Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Selina, Amoy Petualang Seks [Update 11 Maret 2024 Page 318

Terakhir diubah:
Part 40

Sesampainya di dalam pak Rafail pun mengambilkan pakaian yang adalah kaos dan celana pendek. Kaos nya berwarna hitam dan celana pendeknya terbuat dari bahan kain. Aku pun mengenakan kaos yang agak kebesaran di badanku itu. Untuk celananya juga agak kebesaran tapi berhubung ada talinya masih bisa kukencangkan. Huff, lebih baik begini dibanding tidak mengenakan apa-apa di hutan dan lautan, pikirku.

Lalu pak Rafail pun memberikan lagi sebuah gelas kecil berisi ramuan untuk aku minum. “Nah nona minum ini ya, untuk menambah stamina nona dan mengencangkan badan nona, termasuk merapatkan liang vagina nona.”, ujar si dukun tua ini sambil tersenyum.

Aku yang sudah tahu ramuan pak Rafail ini memang mujarab pun meminumnya sampai habis. Lalu pak Rafail memberikanku 1 kantong kecil berisi bubuk ramuan. Ia bilang untuk minum ini yang khasiatnya mengencangkan tubuh dan vagina serta membuat kulit lebih putih mulus lagi. Aku pun mengambilnya dan memasukkan ke saku celana pendekku.

Lalu kami pun keluar dari gubuk ini dan di luar sudah penuh warga suku yang mau mengantar kepergianku. Mereka tampak berteriak-teriak bahagia dan ada yang bahkan memanggil namaku. Hihi, aku bagaikan seorang selebriti saja di sini.

Aku pun diantar oleh pak Rafail bersama 1 orang penjaga memasuki hutan. Kami berjalan menyusuri belantara hutan menuju ke pantai untuk bertemu dengan Pak Tarjo dan lainnya. Hutan yang dapat membuat tersesat ini dapat kami lewati karena pak Rafail dan warga suku sini yang sudah hapal rute jalan di hutan ini.

Sekitar 30 menit berjalan di hutan ini, akhirnya tampaklah pantai tadi dimana aku sempat disetubuhi pak Ghozi. Kulihat ada pak Tarjo dan bang Umar disana yang sedang duduk di bawah rindangnya pohon kelapa. Melihat kami, wajah pak Ghozi pun sumringah. Tentu saja ia sudah ingin kembali menikmati kehangatan tubuhku. Wajahnya yang mupeng sungguh memuakkan bagiku.

“Neng Selina balik juga. Hehe. Udah gak sabar bapak pengen ngewek.”, ujar pak Tarjo dengan senyum mesumnya.

“Iya nih, kangen sama memek amoy. Haha.”, timpal bang Umar seraya tertawa norak.

“Nah bayaran kalian sudah beres. Terima kasih. Sampai jumpa di transaksi berikutnya. Ini ada perbekalan untuk kalian di laut, hadiah dari pak Liben yang sangat senang dengan si nona. Hehe.”, ujar pak Rafail sambil memberikan 1 kantong berisi makanan ke pak Tarjo. Dan lalu ia dan si penjaga itu berbalik badan menuju ke hutan.

Aku berpikir kata “transaksi berikutnya” yang diucapkan pak Rafail. Apakah ini artinya memang sudah cukup sering mereka menggunakan wanita sebagai bayaran untuk mereka menumpang di pulau ini? Hmmm, berarti sudah ada banyak wanita yang dinikmati oleh si kepala suku itu.

Pak Tarjo pun mendekatiku dan bilang, “Nah sekarang giliran bapak yang dapat ena-ena sama neng cantik. Hehehe.”.

“Eh pak, tapi jangan di pantai ya pak. Ntar malah gak pulang-pulang kita. Di kapal aja ya pak. Jadi sambil jalan.”, ujarku coba bernegosiasi dengan mereka. Daripada di pantai dan aku tidak bisa pulang mendingan kami bercinta di kapal saja.

“Oke deh, apa kata neng aja. Yuk cepet kita ke kapal.”, kata pak Tarjo yang buru-buru menggandeng tanganku.

“Asekk pesta sama amoy lagi di kapal. Haha.”, ujar bang Umar.

Aku entah kenapa kembali merasakan nafsuku bangkit dan badanku jadi terasa panas. Ohh, jangan-jangan ini efek samping dari ramuan pak Rafail ya. Aku pun kini sudah menaiki kapal yang tadi sempat menjadi arena “pertempuran” antara aku dengan para nelayan ini. Dan sepertinya aku harus kembali melayani birahi para pria ini sebelum diantar mereka kembali ke pelabuhan.

Birahiku memang terus meninggi tanpa bisa kutahan. Terasa memekku yang jadi berdenyut-denyut seolah minta distimulasi. Badanku juga panas dan buah dadaku terasa mengeras. Efek ramuan pak Rafail memang sangat hebat, tidak kalah dengan obat perangsang yang dulu pernah diberikan padaku.

Kini ketika kami sudah berada di atas kapal, pak Tarjo yang sepertinya sudah tidak tahan lagi pun segera menciumku. Begitu ganasnya serbuan bibir tebalnya itu membuatku jadi kewalahan. Aku pasrah saja membiarkan bibirku yang mungil dicumbu oleh bibir tebal hitam si nelayan tua ini.

Kurasakan ada yang meremas-remas payudaraku dari balik kaos oblong yang kukenakan. Oh, kulihat ternyata itu tangan bang Umar. Ia tersenyum senang menatap diriku yang menatapnya dengan sayu. Ya, aku memang sudah birahi tinggi sehingga semua sentuhan mereka sangat membuatku terangsang. Lalu terasa ada yang meremas-remas bongkahan pantatku dan ternyata itu adalah pak Ghozi.

‘mmhhhh.. mmmmhhhh’, mulutku yang sedang sibuk berfrench kiss dengan pak Tarjo pun hanya mengeluarkan erangan tertahan. Aku menikmati tubuhku yang dikerubuti tiga nelayan ini. Aku yang memang ingin nafsu birahiku dipuaskan ikut aktif meremas-remas tonjolan di celana para nelayan ini. Secara bergantian kedua tanganku memainkan penis pak Tarjo, pak Ghozi dan bang Umar. Kini mereka sudah melepaskan celana mereka hingga kontol mereka pun terpampang jelas mengacung menantangku. Aku sendiri juga ditelanjangi oleh mereka yang langsung melotot melihat tubuh putih mulusku yang kontras dengan kulit hitam kasar mereka.

Tanpa menunggu lagi, mereka segera menggerayangi seluruh tubuhku. Tangan-tangan kasar para nelayan ini dengan liar meremas dan meraba-raba buah dada, vagina dan pantatku. Aku tidak tahu lagi tangan siapa yang sedang bercokol di payudaraku. Begitu juga dengan tangan yang sedang memainkan memek dan pantatku. Yang jelas aku jadi begitu keenakan karena distimulasi bersamaan di beberapa titik sensitif tubuhku.

“Sshhhh ohhh ohh… mhhhhh..”, desahanku pun keluar sebelum bibirku kembali dilumat oleh pak Tarjo. Aku pun kembali meladeni silat lidahnya dalam mulutku. Begitu panas french kiss kami sampai air liur kami saling bertaut.

Aku agak bergetar ketika merasakan ada jari yang menusuk ke lipatan celah vaginaku. Oh, terasa nikmat saat jari-jari itu mulai memainkan bibir memekku. Aku menatap ke arah selangkanganku yang sedang dirangsang oleh tangan itu. Ternyata itu tangan pak Ghozi yang tampak begitu bersemangat mengobel-ngobel memekku. Pria berkumis tebal itu lalu segera berlutut di depan selangkanganku dan ia pun mencumbu vaginaku. Aku pun makin merintih keenakan walau suaraku teredam oleh cumbuan bibir pak Tarjo.

Memekku pun makin banjir dengan cairan cintaku karena titik sensitifku terus dirangsang para pria ini. Di dadaku, jari-jari bang Umar kini sedang memainkan pentil susuku. Dipilinnnya pucuk payudaraku yang berwarna pink ini dengan jari-jarinya yang kasar. Aku benar-benar dibuai oleh kenikmatan dari rangsangan mereka. Desahan pun terus meluncur keluar dari mulutku walaupun teredam pertautan bibirku dengan bibir pak Tarjo.

Sekitar 5 menit kemudian para nelayan ini pun ingin aku menghisap penis mereka. Mereka bertiga pun berdiri di hadapanku. Aku yang sudah begitu horny ini pun segera berlutut dan mulai memegang batang kejantanan pak Tarjo dan bang Umar. Aku segera menghisap penis-penis ini secara bergantian menggunakan mulutku. Dengan cekatan aku mengocok dan menjilati kontol nelayan ini supaya cepat siap tempur yang tentunya untuk menyetubuhiku. Di saat merasakan servis blowjobku, mereka pun meracau keenakan sambil berkomentar jorok tentangku.



“Ugghhh mulut amoy enak sekali..”, ucap pak Tarjo.

“Ohhh, iya gitu moy, jilatin pala kontol bapak.”, ujar pak Ghozi.

“Ahh asoyy dah mulut cewe chinese high class..”, komentar bang Umar.

Begitulah kata-kata yang mereka katakan tentang servis mulutku pada kontol mereka. 5 menit kemudian, pak Tarjo pun mengisyaratkan jika sudah saatnya untuk kami bersetubuh. “Nah yuk kita mulai ngeweknya. Hehe.”, ucap pak Tarjo yang lalu ia segera berbaring di atas lantai geladak kapal ini. Kontol si nelayan ini sudah tegak gagah seolah menantangku.

Aku yang sudah mengerti dengan posisi seks dengan tiga pria seperti ini pun segera menaiki penis pak Tarjo. Kududuki kontol yang tadi sudah sempat kurasakan ini. Uhh, terasa urat-urat batang kejantanan pak Tarjo yang mengenai dinding vaginaku. ‘Bles’. Akhirnya kontol itu sudah tertancap sempurna di memekku. Aku yang sudah tidak sabar merasakan lagi nikmatnya double penetration ini pun segera menunggingkan pantatku untuk bersiap menerima sodokan di anusku. Bang Umar yang kini kebagian lubang pantatku pun menyiapkan diri di belakang pantatku. Ia meludahi tangannya dan membasuh kontolnya itu dengan air ludahnya. Aku yang sudah kelewat nafsu pun malah dengan nakalnya membantu bang Umar dengan merentangkan lubang pantatku sendiri. Jadilah lubang pantatku pun terbuka lebih lebar dan memudahkan si nelayan ini menyodomiku. Tidak lama bang Umar pun mendorong kontolnya memasuki liang anusku. ‘Bles’, kini lubang pantatku juga terisi kontol sama seperti memekku.

Jadilah aku pun di posisi disandwich oleh pak Tarjo dan bang Umar di atas geladak kapal nelayan ini. Pak Tarjo yang berbaring di bawahku yang pertama memulai genjotan kontolnya ke liang kemaluanku. Tidak lama bang Umar menyusul dengan memompa kontolnya menggempur lubang anusku. Aku merasakan kenikmatan yang hebat dari seks double penetration ini. Sorot mataku jadi sayu dengan mulut merekah melepaskan desahan demi desahan merespon kenikmatan akibat sodokan dari dua batang penis nelayan ini.

Tidak mau hanya menonton, pak Ghozi yang belum kebagian liang memek dan anusku pun maju. Ia menyodorkan kontolnya yang hitam ke wajahku. Aku yang sudah dikuasai birahi pun segera membuka lebar mulutku mempersilakan pak Ghozi untuk memakai mulutku untuk memuaskan nafsu seksnya. Penis berurat si nelayan tua ini pun segera menghunjam ke dalam mulutku. Aku pun aktif mengulum-ngulum kontolnya di sela rintihan erotisku yang sedang disodok-sodok kontol dua rekan sesama nelayannya pak Ghozi.

Sungguh liar pesta seks yang terjadi di atas kapal dan tidak jauh dari pulau ini. Kami berempat benar-benar sudah tenggelam dalam birahi sampai tidak peduli sama sekali dengan keadaan sekitar kami. Erangan penuh hasrat birahi kami sahut menyahut dengan deburan ombak di atas laut dekat pantai pulau ini. Ternyata pak Ghozi sempat mengatur kapal ini agar bergerak walau dengan kecepatan pelan. Pantas saja aku merasakan ada angin yang mengenai kulitku. Ini benar-benar sangat liar, bercinta di lautan seperti ini dan ada kemungkinan dapat dilihat oleh kapal atau pesawat yang lewat.

“Ummhhhh… mmhhh… uummmhhh.. mmmhh..”, hanya suara desahan tertahan saja yang terdengar karena mulutku yang sedang dijejali oleh penis pak Ghozi. Pak Tarjo dan bang Umar dengan gencar terus memompa kontol mereka di liang memek dan anusku. Tubuhku yang putih ini sudah basah oleh peluh yang saling bercampur dengan peluh para nelayan yang tengah menghimpit diriku bagaikan roti sandwich.

Dalam posisi seks double penetratrion ini, bang Umar di belakangku mengarahkan tangannya ke dadaku. Bongkahan susuku yang bulat ini pun diremas-remasnya dengan bernafsu. Aku pun makin menikmati dan makin keras meracau. Apalagi saat jari-jarinya memilin-milin puting susuku yang sudah keras ini. Sedangkan pak Tarjo di bawahku ini sedang menjilat-jilat leherku. Tanpa jijik si pria tua ini menjilati peluh di leher dan dadaku. Lalu pak Tarjo pun menciumi telingaku membuatku kegelian bercampur nikmat. Lalu si nelayan bergigi tongos ini mencupangi bukit dadaku. Dan ia lalu menjilat-jilat kulit payudaraku hingga lalu merayap ke pentil susuku yang sudah mancung. Ia lalu mencaplok puting pinkku yang kiri dengan bibir tebalnya. Pak Tarjo juga menggigit gemas pentil susuku dengan gigi tongosnya menimbulkan sensasi yang sedikit perih tapi juga nikmat.

Tempo sodokan penis dua nelayan ini begitu cepat di kedua lubang tubuhku. Aku pun merasakan gelombang orgasme yang mengumpul. Sekitar 5 menit kemudian gelombang orgasme itu pun akhirnya kembali akan meledak. “Ahh iyahhh pak.. sshh.. dikit lagi.. ahh.. terussss…”, lenguhku setelah melepaskan kulumanku di penis pak Ghozi karena aku yang sudah dekat dengan orgasmeku. Tidak sampai 1 menit kemudian tubuhku pun bergetar-getar dengan kuat di momen klimaks birahiku. Aku berteriak penuh kepuasan saat orgasme itu tiba, “Nggh aku keluarrr ahh yeahh.. ahhh.. aahhhhhhhh!!”. Dan segera saja otot di dinding vaginaku pun berkontraksi saat akan menyemburkan cairan orgasmeku. ‘Crrttttt… crrtttttt.. crrrtttt’, liang kewanitaanku menyemburkan cairan orgasmeku dalam jumlah banyak sampai membasahi kontol dan paha pak Tarjo. Vaginaku terasa masih berdenyut-denyut saat memuntahkan cairan klimaksku.

Aku pun membaringkan kepalaku ke dada pak Tarjo dengan nafas terengah-engah setelah baru saja orgasme. Tapi kedua nelayan itu tidak menghentikan sodokan mereka dan terus menggempur memek dan anusku. Untung saja pak Ghozi tidak memintaku menyepongnya lagi. Sepertinya ia sedang mengarahkan kemudi kapal menuju tujuan mereka yang aku tidak tahu dimana.

Aku sendiri walau sudah orgasme tapi nafsu birahiku ternyata tidak padam. Aku jadi ngeri apa ini efek ramuan pak Rafail tadi ya? Karena terus digenjot dua kontol nelayan, libidoku pun sudah bangkit dengan cepat lagi. Terasa bagaimana hunjaman dua kontol yang menggesek rongga-rongga di anus dan vaginaku memberikan aliran kenikmatan menjalar ke seluruh syarat tubuhku. Aku makin terbuai dengan kenikmatan birahi ini.

Mereka terus menggenjot tubuhku dengan tempo cepat. Pak Tarjo kini sambil terus memompa memekku, ia dengan rakus mengenyot puting susuku. Dikulumnya pentil merah mudaku sambil sesekali digigit gemas secara bergantian itu dengan nafsunya, membuatku makin merasa bergairah. Di belakangku, bang Umar dengan nakalnya kini menyelipkan tangannya ke selangkanganku. Ia lalu memainkan bibir memekku bagian atas. Digesek-gesekkannya bibir memekku dengan jarinya membuatku makin blingsatan tidak karuan dengan aksi stimulasi ekstra jari bang Umar ini.

“Ngghhh ahh ahhh ahhhh ahhhh!”, erangan sensualku yang merespon semua kenikmatan birahi ini.

“Ahhh bool amoy ini emang terbaik dah. Sempit gila.”, ceracau bang Umar.

“Iya, mimpi apa ya kita Mar bisa ngewek amoy cakep gini.”, ujar pak Tarjo yang menimpali ucapan bang Umar.

“Gak tau pak, yang jelas ini bukan mimpi. Haha.”, timpal bang Umar.

“Neng juga keenakan kan? Mau lagi gak lain kali main sama kami?”, tanya pak Tarjo padaku.

“Ngghhhh aahh.. iyahhh enak… sssshhh… ahh mau-mau aja pak… ahh ngghhh…”, jawaban spontan dari mulutku dengan muka yang merah karena sudah sangat horny ini.

“Neng ngomong yang binal dong biar kami semangat ngentotin neng.”, ujar bang Umar menggodaku.

“Ahhh ahhhh.. iyahh bang sodok memek dan boolku yang cepat.. ahh ahhh iyahh teruss.. ahh ahh sodok terus.. ahh ahhh!!”, tanpa malu lagi aku mengikuti keinginan bang Umar dengan menceracau dengan binalnya karena dikuasai gairah seksual ini.

“Nah gitu dong neng jadi kami makin semangat sodoknya. Haha.”, komentar bang Umar.

“Haha, udah ketagihan kontol kita dia pak.”, ujar pak Ghozi mengomentari jawabanku.

“Iya, pasti kontol pacarnya kecil makanya sekali dikasi kontol gede punya kita langsung ah oh ah oh. Hahaha.”, ledek bang Umar yang disambut gelak tawa dua nelayan lain.

Aku diam saja tidak menggubris lagi omongan mereka karena aku meresapi kenikmatan ini. “Ohhh ohhh ohhhh..”, aku merintih-rintih nikmat dengan wajah merem melek. Pelan tapi pasti gelombang orgasme kembali terbentuk. Aku tahu aku akan kembali dilandai badai orgasme lagi. Sodokan demi sodokan yang kuterima bagaikan mengirim sinyal ke otakku untuk makin menuju puncak birahiku.

Sekitar 5 menit kemudian, kurasakan puncak kenikmatan seks itu kembali meledak. Sodokan demi sodokan yang kuterima bagaikan mengirim sinyal ke otakku untuk makin cepat menuju klimaks seksualku. Beberapa detik kemudian, aku kembali orgasme. Kudongakkan kepalaku dan melepaskan lenguhan orgasme, “Ngghh.. iyahhhhh.. aaahhhhhh!”. Beberapa kali vaginaku menyemburkan lendir orgasmeku yang membasahi kontol pak Tarjo dan lantai geladak ini.

Terdengar geraman pak Tarjo yang ternyata sudah tidak tahan lagi. “Ugghhh anjinggg enaknya!”, teriak si pria tua ini saat berejakulasi. Terasa semburan cairan kental dan hangat mengisi rongga vaginaku. Bang Umar belum orgasme tapi ia menghentikan sejenak sodokannya karena pak Tarjo yang mau beranjak dari posisinya. Pak Ghozi yang melihat kini gilirannya pun segera mendekatiku.

Tapi ternyata bang Umar mau berganti gaya bercintanya. “Pak, saya mau dibawah sekarang ya. Hehe.”, ujar bang Umar sambil terkekeh.

“Oh, lu mau coblos memeknya sekarang?”, tanya pak Ghozi.

“Bukan pak, saya tetep boolnya aja tapi posisi saya yang di bawah gitu nyodoknya.”, jawab bang Umar yang kini sudah berbaring di lantai geladak.

“Oke atur aja Mar.”, kata pak Ghozi yang menunggu bang Umar menyiapkan posisi seksnya.

Ia lalu mengatur posisiku supaya menduduki kontolnya tapi di diposisikan kontolnya menghunjam liang anusku. Aku pasrah saja karena selain masih lemas setelah orgasme, aku juga tetep masih bergairah! Sungguh kuat efek ramuan yang membuatku tetep saja bernafsu begini.

‘Bles’, tanpa ada kesulitan kontol bang Umar pun kembali mengisi liang pantatku. Lalu pak Ghozi segera menyiapkan batang penisnya tapi saat mendekatiku ia ternyata belum mau langsung menyodokku. Ia memintaku menyepongnya dulu supaya kontolnya ereksi maksimal. Aku segera menggenggam penis panjangnya itu dan segera kukocok-kocok. Lalu aku mendekatkan mulutku ke kontolnya dan segera kujilati kepala kontolnya. Tanpa jijik aku menyapukan lidahku ke lubang kencingnya. Pak Ghozi pun jadi mengerang keenakan dengan servisku ini.

Sambil aku menyepong kontol pak Ghozi, bang Umar sudah mulai memompa kontolnya di anusku di gaya Woman On Top ini.

Mungkin hanya 1 menit saja kublowjob, pak Ghozi pun menyudahi servis oralku. Ia lalu segera memposisikan diri di selangkanganku. Digesek-gesekkannya kepala kontolnya ke bibir memekku sebelum ia pun mendorongkan penisnya memasuki liang memekku yang sudah becek ini. Kembali aku pun disodok dua kontol seperti tadi. Di posisi ini pak Ghozi yang dapat melihat buah dadaku yang bergoyang seirama sodokannya, jadi gemas dan ia pun meremasi “gunung kembarku” ini.

“Ngghhh ahh ahhhh ahhh..”, rintihku yang menikmati persetubuhan dengan dua nelayan ini.

Tempo genjotan mereka begitu cepat membuatku begitu keenakan. Birahiku yang tidak padam-padam ini benar-benar gila. Tidak biasanya aku masih tetap bergairah begini setelah tadi sudah dua kali orgasme! Apalagi aku sudah disetubuhi berkali-kali oleh kepala suku dan tiga orang suku. Apa ramuan ini juga meningkatkan staminaku?

“Duh bakal kangen sama jepitan memek dan bool neng nih.”, ujar pak Tarjo yang kini menonton seks antara aku dan dua rekan nelayannya.

“Iya memeknya amoy seperti neng ini emang mantap.”, timpal pak Ghozi yang terus menyodok-nyodok vaginaku.

“Bener, boolnya juga nagih nih.”, celetoh bang Umar yang memompa anusku.

Pak Ghozi kini mengemut puting susuku yang tersaji di hadapannya. Kumis tebalnya yang menggesek kulit payudaraku memberikan sensasi geli nikmat bagiku. Gesekan kumis dan hisapan bibir si nelayan ini di susuku benar-benar membuatku mendapatkan rangsangan yang nikmat bagaikan aliran listrik ke sekujur tubuhku. Lalu tangannya kini meremasi buah dadaku dengan nafsu. Ia tampaknya gemas melihat goyangan dari sepasang buah dadaku yang bulat dan putih ini. Lidahnya menjalar ke pentil susuku dan aerolanya membuatku jadi tersengat listrik kenikmatan. Rangsangan mulut dan lidah si pria tua ini di pentilku menyebabkan aku jadi makin keras mendesah.



Kurasakan lagi badai orgasme yang kembali mengumpul. Oh, birahiku benar-benar sedang memuncak. Aku jadi mudah mengalami klimaks seksual. Apalagi genjotan dari dua nelayan di memek dan anusku tidak melambat. Mereka terus menyodok-nyodok dengan cepat tanpa kenal lelah.

Akhirnya sekitar 5 menit kemudian aku mendapatkan orgasmeku yang ketiga kali. Otot-otot dinding liang senggamaku berkedut dengan kuat ketika aku meraih puncak kenikmatan ini. Kontraksi di memekku membuat penis dua nelayan ini seolah diremas. “Sshh.. Oooohhhhhhh!!”, jeritku dengan cukup keras. Payudaraku jadi mengencang saat aku sedang dilanda puncak kenikmatan seksual ini. Aku pun tersentak-sentak beberapa kali sampai tubuhku melengkung ke atas, menyebabkan payudara 34Bku ini jadi membusung. Pak Ghozi yang dari tadi terus mengenyot pentil susuku pun tidak melepaskan hisapan bibir tebalnya itu di pucuk payduaraku.

Beberapa detik kemudian badai orgasmeku pun mereda. Orgasme ini membuat seolah-olah tulang-tulangku bagai dilolosi semua. Aku langsung roboh ke tubuh bang Umar di bawahku sambil terengah-engah dan menutup mataku.

Tiba-tiba bang Umar berteriak, “Ohhh terima peju abang ya neng!”. Dan kurasakan ada lendir hangat yang mengisi liang anusku. Terasa penuh lubang pantatku yang disembur dengan sperma bang Umar. Tidak lama si pria yang baru berejakulasi ini pindah dari bawah tubuhku. Bang Umar lalu memintaku membersihkan kontolnya dari sisa sperma. Aku menurut saja dan tanpa jijik kukulum penis si nelayan ini yang belepotan lendir spermanya ini.

Kini tinggallah pak Ghozi yang belum selesai menuntaskan hasrat seksualnya. Ia terus menggenjot memekku di posisi misionaris ini. Oh aku merasa lemas tapi tetap saja ada gairah yang belum juga padam. Aku jadi takut apakah birahi ini tetap ada karena ramuan aneh dari pak Rafail. Entah efeknya akan bertahan berapa lama.



Terasa cairan cintaku yang terus mengucur membasahi kontol pak Ghozi yang terus keluar masuk menyodok memekku ini. Benar-benar libidoku tidak menurun padahal aku sudah orgasme 3 kali! Hentakan demi hentakan kontol si nelayan paruh baya ini pun memberiku kenikmatan yang hebat.

Sekitar 10 menit kemudian pak Ghozi meminta untuk ganti gaya seks. Ia kini duduk di tepian kapal dan ia memintaku untuk naik ke pangkuannya. Aku menurut saja dan segera menduduki kontolnya di posisi dipangku begini. Aku pun memeluk leher pak Ghozi dan tanpa perlu diminta aku mulai bergoyang naik turun. Kontol itu pun bergesekan dengan dinding memekku memberikan sensasi nikmat yang membuaiku. Aku dengan gencar terus memacu tubuhku naik turun di posisi seks dipangku ini.



Pak Ghozi mendesah keenakan dengan aksiku. Aku sendiri juga merintih sensual merespon kenikmatan ini. Gerakanku sangat liar bagaikan koboi rodeo saja yang bergoyang naik turun. Si nelayan ini lalu meremasi payudaraku yang bergoyang seirama gerakan tubuhku. Lalu ia menciumi leherku sebelum akhirnya ia mengenyot puting susuku.

“Ssshhh ahhh iyahhh isap terus pentilku pakhh.. ahhh ahhhh!”, kataku yang di sela lenguhan erotisku.

Di posisi ini aku dapat melihat ke arah lautan lepas. Tidak ada apapun selain laut sejauh mataku memandang. Sungguh indah pemandangan ini dan aku melihatnya selagi sedang merem melek keenakan dengan batang kontol seorang nelayan yang keluar masuk menghunjam memekku. Bercinta di alam terbuka begini memang suatu pengalaman langka buatku. Dan sensasi takut ketahuan orang di kapal yang kebetulan lewat menambah keseruan dan nikmatnya outdoor sex ini. Benar-benar seks seperti ini seperti mimpi terliar yang jadi kenyataan. Apalagi aku bersetubuh dengan pria kalangan sosial yang lebih rendah dariku dimana pria ini yang hanya berprofesi sebagai nelayan tradisional. Dan juga ini seks interrasial karena pria ini bukan dari kaum keturunan chinese sepertiku. Tapi malah bercinta dengan mereka ini memberiku kenikmatan yang jauh lebih dahsyat.

Memikirkan itu membuat memekku makin basah dengan cairan cintaku. Aku juga jadi makin liar menggoyang pinggulku di posisi naik turun. Gesekan dinding memekku dengan kontol pak Ghozi sungguh nikmat. Aku mendesah-desah melampiaskan rasa enak ini, “Ahhh iyahhhh enakkhh ahh ahhh terusshh pakhh ahh ahh!”.

“Mantep neng goyangannya gak kalah sama pecun yang pernah bapak pake. Hehe.”, ujar pak Tarjo mengejekku yang memang sedang bergoyang dengan liar.

“Iya si amoy ini jangan-jangan ada bakat jadi pecun ya pak. Hahaha.”, sambung bang Umar yang ikut menghinaku.

“Iya, asoy goyangannya. Udah gitu memeknya ni amoy empot empot ayam. Ughhh..”, ceracau pak Ghozi yang menimpali temannya.

Aku tidak memedulikan hinaan dari para nelayan itu dan fokus menggoyang pinggulku mencari sensasi nikmat seks di atas kapal ini. Aku tidak peduli lagi dengan statusku yang anak orang berada dan hanya ingin menuntaskan birahiku yang sangat tinggi. ‘Plok Plak Plok Plak’, suara tumbukan kulit pantatku dengan paha pak Ghozi.

Tiba-tiba pak Ghozi bangkit sambil memegang pantatku. Jadi lah aku kini diangkatnya di posisi dipangku. Ia memegangi tubuhku sambil ia berdiri hingga kini aku jadi harus makin berpegangan erat pada tubuhnya karena takut jatuh.

Lalu segera digoyangnya pinggulnya menyodok diriku yang sedang digendong olehnya. Ah, penisnya terasa masuk sangat dalam dengan posisi ini. Walapun sudah cukup berumur tapi pak Ghozi ternyata kuat juga. Ia mampu menahan berat tubuhku sambil ia terus menyodok-nyodok memekku. Merasakan nikmat ini membuatku mengaitkan kedua kaki ke pinggang si nelayan berkumis tebal ini. ‘Plak plak plak plak!’ kerasnya suara pertemuan paha pak Ghozi dengan pahaku.

Aku pun mendesah-desah keras akibat pompaannya ini, “Ngghhh ahhh ahh enak pakhh ahh iyahh teruss ahh ahh!”. Aku pun ikut menggoyang pinggulku memutar menyebabkan kontol pak Ghozi serasa kupelintir. “Ahhh mantap neng goyangannya!!”, si nelayan ini langsung menceracau keenakan akibat goyangan pinggulku barusan.

Aku yang sudah dalam birahi tinggi dan menikmati sodokan kontol pak Ghozi pun segera memagut bibirnya dengan liar. Lidah kami berdua saling kait dalam mulutnya menimbulkan suara “uummhhh… mmmmhhh… uummhhh..”. Pantatku yang putih mulus juga diremas-remas oleh si nelayan berkumis tebal ini. Begitu kuatnya sodokan ini menimbulkan suara peraduan kulit yang khas dari pantatku dengan pahanya.

Diremas-remasnya juga bongkahan pantatku yang sedang digenggamnya selagi ia memangku diriku dan terus menyodok memekku. Posisi dipangku begini memberikan kenikmatan yang dashyat karena kurasakan batang kontol pak Ghozi yang menghunjam hingga ke rahimku. Aku terus mendesah dalam ciuman kami. Lidah pak Ghozi pun merangsek masuk ke dalam mulutku dan beradu dengan lidahku.

Aku kembali merasakan mengumpulnya gelombang orgasmeku. Pak Ghozi belum tampak akan berejakulasi. Ia terus menggenjot memekku dengan kontolnya yang perkasa. Karena sudah agak kehabisan udara aku pun melepaskan pagutan bibir kami. Aku kembali mendesah-desah merespon rasa enak di memekku ini.

Akhirnya puncak kenikmatan yang keempat ini pun makin dekat. Kurasakan kedutan kuat di vaginaku di ambang letupan orgasmeku. Beberapa detik kemudian aku pun orgasme. Saking seringnya berteriak sejak tadi dan karena sudah lemas, tidak ada suara yang keluar dariku, hanya mulutku membentuk huruf O saja. Dan tubuhku berkelojotan beberapa kali ketika vaginaku mengeluarkan cairan orgasmeku.

Pak Ghozi yang merasakan penisnya diremas-remas vaginaku yang sedang berkontraksi ini pun tidak bisa menahan lagi orgasmenya. “Argghhh bapak keluar neng!”, ia menggeram keras dan lalu penisnya menyemburkan spermanya. ‘crot crot crot’. Spermanya yang amat banyak ini sampai meluber keluar dari rongga vaginaku. Aku benar-benar sudah kelelahan dan pak Ghozi pun membaringkanku ke lantai geladak kapal ini.



Akhirnya selesai sudah seks yang gila dengan tiga nelayan ini. Aku benar-benar sudah luluh lantak setelah orgasme empat kali. Pandanganku pun berangsur jadi gelap dan aku pun pingsan.

-------------------------

Saat terbangun aku melihat jika aku sedang terbaring di bagian dalam kapal. Sepertinya cukup lama juga aku pingsan karena kulihat kini kami sudah cukup dekat dengan daratan. Sekarang sudah sore menjelang malam dan langit sudah gelap. Saat aku lihat ternyata kami sudah sampai di pelabuhan tempat pertama kali berangkat dengan kapal yang sudah karam. Kulihat ke arah belakang kapal ini dan melihat ada sekoci yang berisi Pak Maliq, Pak Robert, Ode dan Frengky. Keempat pria yang berada di sekoci tampak bersorak sorai melihat akhirnya mereka selamat dan kembali ke daratan setelah terombang ambing di laut dalam sekoci yang sempit.

Kapal itu pun merapat ke dermaga pelabuhan ini. Dan kami pun akhirnya sudah menginjakkan kaki lagi ke daratan. Aku begitu lega karena sudah sempat takut akan tenggelam di laut. Lalu pak Robert berbincang sejenak dengan pak Maliq yang setelah itu tampak pergi meninggalkan tempat ini bersama dua anak buahnya.

“Nah, kalian udah kami antar balik ke pelabuhan ya.”, ujar pak Tarjo yang tampak angkuh melihat ke pak Maliq.

“Iya terima kasih ya pak udah selamatin kami.”, ujar pak Maliq yang terlihat lelah dan tampak berantakan karena terus di sekoci.

“Ya, kami dapat apa ni pak udah nolongin nyawa bapak?”, ujar pak Tarjo lagi.

“Ummm, saya kasi bapak uang ya. Tapi tunggu saya tarik uangnya dulu ya.”, ujar pak Maliq.

“Ya udah, tapi kami butuh jaminan ni. Si neng ini kami pinjam dulu ya sambil bapak pergi ambil uangnya. Hehe.”, timpal pak Tarjo yang tampak tersenyum mesum.

Aku pun jadi shock mendengar itu dan spontan memprotes, “Eh kenapa saya mesti ikut!?”
“Ya buat jaminan dong neng. Kami gak bodoh. Nanti kalian bisa kabur dan gak menepati janji.”, ujar pak Ghozi yang kini berdiri di sampingku.

“Eh ja jangan pak. Bapak ikut saya aja gimana?”, ujar pak Maliq lagi coba bernegosiasi.

“Loh koq ikut bapak. Gak mau, saya maunya uangnya dikasi ke saya disini.”, ujar pak Tarjo.

“Ya udah pak, saya sekarang ambil uangnya di hotel ya. Bapak tunggu dimana? Disini ramai banget pak susah carinya nanti.”, ujar pak Maliq.

“Hmm, ke tempat mangkal kami aja pak. Tuh disana yang ada rumah tua itu.”, ujar pak Tarjo menunjuk ke arah sebuah rumah yang tampak reyot.

“Oke pak, saya pergi ambil uangnya.”, ujar pak Maliq pada pak Tarjo. Lalu pak Maliq mendekatiku dan berbisik, “Selina, kamu tunggu ya. Tenang aja bapak akan ambil uangnya dan langsung kesini.”.

“Ja jangan lama-lama ya pak..”, pintaku pada guruku ini. Bagaimanapun ini adalah pelabuhan yang tentu saja bisa ada kriminal atau premannya. Lalu pak Maliq pun segera berjalan pergi dengan cepat.

“Nah neng, kita istirahat dulu disana. Hehe.”, ujar pak Tarjo.

Aku pun berjalan bersama dengan tiga nelayan ini menuju ke rumah tua yang menjadi markas mereka. Jarak dari rumah itu dengan tempat kami memang tidak begitu jauh, mungkin hanya 200 meter saja. Setelah itu pak Tarjo pun membuka pintu rumah tua ini. Dan ternyata di dalam ada beberapa pria! Deg! Aku kaget dan jujur saja jadi takut melihat tampang-tampang pria di dalam yang terlihat sangar. Apa mereka preman pelabuhan yang biasa sering kudengar ya.

Ada pria yang berambut pendek dan bertelanjang dada dengan badan penuh tato. Ada pria yang botak dan jangkung. Pria yang satunya rambutnya agak gondrong dan berwarna coklat pirang.

“Wah siapa cewe bening ini Jo?”, ujar salah 1 pria disana yang bertelanjang dada dan bertato di dada. Mata tiga pria di dalam tampak melotot melihat tubuhku yang berbalut kaos kebesaran dan celana pendek ini.

“Oh, ini jaminan ni buat orang kaya yang kuselamatin dari kapal karamnya. Si orkay lagi pergi ambil duit buat balas jasa kami. Hehe.”, jawab pak Tarjo dengan santai.

“Oh, orang kaya ya. Cantik banget neng. Nama neng siapa?”, tanya si pria bertato itu.

“Umm, Se Selina pak.”, jawabku agak gugup karena ketakutan. Kulihat total ada 3 pria lain selain pak Tarjo, pak Ghozi dan bang Umar. Dan tampang mereka kasar dan kusam seperti pak Tarjo. Apa mereka bukan preman tapi nelayan ya? Semoga memang nelayan yang bertampang sangar saja. Aku sangat takut jika mereka mengasariku.

“Nama yang cantik, secantik orangnya. Hehe.”, ujar si pria bertato. Ia lalu menjulurkan tangannya mau menyalamiku seraya berkata, “Kenalin ya neng cantik, saya Ahmad. Hehe.”. Dari perawakannya sepertinya si pak Ahmad ini baru berusia sekitar 40 tahun.

Aku yang takut jika si pria bernama Ahmad ini marah kalau aku tidak menyalaminya pun menyambut uluran jabat tangannya. “I iya pak, salam kenal.”

“Wah halus tangannya neng.”, ujar pak Ahmad.

Dan dua pria lain pun buru-buru ikut berkenalan denganku. Dari perkenalan itu aku jadi tahu nama mereka. Si pria botak bernama Amrozi. Dan yang berambut coklat pirang namanya Tofik. Mereka semua terus memandangi tubuhku terutama ke buah dada dan pahaku. Kaos ini memang tidak terlalu tebal dan di dalamnya aku tidak mengenakan apa-apa lagi. Aku agak risih dengan tatapan mereka yang bagaikan predator lapar ini.

Uh, semoga pak Maliq cepat datang supaya aku bisa pergi. Aku sudah sangat lelah dan aku agak mengantuk. Aku pun menguap dan segera kututup mulutku yang sedang membuka saat menguap. Melihat itu, pak Ahmad jadi berujar, “Wah si neng ngantuk ya? Sini istirahat aja disini. Hehe.” Pak Ahmad pun menunjuk ke sebuah kasur lipat lusuh.

“Iya neng, tidur dulu aja kalo ngantuk.”, ujar pak Amrozi.

Aku tentu saja tidak bisa tidur di tengah kumpulan pria yang menyeramkan ini, jadi kutolak halus tawaran dari pak Ahmad itu. “Eh gapapa pak. Saya duduk disini aja.”, ujarku.

“Eh udah neng sini aja. Orang uda baik malah belagu. Pasti karena kumal kan neng? Mentang-mentang neng orang kaya jadi mandang rendah kami-kami ya!? Bener kan heh!??”, bentak pak Ahmad yang terlihat marah.

Aku pun jadi ciut nyalinya dan segera duduk di kasur lipat itu. Memang aku sangat mengantuk karena tubuhku yang nyaris tidak ada istirahat dari tadi pagi. “Nah gitu dong, jangan belagu neng mentang-mentang orang kaya. Kami-kami ini juga manusia.”, ujar pak Ahmad.

“Udah neng, tidur aja. Hehe.”, kata pak Tofik yang tersenyum sambil melihatku.

“Iya makasih pak.”, ucapku. Aku hanya duduk saja dan menyandarkan kepalaku ke tembok. Aku tidak berani tidur berbaring dengan dikelilingi para bandot ini. Aku tahu makin lama disini hanya meningkatkan resiko aku diperkosa mereka. Apalagi sudah ada pak Tarjo cs yang tadi menikmati kehangatan tubuhku. Aku hanya bisa berharap pak Maliq cepat kesini.

Tapi aku yang terlalu cape dan ngantuk ini pun tidak bisa menahan untuk tidak tertidur. Mataku pun memejam karena rasa kantuk yang begitu hebat..



~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd