begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 560
- Like diterima
- 9.611
Selingkuh Indah, Rumah Tangga Utuh
ISTRI saya suka ngurut. Pada hari Sabtu kalau kami tidak pergi kemana-mana istri saya suka memanggil tukang urut datang ke rumah. Karena sudah terlalu sering istri saya ngurut, saya jadi kenal baik dengan tukang urut istri saya.
Tukang urut istri saya sudah tidak muda, usianya sudah 50 tahun. Karena faktor usianya lebih tua dari saya, saya memanggilnya Cik Lina. Ia punya salon, satu terletak di dekat pasar induk, satu terletak di mall.
Sebagai pemilik salon ia pilih-pilih orang kalau mengurut. Tidak sembarangan orang ia mau datang, biasanya ia hanya menyuruh asistennya.
Istri saya suka mengurut karena sudah kebiasaan sejak masih muda, apalagi sekarang pekerjaannya di kantor banyak.
Belum lagi pulang dari kantor malem-malem ia masih harus mencuci pakaian, membersihkan rumah dan mengurus kedua anak kami belajar, setelah itu melayani saya di tempat tidur. He..he..
Sudah pasti kami melakukan hubungan sex hampir setiap malam. Istri saya berusia 38 tahun, beda dengan saya 2 tahun. Saya berumur 40 tahun. Kami mempunyai 2 orang anak. Keduanya laki-laki.
Maka itu saya tidak pernah melarang istri saya ngurut. Malah bagus menurut saya, karena selesai diurut istri saya melayani saya di tempat tidur lebih bersemangat. Kadang-kadang saya sudah kelelahan, ia masih minta nambah.
Istri saya diurut saya pernah melihat 2 kali. Biasanya mereka melakukannya di kamar dan istri saya diurut dengan keadaan telanjang bulat, karena yang diurut semuanya, termasuk payudara dan vaginanya.
Makanya payudara istri saya yang berukuran 36B masih kencang berisi dan liang sanggamanya juga masih bisa mencengkeram penis dengan kuat meski sudah pernah melahirkan 2 orang anak.
Tidak bisa dipungkiri vagina wanita yang sudah pernah melahirkan 2 anak dan becek suka longgar dan membuat penis pasangannya suka terpelet, kalau terlalu asyik tarik-dorong, tetapi liang vagina istri saya tidak.
"San, kamu ngurut juga, dong..." kata Cik Lina keluar dari kamar setelah ia ngurut istri saya. "Masa nggak pernah mau diurut sih? Kenapa?'
"Risih ah, Cik. Saya ini orangnya suka kegelian," jawab saya. "Apalagi diurut sama cewek..."
"Cewek apa? Sudah tua." jawab Cik Lina yang bertubuh subur ini. Jari-jari tangannya bulet-bulet gemuk dengan sebuah cincin emas bermata merah melingkar di jari manis tangannya yang sebelah kiri. "Ayo kalo mau urut, sekalian nih..." katanya.
"Ya Pah, ngurut aja Pah," istri saya menimpali dari kamar. "Siapa tau Papah cocok dengan Cik Lina."
Karena sudah sering disuruh saya nggak pernah mau, nggak enak juga saya dengan istri saya. Nanti ketemu disuruh lagi... disuruh lagi, lalu saya mengalah saja.
Saya mengajak Cik Lina ke kamar depan, kemudian saya tutup pintu karena takut berisik anak saya suka keluar-masuk rumah dengan temannya, anak tetangga.
Saya hanya memakai boxer, sedangkan kaos oblong saya lepaskan, lalu berbaring tengkurap di kasur. Mula-mula Cik Lina memijit pundak saya dan leher saya. Parfumnya sungguh harum, tapi sudah bercampur bau keringat.
"Bagaimana kabar si Engkoh?" tanya saya. Yang saya sebut dengan 'si Engkoh' adalah suaminya.
"Biasa aja," jawab Cik Lina sambil memijit punggung saya. "Kalau Sabtu suka diajak berburu atau pergi mancing ke laut sama temennya. Kayak hari gini nih... dari pagi ia sudah berangkat memancing..."
"Angkot masih operasi?"
"Ya masih... tapi sekarang angkot mana laku sih, lebih baik orang naik online, sekarang gampang ini naik online... nggak takut dirampok, nggak takut dicopet.." jawab Cik Lina mulai mengurut punggung saya dengan minyak.
Tekanan tangannya pas, mungkin karena ia sudah ahli, jadi ia sudah tau mana syaraf-syaraf dan urat di tubuh saya yang perlu diurut, sehingga membuat saya tidak merasa geli, tidak merasa sakit.
"Dapat hasil nggak tuh kalo si Engkoh pergi berburu atau pergi mancing?" tanya saya.
"Kalo ikan sih lumayanlah, kadang-kadang dapat banyak. Kita nggak pernah jual, kita bagi-bagi ke tetangga. Tapi kalau pergi berburu, apa...? Dapatnya cuma tupai..." jawab Cik Lina.
"Kok ikannya saya nggak pernah kebagian?" goda saya.
"Ntar deh, kapan-kapan..." jawab Cik Lina.
"Kalo ngurut gitu, minyaknya dapat dari mana, Cik... bikin sendiri, apa beli jadi?"
"Kalau beli jadi mau berapa duit... setiap hari kita ngurut bisa sampai 7 atau 9 orang. Tapi di tempat kita hanya terima ngurut perempuan, laki-laki kalo mau diurut harus kita kenal betul dulu, kayak kamu sekarang ini, baru saya berani tawarin ngurut..." jawab Cik Lina.
"O gitu... jadi asistennya banyak dong, Cik..."
"Lima orang, nggak mau banyak-banyaklah, susah ngurusnya..."
"Cucu... sudah nambah?"
"Belum, masih satu... malah sekarang sudah pindah ke Surabaya..."
"Jauh dong... sekarang kalau Cik Lina mau ketemu cucu harus ke Surabaya..." kata saya.
"Kan 3 bulan lagi Hery mau nikah?"
Hery adalah anak kedua dari Engkoh A Bun dan Cik Lina.
"O... iya?"