Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

SAMUDRA ASMARA part 03

Halimeda

Semprot Lover
Daftar
28 Jun 2019
Post
209
Like diterima
449
Bimabet
INDEX :

Part 01 --------------- page 01
Part 02 --------------- page 01
Part 03 --------------- page 02




















Part 01







Believe it or not, kisah ini adalah serangkaian peristiwa yang pernah terjadi pada diriku. Namun untuk menjaga nama baik semua pihak, nama – nama pelaku dan tempat kejadian kusamarkan. Semoga bisa menghibur siapa pun yang membaca kisah nyata ini.

Sebut saja namaku Elizabeth. Tapi teman – temanku selalu memanggilku Liz saja.

Sudah 3 tahun aku menikah dengan Bang Dias. Tapi sengaja kami mengikuti program keluarga berencana, agar kami tidak punya anak dulu. Supaya “honeymoon” kami jadi panjang. Maklum usia kami masih muda. Pada saat kisah ini dimulai, usiaku 26 tahun, sementara suamiku berusia 31 tahun.

Bang Dias sudah menyelesaikan kuliahnya, tapi tidak punya pekerjaan tetap. Dia lebih suka berbisnis dengan teman temannya yang cukup banyak. Hasil bisnisnya pun tidak tetap. Namun cukup untuk menghidupi rumah tangga kami secara layak. Sebelum menikah denganku, Bang Dias sudah punya rumah sendiri di kompleks perumahan yang lumayan elit, yang letaknya sekitar 20 kilometer dari kota besar. Mobil pun sudah punya, sehingga Bang Dias bisa melancarkan bisnisnya bersama teman – temannya.

Rumah kami bahkan dijadikan semacam basecamp teman teman bisnis Bang Dias. Aku sudah terbiasa didatangi mereka, lalu mereka melakukan diskusi tentang bisnis yang sedang mereka tekuni. Mereka lebih dari 20 orang. Tapi yang paling sering datang ke rumahku adalah Yudah, Roy, Fabian. Daniel, Andre dan Laurent. Mereka rata rata masih bujangan semua, Hanya Gerry, Yudah dan suamiku yang sudah punya istri. Maklum usia mereka pun lebih muda dari suamiku. Ada yang baru 24 tahun, ada yang baru 22 tahun bahkan ada yang baru 18 tahun.

Teman teman suamiku sopan semua. Bahkan mereka sering memanggil suamiku dengan sebutan Boss. Mungkin karena dalam menjalankan bisnisnya, suamiku tak pernah pelit untuk mengeluarkan biaya operasional. Kalau mau ngurus bisnis di luar kota, mobil suamiku yang dipakai. Untuk bensinnya pun suamiku yang biasa merogoh koceknya. Tentu semua itu akan diganti setelah bisnisnya sukses.

Aku jadi terbiasa dengan suasana banyak tamu setiap hari. Aku pun jadi terbiasa membuat cemilan seperti pisang goreng, bakwan, tempe goreng dan sebagainya. Terbiasa pula menyediakan beberapa cangkir kopi panas. Semuanya itu untuk menyuguhi teman teman Bang Dias.

Kalau teman teman Bang Dias mau merokok, mereka biasa ngobrol di teras depan. Karena di situ pun ada meja dan beberapa buah kursi. Mereka tak pernah merokok di ruang tamu, karena mereka tahu di ruang tamu ada ACnya.

Rumah kami cukup besar. Di lantai bawah, ada 2 kamar berukuran luas, di lantai 2 ada kamar 1 dan sebuah ruangan luas yang biasa dipakai untuk meeting.

Aku merasa bahagia punya suami Bang Dias. Karena dia seorang lelaki penyabar, sementara aku sendiri seorang wanita yang tidak banyak tuntutan, terkecuali 1 hal, yakni … hubungan sex.

Jujur, aku ini seorang wanita yang “doyan” alias suka disetubuhi oleh suamiku. Seakan ingin agar tiada hari tanpa sex. Tapi kalau melihat Bang Dias letih, aku pun tidak menuntutnya untuk menggauliku.

Jujur pula, kalau sehari saja tidak digauli oleh suamiku, aku suka melakukannya sendiri di kamar mandi. Bermasturbasi dibantu dengan licinnya air sabun.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan.

Sampai pada suatu hari …

Suamiku pulang dari luar kota, dengan wajah ceria. Membuatku heran dan bertanya, “ Sukses ya bisnisnya ? “

Suamiku mengangguk dengan senyum di bibir dan mengajakku duduk di sofa ruang keluarga. Lalu berkata, “ Kita harus merayakan kemenangan ini dengan sesuatu yang fantastis. Karena aku mendapatkan profit besar. “

“ Memangnya berapa profit yang Abang dapatkan ? “ tanyaku.

Suamiku menjawabnya dengan bisikan. Tentang jumlah uang yang didapatkannya bersama Yudah. Gila …. ! Jumlahnya teramat sangat sangat dan sangat besar sekali … !

“ Wah … itu cukup untuk membeli sebuah rumah super megah berikut sebuah sedan sport super mahal Bang, “ tanggapku.

“ Gak usah. Biar saja uang itu mengendap di rekening kita. Soal rumah, kan rumah ini sudah cukup megah. Soal mobil, masih baru dan mampu dipakai ke mana pun. Sementara kalau saldo kita di bank sedemikian besarnya, aku bisa memodali bisnis yang membutuhkan modal. Tak usah minta bantuan funder lagi. “

“ Yudah juga mendapatkan uang sebanyak itu ? “

“ Tidak. Dia hanya mendapatkan kira – kira seperempat dari profitku. Soalnya kami sudah sepakat, Yudah akan mendapatkan fee dari owner, sementara aku akan mendapatkan fee dari buyer. “

“ Terus … kata Abang mau merayakan kemenangan … dengan cara apa ? Mau mengadakan pesta atau gimana ? “

“ Pestanya dengan Yudah bersama istrinya aja. Tapi dengan acara yang fantastis. “

“ Memang acaranya bagaimana ? “

“ Ini sesuatu yang sudah lama diinginkan olehku dan Yudah. “

“ Iya. Acaranya seperti apa ? “

“ Kita akan melakukan wife swap … melakukan tukar istri. “

“ Jadi … ? “

“ Kita akan menyewa dua buah villa di daerah yang sunyi dan sejuk. Di sana kita tukar pasangan. Kamu bersama Yudah, sementara aku bersama Merry di villa yang lain. “

Tentu saja aku terkejut mendengar “acara” itu. Bahwa aku harus bersama Yudah, sementara istri Yudah yang bernama Merry itu akan bersama suamiku.

“Asyik kan ? Kamu akan bersama si tampan Yudah, “ suamiku mencolek pinggangku.

“ Dan Abang akan bersama Merry yang seksi abis itu. Hmm … itu kan tujuan utama Abang ? Biar puas bisa bersama Merry ?! “

“ Justru aku ingin memuaskan hasrat seksualmu. Karena aku tau kalau kamu punya hasrat birahi yang gede. Kalau tidak puas olehku, kamu suka pakai vibrator segala untuk menyelesaikannya kan ? “

“ Kalau perempuan sih gak seperti lelaki Bang. Puas gak puas, tetap bisa memaklumi keadaan. Tidak seperti lelaki, tidak puas dengan istri bisa cari kepuasan di luar rumah. “

“ Sayang … tujuan utamaku hanya ingin membuatmu tidak jenuh. Ingin menciptakan kepuasan dari cara yang di zaman sekarang sudah tidak aneh lagi itu. Kalau tidak percaya, nanti akan kupanggil Yudah ke sini, khusus untuk menggaulimu. Biar kamu yakin bahwa tujuan utamaku untuk menciptakan kepuasan bagimu. “

Aku terdiam.

Lalu suamiku bertanya, “ Bagaimana ? Aku akan minta Yudah datang nanti malam. Khusus untuk menggaulimu di depan mataku. Oke ? “

“Nggak ah. Kalau Yudah diminta menggauliku nanti malam, gak adil dong. Maksudku Merry dan Abang tidak merasakan apa – apa. “

“ Jadi kamu setuju untuk wife swap hari Sabtu sampai Senin yang akan datang ? “

“ Tapi apa manfaatnya buat Abang sendiri ? “

“ Aku takkan mengingkari. Bahwa aku akan menikmati tubuh Merry. Tapi yang terpenting, aku akan membayangkan betapa nikmatnya kamu disetubuhi oleh Yudah yang tampan dan jauh lebih muda dariku itu. Tentu aku akan merasa cemburu. Tapi dari perasaan cemburu itu akan timbul sensasi dan akan timbul pula gairah untuk lebih intensif menggaulimu setelah wife swap itu terjadi. “

“ Bang Dias yakin bahwa wife swap itu akan mendatangkan hal – hal positif bagi Abang ? “

“ Sangat yakin. Kamu buktikan aja nanti. “

“ Baik. Kalau Abang yakin akan mendatangkan hal yang positif, aku setuju pada rencana Abang dan Yudah itu. “

Suamiku menjadi ceria lagi. Mencium pipiku, lalu berkata, “ Kamu memang istri yang patuh pada suami, Sayang. Itulah yang membuat cintaku padamu makin lama makin mendalam. “

Aku cuma tersenyum mendengar ucapan suamiku itu.

Padahal di dalam hati, aku sangat tertarik pada rencana suamiku itu. Bahkan sudah terbayang betapa indahnya bercinta dengan Yudah yang begitu tampan dan masih muda itu.

Tiba – tiba handphone suamiku berdering. Suamiku melihat layar monitor hapenya sambil berkata padaku, “ Ini dari Yudah. Mungkin akan bicara soal rencana kita. Akan kukeluarkan suaranya ya. “

Lalu :



Bang Dias : “Hallo Yud … “

Yudah : “Bang … villa harus check in hari ini. Kalau besok, biasanya sudah habis dibooking. “

Bang Dias : “ Oh iya ya. Besok kan Jumat. Biasanya sudah banyak yang booking untuk weekend. “

Yudah : “ Terus gimana Bang ? “

Bang Dias : “ Ya udah, check in sekarang aja. Talangin dulu sama Yudah, Nanti kuganti. “

Yudah : “ Untuk berapa hari bookingnya Bang ? “

Bang Dias : “ Terserah Yudah. Atur aja. Seminggu juga boleh. Hitung hitung long weekend aja. “

Yudah : “ Oke Bang. Gimana Kak Liz udah deal ? “

Bang Dias : “ Sudah clear. Bagaimana dengan Merry ? “

Yudah : “ Sudah oke juga Bang. Ohya, nanti kita langsung ketemuan di lokasi aja ya. “

Bang Dias : “ Oke. Dua jam lagi kami meluncur ke sana. “

Yudah : “ Siap Boss. “


Setelah menutup hubungan dengan Yudah, suamiku meletakkan hapenya di atas meja makan. Sambil berkata, “ Ayo siap – siap Liz, Aku udah janji dua jam lagi mau meluncur ke arah kompleks villa itu. “

“ Aku mau mandi dulu ya Bang, “ kataku.

“ Iya. Aku juga harus mandi dulu, “ sahut suamiku.

Sesaat kemudian aku dan suamiku sudah sama – sama telanjang di kamar mandi. Lalu shower utama memancarkan air hangat ke kepala dan tubuh kami. Lantas mulailah kami saling menyabuni seperti biasanya kalau sedang mendi bareng begini.

Ketika Bang Dias sedang menyabuni kemaluanku, dia berkata, “ Deuh … memekmu yang istimewa ini hanya dalam hitungan jam akan dientot sama kontol Yudah. “

“ Iiihhh Bang Dias jangan ngomong gitu ah. Kan semua itu atas keinginan Bang Dias. Lagian Abang juga tak lama lagi bakal menikmati memek Merry yang seksi abis gitu. “

“ Liz tau gak ? Merry itu sudah janda beranak satu sebelum menikah sama Yudah, :

“ Haaa ?! Merry kan sering jumpa denganku. Tapi gak pernah bicara soal itu. “

“ Kalau gak percaya nanti tanya aja sendiri pada Yudah. Lagian Merry itu lebih tua dari Yudah. Lebih tua juga darimu. “

“ Masa sih ? Dia dan aku gak pernah bicara soal umur sih. “

“ Kalau gak salah Merry itu sekarang udah tigapuluh tahun. Jadi dalam segalanya, kamu lebih unggul Sayang. “

Aku senang mendengar ucapan suamiku itu, yang secara tak langsung memuji kelebihanku.

“ Memeknya juga pasti beda, karena dia sudah pernah melahirkan. Sedangkan memekmu belum pernah dilewati kepala dan badan bayi, “ kata suamiku lagi.

“Hihiiiihiii … Abang bisa aja ngomongnya. Terus kapan aku boleh hamil ? “

“ Nanti aja kalau umurmu udah tigapuluh. Biar aku puas dulu menikmati memek yang belum pernah melahirkan. Lagian kita harus mempersiapkan dulu masa depan anak kita. “

“ Kalau Abang setuju sih, aku mau mengadopsi anak Sis Karen yang baru setahun itu anaknya. “

“ Memangnya Sis Karen tak keberatan anaknya diadopsi sama kita ? “

“ Aku pernah iseng minta anak itu. Dia malah bilang, kalau mau ambil aja. Asalkan masa depannya meyakinkan. Terutama pendidikannya. “

“ Oh, dia pernah ngomong gitu ? Ya udah ambil aja. Anaknya cewek apa cowok ? “

“ Cewek. Pasti udah gedenya cantik kayak ibunya. “

“ Kamu lebih cantik daripada Sis Karen. “

“ Tapi Sis Karen lebih putih kulitnya. Dia nurun sama Papa. Kalau aku nurun dari Mama. “

“ Anak Sis Karen sudah banyak. Sudah lima orang anaknya kan ? “

“ Enam, bukan lima. Kalau anak bungsunya kita adopsi, tinggal lima anaknya. “

Pembicaraan itu terputus, karena kami sudah selesai mandi.

Setelah menghanduki tubuh masing – masing, kami keluar dari kamar mandi. Dengan hanya bercelana dalam kukemasi pakaianku ke dalam koperku yang berwarna pink, sementara suamiku mengemasi pakaiannya sendiri ke dalam kopernya yang berwarna hitam.

“ Bawa pakaian ganti untuk seminggu ya Bang ? “ tanyaku.

“ Iya, “ sahut suamiku, Anggap aja kita mau tinggal di villa selama sepuluh hari. Jadi bawalah pakaian ganti secukupnya, jangan sampai kekurangan nanti. “

“ Iya. Mau bawa selusin aja sekalian. “

“Yap. Ohya … nanti bikin Yudah benar – benar puas. Jangan sampai dia kapok. Pokoknya kamu boleh sebinal mungkin nanti sama dia. “

“ Nanti kalau Yudah ketagihan gimana ? “

“ Justru aku ingin dia ketagihan. Supaya dia selalu siap untuk menggaulimu kelak. “

“ Jadi Abang punya rencana men-threesome aku bersama Yudah kelak ? “

“ Iya. Biar birahi kita semakin lama semakin hangat. “

“ Aku mau ikut kemauan Abang aja deh. “



Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam mobil yang dikemudikan sendiri oleh suamiku.

“ Liz … mau punya mobil sendiri gak ? “ tanya suamiku.

“ Ya mau lah. Tapi yang kecil aja. Biar gak berat nyetirnya. “

“ Kamu gak usah nyetir sendiri Sayang. “

“ Aku kan bisa nyetir Bang. Gak usah gaji sopir segala. “

“ Ya udah. Nanti kubelikan mobill eropa yang matic dan kecil. “

“ Gak usah yang mahal – mahal Bang. Yang pasaran juga gak apa – apa. Yang penting kecil. Jangan yang gede – gede seperti mobil Abang ini. “

“ Kalau mobil ini kan buat dipakai bisnis doang. Karena terkadang aku harus bawa barang banyak. Terkadang juga harus bawa teman lebih dari lima orang. “

Mobil suamiku mulai jalan menanjak terus. Di kanan kirinya banyak hutan pinus.

“ Di luar kota villanya ya Bang, “ ucapku.

Suamiku mengangguk sambil menyebut nama lokasi yang sedang dituju.

Setengah jam kemudian, kami sudah tiba di depan sebuah villa, di mana Yudah dan Merry sudah menunggu. Villa itu terletak di antara pohon – pohon pinus, sehingga dari jalan raya tidak terlihat sama sekali.

Aku turun dari mobil dan langsung menghampiri Merry. Aku berpelukan dengan istri Yudah itu sambil cipika – cipiki. Sementara Yudah menghampiri Bang Dias lalu masuk ke dalam mobil. Di situ mereka tampak ngobrol. Entah apa yang mereka bincangkan.

Aku jadi punya kesempatan berbincang – bincang juga dengan Merry.

“ Kita ikuti aja apa yang mereka inginkan ya, “ kataku sambil menepuk bahu Merry yang saat itu mengenakan gaun coklat muda dengan belahan di kanan kirinya, sehingga pahanya terpamerkan. Sementara aku mengenakan celana jeans dan baju kaus hitam tanpa tangan, tanpa mengenakan BH di baliknya. Aku tidak mau mengenakan pakaian yang mencolok. Tapi aku sudah menyemprotkan parfum ke setiap bagian “penting” di tubuhku, karena sudah bisa memperkirakan apa yang bakal terjadi.

Merry menyahut, “ Iya. Kita nikmati aja apa yang mereka inginkan itu. Kita harus yakin apa pun yang mereka inginkan itu, adalah yang terbaik bagi kita. “

Tak lama kemudian suamiku turun dari mobil, sambil menyeret koper htamnya. Sementara Yudah menyeret koper pink-ku.

Suamiku mendekatiku, lalu mencium bibirku disusul dengan ucapan, “ Enjoy aja ya. Jangan kaku. “

Aku mengangguk. Lalu suamiku menghampiri Merry. Menggandeng lengannya, lalu bersama – sama melangkah ke arah hutan pinus. Dan menghilang di kerimbunan pepohonan di antara pohon – pohon pinus.

“ Villa mereka jauh dari sini ? “ tanyaku pada Yudah yang memegang pergelangan tanganku dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya menyeret koperku yang ada roda di bawahnya.

“ Dekat … sekitar limapuluh meteran, “ sahut Yudah sambil membuka pintu depan villa. Lalu mengajakku masuk ke dalamnya. Aku pun masuk ke dalam villa, sementara Yudah menutupkan lagi pintu depan sekaligus menguncinya. Membuatku mulai degdegan. Karena mulai membayangkan apa yang bakal terjadi.

Tapi jujur, aku tidak menyesal. Karena Yudah begitu tampannya. Sejak mulai dikenalkan padanya, hatiku selalu meleleh tiap kali bertemu pandang dengannya.

Yudah membawa koperku masuk ke dalam sebuah kamar, sementara aku duduk di sebuah sofa putih di ruang tengah. Tak lama kemudian Yudah duduk di samping kananku, sambil berkata, “ Aku merasa beruntung dengan acara istimewa ini. Karena sejak lama aku mengagumi Kak Liz. “

“ Usiamu berapa Yud ? “ tanyaku.

“ Duapuluhenam Kak. “

“Kalau gitu kita saling panggil nama aja. Gak usah pakai istilah kak atau Mbak atau Teh dan semacamnya. Karena umurku juga duapuluhenam. Jadi kita sebaya. “
Yudah melingkarkan lengannya di leherku, lalu menatapku dari jarak dekat sekali. Lalu berkata perlahan, “Kakak … eh … Liz cantik sekali di mataku. Makanya aku sangat bersemangat dengan acara istimewa ini. “

“ Yudah juga tampan sekali di mataku … “ sahutku dengan suara agak parau.

Tiba – tiba Yudah mencium bibirku sedemikian lengketnya, membuatku agak kaget. Tapi lalu kuremas -remas bahunya dan bahkan rambutnya juga kuremas.

Ketika lidahku dijulurkan, Yudah menyedotnya ke dalam mulutnya. Lalu menahannya agak lama di dalam mulutnya. Dan ketika ia menjulurkan lidahnya, aku pun menyedotnya ke dalam mulutku. Lalu menggerak – gerakkan lidahku di atas lidah Yudah. Air liur pun berpindah – pindah tempat. Air liurku pasti tertelan oleh Yudah tadi. Sekarang giliran air liur Yudah tertelan olehku. Tapi aku tak peduli itu. Bahkan merasa mulai terangsang, karena Yudah seperti tahu bahwa aku tidak mengenakan beha di balik baju kaus hitamku yang youcansee alias tanpa lengan ini. Tangannya mulai merayap ke balik baju kausku dan menangkap payudaraku yang berukuran sedang ini.

“ Hmmm … payudara Liz masih padat gini, “ kata Yudah.

“ Memangnya payudara Merry udah kendur ? “ tanyaku.

“ Wah … payudara yang pernah nyusuin bayi gak bisa dibandingkan sama Liz. “

“ Oh iya … sebelum nikah sama Yudah, Merry itu janda beranak satu ya ? “ tanyaku sambil ingin tahu kebenaran cerita dari suamiku.

“ Iya. Jodoh memang aneh …. “ sahut Yudah sambil mendekatkan mulutnya ke payudaraku. Lalu mengemut pentilnya, sambil menggerayangi ritsleting celana jeansku.

Aku pun cepat tanggap. Kuturunkan ritsleting celana jeansku, lalu celana jeans ini kuturunkan sampai ke paha.

Yudah tampak semakin bersemangat. Ia melanjutkan mengemut pentil payudaraku, sementara tangannya diselinapkan ke balik celana dalamku. Dan … jemarinya mulai menggerayangi kemaluanku yang selalu kucukur bersih ini.

“ Yud … ooooooo ….. ooooooh Yuuuud … “ rintihku perlahan, “ aku udah horny berat nih Yud … ooooh… “

Yudah melepaskan puting payudaraku. Tangannya pun ditarik ke luar dari balik celana dalamku. Lalu ia melangkah ke atas busa tipis di dekat jendela kaca. Di situlah ia melepaskan baju kaus dan celana jeansnya. Bahkan juga celana dalamnya … !

Aku terpukau ketika melihat dada Yudah yang berbulu dan batang kemaluannya yang aduhai… gede dan panjang sekali … !

Aku pun melepaskan celana jeansku. Lalu duduk di dekat kaki Yudah, dalam keadaan tinggal bercelana dalam dan berbaju kaus tanpa lengan ini. Karena sudah sangat penasaran, ingin memegang lontong yang panjang gede ini. Tentu saja dengan jantung yang degdegan dan hasrat birahi yang semakin menagih nagih.

“ Ini ular cobra apa penis Yud ? “ cetusku sambil menggenggam batang kemaluan Yudah yang masih lemas ini.

Yudah hanya tersenyum dan tidak menjawab.

Aku lagi lagi ingin cepat tanggap seperti yang sudah dianjurkan oleh suamiku. Tanpa sungkan sungkan lagi kuciumi kepala batang kemaluan Yudah yang masih lemas ini. Lalu kujilati moncong dan lehernya. Dan akhirnya kukulum dengan penuh nafsu.

Tanpa ragu kuselomoti batang kemaluan Yudah, tak ubahnya anak kecil yang sedang menyelomoti permen loli.

Dalam tempo singkat, alat kejantanan Yudah sudah membesar, memanjang dan mengeras. Setelah “ular cobra” itu benar – benar keras, aku pun menelentang di atas lembaran busa yang terhampar di lantai ini. Dengan sikap menantang, agar Yudah segera mengentotku.

Sebenarnya lubang kenikmatanku sudah basah. Tapi aku tak mau mengatakannya. Biar saja Yudah menyelidikinya sendiri nanti.

Yudah yang sudah telanjang bulat merayap ke atas tubuhku. Mencium bibirku lagi dengan mesranya, sementara batang kemaluannya yang sudah ngaceng itu terasa menempel di selangkanganku. Aku sendiri pun mengangkat baju kaus hitamku tinggi – tinggi, agar sepasang toketku terbuka sepenuhnya. Sehingga Yudah semakin leluasa untuk mengemut puting payudara kiriku, sambil meremas halus payudara kananku.

“ Liz berdarah campuran kan ? “ tanya Yudah sambil menarik celana dalamku sampai terlepas dari kedua kakiku.

“ Iya, “ sahutku, “ Papaku orang Inggris, mamaku orang Indonesia. “

“ Pantesan kulitnya putih bersih gini. “

“ Kakak kandungku lebih putih lagi, “ sahutku yang mendadak teringat pada kakakku, Sis Karen.

Yudah tidak menanggapi. Karena sedang “sibuk” menggores – goreskan kepala batang kemaluannya ke mulut kemaluanku.

Tentu saja kemaluanku makin basah saja dibuatnya.

Dan ketika batang kemaluan Yudah mulai menyelundup ke dalam liang kenikmatanku, spontan aku merenggangkan jarak kedua pahaku selebar mungkin, karena Yudah membenamkan batang kemaluannya sambil berlutut. Sehingga pangkal pahaku berada di atas kedua paha Yudah.

“ Yuuuudaaaah ….. aaaaaa …. aaaaaahhhhhhh ….. “ erangku sambil memejamkan mata.

Apalagi setelah tongkat kejantanan Yudah yang sangat panjang itu membenam sekujurnya, sehingga terasa kepala batang kemaluannya mendesak mulut rahimku. Aku pun merintih lagi, “Oooh Yuuuuuuddd …. punyamu memang panjang sekali Yuuuud ….”

Yudah tidak bersuara. Karena ia mulai menarik batang kemaluan panjang gedenya perlahan – lahan … lalu mendesakkannya lagi …. Membuatku semakin terkejang – kejang dalam nikmat yang mulai kurasakan.

Terlebih setelah Yudah benar – benar mengayun batang kemaluannya, terasa sekali luar biasanya tongkat kejantanan lelaki yang bisa disebut sebaya denganku itu.

Geseran demi geseran dan gesekan demi gesekan batang kemaluan Yudah di dalam liang kemaluanku benar benar terasa. Mungkin karena batang kemaluannya lebih gede dan lebih panjang daripada punya suamiku.

Semua ini punya sensasi tersendiri bagiku. Sensasi yang luar biasa. Sehingga baru beberapa menit Yudah mengentotku, detik – detik menuju orgasme mulai kurasakan. Membuatku makin klepek – klepek dan terlupa segalanya.

“ Yuuud … oooo … ooooo … oooooh …Yuuuuud … entot terus Yuuud … percepat entotannya Yuuuud … ooooooh …. Yudaaaaaahhh ….. “ rintihan histerisku tak terkendali, karena aku sudah melayang ke arah puncak orgasme yang luar biasa nikmatnya ini.

Akhirnya aku mengejang dan menikmati puncak orgasmeku. Liang kemaluanku berkedut kedut, lalu terasa lendir libidoku mengalir … membuat liang kemaluanku semakin basah. O my God … ini nikmat sekali … baru sekali ini aku merasakan kenikmatan bercinta sefantastis ini.

Tapi aku tak mau merendahkan suamiku. Karena itu aku tak mau mengatakan kepada Yudah, bahwa dia lebih memuaskan daripada suamiku sendiri.

Lalu bagaimana dengan suamiku bersama Merry di villa lain itu ? Apakah suamiku juga mendapatkan sesuatu yang fantastis di tubuh Merry. Hmmm … membayangkan apa yang tengah terjadi antara Bang Dias dan Merry, kecemburuanku pun timbul di dalam batinku. Dan anehnya, kecemburuan ini membuat aku jadi bersemangat kembali. Untuk meladeni entotan Yudah yang makin lama makin gencar ini dengan goyangan pantatku yang pernah kupelajari dalam grup senam wanita.

Dengan penuh gairah, kugeolkan pantatku dengan putaran meliuk liuk, seolah sedang membentuk angka 8. Sehingga liang kemaluanku bisa membesot besot dan meremas remas batang kemaluan Yudah dengan kencangnya.

Yudah pun mulai mendengus dengus, “ Uuuuuughhhhhhh ….uuuuughhhh …. Liiiiiz …. uuuuughhhhh …. Liiiiiizzzz …. ini lu…. luar biasa enaknya Liiiiiiiz …. uuuuughhhh …. ba … baru se … sekali ini aku merasakan … yang … yang seenak ini …. Liiiiz …. “

Mendengar cetusan Yudah itu, aku semakin bersemangat untuk menggeolkan pantatku. Bahkan aku ingin agar Yudah merasakan bahwa bersetubuh denganku ini jauh lebih indah dan lebih memuaskan daripada bersetubuh dengan Merry.

Keringat Yudah pun mulai bercipratan ke sana sini. Bercipratan juga ke atas tubuhku, bercampur aduk dengan keringatku sendiri. Alat kejantanannya pun semakin gencar mengentot liang kenikmatanku. Bahkan pada suatu saat Yudah minta agar aku miring ke kanan. Aku pun mengikutinya. Aku jadi miring ke kanan, tidak celentang lagi.

Lalu Yudah melanjutkan aksinya. Mengentotku dengan gencarnya. Bahkan terdengar suaranya di antara dengus – dengus nafasnya, “ Oooooohhhh … Liiiiiiz … aaaaa … aaaaku uuuuugh … sudah hampir ngecrot Liiiz …. uuu … uuuugh … “

“ Ayo barengin Yuuuud …. oooooohhhhh …. “ cetusku histeris.

Akhirnya Yudah mencabut zakarnya yang lalu menyemprot nyemprot air maninya ke permukaan kemaluanku.

“ Kenapa dilepasin di luar Yud … ? Ayo masukin lagi …. “ protesku, karena aku sendiri sudah hampir orgasme.

Yudah pun membenamkan lagi batang kontolnya ke dalam liang memekku. Pada saat itulah aku berhasil mencapai orgasmeku yang … keempat kalinya. Karena diam diam tadi aku sudah orgasme 3 kali, tapi tak pernah kuucapkan pada Yudah.

Betapa indahnya orgasmeku yang keempat kalinya ini. Bahwa ketika kepala zakar Yudah mendesak mulut rahimku, liang kemaluanku pun berkedut kedut indah, sambil mengalirkan lendir libidoku.

Ooooh … tak pernah aku mengalami orgasme yang seindah ini.

Lalu terasa batang kemaluan Yudah menciut dan melemas. Akhirnya alat vital lelaki tampan itu terlepas dari liang kenikmatanku.

“ Terima kasih Liz. Akhirnya kunikmati juga tubuh Liz yang sudah sejak lama kudambakan, “ ucap Yudah disusul dengan ciuman mesranya di bibirku.

“ Aku juga merasa telah mengalami sesuatu yang paling indah di dalam hidupku. Terima kasih Yud, “ sahutku sambil tersenyum.

Lalu Yudah mengajakku pindah ke kamar. Aku mengangguk, lalu bangkit berdiri dan melangkah agak gontai menuju kamar. Dan langsung masuk ke kamar mandi, untuk membersihkan air mani yang berceceran ke pangkal paha. Sekaligus mencuci celah kemaluanku juga.

Kupakai shower untuk memancarkan air hangat, sehingga akhirnya aku mandi juga.

Ketika aku sedang memancarkan air shower ke kepala dan sekujur tubuhku, Yudah masjuk juga ke kamar mandi. “Aku juga ingin mandi, supaya badan kita segar kembali, “ kata Yudah sambil mengambil handy shower yang sudah kugantungkan di dinding, karena aku mulai menyabuni tubuhku.

Waktu Yudah menyemprotkan air hangat ke badannya, aku agak menjauh. Karena belum selesai menyabuni tubuhku. Tapi Yudah tak cuma menyemprotkan air hangat ke badannya. Namun juga menyemprotkannya ke arah selangkanganku. Kemudian ia menyabuni kemaluanku dulu sebelum menyabuni badannya sendiri.

“ Memekku udah bersih Yud, sampai ke sela – selanya juga udah, “ ucapku sambil memegang batang kemaluan Yudah yang masih lemas. Lalu meremasnya perlahan.

Hanya beberapa detik aku meremas ular cobra Yudah … sedikit demi sedikit alat kelamin lelaki tampan berdada penuh bulu itu pun mulai membesar dan memanjang. Kuremas – remas terus sambil menahan tawaku.

Akhirnya batang kemaluan yang panjang gede itu ngaceng sekali. Pertanda bisa diajak “bergulat” lagi. Dan memang itu yang Yudah lakukan. Ia mendesakkanku ke dinding kamar mandi yang dilapisi keramik putih itu. Kemudian puncak tongkat pusakanya dicolek – colekkan ke belahan kemaluanku. Dan akhirnya Yudah berhasil membenamkan lagi batang kejantanannya dalam keadaan sama sama berdiri ini.

Kemudian Yudah memeluk sambil mencium bibirku, sedangkan zakarnya mulai mengentot liang kewanitaanku yang basah dan licin oleh air sabun ini. Aku pun mendekap pinggang Yudah, sementara dadanya yang berbulu lebat itu menempel dengan sepasang payudaraku. Jelas ini menimbulkan geli geli enak di sepasang puting payudaraku, karena dada kami selalu bergerak gerak ke sana sini, terbawa oleh ayunan batang kemaluan Yudah yang mulai mengentot liang kemaluanku.

Lagi lagi batinku dibuat melayang layang oleh buaian birahi. Membuatku terpejam pejam dalam nikmat yang sulit dilukiskan dengan kata kata.

Kenapa aku merasakan setiap geseran dan gesekan zakar Yudah sebegini nikmatnya. Jauh lebih nikmat dari semua ML yang pernah kualami bersama suamiku sendiri. Apakah karena aku sedang dibantu oleh setan, agar aku ketagihan sama tongkat kejantanan Yudah ?

Entahlah.

Yang jelas dalam tempo singkat saja aku sudah mengalami orgasme yang luar biasa nikmatnya. Tapi aku masih ingin merasakan entotan Yudah lebih lama lagi. Kalau perlu dientot semalam suntuk pun aku mau.

Aku memang seorang wanita yang sangat menggilai hubungan sex. Sehingga seringkali suamiku kewalahan. Karena aku ingin agar suamiku menggauliku paling tidak 3 kali sehari. Tapi suamiku hanya mampu menyetubuhiku 2 hari sekali. Dengan alasan, jangan berlebihan dan jangan memaksakan diri.

Maka sekaranglah saatnya untuk menikmati kejantanan Yudah sepuas mungkin. Aku tak mau menyia nyiakan kesempatan baik ini.

Yudah memang lelaki muda yang tangguh dan perkasa. Setelah aku orgasme 3 kali, barulah dia membenamkan batang kejantanannya sedalam mungkin. Lalu terasa zakar yang sangat panjang itu mengejut ngejut di dalam jepitan liang kewanitaanku. Lalu Yudah mengejang dengan nafas tertahan, sementara moncong penisnya memuncratkan air maninya berkali kali di dalam liang kewanitaanku.

Creeeeeeetttttt … croooottttttttttttttt … cretttt …. croooooooooooottttttt … crooooooooootttttt …. cretttttttt …. crooooooooooooooooootttttttt ….. !

Oooh, betapa indahnya semprotan lendir hangat yang membanjiri liang kenikmatanku ini. Sungguh mengesankan. Bahkan paling mengesankan selama aku mengenal sex ini.

Kemudian kami melanjutkan mandi sampai bersih dan bersama sama mengeringkan badan kami dengan handuk masing masing.

Lalu kami keluar dari kamar mandi dalam keadaan sama sama telanjang namun dengan badan yang telah segar kembali.

Namun setelah berada di dalam bedroom, Yudah memegangi batang zakarnya yang ternyata sudah ngaceng lagi … !

“ Gila … ! “ seruku tertahan, “ udah mau joss lagi ? “

Yudah mengangguk sambil tersenyum. Lalu mendorongku ke atas bed, sehingga aku celentang lagi. Dan membiarkan Yudah memasukkan kembali zakarnya ke dalam liang kewanitaanku.

Ooooooh … ini semua jadi detik detik yang kudambakan sejak lama. Bahwa pasangan seksualku harus seperkasa Yudah ini. Sehingga aku bisa menikmatinya sepuas mungkin. Mungkin karena pada dasarnya aku ini berhawa nafsu besar terhadap hubungan badan dengan lawan jenis kelaminku. Namun selama ini aku sembunyikan terus di dalam hati, karena sebagai seorang wanita aku merasa malu untuk mengakui hasrat birahiku yang sering meledak ledak seperti ini.

Batang kemaluan Yudah mulai maju mundur lagi di dalam jepitan liang kewanitaanku yang mulai dibasahi lendir libidoku ini. Membuatku tak lagi diam. Membuat bokongku gatal kalau tidak kugeolkan sebinal mungkin, agar Yudah menganggapku perempuan yang paling memuaskan di dunia ini. Selain daripada itu, ketika bokongku digeolkan sebinal mungkin, clitorisku jadi sering bergesekan dengan batang kejantanan Yudah yang panjang gede itu. Akibatnya, dalam hitungan menit aku sudah mencapai orgasme lagi. Namun aku tak mau mengakuinya secara lisan. Aku hanya terdiam beberapa detik, lalu mulai menggoyang bokong semokku lagi.

Lendir libidoku yang mengalir ketika orgasme barusan, membuat kontol Yudah lancar mengentot liang kenikmatanku. Maka aku pun mengangkat sepasang pahaku, sehingga kedua lututku berada di atas sepasang payudaraku. Entotan Yudah pun semakin cepat. Menabrak nabrak bagian yang terdalam di lubang surgawiku.

Yudah bukan cuma mengentot liang kenikmatanku, tapi juga meremas sepasang payudaraku yang berukuran sedang tapi masih padat kencang ini. Terkadang Yudah mengentotku sambil mencium dan melumat bibirku. Yang tentu kubalas dengan lumatan binal pula. Di saat lain Yudah menjilati leherku, menyedot nyedot puting payudara kiriku sambil meremas remas payudara kananku.

Ooooo … betapa indahnya perilaku seksual yang sedang diperagakan oleh teman suamiku ini. Sehingga aku seolah sedang melayang layang di langit tinggi, langit yang ketujuh bertaburkan bunga bunga surgawi.

Padahal tubuh Yudah sudah bermandikan keringat lagi. Sebagian berjatuhan di atas tubuhku dan bercampur aduk dengan keringatku sendiri.

Namun Yudah seperti tak cukup dengan menjilati leherku yang sudah keringatan ini. Pada suatu saat dia pun menjilati dan menyedot nyedot ketiak kiriku. Membuatku terpejam pejam saking gelinya. Geli yang enak. Geli yang membuatku semakin melayang layang diterpa badai birahi yang indahnya sulit dilukiskan dengan kata kata belaka.

Desahan desahan napasku sudah berubah jadi rintihan rintihan histeris yang tak terkendalikan lagi. “Yuuudaaaaahhh …. aaaaaaa … aaaaaaaah …Yuuuuuud …. aaaaaaahhhh … ini luar biasa indahnya … Yuuud … jangan cepat cepat dimuntahkan ya Yuuuddd … aku ingin menikmati multi orgasmeku Yuuud … entot terus Yuuuuddd … ini luar biasa enaknya … Yuuuddd … “

Lalu aku menikmati orgasmeku lagi untuk yang kesekian kalinya. Membuatku lunglai beberapa detik. Tapi lalu bergairah lagi untuk mengejar orgasme berikutnya.

Sampai pada suatu saat, ketika Yudah menyatakan sudah bakal ejakulasi, aku pun menanggapinya, “Barengin Yud … biar lebih nikmat … ! “

Lalu batang kejantanan Yudah menggenjot liang kewanitaanku dengan cepatnya. Dan ketika aku tiba di puncak kenikmatanku, Yudah pun membenamkan zakarnya sedalam mungkin. Kepala penisnya terasa mendorong mulut rahimku. Dan ketika liang kewanitaanku berkedut kedut sambil mengalirkan lendir libidoku, penis Yudah pun mengejut ngejut sambil memuntahkan lendir surgawinya.

Cretttt … croooooooottttt … croooooooooooooooottttt … cretttt … crooooooooooooooootttttt … crettt …!

Lalu kami terkulai dan terdampar di pantai kepuasan.



( Bersambung )
 
Terakhir diubah:
Terima kasih atas semua komennya dari para suhu.
Tentu saja kisah ini akan dilanjutkan. Tapi mohon bersabar.
Karena untuk melanjutkannya dibutuhkan waktu.
 
Part 02





Seminggu tinggal di villa yang dikelilingi hutan pinus, bersama seorang lelaki muda yang gagah perkasa bernama Yudah itu, membuatku serasa sedang berada di surga dunia. Aku tidak berlebihan mengatakan surga dunia, karena selama berada di dalam villa ini, tiada hari tanpa sentuhan mengandung birahi.

Hawa sejuk di sekitar villa itu, bisa membuatku menggigil kedinginan, meski tidak menyalakan AC. Tapi badanku malah berkeringat terus, karena selalu digenjot oleh Yudah siang malam. Hanya sebentar sebentar kami beristirahat, untuk menyantap makanan yang dikirim oleh sebuah perusahaan katering, atau sekadar melepaskan lelah dan mengeringkan keringat, lalu ena ena lagi.

Tampaknya Yudah ingin memborong kesempatan ini dengan menyetubuhiku sekenyang mungkin. Sehingga aku menilai, semua yang terjadi di antara Yudah dengan diriku, lebih gila gilaan daripada bulan maduku bersama Bang Dias dahulu. Kesan yang ditimbulkan pun jauh lebih amazing daripada bulan madu dengan suamiku dulu.

Maka ketika aku dan suamiku pulang, setelah seminggu menginap di villa yang terpisah itu, aku merasa benar benar puas. Bahkan di dalam hati aku merasa berterima kasih telah dikasih kesempatan untuk menikmati kegagah perkasaan Yudah, meski aku harus merelakan suamiku untuk menggauli Merry.

Di dalam mobil, dalam perjalanan pulang ke rumah, suamiku bertanya, “ Bagaimana ? Puas ? “

Kalau aku jujur, mungkin aku harus menjawab sangat sangat sangat puas sekali. Tapi aku tak boleh merendahkan suamiku. Apalagi mengatakan bahwa semua yang telah terjadi bersama Yudah itu jauh lebih indah daripada bulan maduku bersama suamiku. Aku tetap harus bersikap bahwa satu satunya lelaki yang kucintai di dunia ini hanya Bang Dias. Karena itu aku hanya menjawabnya dengan anggukan kepala dan senyum manis di bibirku.

Ternyata dengan anggukan kepala pun Bang Dias sudah puas. Lalu mengurangi kecepatan mobilnya, untuk mencium bibirku.

Ketika mobil suamiku melaju cepat lagi, aku berharap, semoga aku tidak ditanya berapa kali aku disetubuhi oleh Yudah. Karena jujur, aku tak bisa menghitungnya lagi, saking seringnya.

Itulah sebabnya yang akan membuatku takkan berani mengatakan secara jujur seandainya suamiku bertanya panjang lebar setibanya di rumah nanti. Terlebih kalau dia menanyakan sedalam apa kesannya pengalamanku bersama Yudah. Tentu aku hanya akan menjawab singkat bahwa semuanya biasa biasa saja. Meski mungkin suamiku takkan puas dengan jawaban seperti itu.

Setibanya di rumah, suamiku jadi beda dari biasanya. Dia langsung menarikku ke dalam kamar. Kemudian menyetubuhiku dengan garangnya.

“ Aku membayangkan Yudah sedang menggaulimu. Dan itu ternyata menimbulkan gairah di dalam jiwaku, “ kata suamiku pada saat sedang bercinta denganku.

Aku cuma tersenyum. Sambil meladeninya sebaik mungkin. Karena biar bagaimana pun Bang Dias itu suami tercintaku. Tentu saja aku harus meladeninya setiap kali dia ingin bercinta denganku.

Aku tidak mau membandingkan antara suamiku dengan Yudah. Karena biar pun Yudah itu sangat memuaskan, dia itu milik Merry. Mending mikirin Bang Dias yang jelas jelas milikku sendiri.

Dan aku senang juga dengan perkembangan yang terjadi pada Bang Dias. Bahwa dia hampir setiap malam menggauliku. Tapi tiap malam hanya 1 ronde saja. Tidak seperti Yudah yang bisa berulang ulang menyetubuhiku, sehingga kalau diambil rata rata … Yudah mampu menyetubuhiku 5 ronde sehari. Sementara suamiku cukup satu ronde saja dalam semalam.

Tapi aku tak pernah komplain. Kalau suamiku bertanya “Apakah kamu sudah puas ? “, selalu kujawab dengan anggukan kepala. Biar dia senang. Meski sebenarnya aku belum puas.

Biarlah … nanti kalau ada acara dengan Yudah lagi, aku akan menguras kejantanannya setiap hari, seperti pada waktu di villa dahulu.

Tapi beberapa hari kemudian suamiku menerima call dari Yudah. Dia mengeluarkan suara dari speaker handphonenya.

Suamiku : “ Hallo … apa kabar Yud ? “

Yudah : “ Baik Bang. Ini aku dan Merry sudah berada di bandara. Untuk melaksanakan rencana yang pernah kuceritakan kepada Bang Dias itu. “

Suamiku : “ Maksudmu … mau pindah ke Medan itu ? “

Yudah : “ Iya Bang bukan di kotanya, masih jauh dari Medan. Fee dari owner tanah itu takut keburu habis, kan mendingan diputar di kampungnya Merry. “

Suamiku : “ Oke. Semoga segala yang sudah kamu rencanakan di kampung Merry berjalan sukses. Mungkin pada suatu saat aku juga ingin mengunjungi kampung Merry. “

Yudah : “ Silakan. Kami sangat senang kalau Bang Dias bisa mengunjungi kelak. Ohya, titip salam aja buat Liz Bang. Terima kasih buat segalanya. Kami sudah harus boarding Bang. Selamat tinggal buat Bang Dias dan Liz ya. “

Suamiku : “ Oke … semoga penerbangannya lancar dan selamat sampai di tujuan Yud. Salam buat Merry. “

Yudah : “ Iya Bang. Terima kasih. Bye … !”

Setelah percakapan suamiku selesai, dia menoleh padaku, “ Begitulah … Yudah memang sudah lama bercita – cita pindah ke kampung istrinya, untuk mengurus kebun mertuanya yang sangat luas. “

“ Kok Abang gak pernah bilang soal itu ? “ cetusku dengan perasaan sedih. Karena takkan bisa berjumpa dengan Yudah lagi.

“ Kirain rencana Yudah itu hanya sekadar angan angan belaka. Makanya gak penting kuceritakan padamu. Tapi setelah punya duit banyak, dia benar benar melaksanakan rencananya itu, “ ucap suamiku.

“ Mungkin didesak sama Merry juga Bang. Supaya dia bisa dekat dengan orang tuanya, “ kataku.

“ Mungkin … “ gumam Bang Dias.

Sebenarnya aku sangat sedih mendengar Yudah pindah ke kampung mertuanya di Sumatra Utara itu. Karena semua yang telah terjadi antara Yudah denganku hanya akan tinggal kenangan. Dan segala keindahan bersama Yudah, mungkin takkan bisa terulang kembali. Meski aku sangat mengharapkan bisa berjumpa dan berjumpa terus dengannya.

Tapi apa dayaku ? Yudah kan milik Merry, bukan milikku.

Dengan pindahnya Yudah ke Sumut, mungkin aku harus move on. Aku harus tahu diri bahwa Yudah bukan siapa siapaku.



Hari demi hari pun berputar terus tanpa henti.

Dalam tempo tidak lama, terjadi suatu perubahan pada perjalanan kehidupan dan perkawinan kami.

Suamiku sudah membuka sebuah perusahaan yang bergerak di bidang properti. Hampir semua teman bisnisnya direkrut sebagai karyawan di perusahaan properti itu.

Aku juga telah dibelikan sebuah sedan seperti yang telah dijanjikannya.

Aku sudah merasa puas dengan semuanya itu. Katakanlah aku sudah bahagia, karena suamiku sudah punya perusahaan. Karena saldo rekening bank kami makin gendut dan meyakinkan.

Sementara itu tubuhku pun mulai berubah. Yang tadinya tinggi langsing, jadi tinggi berisi. Bokongku jadi makin semok. Berat badanku pun mengalami kenaikan, tapi tetap dalam ukuran normal, tidak berlebihan. Sehingga teman – temanku bilang bahwa aku jadi semakin cantik dan semakin sexy sekarang.

Terbayang seandainya Yudah tiba tiba datang untuk berjumpa denganku. Pasti dia makin menggilaiku. Karena aku sekarang lebih berisi dan semakin sexy seperti yang dikatakan oleh teman temanku.

Tapi, aaaah, persetan dengan Yudah. Aku harus move on dan tidak mengingat ingat dia lagi.

Dan ketika aku menerima WA dari Yudah, yang isinya mengutarakan kerinduannya padaku, aku tidak membalasnya. Bahkan chatnya pun langsung kuhapus. Biarlah Yudah konsen mencintai Merry.

Lalu bisakah aku konsen mencintai Bang Dias ? Bukankah sekarang dia sudah “rajin” menggauliku ?

Untuk melupakan semua hal yang mengganggu batinku, aku mulai ikutan sibuk mengurus bisnis suamiku. Dengan cara inilah aku bisa melupakan beberapa masalah yang selama ini mengganggu pikiranku.

Ternyata aku cukup berbakat untuk mendapatkan mitra bisnis. Bahkan pada suatu hari aku melapor kepada suamiku. “ Bang … ada orang dari Norway … “

“ Norwegian ? “ potong suamiku.

“ Iya, “ sahutku, “ Dia ingin investasi di perusahaan kita. “

“ Baguslah. Bisa kamu urus sendiri kan Liz. “

“ Iya. Tapi menurut laporan temanku, dia bakal investasi besar besaran kalau kita bisa mengelola dananya. “

“ Perusahaan kita bisa menampung dan mengelolanya Liz. Kita kan bisa membeli tanah di daerah yang strategis. Yang kumaksud strategis, bukan hanya di pusat kota. Bahkan di pelosok pun bisa kita anggap strategis kalau tujuannya bukan untuk pemukiman, “ ucap suamiku.

Lalu suamiku berkata lagi, “ Pokoknya meski investor itu mau berinvestasi sampai trilyunan, kita bisa mengelolanya secara bertanggungjawab. “

“ Ya udah kalau begitu, nanti akan kuurus Bang. “

“ Sippp ... ! Pendidikanmu kan cukup memadai untuk mengurusnya Liz. “

Dengan restu suami, aku pun menghubungi Mbak Ning lewat ponselku. Lalu :

“ Hallo Mbak Ning … lagi di mana nih ? ”

“ Lagi di rumah. Ada apa Cantik ? “

“ Mau nanya orang Norwegia itu. Kapan bisa dipertemukan denganku. “

“ Duh, kebetulan nanti malam dia mau datang ke café. Mau ketemu sama dia ? “

“ Iya Mbak. Kira kira dia serius mau investasi ? “

“ Iya. Dia itu kan pemilik casino di luar negeri, warisan dari ayahnya yang baru meninggal beberapa bulan yang lalu. Jadi kalau soal dana, dia punya buanyaaaaak buanget Dek Liz. Nah … dia ingin mengamankan dana hasil casino itu ke properti. Makanya dia mencari perusahaan properti yang bisa menampung dan mengelola dananya yang milyaran dollar itu. “

“ Oke. Jam berapa aku harus ke café Mbak ? “

“ Jam delapan malam aja Dek. “

“ Ya udah. Jam delapan nanti kita jumpa di café ya Mbak. “


Lalu aku menghampiri suamiku yang kelihatannya seperti sudah siap siap mau berangkat ke kantor.

“ Nanti malam aku akan dipertemukan dengan investor itu di café. Mana data lahan lahan yang mau dijual itu Bang ? ” tanyaku.

“ Di laci meja kerjaku ada flashdisk putih. Datanya tersimpan di situ semua. Aku mau ke kantor dulu ya Liz, “ ucap suamiku yang lalu mencium bibirku.

“ Nanti jam tujuh malam aku mau ke café Bang. Pulangnya tergantung lancar atau alotnya negosiasi dengan investornya Bang. “

“ Iya, “ suamiku mengangguk, “ Aku percaya kamu bakal sukses meng-approach investor itu. “

Lalu suamiku masuk ke dalam mobilnya.

Sesaat kemudian mobil suamiku sudah bergerak menjauh di atas jalan aspal.

Aku pun masuk lagi ke dalam rumah. Lalu masuk ke dalam ruang kerja suamiku. Membuka laci meja tulis dan menemukan flashdisk putih yang disebut oleh suamiku tadi.

Flashdisk itu kucek dulu di laptopku, takut salah flashdisk. Memang benar, isinya adalah salinan surat surat asli, lengkap dengan peta lahannya yang berada di Jabar, Jateng, Jatim, Lampung, Sumsel dan sebagainya.

Lalu iseng iseng kuhitung jumlah nominal keseluruhan lahan yang bertebaran di beberapa provinsi itu. Ternyata jika lahan lahan itu dieksekusi semua, jumlahnya milyaran dollar US … ! Kalau dirupiahkan wow … sangat sangat sangat banyak sekali. Kalau diucapkan oleh Mbak Ning, buanyaaak buangeeet !

Tentu saja aku jadi sangat bersemangat mengurus penjualan lahan lahan itu semua.



Tiba tiba handphoneku berdering. Ternyata dari Mbak Ning. Kemudian :

“ Hallo Mbak Ning… “

“ Nanti malam jadi kan datang ke café ? “

“ Tentu jadi Mbak. Memangnya kenapa ? “

“ Begini … kalau bisa sih pakailah busana secantik dan seseksi mungkin. Karena orang Norwegia itu masih sangat muda. Pokoknya kalau Dek Liz pandai pandai menggodanya, kujamin deh bisa meledak investasinya. “

“ Memangnya Mbak Ning pernah menggodanya dan berhasil ? “

“ Wah, aku kan udah tua Dek. Gak mempan main goda lagi. Tapi kalau sama Dek Liz, pasti tergoda deh. Dan kalau Dek Liz berhasil menggodanya, pasti investasinya luancaaaar …. “

“ Ogitu ya. “

“ Iya. Kalau investasinya disetujui, aku akan kebagian uang dengarnya kan. “

“ Soal itu sih pasti Mbak. Pokoknya kalau aku bahagia, Mbak Ning juga harus ikut bahagia. “

“ Nah, makanya nanti malam Dek Liz harus berdandan seseksi mungkin ya Dek. “

Setelah hubungan seluler dengan Mbak Ning ditutup, kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Aku pun langsung mandi sebersih mungkin.

Lalu kukenakan gaun malam yang bagian bawahnya panjang sampai ke mata kaki dengan dua belahan di samping sampai duapuluhlima sentimeter dari atas lutut. Bagian punggung terbuka (backless) dan bagian depan gaun dari dada terus ke atas dan bersimpul di tengkukku. Tidak berlengan dan belahan dada nya sampai setinggi bawah payudara, gaun hanya pas menutupi bagian payudara saja.

Gaun seperti ini tidak bisa memakai BH yang umum. Biasanya hanya berupa cup saja. Tapi aku kurang enak memakai BH yg hanya cup saja. Maka kali ini payudaraku hanya ditutup oleh gaun saja, tanpa mengenakan BH. Tapi ada juga lingerie yang kukenakan, lingerie yang tipis sekali. Hanya untuk menjaga agar sepasang pentil toketku jangan jadi 2 tonjolan di gaun malamku.

Setelah merapihkan gaun dengan melihat dari cermin setinggi badan, kupilih sepatu untuk kupakai malam ini. Kupilih yang warna hitam beludru dan dengan hak yang tinggi.Supaya tidak kelihatan sepi kukenakan anting berbentuk bundar seperti gelang kecil. Kupasangkan juga bross berbentuk icon love di dada kiriku.

Lipstik kupilih yang berwarna merah, tapi hanya kuoleskan tipis sekali. Lalu kutambah dengan lipgloss supaya jadi mengkilat dan tidak kering.

Last but not least, kusemprotkan parfum ke setiap bagian “penting”, termasuk ke sepasang pangkal pahaku. Siapa tahu nanti diseruduk moncong badak berkaki dua.

Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 19.00.

Lalu kuhidupkan mesin sedanku. Sambil menunggu mesin sedanku panas, aku berkaca lagi di depan cermin setinggi badanku itu. Bukan narsis, tapi rasanya sulit juga mencari perempuan secantik dan seseksi aku ini. Apalagi sekarang, tubuhku sudah padat berisi, tidak kurus seperti waktu bercinta 7 hari 7 malam bersama Yudha itu.

Tak lama kemudian aku sudah meninggalkan rumah menuju café itu. Suamiku jam segini belum pulang. Bahkan menurut keterangannya tadi, mungkin suamiku akan tidur di kantor, karena masih banyak yang harus dikerjakannya. Tapi sebagai seorang istri mau keluar malam begini, aku mengirim WA pada suamiku : - Bang … aku berangkat menuju café -

Bang Dias cepat membalas : - Iya. Semoga sukses ya Sayang –

Setelah mendapatkan izin dari suamiku begitu, barulah aku merasa tenang keluar malam malam begini.

Hanya dibutuhkan waktu setengah jam untuk mencapai café itu.

Setibanya di depan café, aku langsung memarkir mobilku. Lalu turun dari mobilku dan menuju wanita 40 tahunan yang biasa kupanggil Mbak Ning itu, yang ternyata sudah menyadari kedatanganku.

“ Nah gitu … kalau mau janji ketemuan sama orang bule, harus on time, “ sambut Mbak Ning yang lalu mengajakku naik ke lantai dua. Supaya lebih tenang berundingnya, kata Mbak Ning.

Untuk pertama kalinya aku naik ke lantai dua café itu. Biasanya aku suka nongkrong di bawah saja.

Ternyata di lantai dua suasananya lebih romantis. Terdengar bunyi musik waltz berkumandang sayup sayup. Tapi tampak dua pasang manusia sedang berdansa di lantai yang tidak diisi kursi mau pun meja.

Mbak Ning mengajakku duduk di pojokan, sambil memandang ke arah dua pasang manusia yang tengah berdansa itu. Diiringi musik instrumental berirama waltz itu.

Mbak Ning yang duduk di sampingku berkata setengah berbisik, “ Nanti kalau orang Norwegia itu datang, aku mau langsung pulang Dek. Biar Dek Liz leluasa membahas bisnisnya. Gak apa apa kan ?”

“ Lho, kenapa ? Mbak ikut mendengarkan gak apa apa kok, “ sahutku.

“ Suamiku hanya ngasih izin sejam. Kalau telat pulang, bisa perang nanti di rumahku. Suamiku pencemburu berat Dek, “ ucap Mbak Ning.

“ Ogitu ?! Suamiku sih membebaskanku, asal benar benar untuk urusan bisnis. “

Mbak Ning tersenyum. Lalu berbisik, “ Kalau aku dibebasin gitu bahaya Dek. Pasti aku punya selingkuhan. Karena walau pun sudah tua, brondong juga banyak yang naksir. Hihihiiii … “

Tiba tiba terdengar suara pria dari sebelah kiri Mbak Ning, “ Good evening… “

Mbak Ning spontan berdiri sambil menganggukkan kepalanya, “ Good evening … “ sahutnya.

Ternyata yang menyapa Mbak Ning itu seorang pria bule tampan yang tampak masih muda sekali. Ketika ia menghampiriku, aku pun berdiri sambil menjulurkan tangan untuk menjabat tangannya.

Ternyata bule muda belia itu malah mencium tanganku sambil berkata, “ My name is Magnus. “

Aku pun menyahut, “ My name is Elizabeth. But you can call me just Liz. “

( Selanjutnya semua percakapan dilakukan dalam bahasa Inggris, yang akan kuterjemahkan, supaya semua pembaca bisa mengikutinya )

“ Anda Nona atau Nyonya ? “ tanyanya. Mungkin ingin tahu apakah aku ini sudah bersuami atau belum.

“ Nyonya, “ sahutku, “Tapi Anda bebas untuk memanggilku Liz saja tanpa Miss atau Mrs. “

“ Oke, Anda bukan hanya cantik tapi juga menyenangkan, “ kata Magnus sambil duduk di sebelah kananku.

Pada saat itulah Mbak Ning berdiri dan pamitan pada Magnus. Mereka berbicara sebentar, kemudian Mbak Ning menghampiriku, “ Aku pulang ya Dek Liz. Semoga bisnisnya sukses. “ ucapnya.

“ Amin. Terima kasih Mbak Ning. “

Setelah Mbak Ning berlalu, Magnus bertanya di dalam bahasa Inggris, “ Apakah data datanya dibawa semua ? “

Aku mengangguk sambil mengeluarkan flashdisk putih dari dalam tas kecilku. Lalu menyerahkan flashdisk itu kepada Magnus sambil berkata, “ Semua data tanah yang bisa dibeli ada di dalam flashdisk ini. “

Magnus tampak senang. sambil berkata, “ Later the contents of this flashdisk will be studied by my team. But that means, you have to come to the hotel where my team and I stayed while in Indonesia. “

( Nanti isi flashdisk ini akan dipelajari oleh tim saya. Tapi itu artinya, Anda harus datang ke hotel tempat saya dan tim saya menginap selama di Indonesia ).

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Magnus memasukkan flashdisk putih itu ke dalam saku celana jeansnya. Lalu berkata dalam bahasa Inggris (yang akan terus kuterjemahkan): “ Untuk refreshing, kita minum dulu di sini. Mau minum tequila, whiski atau dry gin ? “

“ Tequila saja, “ sahutku.

“ Haaa … pilihan Anda tepat sekali, “ kata Magnus sambil mengacungkan jempolnya. Kemudian ia memanggil waiter dan memesan minuman. Aku tidak tahu dia memesan apa untuk dirinya, yang jelas aku memesan tequila. Karena aku mendengar tequila itu cocok untuk wanita. (belakangan aku baru tahu bahwa tequila itu bisa menaikkan libido wanita, dengan kata lain bikin horny)

Tak lama kemudian waiter membawa dua sloki agak besar, berisi tequila dan minuman putih bening. Belakangan aku tau bahwa yang akan diminum oleh Magnus itu dry gin.

Sesaat kemudian Magnus mendekatkan slokinya ke slokiku, untuk bersulang.

Tring …bunyi gelas kami berdua, disusul dengan ucapan “Untuk sukses bisnis kita … “

Aku pun mengucapkan kalimat yang sama “ Untuk sukses bisnis kita … “

Kemudian kami meneguk sloki masing masing.

Gila … keras juga tequila ini. Jauh lebih keras daripada wine. Padahal menurut berita yang kudengar, tequila ini terbuat dari sari nanas. Kok bisa keras begini ya ?

Setelah menghabiskan isi sloki gedenya, Magnus berdiri dan memegang pergelangan tangan kananku sambil berkata, “ Mari kita berdansa seperti mereka. “

Dalam keadaan agak kleyengan akibat tequila itu, aku bangkit berdiri dan melangkah di samping Magnus, menuju lantai dansa yang berbentuk bundaran besar itu. Sementara musik instrumental itu sudah berganti lagunya, tapi tetap dalam irama waltz.

Awalnya kami berdansa dengan sedikit mengambil jarak, tangan kananku memegang tangan kirinya, tangan kiriku melingkari pinggang Magnus. Begitu pula Magnus.

Kami tetap berdansa dengan iringan musik yg slow berkumandang. Kami melakukannya terus sambil melanjutkan pembicaraan bisnis.

Ketika pembicaraan kami terhenti, kucoba mendekatkan badanku ke badan Magnus. Ternyata Mganus pun menyesuaikan diri juga. Dengan perlahan kulepaskan tangan kananku dari tangan kiri Magnus’ Begitu pula tangan kiriku lepas dari tangan kanannya.Lalu kulingkarkan kedua lenganku di pinggang Magnus. Dia pun mengikutinya, tapi dia melingkarkan lengannya agak ke atas sehingga terasa sentuhan tangannya yang hangat itu ke bagian punggungku yang terbuka ini. Suasana semakin romantis, dan kami makin merapat. Makin hangat, dalam keadaan sama sama di bawah pengaruh alkohol.

Kurasakan denyut jantungnya yang semakin cepat, aku pun sama, apalagi payudaraku yang tanpa BH ini menempel dengan rapatnya ke dadanya, puting payudaraku pun terasa mengeras yang hanya ditutupi sehelai kain sutra yang tipis dan lingerie yang lebih tipis lagi. Magnus pun pasti merasakannya. Dia pun bereaksi, terutama ketika saya menekankan bagian bawah saya ke dia, terasa penisnya mengeras. Kurebahkan kepalaku ke dadanya. Dan kini tangan kanannya tetap diam pada posisi semula, di punggung bawah sekitar pinggang, tangan kirinya mulai naik perlahan lahan ke atas dan berhenti di pertengahan punggung, terus bergeser kekanan hingga ujung salah satu jarinya menjentuh bagian payudaraku yang kurang tertutup dari celah samping belakang gaunku.

Setelah musik berhenti, Magnus bertanya, “ Kita langsung ke hotel sekarang ? “

Kujawab dengan anggukan kepala.

“ Liz pakai mobil waktu ke sini tadi ? “ tanyanya waktu mau menuruni tangga.

“ Iya. “

“ Tinggalkan saja mobilnya di sini. Nanti titipkan pada tukang parkir. Lalu Liz naik mobilku aja. Oke ? “

“ Iya, “ sahutku sambil berusaha menguatkan diri untuk bisa melangkah menuruni tangga.

Di lantai bawah, Magnus membayar pada kasir, sambil menitipkan mobilku. Kasir café ternyata lancar berbahasa Inggris, sehingga dengan cepat dia menyatakan siap menjaga mobilku ( setelah kutunjuk yang mana mobilku ).

Lalu aku dibawa ke mobil Magnus, sebuah sedan hitam buatan Jerman yang paling terkenal.

Sesaat kemudian Magnus menjalankan mobilnya, sementara aku duduk di samping kirinya.

“ Sebenarnya sejak pertama kalinya aku melihatmu, aku sudah punya perasaan kagum … sangat kagum. Itulah sebabnya aku mencium tanganmu tadi, “ kata Magnus di belakang setir mobilnya.

“ Aku juga sama, “ sahutku, “karena Anda ganteng sekali. “

“ Masalah bisnis, jangan takut. Aku akan menanamkan investasi jauh lebih besar dari harga semua tanah yang akan kubeli itu. Karena aku ingin membangun resort di dekat kota besar, menanam sesuatu di daerah yang terpencil dan sebagainya. Bahkan di tanah yang dekat pantai, bisa juga dibangun hotel. Supaya variatif. Untuk itu tentu dibutuhkan modal yang tidak sedikit kan ? “

“ Apakah Anda serius Magnus ? “

“ Sangat serius. Ohya, Anda bisa memanggil nama kecilku, Jack … dari Jacob. “

“ Jadi namamu sebenarnya apa ? Magnus atau Jacob ? “

“ Dua duanya namaku. Bahkan ada nama keluarga yang panjang di belakangnya. “

“ Oke aku akan memanggilmu Jack aja. Dan kamu panggil aku Liz aja ya. “

( dalam bahasa Inggris, istilah You itu tetap sopan. Maka kuterjemahkan You itu menjadi Kamu, supaya lebih lentur, tidak kaku )

“ Liz … kamu kan punya suami. Lalu bagaimana perasaanmu sekarang ? “ tanya Jack.

“ Aku sulit menjelaskannya, “ sahutku, “ Soalnya aku merasa nyaman berdekatan denganmu. Tapi aku harus tahu diri, bahwa aku ini sudah punya suami. “

“ Maaf … boleh aku tahu berapa usiamu sekarang Liz ? “

“ Duapuluhenam tahun. Umurmu sendiri berapa tahun Jack ? “

“ Duapuluhtiga tahun. “

“ Berarti kamu lebih muda tiga tahun ya Jack. “

“ Tiga tahun tidak akan ada pengaruhnya bagiku. “

“ Maksudmu ? “
“ Aku akan tetap membutuhkanmu untuk mendampingiku selama kita punya hubungan bisnis. “

“ Hanya selama kita punya hubungan bisnis ? “

“ Dengar dulu … tadi kamu bilang bahwa tanah yang siap untuk dibeli itu berserakan di Pulau Jawa, di Pulau Sumatra, di Pulau Kalimantan dan sebagainya. Nanti mensurveynya pun takkan selesai setahun kan ? “

“ Iya sih. “

“ Apakah suamimu akan mengizinkanmu untuk mendampingiku terus sampai surveynya selesai ? “

“ Biasanya suamiku selalu mengizinkan kalau untuk urusan bisnis sih. Tapi kalau tahunan begitu, gak tau juga. “

“ Kalau sebulan kira kira diizinkan tidak ? “

“ Mungkin kalau hanya sebulan diizinkan. “

“ Nah, kita atur begini saja … survey tetap kita jalankan. Tapi sebulan sekali kamu boleh pulang, agar suamimu tidak merasa kehilangan. Kemudian selama seminggu kamju bisa istirahat bersama suamimu. Kemudian melanjutkan survey lagi selama sebulan. Bagaimana ? “

“ Kalau seperti itu, semoga suamiku mengizinkan, “ sahutku pas waktu Jack Magnus menghentikan mobilnya di area parkir sebuah hotel bintang lima.

Jack hanya mematikan lampu lampu mobilnya. Tapi tetap menyalakan mesin dan AC mobilnya.

Dan aku merasa punya kesempatan, untuk melingkatkan lengan kananku di leher Jack, sekaligus untuk memagut dan mencium bibirnya. Jack menyambut ciuman dan lumatanku, dengan mendekap pinggangku erat erat sambil melumat bibirku, menyedot lidahku dan menjilati leher jenjangku.

Tangan Jack yang tadi hanya berhasil memegang lereng payudaraku, kini berhasil menggenggam puncaknya, berikut putingnya.

Lalu terdengar suaranya seperti dalam opera, “ Madam Elizabeth … apakah Madam sudah horny dan membutuhkan kejantananku ? “

“ Yes I do … “ sahutku jujur.

Jack seperti mau bicara lagi. Namun 2 orang lelaki tampak menghampiri sisi kanan mobil Jack. Cepat Jack mengeluarkan flash disk putih itu dari sakunya. Lalu ia membuka jendela kaca di samping kanannya. Diberikannya flash disk putih itu kepada 2 orang lelaki tersebut sambil berkata, “ Learn the contents of this flash disk. Report the results later by phone. “ (Pelajari isi flash disk ini. Laporkan hasilnya nanti lewat ponsel)

“ Yes Sir, “ sahut kedua lelaki itu serempak. Kemudian mereka pergi menuju hotel.

Jack pun mematikan mesin mobilnya, lalu ia duluan turun untuk membuka pintu di sebelah kiriku, dengan gaya seorang sopir pribadi terhadap majikannya.

Sambil tersenyum aku pun turun dari sedan hitam itu, kemudian melangkah mengikuti Jack menuju hotel. Jack menggandeng lengan kananku sambil melangkah ke pintu lift di lobby hotel. Pintu lift itu terbuka. Tidak ada orang di dalam lift itu. Aku pun mengikuti Jack masuk ke dalam lift. Kemudian ia memijat tombol angka 8 setelah pintu lift tertutup automatis. Lift pun melesat ke atas.

Di dalam lift Jack berdiri berhadapan denganku. Masih sempat Jack memeluk dan mencium bibirku dengan mesranya. Membuatku semakin horny, karena terasa ada sesuatu yang mengeras di balik celana jeans Jack. Sampai pintu lift terbuka di lantai 8.

Jack melangkah sambil melingkarkan lengan kirinya di pinggangku, menuju pintu kamar bernomor 801, kamar paling pinggir di lantai 8 itu. Dengan sebuah kartu kunci elektronik Jack membuka pintu kamar bernomor 801 itu. Aku pun dituntunnya masuk ke dalam kamar yang hanya diterangi lampu tidur berwarna biru.

Aku dipersilakan duduk di sofa, sementara Jack membuka pintu kulkas. Kemudian ia mengeluarkan dua botol minuman, sebotol dry gin dan sebotol tequila. Kedua botol minuman itu diletakkan di atas meja kecil depan sofa yang tengah kududuki. Di meja kecil itu ada dua sloki agak besar yang telungkup. Kemudian Jack membalikkan kedua sloki itu jadi celentang. Dan dituangkannya isi botol tequila ke dalam sloki, dituangkannya pula isi botol dry gin ke sloki yang satu lagi.

Jack duduk di samping kananku sambil menyerahkan sloki berisi tequila padaku. Kemudian ia memegang sloki berisi dry gin dan mendekatkannya ke slokiku sambil berkata, “ For our love … “

Aku pun seperti robot mengikuti ucapan Jack, “ For our love … “, sambil menyentuhkan sloki kami … triiiing … !

Sebenarnya aku merasa masih berada di dalam pengaruh tequila yang kuminum di café tadi. Tapi untuk menghormati Jack, kuminum juga isi slokiku seteguk. Hmmm … langsung hangat badanku, dengan perasaan yang semakin nyaman.

Alangkah terkejutnya aku ketika menoleh ke arah paha Jack … karena ternyata Jack sudah menyembulkan penis panjang gedenya, karena celana jeans dan celana dalamnya sudah dipelorotkan sampai pertengahan pahanya … !

Dalam kamar yang hanya diterangi lampu tidur berwarna biru ini, Jack menatapku dengan senyum macho di bibirnya, sambil meraih tangan kananku. Kemudian menempelkannya pada penisnya yang aduhai itu … !

Seperti robot yang sudah diseting, tanganku menggenggam penis yang panjang gede dan hangat itu. Meremasnya perlahan, sehingga penis Jack terasa semakin tegang. Sementara Jack menarik ikatan gaun malamku yang terletak di tengkukku, sampai terlepas. Gaun malamku pun ambruk ke bawah. Sementara aku mengambrukkan pula lingerieku dengan tangan kiri, sedangkan tangan kananku tetap memegang penis Jack.

Kemudian aku berdiri sambil membiarkan lingerie dan gaun malamku ambruk ke kakiku. Sementara Jack menyalakan lampu utama di dalam kamar ini. Sehingga keadaannya jadi terang benderang. Jack pun bisa melihat bentuk sekujur tubuhku yang sudah telanjang bulat ini.

Spontan Jack Magnus berseru, “ Wow … ! Your body is extraordinarily beautiful, like an angel who just descended from the sky … ! “ ( Wow … ! Tubuhmu luar biasa indahnya, seperti bidadari yang baru turun dari langit … ! )

Aku cuma tersenyum sambil membiarkan Jack mengusap usap kemaluanku yang selalu bersih dari bulu ini. Aku mulai gemetaran diamuk hasrat birahi ketika Jack menciumi kemaluanku. Terlebih ketika ia mulai menjilati permukaan kemaluanku. Sehingga aku pun menanggapinya dengan mengangkat kaki kiriku dan kuinjakkan ke meja kecil di depan sofa.

Jack pun mulai menjilati labia mayora dan labia minoraku. Bahkan lalu menjilati clitorisku, sementara dua jari tangannya diselundupkan ke dalam liang kewanitaanku.

Jack oh Jack … semua ini membuatku semakin horny. Membuatku melangkah ke arah bed. Kemudian menelentang di situ. Jack pun menanggalkan segala yang melekat di tubuhnya, sampai telanjang bulat seperti aku.

Aku semakin tergetar di dalam perasaan yang entah nafsu atau cinta. Karena melihat bentuk tubuh Jack yang begitu atletis. Dadanya dipenuhi bulu, seperti dagu dan di bawah telinganya. Bahkan perutnya pun dihiasi bulu yang membuatku merinding, karena membayangkan geli geli enaknya manakala perut dan dadanya itu merapat ke perut dan sepasang payudaraku.

Jack naik ke atas bed. Dan berlutut di antara kedua pahaku yang direnggangkan. Kemudian ia mengusap usap perut dan sepasang payudaraku.

“ Anda seperti berdarah campuran Liz, “ kata Jack sambil mengusap usap selangkanganku.

“ Memang benar. Ayahku orang Inggris, ibuku orang Indonesia. “

“ Pantas anatomi dan kulitmu beda dengan orang lokal di sini. Ternyata Liz berdarah British juga ya. “

Aku cuma mengiyakan. Dengan perasaan bangga.

Lalu kata Jack lagi, “ Madam Liz benar benar sempurna. Dengan wajah campuran Eropa dengan Asia yang cantik, dengan tubuh yang begini indah dan mulusnya. Mungkin aku mulai tergila gila kepadamu. “

Aku mau menjawab. Tapi tidak jadi. Karena jack menyerudukkan mulutnya ke permukaan kemaluanku lagi. Dan melanjutkan aksinya yang belum selesai tadi. Untuk menjilati dan menyedot nyedot kelentitku sambil menyelundupkan telunjuk dan jari tengahnya ke dalam liang kewanitaanku.

Aku menikmati semuanya ini. Tapi aku tak mau orgasme dalam permainan oral Jack. Aku mau secepatnya penis Jack dibenamkan ke dalam liang kewanitaanku. Maka kataku terengah, “ Enough Jack. Just put your dick in … !” (Cukup Jack, masukkan aja penismu)

Jack menjauhkan mulutnya dari kemaluanku. Mengeluarkan telunjuk dan jari tengahnya dari liang kewanitaanku. Kemudian merayap ke atas perutku sambil memegangi batang kejantanannya dan meletakkan kepalanya tepat di ambang mulut vaginaku yang sudah basah oleh air liur Jack bercampur dengan lendir libidoku ini.

Dan … oooooh … penis Jack yang panjang gede itu mulai memasuki liang kenikmatanku sedikit demi sedikit. Aku terpejam dalam arus hasrat birahi yang mulai tersalurkan. Kedua pahaku pun sengaja kurantangkan selebar mungkin, untuk memudahkan penetrasi penis Jack.

Kemudian Jack menarik mundur penis aduhainya. Sretttt … wow … geseran dan gesekan antara penis Jack dengan dinding liang kenikmatanku benar benar terasa. Membuatku terkejang kejang saking nikmatnya.

Apalagi ketika penis Jack mulai maju mundur di dalam jepitan liang kewanitaanku, ooooh … ini benar benar membuatku lupa daratan.

“ Come on Jack … fuck me Jack … fuck meeee … fuck …. Ooooh Jack … fuck me Jaaaack … fuck … fuuuck … fuck fuuuck fuuuuuck me Jaaaack … “ rintihku histeris dan tak terkendalikan lagi. Karena Jack sudah benar benar mengentotku … !

Jack pun mulai mendengus dengus di atas perutku, sambil mengayun penisnya bermaju mundur di dalam liang kewanitaanku secara berirama.

Bahkan Jack melengkapi kenikmatanku dengan ciuman ciuman hangatnya di bibirku, jilatan jilatan dan gigitan gigitan kecil di leherku, emutan di puting payudaraku. Ditambah lagi dengan bulu di perut dan dadanya, membuatku geli geli enak yang … ah … semuanya ini sulit dilukiskan dengan kata kata belaka.

Aku malah berani mengatakan bahwa apa yang kudapatkan dari Jackob Magnus ini jauh lebih indah daripada persetubuhan persetubuhanku dengan Yudah.

Bahkan ketika baru belasan menit Jack menyetubuhiku, tak tertahankan lagi … aku sudah melayang ke puncak kenikmatanku … kemudian aku mengejang tegang di puncak orgasmeku. Disusul dengan mengalirnya lendir libidoku.

Aku pun terkulai lemas. Dengan perasaan puas sedalam lautan.

Tapi penis Jack masih asyik maju mundur di dalam liang kewanitaanku yang sudah becek ini.

Aku pun hanya merasa lemas beberapa detik saja. Lalu gairah birahiku menggeliat lagi. Untuk meladeni entotan Jack yang makin gencar ini.

Maka kugeol geolkan pantatku sebinal mungkin. Liang kewanitaanku seolah membesot besot dan meremas remas penis Jack. Namun tujuan utamaku adalah ingin agar kelentitku sering bergesekan dengan penis lelaki muda Norwegian itu.

Ketika gerakan bokongku memutar dan menghempas … srettt … pada saat itu pula kelentitku bergesekan dengan batang surgawi Jack. Dan gesekan ini, wow, luar biasa nikmatnya. Sehingga aku makin “rajin” menggeol geolkan pantatku, dengan gerakan memutar dan seolah membentuk angka 8 direbahkan.

Tampaknya Jack pun merasakan nikmatnyha geolan bokongku ini. Karena keringatnya mulai bercucuran. Entotannya pun makin menggila, seolah gerakan hardcore dalam bokep bokep.

Sampai akhirnya dia bertanya terengah, “ Uuuugggggh … can I cum inside your pussy ? “ ( Bisakah aku melepaskannya di dalam vaginamu ?)

“ Ya … lepasinlah … aku juga mau melepaskannya lagi … “ sahutku dalam bahasa Inggris.

Sesaat berikutnya. aku menggelepar gelepar menjelang orgasmeku. Kemudian sekujur tubuhku mengejang pada saat penis Jack menancap di dalam liang kewanitaanku. Lalu terasa penis Jack mengejut ngejut sambil memuntahkan lendir kejantanannya.

Sreeeeeetttttt … sroooooooottt … srooooottttt … cretttt … crooooooooottttttttttttt … croooooooottttt …!

Kemudian kami sama sama terkapar di pantai kepuasan yang indahnya tiada banding …




(Bersambung)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd