Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sejak 2014, Pacar, Rekan Kerja, sampai Atasan. (True Story)

Status
Please reply by conversation.
Dian dan Ratna ga pernah berhasil dibujuk2 hu, mungkin boleh dibagi ilmunya biar doi mau.. kalo Cici memang tidak ada niatan kesana.. bini sendiri :D

Ah Suhu pasti lebih tau lah gimana-gimana cara ngerayunya. Intinya sih kalo cewek udah horni berat atau cinta mati sama cowok, dia akan mau diapain aja.
 
Yang ditunggu" akhirnya kembali dengan update terbaru nya...thx suhu...
 
terima kasih untuk suhu sekalian atas respon dan komennya, ga nyangka tulisan pertama nubi bisa tembus 2600an replies dan sampe part 28...

update in progress... tapi kayaknya ga publish hari ini masih nanggung :ampun:
di tunggu hu...
selalu setia menanti update dr suhu @linaga
 
terima kasih untuk suhu sekalian atas respon dan komennya, ga nyangka tulisan pertama nubi bisa tembus 2600an replies dan sampe part 28...

update in progress... tapi kayaknya ga publish hari ini masih nanggung :ampun:
Cerita ente patut di apresiasi hu..
Keren isi ceritanya :beer:
Di tunggu updateannya ya hu..:semangat::semangat:
 
terima kasih untuk suhu sekalian atas respon dan komennya, ga nyangka tulisan pertama nubi bisa tembus 2600an replies dan sampe part 28...

update in progress... tapi kayaknya ga publish hari ini masih nanggung :ampun:
Semangat suhu..
 
t
PART 28 LAGI, MBA DIAN

Sorry lama ga update, baru kelar urusan. Update tipis2, semoga masih pada berkenan:D

refresh part 26:


Lidah Mba Dian menjelajah rongga mulutku hingga tidak ada satu titik pun yang luput dari lumatan lidah panasnya. Tanganku meremas pantat Mba Dian sambil sesekali menyingkap dasternya ke atas dan mengelus paha mulusnya.

Aku angkat kaki kiri Mba Dian sehingga melingkar di bagian kanna pinggangku. Tangan kananku mengelus pelan paha Mba Dian. Mba Dian beberapa kali mengejang ketika kuraba pangkal paha persis di bagian samping vaginanya menggunakan rabaan setengah mengambang menggunakan ujung jariku. Ujung jariku menjelajah pangkal paha menuju vaginanya yang masih terbungkus celana dalam, namun ketika hampir mencapai vagina, aku alihkan arah rabaanku menjauh dari vaginanya. Aku ulang gerakan itu beberapa kali.

"Mas geliiiii, emmhhh...", ucap Mba Dian sambil menurunkan kaki kirinya yang melingkar di pinggangku.

Kaki kanannya nampak lemas dan kulihat kulit tangan Mba Dian merinding. Ternyata rabaan ujung jariku pada pangkal paha Mba Dian membuatnya lunglai.

Mba Dian memelukku erat, lalu berbisik di telingaku.

"Kamar Mba aja yuk", ucap Mba Dian.

Tanpa menjawab, aku angkat tubuh sintalnya. Tangan kiriku menyangga punggung bagian atas Mba Dian sedangkan tangan kananku mengangkat kedua kaki Mba Dian tepat pada bagian belakang lutut. Mba Dian merespon dengan melingkarkan kedua tangannya ke leherku.

Sesampainya di kamar, aku rebahkan tubuh Mba Dian dan langsung memposisikan diriku menindih Mba Dian dari atas. Aku segera kembali melumat bibir Mba Dian dan mengelus paha kirinya yang terpampang karena dasternya tersingkap.

"Mmmmmlmmch.... mmmmhhh...", lidah kami langsung beradu.

Baru sebentar aku menciumnya, Mba Dian mendorongku kesamping sehingga posisi kami berubah, Mba Dian kini berada di atas menindih tubuhku. Posisi vaginanya yang masih terbungkus celana dalam dan daster tepat menindih penis yang juga masih terbungkuas celana dan celana dalam.

Mba Dian mulai melumat bibir, pipi, dan leherku hingga semuanya basah oleh air liurnya. Perlahan lumatannya turun menuju dadaku. Mba Dian berusaha melepas baju yang aku kenakan dan aku pun mengangkat punggungku sehingga Mba Dian dengan mudah meloloskan baju yang aku kenakan.

Mba Dian langsung melanjutkan aksinya. Lidahnya menjamah seluruh permukaan tubuhku yang telanjang dada, dari leher, pundak, puting dada, hingga ke pusarku.

"Cpppppptttttttttttttttttpppttttttt...", Mba Dian membuat tanda merah tepat di samping puting kananku. Rasanya agak ngilu seperti digigit semut, namun tertutup dengan kenikmatan lidah dan bibirnya yang menempel hangat di permukaan kulitku.

Ciumannya semakin turun menuju ke peniski. Tangan cekatan Mba Dian mulai melepaskan kait celanaku. Aku mengangkat pantatku memudahkan Mba Dian untuk memelorotkan celana sekaligus celana dalamku.

Penisku yang sudah tegang sedari tadi langsung mengacung bebas di hadapan Mba Dian. Kurasakan kelembutan telapak tangan Mba Dian menjamah permukaan kulit batang penisku dan sesekali kurasakan ujung jarinya memainkan ujung lubang kencingku.

"Aaghhh....", aku terpekik menahan geli ketika ujung jemari Mba Dian bermain di ujung lubang kencingku.

Aku menggenggam tangan kanan Mba Dian, membimbingnya agar menggenggam batang penisku. Mba Dian hanya menurut dan langsung menggenggam lalu mengocok penisku pelan. Lidah Mba Dian mulai dijulurkan untuk menjilati ujung lubang kencingku.

'vangkeeee, udah tau aku paling ga tahan dimainin ujung lubang kencingnya, bisa cepet jebol pertahanan, tadi pake jari, sekarang malah pake lidah, aaaghhhh...', ucapku dalam hati

Beruntung gerakan itu tidak berlangsung lama. Mba Dian perlahan membuka kedua kakiku, memasukkan penisku ke dalam mulutnya, mendekap kedua pahaku sehingga menjepit kepalanya, dan menenggelamkan wajahnya pada selangkanganku.

Penisku yang sudah tegang maksimal dilumat habis masuk seluruhnya ke dalam mulut Mba Dian hingga ujung penisku terasa menyeruak masuk ke rongga kerongkongannya.

"Hwwwwghhhh... uugghhhkk... uuhhggkkhhh...", Mba Dian sesekali tersedak ketika mengeluar masukkan penisku ke dalam mulutnya hingga mentok ke kerongkongannya.

Nampaknya Mba Dian sudah sanngat bernafsu. Biasanya, aku yang memaksa Mba Dian melakukan deepthroat dengan mendorong penisku masuk seluruhnya ke dalam mulutnya ketika sedang dikulum, namun kali ini justru Mba Dian tanpa diminta, berusaha melakukan deepthroat. Aku pun merespon dengan menjepit kepalanya dan menahannya selama beberapa detik agar penisku yang sedang menyeruak rongga kerongkongannya tidak lepas dari mulutnya.

"uuhhghhkk... hhhhhhhhhgggkkkhhhhh..", Mba Dian tersedak dan menghela nafas panjang setelah melepaskan kulumannya.

Air liur tampak ada sebagian yang lengket menempel pada bibir Mba Dian.

Aku menutupi batang penisku dengan tangan kiriku, lalu tangan kananku menekan kepala Mba Dian agar kembali tenggelam ke selangkanganku. Dengan posisi seperti itu, otomatis mulut Mba Dian menempel ke buah zakarku.

Mba Dian membuka mulutnya dan perlahan mulai menjilat dan melumat kedua buah zakarku bergantian.

"aaaaaaawwwww!!!!"

Aku mendorong kepala Mba Dian ketika Mba Dian menghisap buah zakarku dengan sangat kuat. Rasanya terlalu ngilu hingga aku tidak bisa menahannya.

"Pelan-pelan Mba", ucapku sambil mengelus rambut Mba Dian dan kembali menekan kepalanya agar melumat buah zakarku lagi.

Diluar dugaan, lidah Mba Dian terasa hangat menyapu lubang anusku. Rasanya seperti melayang, lidah hangat wanita secantik Mba Dian menjelajah batang penis bagian bawah, melumat buah zakarku bergantian, hingga melumat lubang anusku tanpa rasa jijik.

"Mba, aku juga kangen vagina Mba...", ucapku.

Tanpa dikomando, Mba Dian bangkit, memelorotkan celana dalam yang Ia kenakan, mengambil posisi dengan vagina tepat berada di wajahku, lalu kembali nungging dan memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Ya, kami melakukan 69.

Vagina Mba Dian tampak sudah sangat basah. Aku jilat cairan yang menghiasi lubang vaginanya. Hmmm.. vagina Mba Dian memang benar-benar bersih terawat, bahkan cairan vaginanya pun terasa sangat nikmat. Sambil mengeluarmasukkan penisku di dalam mulutnya, Mba Dian menggoyangkan pinggulnya membuat aku kesusahan untuk menjilati vaginanya.

Aku pun beberapa kali menahan pantatnya agar tidak bergerak terlalu menjauh dari mulutku. Puas melumat dan menghisap lubang vagina dan klitoris mba Dian dan juga karena barusan merasakan kehangatan lidah Mba Dian pada lubang anusku, aku pun ingin membalasnya. Aku arahkan jilatan lidahku pada lubang anusnya yang berjarak sangat dekat dengan lubang vaginanya.

Mba Dian sempat kaget dan seperti menolak dengan menahan wajahku menggunakan tangan kanannya, namun tidak aku hiraukan dan lidahku lanjut melumat lubang vagina dan lubang anusnya bergantian.

"Maaassss......", Desah Mba Dian sambil melepaskan kulumannya.

'Kalo aku masukin jari, Mba Dian kasih lampu ijo gak ya', pikirku dalam hati, tiba-tiba muncul niat isengku untuk menggarap lubang anus Mba Dian.

Perlahan aku pindahkan ciumanku ke paha Mba Dian, memberi ruang tanganku untuk memainkan vagina Mba Dian. Aku usap permukaan lubang vagina Mba Dian dengan ibu jariku sambil memposisikan ujung jari telunjukku pada lubang anus Mba Dian.



Mba Dian tampak menikmati usapan ibu jariku pada vaginanya sampai beberapa kali Ia menghentikan kulumannya pada penisku.

Beberapa usapan ujung jari telunjukku pada lubang anus Mba Dian, tidak ada penolakan. Usapan jari telunjukku pada lubang anusnya perlahan berubah menjadi kilikan agak cepat, pun masih tidak ada penolakan.

Namun ketika aku sisipkan ujung jariku hingga masuk dua pertiga ruas jari (sekitar 1cm) ke dalam lubang anusnya yang licin oleh air liurku dan bercampur dengan cairan vaginanya, Mba Dian sangat terkejut.

"No!! no no no no! Don't you ever think to do that, I won't let you do that!!!", ucap Mba Dian sambil bangkit merubah posisinya menjadi menindih tubuhku dan wajah kami berhadapan.

"You can do anything you want on my pussy, anything! My pussy is yours, but not my anus, even my husband never do anything to that sacred hole, ok?", Lanjut Mba Dian sambil menatapku tajam.

Entah kenapa moodku untuk bercinta mendadak down mendengar Mba Dian berkata dengan tatapan tajam seperti itu. Tapi memang salahku juga memasukkan jari (walaupun belum masuk) ke anusnya tanpa permisi.

Penisku sempat lemas untuk beberapa detik, namun dengan posisi Mba Dian menindih tubuhku, gesekan vagina Mba Dian yang menempel tepat berada di atas penisku, gesekan puting payudaranya yang menempel di dadaku, serta lumatan bibirnya pada bibirku yang dilancarkan sesaat setelah 'mencerca' ku dengan logat inggrisnya kembali membangkitkan nafsu dan penisku pun kembali tegak berdiri.

Tangan kanan Mba Dian menggenggam penisku dan mengarahkan ke lubang vaginanya lalu Mba Dian menurunkan pantatnya, blesssssshhhhhhhhh.....

Penisku masuk menerobos lubang vagina yang sudah beberapa hari ini tidak aku nikmati.

"Just fuck me there, aku kangen banget bercinta sama kamu Mas... emmmgghh...", ucap Mba Dian sambil perlahan menggoyangkan pantatnya naik turun.

"Clep clwp clep clep cleppp clepp clepp clep...."
Gerakan Mba Dian semakin lama semakin cepat, memaksaku untuk juga menaikturunkan pantatku mengimbangi goyangan Mba Dian.

Tidak sampai lima menit Mba Dian "menggoyang" penisku sampai gerakannya yang terasa sangat cepat tiba-tiba berhenti dan

"Eemmmggghhh....", Mba Dian melenguh, kurasakan tubuh Mba Dian menegang, vaginanya berkedut menjepit penisku dengan sangat erat, dan selang beberapa saat cairan hangat terasa mengalir membasahi batang penisku.

Mba Dian ambruk merebahkan tubuhnya di atas tubuhku dan kurasakan helaan nafas terengah Mba Dian di dadaku dengan posisi penisku masih menancap di dalam vaginanya.

Aku membalikkan posisi kami sehingga aku berada di atas. Aku arahkan penisku ke dalam lubang vagina Mba Dian, dan bleeesssh.. aku benamkan seluruh batang penisku, lalu perlahan aku sodokkan penisku keluar masuk vagina Mba Dian.

Sodokanku semakin lama semakin cepat, aku menahan selama mungkin desiran ejakulasi yang sudah mulai terasa di ujung penisku. Sekitar lima menit aku menyodok vagina Mba Dian dengan ritme cepat, aku menghentikan sodokanku mencoba meredakan desiran ejakulasi di ujung penisku.

"Nungging Mba", ucapku.

Ketika Mba Dian sudah nungging, aku memposisikan diri di belakangnya. Aku elus punggung Mba Dian, aku cium tengkuk Mba Dian, dan aku remas bongkahan pantat kenyal Mba Dian, memberikan waktu bagi penisku untuk beristirahat beberapa detik.

'ahh, pantat indah ini, mengingatkanku pada pantat sekal milik Ratna, pantat terindah yang pernah aku lihat dan nikmati, bahkan lebih indah dari pantat calon isteriku Cici.', gumamku dalam hati.

Perlahan aku arahkan penisku ke lubang vagina Mba Dian dari belakang. sleppp.. blesssh...
penisku masuk seluruhnya, dan pantat kenyal Mba Dian menempel dengan kulit paha bagian depanku.
Aku memajumundurkan pantatku perlahan, membuat penisku keluar masuk vagina Mba Dian dan pantat Mba Dian bertabrakan dengan paha atasku.

Aku memejamkan mataku menikmati gesekan permukaan batang penisku dengan kehangatan rongga vagina Mba Dian dan menikmati ceplak ceplak benturan pantat kenyal Mba Dian dengan pahaku.

Ratna. Pantat sekal Ratna. Oh Ratna.

shit!!!, mengapa mendadak ingat Ratna'

"Aaaagghhhh...", aku melenguh, memacu sodokan penisku pada vagina Mba Dian dengan memejamkan mata, membayangkan bahwa yang sedang aku setubuhi saat ini adalah Ratna.


"aaaammmhhhhhhh", lenguh Mba Dian ketika tanganku mencengkeram keras pantat kenyalnya hingga menimbulkan bekas merah.

Beberapa menit kemudian, aku tidak dapat lagi menahan deairan ejakulasi yang kian mendera. Aku percepat sodokan penisku hingga

"plak plak plak plak plak plak plak 0lak plak plak"

suara benturan pantat Mba Dian dan pahaku terdengar semakin keras. Kurasakan spermaku hampir keluar dan

"Hheeemmmmmgghhhhh.... crott crotttt croottttt crot crottt crot..."

Aku sodokkan penisku sedalam-dalamnya dan kukeluarkan spermaku di dalam rahim Mba Dian. Tubuh Mba Dian bergetar beberapa kali dan akhirnya Mba Dian tengkurap. Dengan bertumpu pada kedua siku dan kedua lututku, aku menindih tubuh Mba Dian dengan posisi penis masih menancap, menikmati sisa-sisa orgasme yang baru saja kami raih.

"I Love You", ucapku di telinga Mba Dian dari belakang.

Entah setan apa yang mendorongku mengatakan itu, seolah lupa bahwa persetubuhan ini seharusnya adalah persetubuhan terakhir kami. Namun, ya, kadang nafsu lebih kuat dari logika, mengalahkan semua nalar yang seharusnya tetap terjaga.

Mba Dian membalikkan tubuhnya sehingga posisinya kini telentang di bawah tubuhku lalu memelukku dari bawah.

"I Love You too, I hope this is not our last...", ucap Mba Dian.

Dan ya, aku resmi bermain api, tiga kata yang tidak sengaja terucap karena terbawa suasana, kembali menjerumuskan kami ke dalam persetubuhan nikmat yang sebenarnya ingin segera aku akhiri karena aku akan segera menikah.

Aku merebahkan tubuhku disamping kanan Mba Dian dan aku peluk tubuhnya yang posisinya tidur miring menghadap tubuhku. Untuk beberapa menit kami hanya berpelukan, tanpa kata, tanpa menghiraukan lelehan spermaku yang perlahan keluar dari vagina Mba Dian dan sedikit membasahi selimut dan sprei.

Beberapa menit kemudian, kami mandi bersama, dan setelah mengganti sprei sisa persetubuhan kami tadi, kami tidur bersama hingga pagi. Ya, malam itu aku tidur di kamar Mba Dian.


(bersambung)

Bonus Spoiler part 29:
Sejenak aku terpana melihat pemandangan tubuhnya yang luar biasa itu. Pandanganku terhenti pada bagian pantatnya. Dua minggu, cukup lama juga, cukup untuk membuatku merasa rindu bahkan untuk sekedar melihat keindahan bongkahan pantat bulat sekal itu.


ditunggu respon dan komentarnya, salam:beer:
trit paling ditunggu
akirn apdet
tengs suhu panutanqu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd