Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 68 21,1%
  • Indah

    Votes: 40 12,4%
  • Vera

    Votes: 20 6,2%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,6%
  • Azizah

    Votes: 125 38,8%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    322
SG 47 – The Devil’s Whisper


Nuha memandu kami memasuki rumahnya. Sesampainya di ruang tamu, ia mempersilakan kami untuk duduk di sofa yang terlihat sederhana namun tampak cozy.

Aku duduk di sofa sedangkan mas Teguh berjalan ke samping sofa tempatku duduk, lalu berdiri sedikit di belakangku. Aku sangat mengapresiasi gesture dari mas Teguh ini, karena hal sepele seperti ini bisa memberitahukan kepada Nuha bahwa akulah yang in-charge.

Terlihat Nuha agak mengernyitkan dahinya melihat perbuatan mas Teguh ini. Lalu Nuha meminta izin kepada kami untuk menyimpan peralatan solatnya dulu.

Setelah itu, ia masuk ke arah dalam bagian rumah yang dipisahkan oleh tirai kain, sebagai pembatas ruang tamu dan area dalam rumah.

Beberapa saat kemudian, Nuha kembali memasuki ruang tamu lalu duduk di sofa tepat di depanku. Ia menatap tajam mataku sesaat sebelum menghela nafas lalu berkata,

“Sebelumnya saya sangat berterima kasih kepada mas berdua yang sudah menyelamatkan saya. Apa mas baik-baik aja?”, kata Nuha kepadaku lalu menoleh ke arah mas Teguh yang berdiri di belakang sofaku.

Kulihat mas Teguh hanya menoleh ke arah Nuha sebentar lalu mengangguk untuk menjawab pertanyaan Nuha, namun mas Teguh tetap diam lalu kembali memandang lurus ke depan.

Nuha melihat respon dari mas Teguh itu dan menatapnya tajam. Terlihat ia seperti sedang berpikir keras. Aku tahu apa yang ada dalam pikirannya itu. Tapi aku tetap diam sambil tersenyum datar menatapnya.

Setelah beberapa saat, Nuha sepertinya tidak bisa mendapatkan petunjuk apa-apa dari sikap dan pakaian yang dikenakan oleh mas Teguh. Lalu Nuha pun mengalihkan fokusnya kepadaku. Sambil membalas senyumku Nuha bertanya,

“Kalian dari mana?”, tanyanya menuntut tapi dengan intonasi yang ramah.

“Untuk saat ini, siapa kami tidak terlalu penting”, jawabku.

Lalu aku melanjutkan,

“Yang penting Pak Nuha tahu bahwa kita ada di pihak yang sama."

“Pihak yang mana?”, tanyanya skeptis.

“Pihak yang benar tentu saja”, jawabku santai.

“Heh.. di zaman sekarang semua orang bisa mengaku bahwa pihaknya pihak yang benar”, ujar Nuha dengan nada menyindir.

Aku hanya tersenyum membalas perkataan Nuha itu. Lalu aku dan Nuha sama-sama terdiam. Setelah beberapa saat terlihat Nuha mau berkata lagi, namun niatnya terpotong karena pengawalnya yang bernama Sofyan itu tiba-tiba masuk ke dalam rumah lalu berdiri ke samping Nuha sambil berkata pelan,

“Warga sudah diyakinkan supaya tidak panik dan tidak melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib”

“Hmm makasih mas”, kata Nuha.

Lalu pengawal itu mengambil sebuah senjata dan memberikannya kepada Nuha.

“Ini senjata yang dipakai oleh pelaku tadi”, kata pengawal itu.

Nuha mengambil pistol itu lalu membolak baliknya untuk mencari informasi dari senjata itu. Pistol itu adalah tipe pistol mirip tipe Berreta berkaliber 22 yang memiliki sejenis peredam yang terpasang di bagian moncong pistol.

“Aku baru pertama kali melihat pistol sejenis ini. Apa ada dari militer negara kita yang menggunakan pistol seperti ini? Kau tau dari mana asalnya?”, tanya Nuha kepada pengawalnya itu. Namun sebelum pengawal itu sempat menjawab, aku berkata,

“Negara C..”, jawabku santai.

Sontak Nuha dan pengawalnya menoleh ke arahku. Aku kembali tersenyum datar melihat mereka berdua yang sedang menatapku tajam.

Nuha meletakkan pistol itu di meja yang memisahkan sofa yang kududuki dengan Nuha. Lalu ia kembali duduk tegak dan menungguku untuk menjelaskan lebih jauh.

“Saya tau pak Nuha adalah orang yang sangat cerdas. Apalagi dengan status dan posisi anda saat ini, Bapak bisa dengan mudah mencari tau atau setidaknya menduga siapa dalang dibalik usaha eksekusi Bapak pagi ini. Begitu juga dengan identitas kami. Saya yakin nanti juga Bapak akan segera mengetahuinya”, kataku menjelaskan. Lalu aku melanjutkan,

“Tapi demi kelancaran negoisasi kita sekarang, saya akan menjelaskan kepada Bapak”, kataku masih dengan intonasi datar.

Terlihat Nuha sedikit kaget dengan perkataanku. Setelah berpikir beberapa saat, Nuha mengangkat tangannya seperti memberi kode untuk mempersilahkan aku untuk melanjutkan.

Aku menghela nafas dan berniat untuk melanjutkan. Namun tidak jadi, karena tiba-tiba tirai yang memisahkan ruang tamu dengan area dalam rumah Nuha disingkap sampai terbuka oleh seseorang lalu orang itu memasuki ruang tamu ini.

Refleks aku menoleh untuk melihat orang itu.

Dan..

DEGG

Dari balik tirai yang terbuka, muncul seorang wanita sambil membawa nampan berisi 3 buah gelas. Wanita itu memakai gamis panjang yang menutup seluruh tubuhnya kecuali daerah mulai dari pergelangan sampai dengan telapak tangannya yang kulihat memiliki kulit yang sangat putih bening, sehingga urat-urat tangannya terlihat samar kebiruan tercetak dari balik kulitnya yang teramat putih mulus itu.

Wanita ini memakai jilbab lebar sampai menutup dadanya namun aku bisa membayangkan kemolekan tubuhnya dan ukuran payudaranya yang juga tercetak samar dari balik gamis dan hijab wanita ini.

Aku seketika terbengong menatap wanita ini. Dan yang membuatku sampai terpana seperti ini adalah karena wanita ini memiliki paras yang teramat cantik.

Wanita ini memiliki wajah yang kearab-araban, hidung yang bangir dan bola mata yang berkilau indah. Alis mata wanita ini tidak diukir seperti wanita zaman sekarang, namun tergores indah alami bak semut yang beriringan. Bulu matanya yang lentik natural dan bibir tipisnya itu membuat pesona wanita ini semakin bertambah.

Aku sebenarnya bukan tipe laki-laki yang mata keranjang yang langsung melotot kalau melihat wanita cantik sedang lewat. Namun kecantikan wanita ini membuatku seperti sedang melihat bidadari surga yang sedang turun ke bumi.

Parasnya yang sangat mempesona itu ditambah dengan senyum yang menenangkan hati, kuyakin pasti bisa membuat laki-laki manapun akan tergerak hatinya lalu berusaha untuk melindungi wanita ini dari noda-noda kotor dunia yang bisa mengotori kecantikan dan kemurnian wanita ini.

“Perkenalkan ini istri saya, Azizah”, suara Nuha membuyarkan lamunanku.

Sontak aku tersadar dengan kondisiku yang saat ini terbengong menatap wanita ini. Seketika aku memalingkan wajahku lalu menunduk menatap lantai.

Dari sudut mataku bisa kulihat wanita ini berjalan menuju meja lalu meletakkan gelas yang dibawanya dan disuguhkan kepadaku dan Nuha. Jarinya yang lentik itu langsung membuat darahku berdesir.

“Fck..what a lucky man”, pikirku iri pada keberuntungan Nuha memperistri wanita secantik ini. Aku juga berusaha mengatur nafasku untuk meredakan detak jantungku yang sedang berdebar kencang. Bahkan lebih kencang dari kejadian menegangkan dari aksi penyelamatan Nuha tadi.

Jujur aku sangat menyukai tipe wanita seperti ini. Apalagi memang parasnya yang sangat cantik, yang menurutku kecantikan seperti itu tidak layak untuk seorang manusia. Kecantikan bak bidadari surga yang bisa membuat dunia berperang memperebutkannya.

Sekuat tenaga juga aku mengusir nafsu iblis yang mendadak berbisik di benakku untuk mengambil sehelai rambut wanita ini lalu memasukkannya ke dalam ring.

Lalu bisikan sesat itu seperti sedang memproyeksikan gambaran-gambaran dari apa yang bisa kulakukan dengan wanita ini di dalam dream room ataupun dengan SRA.

Kemudian dengan cara-cara yang sudah biasa kulakukan untuk menaklukkan wanita selama ini dan menjadikan wanita ini sebagai budakku yang patuh.

Buru-buru aku mengambil dan menghela nafas panjang untuk mengembalikan rasionalitas dan akal sehatku.

“Tidak Reza!! Wanita ini adalah istri orang. Terlebih orang itu adalah orang baik yang menjadi idolamu di kehidupanmu sebelumnya”, ujarku tegas dalam hati.

Pada kehidupanku sebelumnya, aku memang sangat respect dan kagum dengan sifat, kecerdasan dan keberanian Nuha Paredan memberantas kasus-kasus korupsi di negara ini. Menurutku, negara ini butuh orang-orang seperti Nuha Paredan untuk membereskan masalah-masalah semrawut yang terjadi di negri ini.

Aku juga berusaha meyakinkan diriku untuk tetap menjaga prinsip hidupku di kehidupanku saat ini. Aku memang sudah berjanji kepada diri sendiri, bahwa aku hanya akan menggunakan kekuatanku untuk membalaskan dendamku dan menghancurkan Rudy Zhao.

Aku tidak akan menggunakan kekuatanku pada orang-orang yang tidak bersalah atau yang tidak berhubungan dengan rencana balas dendamku itu.

Cukup dengan Indah saja aku ‘keceplosan’ menggunakan kekuatan yang diberikan oleh sistem ini. Tapi kalau aku boleh membela diri, saat itu aku hanya menggunakan Indah sebagai kelinci percobaan dari kekuatan yang baru saja kudapatkan.

Makanya sampai dengan saat ini pun, aku tetap menjaga hubunganku dengan Indah agar jangan sampai berlanjut ke dunia nyata dan hanya terjadi di dalam Dream Room.

Malah aku berharap, ketika semua ini berakhir, aku bisa membuat Indah melupakan semua yang terjadi, lalu Indah bisa melanjutkan hidupnya dengan selayaknya. Bukan hubungan tanpa masa depan bersamaku seperti sekarang ini.

Dengan pikiran-pikiran seperti itu, kurasakan aku bisa sedikit menenangkan hatiku dan membuang pikiran-pikiranku yang kotor terhadap istri Nuha Paredan ini.

Namun tiba-tiba..

..

“” Tringgg.. Mission 6 (New Target) obtained “”

“” Reward : Huge Rewards (based on final score) “”

“” Detail Misi : Jadikan wanita ini sebagai slave Anda. Reward yang akan diberikan oleh sistem atas keberhasilan misi ini, tergantung dari cara Anda menaklukkan wanita ini dan membuatnya menjadi slave yang patuh “”

..



Suara sistem kudengar bergema di kepalaku. Tapi aku merasa saat ini suara yang sudah familier itu bukanlah suara mekanikal robot, melainkan suara iblis yang sedang berbisik kepada hati nuraniku yang tadinya sedang kuusahakan sekuat tenaga untuk kembali murni dan jauh dari pikiran kotor, namun sekarang kembali ternodai.

Bayangan-bayangan wanita istri Nuha Paredan ini seketika tergambar lagi dalam benakku. Membayangkan wanita cantik ini mendesah erotis ketika aku memompa vaginanya membuat nafsuku perlahan naik.

Gambaran wanita ini yang sedang meliuk-liukkan tubuhnya dengan binal dan meresapi kenikmatan yang diberikan oleh rudal beruratku itu seketika membuat nafasku perlahan memburu.

“Fckk.. fckk.. fckk.. sistem setaan!!”, aku mengutuk dalam hati sambil tetap menatap lantai..



….

....

….
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd