Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Santri dan Syahwat

Status
Please reply by conversation.
Ning sarah pasti minta di perawani burhan, biar dia gak jadi ke mesir.
Apakah ning sarah rela berbagi dengan umi nya. Gak sabar nunggu lanjutan nya up dong hu
 
Chapter 8​


Ning Sarah semakin mendekati Burhanuddin yang semakin menempel di tembok dengan wajah ketakutan, tekadnya sudah bulat untuk membalas perbuatan Nyai Aisyah ibunya dengan cara paling gila dan menyakitkan walau dia harus kehilangan benda paling berharga miliknya. Tapi Ning Sarah merasa pengorbanan itu setimpal dengan rasa sakit yang akan diterima nyai Aisyah, Nyai Aisyah akan merasakan penyesalan seumur hidup dan rasa sakit yang akan mencabik cabik hatinya.

"Ning, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Burhanuddin was-was, dia berusaha menyembunyikan kontolnya di balik telapak tangan namun Ning Sarah justru menepiskan tangannya.

"Diam, kamu tidak perlu bertanya apa yang akan aku lakukan, bajingan..!" Seru Ning Sarah dengan suara bergetar, biar bagaimanapun ini momen yang sangat menentukan dan tidak akan pernah dilupakannya seumur hidup. Hanya ada dua resiko yang akan ditanggung seumur hidupnya, menyesali keputusannya atau dia bahagia karena sudah memberi ibunya pelajaran paling menyakitkan.

Ning Sarah merapatkan giginya hingga beradu menimbulkan suara yang bergema di telinganya, nafasnya tertahan saat dia meraih kontol Burhanuddin yang anehnya masih tetap tegang maksimal tidak terpengaruh oleh ketakutan yang melanda harinya. Hampir saja Ning Sarah melepaskan pegangannya, benda itu terasa hangat dan keras bahkan genggamannya nyaris penuh oleh batang kontol Burhanuddin.

"Ning, apa yang kamu lakukan?" Tanya Nyai Aisyah, hatinya seperti tertusuk sembilu. Jiwanya terguncang melihat apa yang dilakukan Ning Sarah, apakah anak gadis kesayangannya itu akan memenggal batang kontol yang sudah memberinya kenikmatan sama seperti saat Ning Sarah menebas leher ayam kesayangannya yang dipeliharanya umur seminggu karena induknya mati tertabrak sepeda motor hingga putus? Andai saja Nyai Aisyah tahu kejadian yang sebenarnya saat Ning Sarah menebas leher ayam tanpa sengaja, waktu itu Ning Sarah yang sedang menegak golok berniat menebang pohon pisang yang buahnya sudah masak. Ayam kesayangannya si Jalu yang selalu mengikutinya ke manapun pergi, melihat Ning Sarah langsung berlari mendekat bertepatan dengan gerakan golok Ning Sarah yang berkelebat menebas batang pohon pisang malah mengenai ayam kesangarannya si Jalu dan Nyai Aisyah melihat hal itu. Membayangkan hal itu membuat Nyai Aisyah merasakan tubuhnya kaku, bahkan dia tidak bisa menggerakkan jemarinya untuk menutupi tubuhnya bugilnya dengan selimut. Apakah Burhanuddin akan mengalami nasib yang sama dengan si Jalu, burung kebanggaannya tertebas habis oleh pisau yang disembunyikan di balik jilbab lebar Ning Sarah?

Semuanya bergerak serba cepat, bahkan Burhanuddin merasa ini hanya mimpi saat kontolnya dipegang oleh tangan halus Ning Sarah. Dia menatap wajah Ning Sarah yang bersemu merah dan menusuk menghindari tatapannya, apa yang akan dilakukannya ? Memperkosanya seperti yang dilakukan para buruh tani tebu di gubuk, apakah kejadian itu akan akan terulang lagi dengan kondisi tubuhnya berdiri bebas? Atau justru kontol kebanggaannya ini akan celaka oleh perbuatan Ning Sarah yang sulit diduga?

"Aduh...!" Burhanuddin berteriak kesakitan saat Ning Sarah menarik kontolnya, terpaksa dia mengikuti Ning Sarah untuk menghilangkan rasa sakit. Ning Sarah membawanya ke pinggir spring bed dan mendorongnya hingga jatuh terlentang, kepalanya menimpa payudara Nyai Aisyah yang memandang ngeri.

"Aduh...!" Nyai Aisyah ikutan mengasuh, hantaman kepala belakang Burhanuddin pada payudaranya yang besar membuatnya ikutan terjatuh menahan sakit. Apa yang akan dilakukan Ning Sarah, dia harus berusaha mencegahnya sebelum semuanya terjadi.

"Bukan hanya Ummi yang bisa berbuat zina, aku juga bisa melakukannya di hadapan Ummi." Ning Sarah menatap sinis Nyai Aisyah, melihat keadaan Nyai Aisyah membuat Ning Sarah semakin gelap mata. Dia segera membuka jilbab dan baju gamisnya dengan cepat sebelum Nyai Aisyah sadar apa yang akan dilakukannya dan berusaha mencegahnya.

Nyai Aisyah dan Burhanuddin terbelalak melihat apa yang dilakukan Ning Sarah, ini sangat jauh dari dugaan mereka sebelumnya. Terutama nyai Aisyah, suaranya tersekat sehingga tidak bisa mengatakan apa apa saat Ning Sarah menelanjangi dirinya di hadapan pria yang bukan suaminya.

"Ning,.... A ap pa yang ka ka kamu, lakukan?"" Tanya Nyai Aisyah, dia berusaha mengendalikan dirinya melihat Ning Sarah berdiri bugil mempertontonkan tubuh indahnya yang tanpa cacat di hadapan Burhanuddin, payudaranya sebesar miliknya dan juga memeknya bersih tidak berbulu seperti juga memeknya. Nyai Aisyah memejamkan matanya berharap saat matanya terbuka yang baru saja dilihatnya adalah mimpi buruk, nyai Aisyah berusaha mengatur nafasnya agar bisa berpikir jernih dan mencegah kegilaan ini terjadi.

Ya, semuanya berburu dengan waktu. Begitu juga dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Ning Sarah, dia harus bertindak cepat sebelum ibunya tersadar dan berhasil mencegahnya melakukan tindakan gila ini. Tubuhnya sudah bugil di hadapan pria yang sempat mencuri hatinya ini, entah apa yang sedang dipikirkan oleh Burhanuddin tentang dirinya, menganggapnya sebagai wanita murahan yang memamerkan setiap lekuk tubuh bugilnya atau justru dia bersorak kegirangan dalam hatinya yang busuk. Persetan dengan semua itu, biarkan setan bersorak kegirangan dalam syahwat nista yang akan menjerumuskannya pada lembah dosa. Dia hanya ingin memberi hukuman atas perbuatan Nyai Aisyah, hukuman yang tidak akan membekas seumur hidup.

Ning Sarah berjongkok di atas kontol Burhanuddin yang mengacung angkuh, siap merobek robek selaput dara yang seharusnya menjadi milik suaminya kelak. Untuk beberapa detik Ning Sarah ragu dan bergidik ngeri saat memegang kontol Burhanuddin agar tepat ujungnya menyentuh lubak memeknya yang masih kering, kontol ini terlalu besar dan akan menyakiti memeknya.

"Ning...!" Seru Burhanuddin mengangkat wajahnya melihat kontolnya sudah menyentuh lubang memek Ning Sarah, dia nyaris tidak percaya akan segera merasakan kenikmatan memek Ning Sarah wanita yang sangat dicintainya.

"Astaghfirullah, istighfar Ning...!" Seru Nyai Aisyah terbelalak ngeri saat membuka mata dan melihat kontol Burhanuddin sudah menempel pada lubang memek anaknya, ini bukan mimpi buruk. Ini kenyataan buruk yang membuatnya kesulitan bernafas, entah apa yang dipikirkan anaknya sehingga melakukan hal gila di hadapannya. Nyai Aisyah menggeser tubuhnya hingga terbebas dari kepala Burhanuddin yang berbantalkan payudaranya sejak tadi, dia harus mencegah perbuatan gila Ning Sarah atau dia akan menyesal seumur hidupnya.

Terlambat, melihat mata ibunya terbuka membuat tekad Ning Sarah justru semakin bulat. Dengan keras dia menduduki kontol Burhanuddin berbarengan dengan Burhanuddin mengangkat pinggulnya karena sudah tidak sabar membenamkan kontolnya di dalam lobang sempit Ning Sarah.

"Sakittttt...!" Teriak Ning Sarah terkejut, memeknya yang kering seperti robek saat kontol Burhanuddin amblas hingga dasar memeknya. Dia tidak menyangka begitu sakit sehingga tanpa bisa dicegah, Ning Sarah menangis oleh rasa sakit yang bercampur dengan rasa lega berhasil membalas perbuatan ibunya dan juga menangisi keperawanannya yang hilang dalam sekejap.

"Yaa Allah, Ning...!" Seru Nyai Aisyah, matanya terbelalak melihat kontol Burhanuddin sudah amblas dalam memek Ning Sarah.

"Um mi, puas..!" Seru Ning Sarah terisak isak, untuk beberapa saat dia sempat menyesali perbuatan bodohnya namun perasaan itu langsung hilang begitu melihat wajah Nyai Aisyah yang terpukul.

"Ke ke Napa, Ning?" Tanya Nyai Aisyah, matanya tertuju pada memek Ning Sarah yang menelan kontol Burhanuddin. Nyai Aisyah menggigit bibirnya merasakan sensasi aneh dalam jiwanya, kenapa rasa bersalah melihat perbuatan Ning Sarah semakin memudar dan perlahan lahan lenyap sama sekali dan berganti oleh gairah yang sulit dipahami olehnya.

"Bu kan, Cu cuma Ummi yang bisa..!" Jawab Ning Sarah terbata bata, dia berusaha menahan sakit di memeknya yang robek. Perlahan lahan dengan menahan rasa sakit, Ning Sarah mengangkat pinggulnya sehingga kontol Burhanuddin bergesekan dengan dinding memeknya menambah rasa perih yang sedang dirasakannya. Ning Sarah memberanikan diri melihat memeknya, matanya terbelalak melihat kontol Burhanuddin dipenuhi darah yang berasal dari memeknya.

"Kamu gila, Ning...!" Gumam Nyai Aisyah, dia sudah tidak bisa lagi menyembunyikan gairah dan rasa cemburu yang membakar jiwanya melihat memek Ning Sarah yang berdarah kehilangan keperawanannya, setidaknya Ning Sarah lebih beruntung dari dirinya karena keperawanannya diberikan kepada pria yang dicintainya tidak mengalami nasib seperti dirinya yang harus kehilangan keperawanan karena kewajibannya sebagai seorang istri bukan karena cinta.

Ning Sarah memejamkan matanya menahan rasa sakit yang luar biasa, dia ingin menyerah menyudahi aksinya namun harga diri membuatnya berusaha bertahan. Semuanya sudah dimulai, kontol Burhanuddin sudah berada di dalam lobang memeknya dan dia harus menaklukkannya di hadapan Nyai Aisyah ibunya. Perlahan Ning Sarah kembali menekan kontol Burhanuddin masuk semakin dalam hingga perutnya terasa mual ketika ujung kontol mendorong mulut rahimnya, refleks Ning Sarah mengangkat pinggulnya.

"Ahhhhhh...!" Ning Sarah menggigit bibirnya untuk mengalihkan rasa sakit yang mendera memeknya, perlahan dia kembali mendorong kontol Burhanuddin dengan lebih berhati-hati menjaga agar mulut rahimnya tidak tersentuh ujung kontol. Ning Sarah membuka matanya memastikan tidak semua batang kontol yang masuk memeknya, masih tersisa separuhnya lagi dan darah terlihat membasahinya, darah perawan yang terbuang sia-sia.

"Ning, Ummi nggak tahan lagi...!" Seru Nyai Aisyah, birahinya semakin tidak terkendali melihat kontol Burhanuddin yang ternoda darah dalam cengkeraman memek Ning Sarah. Dia segera berjongkok di wajah Burhanuddin, tanpa rasa malu dia menjejalkan memeknya ke mulut Burhanuddin yang bernafsu menyambutnya dengan lidah terjulur.

Ini pengalaman fantastis, dia harus melayani ibu dan anak yang sama cantiknya dan dari trah biru orang alim. Tidak ada nikmat yang bisa diingkarinya sekarang, ini karunia terbesar dalam hidupnya yang masih belia. Konsentrasi Burhanuddin terbagi antara jepitan memek Ning Sarah yang terasa ketat dan kering dan membuat kontolnya terasa kurang nyaman dan jilatan lidahnya pada memek Nyai Aisyah yang basah dan terasa gurih, membuat Burhanuddin semakin bernafsu menjilati dan menghisap cairan memek Nyai Aisyah. Dengan mencurahkan konsentrasi menjilati memek Nyai Aisyah membuat rasa tidak nyaman saat kontolnya keluar masuk memek Ning Sarah jauh berkurang, memek Ning Sarah yang kering sangat berbeda dengan memek Nyai Aisyah, Ning Ishma bahkan memek Zaenab yang kering namun masih tetap licin karena sedikit cairan birahi yang dimilikinya.

"Um mi.,!" Seru Ning Sarah takjub, ternyata niatnya menghukum Nyai Aisyah dengan menyerahkan keperawanannya sama sekali gagal total. Nyai Aisyah malah ikut ikutan memberikan memeknya untuk Burhanuddin dengan layanan oralnya, tidak ada penyesalan, sakit hati atau perasaan bersalah melihat anak kesayangannya kehilangan perawan, bahkan wajah Nyai Aisyah semakin bernafsu melihatnya memacu kontol Burhanuddin.

"Nikmati saja Ning, kamu lebih beruntung kehilangan keperawanan oleh orang yang kamu cintai daripada Ummi yang kehilangan perawan karena kewajiban, bukan karena cinta." Nyai Aisyah tersenyum satu, matanya menatap wajah Ning Sarah dengan tatapan sayu menikmati jilatan demi jilatan lidah kasar Burhanuddin. Dahsyat, saat lidah kasar Burhanuddin menggelitik memek dan itilnya, di saat yang sama dia bisa melihat kontol Burhanuddin mengaduk aduk memek anak kesayangannya.

"Um miiii...!" Seru Ning Sarah sadar, dia sudah salah perhitungan dengan memberikan perawannya di hadapan ibunya sendiri. Rasa sakit pada memeknya semakin menjadi berbarengan dengan rasa sakit yang mencabik cabik hanya, air matanya semakin deras membasahi pipinya yang halus namun sama sekali tidak mengurangi kecantikannya.

Hingga akhirnya Ning Sarah menyerah, rasa sakit pada memeknya setiap kali bergesekan sudah tidak bisa ditahannya lagi. Ning Sarah bangkit dari pangkuan Burhanuddin sehingga kontol pemuda itu terlepas dari memeknya, di rebahkan tubuhnya di sisi Burhanuddin yang masih tetap asik menjilati memek ibunya dengan bernafsu.

"Kok sudah, Ning?" Nyai Aisyah tersenyum mengerti, pengalaman seks pertama tentu sangat menyakitkan terlebih dilakukan dengan terburu-buru tanpa pemanasan. Hal yang sama pernah dialaminya, Mbah Yai Nafi'muda memasukkan kontolnya saat dia belum siap, merobek-robek selaput daranya dengan kasar memang terasa sangat menyakitkan dan Nyai Aisyah masih mengingatnya dengan jelas, waktu yang dilaluinya terasa sangat lama dan menyiksa. Nyai Aisyah bangkit dari wajah Burhanuddin, dia membungkuk di antara selangkangan Ning Sarah yang terkatup rapat.

"Coba Ummi obati memekmu, biar sakitnya reda .!" Seru Nyai Aisyah membuka selangkangan Ning Sarah, tak ada penolakan dari Ning Sarah yang masih berusaha menahan sakit pada memeknya yang semakin memerah berbaur dengan darah perawannya. Nyai Aisyah terpana melihat pemandangan indah memek anaknya, terakhir dia melihat bentuk memek Ning Sarah secara detail saat dia masih berusia balita bahkan mungkin dia belum pernah melihat lorong sempit yang kini agak terbuka lebar.

"Ummi, apa yang akan Ummi lakukan?" Tanya Ning Sarah jengah, biar bagaimanapun dia masih merasa malu melihat ibunya yang menungging dan wajahnya begitu dekat dengan memeknya. Pada saat itulah Ning Sarah melihat Burhanuddin berdiri dengan kedua dengkulnya di belakang Nyai Aisyah, dengan kurang ajar pemuda itu meremas bongkahan pantat sekal Ibunya. Ning Sarah menahan nafas, dia tahu apa yang akan dilakukan Burhanuddin pada ibunya. Sekilas Ning Sarah melihat kontol Burhanuddin tertuju ke belahan pantat ibunya, ingin Ning Sarah memaki pemuda itu dengan makian paling kotor namun suaranya tersekat di kerongkongan.

"Nyai, aku masukin memekmu ya...!" Burhanuddin masih tahu etika, dia meminta ijin untuk memasukkan kontolnya yang terasa nyeri akibat bergesekan dengan dinding memek Ning Sarah yang kering. Perlahan kontolnya menyentuh lubang memek yang sangat basah oleh cairan birahi yang terus menerus keluar membasahi selangkangannya. Burhanuddin menggerak gerakkan kontolnya naik turun menyusuri belahan memek Nyai Aisyah, tanpa menunggu jawaban Burhanuddin menusuk pelan, kontolnya terasa nyaman merasakan tekstur dinding memek yang lunak dan licin.

"Aduhhhh, kamu nakal Din. Memekku kamu entot di depan anak kandungku, dasar santri mbeling...!" Rintih Nyai Aisyah melenguh nikmat saat kontol besar Burhanuddin masuk dengan mudahnya, menggesek dinding memeknya yang ketat dan licin.

Nyai Aisyah menatap wajah Ning Sarah yang sedang menatapnya, dia sengaja mempertontonkan ekspresi kenikmatan di wajahnya yang bersemu merah bahagia. Fantastis, seorang pejantan tangguh menusuk memeknya di hadapan putri tunggal kesayangannya, menambah sensasi kenikmatan berlipat-lipat dari biasanya. Setiap sodokan kontol Burhanuddin mampu membuat semua sel sel di setiap tubuhnya memberi respon maksimal, tubuhnya terguncang guncang setiap kali kontol Burhanuddin menusuk hingga dasar memeknya membuatnya lupa dengan tujuan awalnya mengobati memek Ning Sarah yang terlihat memar.

"Mi, memekku sakit...!" Seru Ning Sarah jengkel melihat ibunya justru asik menikmati sodokan demi sodokan Burhanuddin, tubuh Nyai Aisyah seperti hampir jatuh menimpanya berkali kali dan sepertinya tidak akan berhenti sebelum Burhanuddin menyemburkan pejuhnya ke memek Nyai Aisyah.

"I yaaaa sayang, ohhhh kontol kamu enak banget..!" Seru Nyai Aisyah tertawa geli melihat kecemburuan terlihat jelas di wajah anak gadis kesayangannya, andai anak gadis kesayangannya ini bisa menikmati sodokan demi sodokan Burhanuddin, dia pasti akan terus meminta setiap kali ada kesempatan.

"Ummi...!" Teriak Ning Sarah terkejut setelah mengetahui cara mengobati rasa sakit di memeknya sangat luar biasa dan tidak masuk akal, Nyai Aisyah justru menjilati memeknya dengan rakus tanpa jijik walau masih terlihat bercak darah yang sebagian mulai mengering. Ning Sarah berusaha mendorong wajah ibunya dari memeknya, namun sensasi aneh yang timbul membuat tenaganya tidak bekerja maksimal.

"Ummi, jangan...!" Seru Ning Sarah masih berusaha menjaga kesadarannya dari badai sensasi yang membuat bulu kuduknya merinding, perlahan memudarkan rasa sakit yang dideritanya.

"Ohhhh, yaaaa terussss sodok memekku Din, yang kenceng...!" Teriak Nyai Aisyah menghentikan aktivitasnya sementara waktu, dia menoleh ke arah Burhanuddin yang seperti kesetanan memompa memeknya dengan kasar. Tangannya berusaha menopang tubuhnya agar tidak nyusruk menindih Ning Sarah yang mengangkang pasrah di hadapannya, wajahnya yang cantik basah oleh peluh bahkan tubuhnya bermandikan peluh yang menetes deras membasahi spring bed empuk yang ikut terguncang.

"Ummi...!" Seru Ning Sarah lirih, kenapa ibunya justru lebih menikmati sodokan kontol Burhanuddin dari pada fokus mengobati memeknya dengan jilatan lidah kasarnya yang terbukti berhasil mengurangi rasa sakit yang sedang dirasakannya.

"Iya sayang. !" Nyai Aisyah mengerti arti rengekan Ning Sarah, dia kembali menjilati memek anaknya dengan rakus. Terbayang olehnya saat memek Ning Ishma disodok kontol Burhanuddin sambil menjilati memeknya ternyata seperti ini rasanya. Jiwanya bergejolak menikmati sodokan kontol Burhanuddin sambil menghisap cairan yang perlahan mulai keluar dari memek anaknya, kenikmatan demi kenikmatan membuat Nyai Aisyah akhirnya takluk. Badai orgasme semakin mendekat dan mulai menguasai jiwanya, hingga akhirnya meledak dahsyat.

"Akkku kelllllluaarrrrr....!" Nyai Aisyah menjerit keras, menyongsong puncak kenikmatan yang tiada taranya. Tubuhnya mengejang, mencengkeram sprei dengan keras.

"Ummi, awas aku mau pipissss...!" Teriak Ning Sarah panik, sebuah dorongan dahsyat seperti keluar dari memeknya, dorongan nikmat yang membuat tubuhnya mengejang kaku. Matanya terpejam dan seperti ada seribu bintang yang berkelip saat kenikmatan asing menguasai jiwanya bersamaan dengan orgasme yang sedang diraihnya ibunya, Ning Sarah hanya bisa pasrah hingga akhirnya dia merasakan tubuhnya menjadi rileks disertai nafas yang tersengal-sengal.

"Enak, sayang?" Nyai Aisyah merebahkan tubuhnya di samping Ning Sarah sehingga kontol Burhanuddin tercabut dari memeknya dengan posisi miring, Nyai Aisyah menatap wajah anaknya dengan rasa bahagia tanpa menghiraukan Burhanuddin yang berusaha memasukkan kontolnya ke dalam memeknya.

"Ummi, kenapa jenengan tidak menyesali perbuatanku?" Tanya Ning Sarah heran, percuma dia menyesali perbuatannya, keperawanannya yang hilang tidak akan pernah bisa kembali. Dia hanya ingin tahu alasan ibunya, sebelum rasa benci semakin menggerogoti hatinya.

"Nyai, aku belum keluar..!" Seru Burhanuddin jengkel melihat Nyai Aisyah tidur miring dengan paha tertutup rapat, membuat Burhanuddin yang sejak tadi berusaha memasukkan kontolnya ke memek Nyai Aisyah menemui kegagalan.

"Hihihi, kasian bocah bagus. Kamu harus menuntaskan tugasmu yang tertunda, kamu belum bisa bikin Ning Sarah orgasme..!" Seru Nyai Aisyah bangkit dari tidurnya, tanpa basa basi Nyai Aisyah menarik kontol Burhanuddin ke arah memek Ning Sarah.

"Sakit, Nyai...!" Teriak Burhanuddin protes, dia bersusah payah mengikuti arah tarikan Nyai Aisyah dan menatap ragu saat kontolnya sudah berada di hadapan memek Ning Sarah yang masih mengangkang. Memek sempit dan kering Ning Sarah membuatnya merasa tidak nyaman, berbeda dengan memek Nyai Aisyah yang licin berdenyut denyut meremas kontolnya.

"Ummi, nggak mau...!" Seru Ning Sarah panik saat melihat kontol Burhanuddin semakin mendekati memeknya, rasa sakit yang tadi belum sepenuhnya hilang.

"Sekarang pasti enak, sayang...!" Seru Nyai Aisyah membujuk Ning Sarah, tangannya semakin keras menarik kontol Burhanuddin ke arah memek Ning Sarah dengan jantung berdebar kencang. Gila, setan apa yang sedang merasukinya sehingga membuatnya sangat ingin melihat kontol Burhanuddin kembali amblas ke dalam memek anak kesayangannya.

Kontol Burhanuddin akhirnya menempel pada memek Ning Sarah yang sudah basah oleh jilatan Nyai Aisyah, perlahan Nyai Aisyah mengerakkan kontol Burhanuddin naik turun mengikuti alur memek Ning Sarah yang merekah indah membuat Ning Sarah menggelinjang nikmat, rasa sakit yang mendera semakin memudar.

"Ummi, ahhhh geliiii...!" Ning Sarah menatap wajah ibunya sayu, dia tidak berani menatap wajah Burhanuddin yang semakin menindihnya sehingga kulit mereka bersentuhan. Jantungnya berdebar kencang menanti detik. Wajah Ning Sarah menjadi jengah ketika Burhanuddin dengan lancang menciumi wajahnya yang halus dan hinggap di bibirnya yang merah alami, refleks Ning Sarah memalingkan wajahnya menghindar.

"Masukkan pelan pelan Din, jangan kasar...!" Seru Nyai Aisyah membungkuk di antara selangkangan Ning Sarah dan Burhanuddin, dia menanti dengan perasaan tegang saat penetrasi kontol Burhanuddin pada memek Ning Sarah, dia tidak mau kehilangan momen berharga itu dalam hidupnya.

"Awwww...!" Teriak Ning Sarah panik saat merasakan kepala kontol Burhanuddin mulai amblas dalam memeknya, dia berusaha mendorong Burhanuddin, namun niat terhenti saat Burhanuddin kembali menarik kontolnya. Ning Sarah menarik nafas lega tapi itu tidak berlangsung lama, kembali kepala kontol Burhanuddin masuk dan terjepit dalam celah sempit memeknya dan belum sempat Ning Sarah bereaksi,Burhanuddin sudah kembali menarik kontolnya.

"Ahhhh, nikmatnya..!" Gumam Ning Sarah tanpa disadarinya, otot-otot memeknya semakin rileks dan cairan birahi semakin membanjir membuat Burhanuddin merasa kontolnya menyentuh benda licin dan akan mudah dimasuki.

"Masukkan, Din..!" Seru Nyai Aisyah yang melihat memek Ning Sarah sudah sangat basah, itu saatnya penetrasi yang sejak tadi ditunggu tunggunya.

"Aduhhhh, apa ini?" Ning Sarah terbelalak saat merasakan kontol Burhanuddin berhasil masuk ke dalam memeknya, semakin dalam sehingga seluruh batang kontol Burhanuddin terbenam di memeknya tanpa menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat seperti tadi walau tetap saja Ning Sarah merasakan sedikit ngilu yang berbaur dengan sensasi yang sulit dipahaminya.

Saat dirinya terpaku merasakan kontol Burhanuddin yang terdiam dalam memeknya, Burhanuddin mencium bibirnya dengan bersuka cita. Melumatnya dengan lembut dan Ning Sarah tidak berusaha menghindarinya, dia masih terpesona merasakan kontol Burhanuddin di dalam memeknya yang seperti terbuka lebar, mengganjal dan terasa hangat. Inilah pertama kali Ning Sarah bisa menikmatinya, jiwanya melayang di dunia yang terasa asing.

"Aduhhh, apa ini..?" Ning Sarah tergagap saat kontol Burhanuddin bergerak perlahan bergesekan dengan dinding memeknya hingga tersisa kepala kontol yang masih terjepit memeknya, b3lum sadar dengan apa yang sedang terjadi, kontol Burhanuddin kembali menusuk masuk perlahan lahan dan sangat berhati-hati.

"Enak Ning, memekmu..!" Bisik Burhanuddin, akhirnya dia bisa merasakan kenikmatan memek Ning Sarah yang basah dan licin, dinding dindingnya begitu lunak dan hangat.

"Uhhh, kontolmu kok jadi enak, nggak sakit lagi." Ning Sarah berusaha menghindari tatapan Burhanuddin yang mesra, dia merasa malu sudah menikmati perbuatan tabu ini. Dia menyerah, larut dalam setiap gerakkan kontol Burhanuddin yang sedang bergerak di memeknya. Rasa sakit yang dirasakan saat kontol Burhanuddin merobek selaput daranya, hilang berganti nikmat yang membuatnya merasa malu dengan kebodohannya.

Kontol Burhanuddin semakin cepat bergerak mengaduk memek Ning Sarah membuat gadis cantik itu terdiam menikmati momen indah dalam hidupnya, dia sudah tidak peduli lagi dengan keperawanannya yang hilang sia sia dan dia sudah tidak peduli lagi dengan tujuan awalnya yang gagal menghukum ibunya. Semuanya sudah terjadi, tidak ada lagi yang perlu disesali dan sekarang saatnya menikmati apa yang sedang terjadi itu satu satunya cara yang bisa dilakukannya.

"Masih sakit, sayang?" Goda Nyai Aisyah membelai pipi Ning Sarah dengan lembut, mata gadis itu terpejam nikmat oleh gerakan kontol Burhanuddin di memeknya. Nyai Aisyah bisa merasakan itu, kontol Burhanuddin begitu perkasa saat mengaduk aduk memeknya dan membuatnya orgasme berkali-kali.

"Malu, Ummi..!" Seru Ning Sarah wajahnya semakin bersemu merah, tanpa disadari Ning Sarah menyembunyikan wajahnya di dada bidang Burhanuddin. Ibunya seperti sengaja menelanjanginya di hadapan pria yang sedang mengaduk aduk memeknya, dia hanya ingin menikmati sensasi itu tanpa merasa dipermalukan.

Burhanuddin semakin bersemangat memompa memek Ning Sarah setelah mendengar percakapan Nyai Aisyah dan Ning Sarah, dia tersenyum memandang Nyai Aisyah yang sedang menatapnya dan tanpa tahu siapa yang memulai kedua insan berlainan jenis itu berciuman mesra. Berciuman dengan Nyai Aisyah saat memompa memek Ning Sarah anaknya membuat kenikmatan yang dirasakan Burhanuddin semakin dahsyat.

"Ummi, akkkkku pipis....!" Teriak Ning Sarah merasakan dorongan dahsyat yang membuat sekujur tubuhnya mengejang, inikah yang namanya orgasme seperti yang pernah dibacanya secara sembunyi sembunyi di cerita cerita mesum. Orgasme itu datang dengan cepat dan pergi dalam waktu hanya hitungan detik.

"Akkku juga nggak kuat, lagiii...!" Seru Burhanuddin, dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk bertahan dan menunda orgasme dahsyatnya.

"Cabutttt, jangan dikeluarinnnn...!" Teriak Nyai Aisyah panik, dia tidak mau sampai Ning Sarah hamil di luar nikah karena itu akan mencoreng nama baik keluarganya.

Terlambat, Burhanuddin sudah tidak bisa bertahan pagi. Pejuhnya sudah berkumpul diujung kontolnya dan tidak mungkin lagi bisa ditahan lebih lama.

"Akkku kelllllluaarrrrr...!" Burhanuddin mengeram, kontolnya menembakkan banyak sekali cairan pejuh membanjiri memek Ning Sarah yang langsung memeluknya.

"Akkku pipis lagiiii...!" Ning Sarah memelukk erat punggung Burhanuddin, kakinya melingkar mengunci pinggang Burhanuddin sehingga memeknya menampung semua pejuh Burhanuddin.

"Celaka, astaghfirullah, innalilahi...!" Nyai Aisyah berteriak panik melihat Ning Sarah memeluk Burhanuddin, celaka pejuh Burhanuddin pasti masuk semuanya ke memek Ning Sarah. Nyai Aisyah berusaha melepaskan tangan dan kaki Ning Sarah dari tubuh Burhanuddin dan kerja kerasnya berhasil setelah Ning Sarah kehabisan tenaga setelah orgasme dahsyat yang diraihnya berlalu, Nyai Aisyah segera mendorong Burhanuddin dari atas tubuh Ning Sarah sehingga kontol Burhanuddin terlepas dari memek anak kesayangannya itu.

Nyai Aisyah semakin panik melihat cairan kental berwarna putih keluar dari memek Ning Sarah, tidak salah lagi itu adalah pejuh Burhanuddin. Nyai Aisyah bergerak cepat mengambil tisu dari dalam tasnya untuk melap pejuh Burhanuddin namun cairan itu sepertinya tidak berhenti mengalir, untuk memastikan memek Ning Sarah bersih dari pejuh Nyai Aisyah memasukkan jari telunjuknya berusaha membersihkan pejuh dari memek Ning Sarah.

"Ummi, ennnakkk...!" Ning Sarah menjerit kecil saat jari nyai Aisyah masuk memeknya dan mengorek bagian dalam mencari pejuh Burhanuddin, membuat Ning Sarah menggelinjang nikmat, rasanya tidak kalah seperti saat kontol Burhanuddin mengaduk aduk memeknya. Semakin keras jari Nyai Aisyah mengaduk memeknya, semakin nikmat yang dirasakan oleh Ning Sarah, tubuhnya menggeliat seperti cacing kepanasan.

"Sudah, Ummi...!" Ning Sarah semakin blingsatan, jari Nyai Aisyah terus mengaduk aduk memeknya berusaha mengeluarkan pejuh dari memeknya, hingga akhirnya Ning Sarah menyerah membiarkan Nyai Aisyah terus mengaduk aduk memeknya.

"Din, pejuh kamu banyak amat..!" Seru Nyai Aisyah geram, pejuh Burhanuddin sepertinya masih belum juga keluar semua dari memek Ning Sarah. Celaka kalau sampai anaknya hamil, Nyai Aisyah kembali memasukkan jarinya namun kali ini dua jari sekaligus yang masuk mengorek pejuh Burhanuddin.

"Ampunnn ummiiiiiii, !" Ning Sarah mengangkat pinggulnya, orgasme kembali membuatnya terseret gelombang kenikmatan dahsyat, tubuhnya mengejang melepaskan cairan kenikmatan yang sangat banyak dan mendorong semua pejuh Burhanuddin dari memeknya.

Sudah, Ummi...!" Ning Sarah menjerit kecil, Nyai Aisyah belum juga berhenti mengorek memeknya padahal dia sudah kembali mengalami orgasme yang membuat tubuhnya letih.

"Ummi harus mengeluarkan pejuh Burhanuddin sampai bersih dari memekmu, jangan sampai kamu hamil." Jawab Nyai Aisyah tidak peduli, dia baru menghentikan aksinya setelah Ning Sarah kembali meraih orgasme dan tidak ada lagi pejuh yang keluar dari memek Ning Sarah.

"Ummi, jahat...!" Ning Sarah tergolek kehabisan tenaga setelah orgasme yang susul menyusul seperti melocoti seluruh sendi sendi di tubuhnya.

"Kenapa Ummi tidak marah melihatku kehilangan perawan, seharusnya Ummi marah dan membenciku?" Tanya Ning Sarah, dia tidak bisa menahan keinginannya untuk mengetahui alasan ibunya.

Nyai Aisyah membalas tatapan mata Ning Sarah dengan senyum indahnya, pertanyaan Ning Sarah sangatlah wajar dan dia harus memberi tahu hal yang sebenarnya, tidak boleh ada lagi rahasia di antara mereka setelah kejadian yang mereka alami, kejadian yang membuka sisi lain jiwa mereka yang liar.



Bersambung​
 
Hahaha..
sampe ndak tau mau komen apa..edan banget nih.
ning sarah, udah nyerahin prawannya buat udin, dengan harapan supaya uminya sadar.tapi ternyata tidak, malah dia sendiri yang terjebak. Nyai aisyah sama sekali tidak terpengaruh, kayaknya habis ini tambah rame nih..udin bakal jadi rebutan antara ning ishma dan ning sarah (dibantu ama nyai aisyah dan zaenab)..
Mantep banget master satria, terimakasih super updatenya ini..
:ampun: :ampun::ampun:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd