Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Salah Booking Kamar

Bimabet
Buat agan-agan semua yang telah sabar menunggu, mohon maaf lahir dan batin ya. ini baru pulang dari libur lebaran ya, dan selama liburan tentu tak sempat cek s e m p r o t.

Sebagai informasi, cerita ini awalnya dibuat untuk jadi one shot saja, tidak bersambung, makanya tidak ane masukkan ke Cerbung. Tapi karena ternyata replynya begitu banyak yang minta bersambung, akhirnya ane buatkan versi bersambungnya. Harap bersabar ya hu, cerita yang bagus memang bikinnya ga gampang. Terus terang ini usaha ane untuk membuat cerita tentang perempuan yang real, tidak gampangan seperti yang ada dicerita-cerita yang biasa suhu baca, dan tentunya terinspirasi dari pengalaman ane pribadi (percaya ga percaya sih, silakan suhu anggap ini cerita fiksi saja).

Lanjut pun. Bagi yang mengharap sex scene di lanjutan ini, mohon maaf bakal menggecewakan. Tidak ada sama sekali sex scene di sini. Ane sudah memperingatkan ya.

-------------

Kami akhirnya tidur berpelukan dengan keadaan telanjang, dan rasanya sungguh nyaman setelah sesi yang mendebarkan itu.

"Mas ..."

Suara Helmi membangunkan aku di pagi hari. Aku masih sangat mengantuk.

"Hmmm."

"Bangun mas, aku mau bicara sebentar."

Aku melihat Helmi sudah berpakaian lengkap, berbeda dengan keadaan tadi malam.

Entah kenapa perasaanku agak tak enak.

Dan tiba-tiba saja dia menangis.

"Kita tak seharusnya melakukan ini mas," katanya sambil tersedu-sedu.

Aku diam saja.

"Aku mengkhianati Tyo dan Mbak Dyah," katanya lagi.

Aku masih diam, tapi tanganku mengelus punggungnya. Aku merasakan bahwa dia masih belum memakai BH. Kontolku yang biasanya tegang di pagi hari itu terasa tambah tegang di bawah sana. Gila!

"Mas, kumohon kita jangan sampai melakukan ini lagi ya."

Aku diam saja tak menjawab.

"MAS!"

"Ok, jika itu maumu,"

"Janji?"

"Janji. Jangan menangis lagi Hel, aku jadi merasa sangat bersalah,"

"Kita berdua bersalah mas, membiarkan semua itu terjadi."

Hari itu kami lalui dengan tanpa bicara. Kecanggungan melanda, dan Helmi tampak sekali menjaga jarak denganku.

*******

Suasana di kantor pun terasa agak aneh setelah kejadian salah booking kamar itu. Aku dan Helmi terasa jauh, dan kagok sekali ketika bicara satu sama lain. Aku pun merasa Helmi seperti sengaja menghindariku.

"Hel, kita harus bicara," kataku di suatu sore ketika orang-orang sudah bersiap pulang.

"Ya mas?"

Aku kemudian memintanya masuk ke ruang meeting.

"Ini harus berhenti Hel,"

"Tak bisa kita terus-terusan begini. Aku tahu kamu menyesal sejak kejadian itu, dan aku minta maaf jika membiarkan kejadian itu berlangsung."

"Aku bohong jika aku tak menginginkan kejadian itu terjadi lagi, Hel, tapi aku janji ga akan usil lagi padamu kecuali kamu yang menginginkan,"

Dia melotot, dan aku nyengir.

"Ayolah Hel. Cobalah untuk lupakan hal itu, dan bersikap seperti dulu di kantor. Bisakah?"

"Aku minta maaf mas, bikin suasana ga nyaman ...."

"Bukan itu Hel ...."

Aku terdiam. Tanganku menyentuh bahunya. Hatiku berdesir tiba-tiba karena merasakan tali BH Helmi. Kenapa aku jadi mudah horny begini?

"Aku minta kau balik seperti dulu ya Hel, kita lupakan saja kejadian di hotel itu,"

Dia mengangguk dan tersenyum.

*******

Jelas, suasana menjadi lebih rileks dan nyaman setelah pembicaraan itu. Helmi, walaupun masih kelihatan agak kagok, pelan-pelan mulai cair lagi dan bercanda seperti biasa. Aku lega.

Sampai pada suatu ketika ...

Pagi itu seperti biasa lobi gedung begitu padat karena orang mengantri lift untuk menuju kantor masing-masing. Inilah resiko ngantor di gedung tinggi dengan jumlah lift terbatas.

Begitu lift terbuka, segera saja kerumunan orang berjubel masuk, termasuk aku di dalamnya. Tak ada sopan santun atau antrian, yang penting segera masuk ke dalam lift sempit itu.

"Mas, tolong tahan liftnya," teriak Helmi tergopoh-gopoh. Aku menahan lift itu tentu, dan tiba-tiba saja seorang ibu tua mendorong Helmi dengan kasarnya.

"Hei bu, yang sopan dong!"

Ibu ibu itu diam saja seperti tak merasa bersalah, dan pintu lift pun tertutup.

Helmi sengaja menyikut ibu-ibu yang tadi mendorongnya itu. Si Ibu itu menengok dan melotot. Helmi melotot balik.

Aku menepuk bahunya.

"Udah, udah," bisikku melihat ekspresi Helmi.

"Sebel!"

Perjalanan di lift yang penuh sesak itu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari yang harus dijalani. Seringkali bertemu ibu-ibu yang menyebalkan macam begini adalah makanan yang harus ditelan, mau tak mau. Seringkali mood-ku berubah drastis cuman gara-gara kejadian kecil tak menyenangkan.

Aku baru sadar kalau posisi tubuh Helmi dekat sekali denganku, dan bahkan kami agak berhimpitan karena penuhnya lift itu. Yang tak ku sangka adalah, posisi bongkahan pantat sebelah kirinya menempel tepat di depan kontolku. Tentunya kami berdua tak sengaja dalam posisi ini. Gara-gara si ibu itu juga yang mepet Helmi.

Aku berusaha tak terpengaruh dengan situasi yang ini. Tapi kontolku punya pikiran sendiri ternyata, dan dalam waktu singkat, sentuhan kecil dengan pantat Helmi itu telah menegakkan batang kontolku. Aku malu dengan hal itu dan berusaha menghindari pantat Helmi, tanpa mengundang kecurigaan dari orang lain di dalam lift yang penuh sesak itu. Tapi susah bukan main! Jika aku sedikit menghindar, orang di belakangku persis pasti kena pantatku.

Aku dagdigdug berharap Helmi tak merasakan kontolku yang menegang di gesekan pantatnya. Aku berusaha diam sampai perjalanan lift itu berakhir. Bukan waktu yang pendek, karena kantor kami ada di lantai 20, dan sebagian besar penumpang adalah karyawan kantor lantai 18. Aku tak mau helmi menganggapku tak pegang janji yang kami buat di hotel waktu itu. Sialnya kontolku tak mau kompromi. Dan sialnya memang pantat Helmi sungguh sedap terasa!

Ting!

Tinggal kami berdua dan Lift berhenti di lantai 20.

"Hel, aku ..."

"Nakal ya," katanya sambil memencet hidungku dan berlalu.

Aku terpana.

******

Dan percaya atau tidak, hari itu berlangsung dengan amat sangat lama. Kenapa? karena aku horny seharian, memikirkan kejadian pagi itu. Sial! susah jadinya untukku berkonsentrasi dalam kerja. Untungnya tidak ada sesi training di hari itu, walaupun tugas administratif menggunung. Seperti biasa, acara tahunan dari holding adalah audit, dan kami bertugas untuk mempersiapkan dokumen-dokumen sebagai syarat audit.

"mas nakal ih"

sebuah pop up pesan net send muncul di layar windowsku. Helmi.

Segera kubuka command prompt.

"Aku beneran ga sengaja Hel"


"Ga sengaja kok berdiri tugunya?"

"Nakal!"

"Abis enak"

"Nakal!"

Ini beneran? Helmi tak marah? malah sepertinya dia suka ...

Kuketik jawabanku. Nafasku tiba-tiba saja memburu.

"Jadi pengen lagi"

"Nakal!"

Kurasakan kontolku tegang maksimal, dan aku tak bisa berpikir lagi. setelah beberapa menit sejak chat terakhir Helmi, aku butuh sesuatu untuk menghilangkan pikiran kotor itu. Kutinggalkan meja menuju ke pantry.

Jadi, pantry di tempat kami itu letaknya di ujung dekat toilet, dan agak lokasinya agak jauh dari cubicle karyawan, harus ditempuh dengan melewati gang kecil.

Dan kulihat Helmi di sana, tampaknya sedang membuat minuman untuk dirinya sendiri. dan tampak melamun sambil mengaduk minuman itu. Biasanya ada office boy yang duduk di pantry, menunggu saat pulang sore hari, tapi sepi. Entah setan apa yang mendorongku ...

Helmi masih tak menyadari kedatanganku di belakang dia. Aku berada tepat di belakangnya, dan menjangkau kabinet di atas kepala Helmi untuk mengambil kopi sachet. Dalam usaha itu, dengan sengaja aku menggesekkan ketegangan kontolku yang dari tadi belum turun juga ke pantatnya. Pelan namun pasti.

"MAS!"

Helmi berteriak menengok ke arah belakang. Lebih ke kaget daripada protes.

"Sssshh, cuman mau ambil kopi," kataku, tapi sambil berlama-lama menikmati keempukan bongkahan pantat Helmi. Helmi mematung, seakan menunggu langkahku berikutnya. Aku pun begitu, tak yakin apa yang harus kulakukan kemudian.

Bibirku yang kemudian mendekati leher putih itu. Tidak menyentuhnya. Hanya bernafas tepat di belakangnya. Tentunya kontolku masih menempel ketat di bokongnya.

"Massss..."

Dia hanya mendesah sambil menatap tembok pantry di depannya. Tangannya kini bertelekan di meja pantry.

"Gulanya Hel," bisikku. Tanganku berpura-pura menjangkau toples gula tepat di depannya. Dan "tanpa sengaja" menyenggol pinggir dadanya. Pelan sekali.

Rasanya kontolku hampir muncrat, tapi entah kenapa, aku merasa belum saatnya bertindak lebih jauh dengan Helmi.

*******
Asli demen banget nih ceritanya, ciri ciri cerita real story, pasti anti mainstream jalan ceritanya, terima kasih suhu dah mau sharing karyanya disini, ceritamu sangat MENGATJENGKAN....:tegang:
Salim suhu...:ampun::mantap:
 
Alur yg natural, nice adult story ...
sepertinya kisah nyata ya Suhu..?
*mirip kisah saya dulu (banget) ;):beer::Peace:

kalau sudah tamat jangan kapok menulis, lanjutkan dengan kisah nyata yang lainnya ya... hahahaha
 
Salut buat TS ... alur ceritanya plus feel kejadiannya dapet banget
dialog2 nya juga bener cair ... ngga kaku... salut
Mohon terus berkarya suhu :ampun:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd