah. Jadi kalaupun kamu nganggur orang tuamu gak protes terbebani" Bu Reni kembali memujiku lagi.

"Ibu bisa aja, uda kewajiban saya Bu. oiyaa Bu, Rojolele ya Bu berasnya." aku mengingatkan Bu Reni kembali.

"Laah iya lee, kamu kan mau beli beras, malah Ibu ajak ngobrol. sebentar yo lee, beras stoknya kebetulan abis, Ibu tak buka dulu." Ucap Bu Reni sambil.menuju salah satu karung beras.

Saat itu Bu Reni berjualan dengn daster lengan panjang dan Jilbab tentunya. Namun seperti yang aku ceritakan di awal tadi, karena toket dan bokongnya gede, pakaian yang beliau pakai pun seakan tidak kuat menutupi kemolekan toket dan bokong. Bu Reni ini walaupun orang kaya, dandanannya masih terlihat sederhana, namun tidak membuat malu. Jadi tidak heran jika warga segan kepada juragan beras ini.

Saat menuang beras ke wadah display, aku lihat getaran toket Bu Reni yang membuat sesak isi celanaku. Beliau pun menuang beras, posisinya sedikit nungging, dan ini jadi kesempatanku buat cuci mata.

"Lleeee Dewo, ini udah. 5 liter ya" ucapnya

beberapa detikpun aku masih bengong, sampai aku ditegur lagi dengan Bu Reni.

"Leee, Dewo, iki berasmu Cah Bagus. Ojo ngalamu wae, kesambet lho hehehehe" Canda Bu Reni.

"Iiyyaa Bu. Makasih. ini uangnya. Ngomomg-ngomong Pak Narko kemana Bu?" Tanyaku sambil memberikan uang.

"Iku le, Bapaknya lagi ke Pasar Induk ngecek persediaan Beras. Kasian le, sejak ditinggal Kasman (pegawai toko yang dulu) pulang kampung, kita jadi agak keteter Makanya Ibu jaga juga. Nyari pegawai susah soalnya le." Ibu Reni sedikir curhat.

"Wah iya Bu, saya lihat Pak Narko jadi makin sibuk ya. Bu Boleh gak saya kerja di sini." Aku bertanya. karena aku pikir daripada nganggur.

"Emm gimana yo lee. Bukannya Ibu gak mau, tapi.........." ucap Bu Reni agak ragu.

akupun memotong pembicaraan Bu Reni "Ibu jangan ragu, saya gak akan malu Bu kerja disini. Bahkan saya disuruh angkat-angkat beraspun juga mau."

"Gapapa lee beneran? Ibu gaenak sama Ibumu"

" Gak Bu, jaman sekarang kalau cuma modal malu gak akan makan. Saya dulu boleh karyawan kantoran, tapi sekarang saya yakin bisa lepas dari bayang-bayang itu." Aku meyakinkam Bu Reni.

Saat itu juga tidak berselang lama suara kendaraan Pak Narko terdengar. Tandanya beliau sudah pulang dari Pasar Induk.

"Wuih Dewo,tumben ini beli beras." tanyanya sambil menghampiri Bu Reni

" Iya Pakne.. Dewo disuruh Ibunya. Oiiya Pak kebetuluan, ini Dewo lagi nganggur, boleh gak kerja di sini?" Ibu Reni bertanya ke suaminya

" Lha emang gapapa Wo? kamu kan dulunya orang kantoran" Pak Narko sedikit kaget.

" Gapapa Pak. Kebetulan saya juga uda lumayan lama nganggurnya.Biar otot gak kaku (tapi otot selangkanganku kaku Pak liat body istrimu)"

" Ya aku terserah wae Bu, kalo Dewonya gak masalah sih. Karena kebutulan kita juga butuh pegawai Wo. Tapi apaan aja gapapa ya. ya nyetir, kasir angkat-angkat. Soalnya cuma kita aja ini. Masalah gaji dan tambahan ntar aman Bapak atur." Pak Narko mengizinkan.

"Siap Pak. Aman, saya gak akan tanya lebih lanjut Pak masalah itu. Terserah Bapak sama Ibu. Saya yakin kalian pasti lebih paham menggaji karyawannya" Jawabku dengan ekspresi senang karena aku bakal bisa lebih dekat lagi dengan Bu Reni, si montok yang membuat aku berkhayal akhir-akhir ini.

"Yawis Wo, besok ya mulai kesini, nanti tak ajarin gimana kerjanya. Biar Bu Reni juga gak terlalu keteteran." Pinta Pak Narko.

"Siap Pak. Besok pagi saya kesini. Makasih ya Pak Narko dan Bu Reni. Dewo pamit dulu"

"Oke lee, hati-hati yo, salam buat Ibumu." Bu Reni membalas

"Baik Bu nanti di sampaikan" aku akhiri dan kembali pulang.

Di jalan pikirianku sudah tidak karuan kemana-mana karena otakku sudah merencanakan berbagai hal supaya bisa mencicipi si montok Bu Reni.

"Tenang Bu Reni, lambat laun, nanti saya akan menikmatimu seutuhnya" Ungkapku dalam hati.
ikut buka lapak gan, mantap sekali ceritanya
 
[EPISODE - 3]

Setelah beberapa saat ditinggal oleh Pak Narko ke Pasar Induk, aku melanjutkan pekerjaanku. Sekarang ini aku belajar banyak selain angkat-angkat beras. Aku tahu sistem pembukuan penjualan dan cashflow Toko Beras Pak Narko belum rapi, ini kesempatanku untuk menerapkan ilmuku yang telah aku pakai sebelumnya saat bekerja di jasa keuangan.

"Bu Reni, untuk pembukuan toko sendiri bagaimana Bu? Apakah Ibu ada kendala?" Tanyaku ke Bu Reni yang baru saja melayani pembeli.

"Emm, itu Wo, Ibu sih biasanya cuma nulis di buku aja, buat hasil penjualan dan pengeluaran." Jawab Bu Reni.

"Ini saja Bu bukunya?" Aku bertanya sambil menunjukkan buku yang di maksud.

"Hooh itu Wo, itu."

"Kalau pegen tahu totalnya gimana donk Bu?" Aku mengernyitkan dahi.

"Bu di rumah ada komputer tidak Bu, kalau ada nanti saya ajari gimana cara pembukuan yang baik dan praktis, jadi nanti Ibu nanti ga bakal bingung. " Imbuhku.

"Ada Wo. Nanti tak suruh Pakne bawa komputeri di rumah dipasang di sini."

Beberapa hari berlalu, akupun bisa dengan cepat beradaptasi dengan pekerjaanku saat ini. Aku malah bersyukur karena Pak Narko dan Bu Reni pikirannya terbuka, sehingga saran-saran dari ku banyak diterima dan diterapkan di toko nya saat ini.

Pagi ini aku berangka ke toko seperi biasa. Namun ada yang berbeda hari ini, aku sengaja menggunakan pakaian elastis macam celana joger pants dan kaos gombrong. Aku niatkan hari ini untuk membuat Bu Reni bisa merasakan kontolku. Tanpa celana dalam, aku lipat kontolku aku posisikan senyaman mungkin dan untuk menyamarkan gundukan kontolku yang panjangnya 17cm dan diameter 5cm, aku yakin bakal membuat Bu Reni bersimpuh di depan kontolku.

Pagi ini Bu Reni jaga toko dengan menggunakan daster lengan panjang yang kainnya tipis dipadu jilbab instant. Jelas kontolku saat ini tidak dapat diajak kompromi.

"Bu Reni kelihatan beda banget hari ini. Cantik banget." Pujiku.

"Bisa aja to lee kamu. Perasaan Ibu dandannya biasa aja." Jawabnya

"(Iya Bu biasa, tapi toket sama bokongmu itu yang gak biasa)." Ungkapku dalam hati.

"Cantik dari mana to Wo, wong wanita tua gitu, udah turun mesin" Pak Narko menyambar.

"Yeee Bapak, namanya juga uda umur Pak." Gerutu Ibu Reni.

"Gapapa Bu jangan didengerin Pak Narko, biasanya umur segini mateng-mstengnya kok Bu, masih seger." bisikku di dekat telinga Bu Reni. Aku sengaja melakukannya karena Pak Narko terlihat sibuk dengan rekapan catatan stok beras.

Bu Reni agak tesontak dan menutup mulutnya. "Hahh... Dewo......." Dia setengah bingung menaggapi ku. Aku berlalu mengerjakan pekerjaan yang lain.

Setelah beberapa saat, Bu Reni tiba-tiba memanggilku.

"Wo, Ibu mbok diajarin komputernya, biar bisa canggih kayak kamu. Jadi nanti biar ga bingung."

"Eaalahh Bu, pegang keyboard aja tanganku keringatan, masa mau belajar komputer." Timpa Pak Narko.

Dalam hati, ini kesempatanku buat melancarkan aksi mesumku. Aku cuekin omongan suaminya yang terus mencela istrinya. karena kondisi toko masih pagi belum banyak yang beli, jadi aku bisa leluasa mesumin istri juraganku itu.

"Siap Bu cantik. Coba Bu nyalain komputernya dan bukan folder excel yang Dewo buat kemarin."

"Ih Dewo genit. Pakne aja bilang Ibu dah tua lho." jawabnya dengan malu.

"Kalo Pak Narko gamau, aku mau kok Bu. orang kasih seger." Jawabku.

Bu Reni kaget sambil mencubit pinggangku.

Saat aku berdiri disampingnya yang sedang duduk di depan komputer, ku beranikan untuk menempelkan tubuhku di lengan samping Bu Reni. Jelas tujuanku supaya lengan Bu Reni bisa merasakan hangatnya batangku. Aku sudah tidak memperdulikan suaminya karena dia sibuk sendiri.

Sambil kugesekkan pelan kontolku menyentuh lengannya yang masih terhalang daster tipisnya. Hal ini yang membuat kontolku semakin keras. Aku gesek perlahan hingga beliau tidak sadar.

"Coba Bu, angka penjualan kemarin Ibu pindah ke excel ini. Sudah Dewo buat segampang mungkin." Perintahku.

Bu Reni pun menurut dan mulai memasukkan angka-angka penjualan kemarin. Karena dia terlalu serius, akupun beranikan diri untuk mengeluarkan kontolku untuk menempel langsung di kain dasternya. Saat aku gesek-gesek, tidak berselang lama kulihat Bu Reni seperti memejamkan mata, aku tidak tahu maksudnya. Apakah menikmati atau tidak. Namun aku tahu kalau sebenarnya dia menikmati sekali aksi mesumku.

"Wo ini gimana ya?" Tiba-tiba Bu Reni membuyarkan kenikmatanku dengan menoleh kesampinh, sontak kontolku menampar pipinya.

"Aiiiihhhhhhhh...Dewoooo" jeritnya.

"Maa.. Maaf Buuuuu Reni. Reno ga sengaja.." jawabku terbata-bata karena panik.

Namun kagetnya Bu Reni, dia tetap bersikap diam dengan posisi kontol hangatku masih menempel di dipipinya.

"Bukne.. Bu... Kenapa" Tanya Pak Narko panik.

"Emmm. gak ada apa-apa Pak. Ini ada tikus gede

"Hah tikus.. Mana Bu biar Bapak pukul Nanti kalau masuk ke karung beras bahaya." Tanya Pak Narko namun masih belum beranjak.

"Biiarin Dewo aja Pak." Seakan Bu De

"Iya Pak, biar Dewo saja. Soalnya ini tikus gede banget. Bu Reni yang tahu tempatnya." Jawabku sambil terus menggesek pipinya dengan kontolku.

Bu Reni pun seperti mati kutu tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Karena kalau dia berteriak suaminya akan tahu. Kesempatanku buat terus mesum ke dia.

Bu Reni masih terdiam dan memejamkan mata. Aku semakin leluasa untuk meremas toketnya. Karena posisi dia saat ini terlihat pasrah dan diam saja.

Sambil tanganku meremas-meremas toketnya, ku arahkan kontolku ke dalam mulutnya. terlihat Bu Reni tersontak, namun tak bisa menolak. Ku maju mundurkan kontolku ke dalam mulutnya.

"Gimana Wo tikusnya?" Pak Narko menanyakan.

"Ini masih di cari Pak. Bu Reni sampai nunduk-nunduk di tumpukan beras" Jawabku berbohong. Padahal aku sedang menikmati sepongan istrinya.

Gila Ibu Reni ini, walaupun baru pertama mengulumku, tapi rasanya nikmat sekali tidak kena gigi.

"Bukne Bu, piye tikuse. Ini Bapak mau ambil catetan penjualan kemarin."

"Mmmpphhh.. inhii pakhhh malah kaburrrhhzxszzxx" Jawabnya masih tetap mengulum kontolku.

Dilepasnya kontolku dari mulutnya sambil mengelap bibirnya yang basah.

"Emm.. sudah Dewo. Ada Bapak. Ibu takut ketahuan" jawabnya Panik.

"Hehehe, baiklah Bu, untuk permulaan cukup dulu, nanti kalau ada kesempatan lagi puasin aku yah." Pintaku

"Gilaaaa kamu.." Jawabnya dengan sebal sambil.meninggalkanku untuk memberikan catatan penjualan ke suaminya. Tapi aku yakin dia tidak marah, karena tadi saja tidak melepaskan kulumannya.

Ku masukkan kontolku kembali ke celana. Inilah awal yang kunantikan, perlahan Bu Reni mulai masuk ke dalam jebakan nikmatku. Dan untuk Pak Narko, tetap cela saja istrimu, nanti akan ku tunjukkan bagaimana binalnya istrimu sebenarnya....
ngaceng fuul baca cerita ini . jajajajjajajaj
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd