Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Saya Sudah Berani Selingkuh

begawan_cinta

Guru Semprot
Daftar
27 Oct 2023
Post
547
Like diterima
9.309
Bimabet
SUDAH hampir satu tahun saya berolahraga jalan pagi. Hanya keliling kompleks saja.

Umur saya 50 tahun, istri saya berumur 47 tahun. Secara seksual, saya belum mengalami kemunduran libido. Saya dengan istri masih suka melakukan hubungan intim, paling sedikit 2 kali seminggu.

Istri saya bertubuh gemuk. Berat badan saya hanya 60 kilogram, sedangkan istri saya berat badannya 110 kilogram dan sewaktu berhubungan intim, ia selalu minta di atas.

Mungkin karena ia gemuk, saat saya ejakulasi, sperma saya tidak sampai mencapai rahimnya, tetapi dengan ia berada di posisi di atas, otomatis rahimnya menindih penis saya, sehingga sewaktu penis saya keluar air mani tembakannya langsung menuju ke rahimnya telak.

Pada suatu pagi, pulang jalan pagi perut saya lapar. Di belakang gang rumah saya terdapat seorang wanita yang berjualan nasi di depan rumahnya yang hanya digelar di atas meja.

"Coba lihat saja ke sana..." suruh istri saya. "Orang bilang makanan enak."

Sayapun berjalan kaki ke sana. Wanita berumur sekitar 40 tahun ini tidak hanya berjualan nasi, tetapi banyak macam kue dan aneka gorengan digelar di atas meja jualannya.

Saya membeli 2 bungkus mie goreng dan 2 bungkus bihun goreng plus pisang goreng, tempe goreng dan bakwan sayur.

Ternyata istri saya memuji makanannya. "Bener Pah, enak..."

Anak-anak saya juga memuji. Ujung-ujungnya saya bakal balik ke sana besok pagi, batin saya.

Maka itu sebelum pergi keluar jalan pagi, saya siapkan dulu duit di kantong celana olahraga saya.

Satu dua tiga kali beli, sayapun terlibat obrolan dengannya. Saya mendengar para tetangganya memanggil ia Bu Nung.

Katanya pada saya, suaminya sudah meninggal. Suaminya meninggal mendadak karena serangan jantung. Maka itu untuk menghidupi keluarganya, ia berjualan.

Anaknya 3 orang. Yang besar, cewek, sekolah di SMP. Anak yang kedua dan ketiga masih di SD.

"Dulu kawin terlambat..." kata Bu Nung pada saya. "Saya umur 25 tahun baru kawin, maka itu anak saya masih kecil-kecil, baru SMP, baru SD." suaranya seperti mengeluh.

"Bu Nung masih bersyukur, jualan laku..." jawab saya menghibur. "Kalau perlu tambah modal, bilangin aja pada saya..."

"Cukup segini sajalah, Pak Budi... capee..eekkk... kalau kebanyakan..."

"Iya sih, he.. he.." jawab saya. "Capek kalau kebanyakan memang..."

"Ah.. Pak Budi, pagi-pagi sudah ngajak ngomong begituan..."

Hujan gerimis, istri saya juga masih ngidam dengan mie goreng Bu Nung. Sambil membawa payung, terpaksa saya jalan juga demi istri tercinta meski badannya over size, tetapi rongga vaginanya tetap nikmat buat penis saya.

Bu Nung pindah jualan di teras rumahnya. Sesampai saya di depan meja jualan Bu Nung, saya melihat seorang laki-laki yang baru selesai makan keluar dari ruang tamu Bu Nung dan membayar.

"Pak Budi mau makan di sini... nanti selesai makan baru dibungkus bawa pulang untuk Ibu, ya...?" tawar Bu Nung.

"Ya... bolehlah," jawab saya sekenanya, istri saya hanya sendirian di rumah, beli tidak banyak hanya sebungkus mie goreng gara-gara ia ngidam.

Saya segera masuk ke ruang tamu Bu Nung dan duduk. Duduk saya menghadap keluar.

Hujan gerimis masih berlangsung, tetapi pandangan mata saya saat saya duduk di kursi rotan ruang tamunya tidak sengaja tertuju pada pantat Bu Nung yang berada di depan saya, meski pantat Bu Nung tidak montok membulat, tetapi terlihat bayangan segitiga celana dalamnya yang membuat darah saya berdesir melihatnya.

Tidak sampai 3 menit Bu Nung sudah membawa masuk pesanan saya yaitu bihun goreng ke ruang tamunya.

"Pak Budi pengen minum teh anget, atau kopi...?"

"Terserah Bu Nung aja deh..." jawab saya. "Apa yang Bu Nung hidangkan, saya suka."

Bu Nung pun berjalan ke dapur. Belum 4 langkah, saya segera beranjak bangun dari tempat duduk saya.
 
Napsu menbuat setiap orang bermata gelap, segala resiko di tempuh, meski harus masuk penjara, tetapi tetap dilakukan.

Saya memeluk Bu Nung dengan gugup, tetapi saya tetap mencium lehernya yang berkeringat basah.

"Ah... Pak Budi... main nubruk aja, saya berkeringat begini..." kata Bu Nung.

"Sudah nggak sabar lagi, Bu..." jawab saya.

'Lha... koq bisa gak sabar, Pak Budi sudah punya istri dan saya sudah bukan gadis, badan saya juga hanya begini-begini saja, gak menarik..."

Saya tidak mau mendengar ocehan Bu Nung. Saya mengangkat tangannya, saya mencium ketiaknya yang juga basah.

Sungguh, saya menikah dengan istri saya hampir 22 tahun, saya belum pernah mencium ketiak istri saya. Mau menjilat vaginanya pun saya menyuruh ia mencuci bersih dulu.

Tangan Bu Nung dari belakang mencengkeram bongkahan di selangkangan saya yang mengeras. "AGGHH.... PAK BUDII..II.. MMMHH... LAKUKAN SEGERA... PAK..."

Bu Nung lalu mengeluarkan penis saya dari dalam celana olahraga saya, sementara saya menurunkan celana dalamnya.

Sebagai laki-laki yang sudah punya istri sekian tahun, tidak sulit bagi saya untuk memasukkan penis saya ke lubang vagina Bu Nung meski dari belakang.

Bu Nung menghadap ke arah rangka pintu dan berpegangan disitu dengan paha terbuka.

Sungguh berbeda saat penis saya menusuk lubang vagina Bu Nung dengan menusuk lubang vagina istri saya, apalagi tubuh istri saya gemuk, sedangkan Bu Nung langsing.

"OOOOOHHH... PAK BUDII..IIHH..." rintih Bu Nung saat penis saya sudah berada di dalam rongga vaginanya yang ketat dan mencengkeram batang penis saya dengan erat.

Saya mendiamkan penis saya di situ sementara saya mencumbui lehernya... mencumbui belakang telinganya... meremas payudaranya meski tanpa melepaskan dasternya tetapi BH-nya saya longgarkan, Bu Nung sangat menikmati seperti ia rela dagangannya tidak laku pagi ini.

Maklum, sudah sekian tahun suaminya meninggal, ia tidak memdapat nafkah batin.

"Nikmat ya, Bu Nung..."

"Nikmat, Pak... kan sudah lama nggak, untung ketemu Pak Budi..."

"Apa Bu Nung mau jadi istri saya yang kedua, supaya berimbang gitu... ada yang gemuk, ada yang langsing..."

"Saya kasihan dengan Bu Rini, Pak... bukannya gak mau..."

Cengkeraman lubang vagina Bu Nung yang berkedut-kedut nikmat seolah menghisap kepala penis saya, membuat saya semakin nikmat saja.

Jika saya tidak teringat pada istri saya di rumah, saya tidak ingin segera melepaskan mani saya, saya ingin lebih lama mencumbui istri baru saya ini sambil penis saya diremas nikmat oleh dinding vaginanya.

Sayapun mulai menarik dan mendorong penis saya yang keras secara beruntun dan berulang-ulang ke lubang vagina Bu Nung.

Nikmatnya ketika kepala penis saya menggesek-gesek lubang basah itu. Segera saya menggelinjang... segera tubuh saya berkejat-kejat nikmat.... tidak bisa tahan lebih lama lagi... uuughhhh... saya mengaum bagaikan singa yang terluka, saya melepaskan gumpalan kenikmatan saya ke rongga rahim Bu Nung.

Crroottt... crroottt...

Bu Nung ikut mengencangkan otot-otot rahimnya, "Siram trus, Pak Budih... oohh.. oohh... enak, Pak Budiii... ohhh... oohhh... oohhh..."

Crroottt... crroottt... crroottt... crroott... crroottt...

Saya memeluk Bu Nung erat-erat. "Terima kasih, Pak Budi... puas saya, Pak... lain kali, ya..."

"Saya juga puas, Bu."

Saya mencabut penis saya yang masih tegang. Penis saya yang basah berlumuran cairan mani bercampur cairan birahi Bu Nung itu menimbulkan bau amis. Sementara Bu Nung yang masih mengangkang membiarkan air mani saya menetes ke lantai....

Entah bagaimana nanti saya bertemu dengan istri saya di rumah. Saya sudah berani selingkuh...
 
Saya tetap ke rumah Bu Nung membeli makanan, tetapi Bu Nung terhadap saya sudah berbeda. Timbul perasaan cinta, timbul perasaan sayang terhadap saya dari Bu Nung, sudah pasti.

Karena Bu Nung bersetubuh dengan saya bukan secara terpaksa, ia mendapat kepuasan dari saya. Tetapi saya harus menjaga hubungan saya ini dengan sebaik-baiknya jangan sampai lengah, karena kalau sampai lengah berita tak sedap ini pasti akan sampai ke telinga istri saya.

Saya tetap melakukan hubungan intim dengan istri saya seperti biasa.

Istri saya saaaaaa...ngat bernapsu malam itu, sejak awal duduk nonton televisi dengan saya duduknya sudah gelisah.

Lalu ia pun memegang penis saya yang masih berada di dalam celana, "He.. he.. Pah..."

"Teruskan saja..." kata saya.

Iapun mengeluarkan penis saya dari celana, lalu dimasukkannya ke dalam mulut dan dihisapnya. Mula-mula masih kecil, kemudian membesar. Lama-lam mengeras, dan menjadi batang di dalam mulutnya.

Tidak tahan lagi, kami pun berciuman. Bibir melumat bibir, lidah saling berpilin dan melilit, sambil tangan istri saya mengocok penis saya, saya singkapkan dasternya ke atas, ia menaikkan satu kakinya ke kursi memberikan 2 jari saya ruang memasuki lubang vaginanya, lubang itu saya kocok... cokk... cokk... cokkk.. cokkk...

Biji kelentitnya saya lumat dengan jari jempol... untuk 10 menit pertama, napas istri saya mendengus-dengus keluar dari lubang hidungnya dan lubang vaginanya membanjir hanya kukocok dengan jari saja ia sudah orgasme.

Kemudian kami matikan televisi, masuk ke kamar melepaskan pakaian bertelanjang bulat naik ke tempat tidur melakukan oral seks lagi dengan posisi 69.

Saya yang menindih istri saya kali ini. Lubang vaginanya kembali saya kocok dengan jari, sementara penis saya dihisap.

Biji kelentitnya saya gigit-gigit kecil dengan gigi. Lagi-lagi lubang vagina istri saya membanjir, ia orgasme untuk yang kedua kalinya.

"Mama masih bisa orgasme sampai 2 kali, sungguh bersyukur ya, Pah..." kata istri saya sambil kepalanya ditaruh di dada saya dan penis saya diusap-usapnya. "Bagaimana dengan Nung ya, Pah...? Kasihan ya, Pah... masih subur sudah kehilangan suami..."

Aku kaget! Kenapa istri saya sampai ngomong begitu? Tidur belum, masa sudah ngelindur?

Bisa jadi ia tau hubungan saya dengan Nung, jadi ia mencoba menyindir saya.

"Mama ngomong begitu, memang Mama punya solusi untuk Nung...?"

"Kalau Nung bersama kita malam ini, pasti ia senang ya, Pah...?"

"Kalau Mama mau Nung senang bersana kita kayak gini, Mama ke rumahnya dong... ngajak Nung ngobrol, tanyain Nung..."

"Besok ya, Pah..."

"Mmmmhh... ooohhh..." desah saya sewaktu mulut istri saya kembali mengoral penis saya.

Setelah penis saya berdiri tegak lurus, istri sayapun menaiki penis saya. Istri saya yang berada di atas melakukan gerakan erotis terhadap penis saya yang digencet oleh lubang vaginanya.

Tidak ada waktu jedah. Ia terus mengocok penis saya naik-turun, sekali-sekali kedua payudaranya yang menggelantung diremas-remasnya.

"Aaahhh... ooohh... aaahhh... sshhh... aaahhh..."

Bagaimana aku bisa bertahan lebih lama, apalagi wajah Nung berada di depan saya....

"Oooo... oooo... ooohhh..." erang saya dengan napas yang mendengus-dengus sembari lubang vagina istri saya disundul penis saya dari bawah...

Memancarlah air mani saya, crroottt... crroott... crroottt... crroott... crroott...
 
"Pak Budi ngomong dengan Bu Rini, ya?" tanya Bu Nung sesampainya saya di rumahnya malam itu.

"Ngomong apa?" jawab saya pura-pura tidak tau.

"Bu Rini tadi ke sini..."

"Masa sih?" jawab saya pura-pura kaget. "Ngapain...?"

"Bu Rini ngajak aku gabung gitu, masa...? Daripada kamu sendirian di rumah...? Katanya..."

"Lalu... Bu Nung jawab apa...?"

"Nggak bisa jawablah aku..."

Saya melumat bibir Bu Nung. "Saya sayang sama kamu, Dek... hidup bersama saya, ya...? kata saya.

Bu Nung memeluk saya. Air matanya mengalir. "Bahagia sekali aku Pah, malam ini..."

Saya membopong Nung ke kasur. Saya melepaskan pakaiannya hingga tubuhnya telanjang. Saya menjilat vaginanya.

Nung mencakar punggung saya. Malam ini ia menemukan kembali libidonya yang hilang. Ia orgasme pertama kali oleh karena saya melakukannya untuknya.

Saya tidak punya obsesi untuk punya 2 istri yang hidup satu rumah dengan saya dan saling menyayangi, termasuk anak-anak saya terhadap ketiga anak Nung, mereka juga saling menyayangi.

Saya tidak pernah membayangkan penis saya akan diperebutkan oleh 2 wanita seperti malam ini.

Saya juga tidak pernah membayangkan ada 2 vagina yang melayani saya untuk satu waktu, tidak pernah, tetapi malam ini...

Terima kasih untuk istri-istriku.

Jika kisah ini bisa dibaca oleh kalian semua, juga adalah jasa kedua istriku, tanpa mereka cerita ini seperti sayur lodeh kurang bumbu. (bc_032024)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd