Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mengabulkan permintaan kharinka di thread baru?

  • Iya

    Votes: 127 59,9%
  • Nggak usah.

    Votes: 85 40,1%

  • Total voters
    212
Bimabet
Jangan sampelah mama bella kena juga sama lintang..bakal kalah banyak inimah
 
Suhu ujung ujung nya lintang yang meraja lela ke kekuarga sakiti... Ngapo.... ?????

Jadi lintang yang berkuasa... Lama" mama bella juga jadi santapan lintang kalo kaya gini...

Aku gak rela kalo mama bela di exe sama lintang


Iyalah, ane juga ga rela Mama Bella dientot lintang.
 
Koq ane jadi ngenes ya liat sakti 'dipecundangi' lintang..
Ayo donk hu..
Sakti jangan mau kalah..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
wah klo si lintang dah kayak gitu dan sakti diem aja, ane nanti yg datengin lintang :ngupil:
 
Awal nya biasa" baca cerita ini... Tapi makin ke sini makin panas dingin cerita nya....
Ngebayangin aku yang jadi si sakit nya... Hhhhaa

Kalo aku jadi si sakit dah aku jadi in perkedel kentang lintang....

Makin kesini makin mantep huu...

Lanjutkan jangan kasih kendor....

Hancurkan dunia perlendiran
 
Sidestory ini dibuat demi tidak menghilangkan rasa incest di cerita ini. Enjoy!


http://www.imagebam.com/image/3d91a9938871014

(Karenina "Nina")


Side Story; Nina, The Actual Truth About Me.

P.O.V; Karenina.

Jujur. Aku nggak mau ada di dalem kondisi ini. Aku nggak mau dicap sebagai pembohong. Tapi ini soal nama baik. Aku juga nggak mau Ka Sakti tau anak yang ku kandung ini berasal dari siapa. Bukan, sama sekali bukan pacarku. Bagaimana bisa pacarku ngehamilin aku sedangkan dia tinggal dan kuliah di luar pulau jawa? Kita LDR, pertemuanku sama dia cuma dua kali, saat kita kenal, dan saat dia tiba - tiba dateng ke sekolahku, buat ngasih kalung sebagai hadiah ulang tahunku. Dan dari dua pertemuan itu, yang kita lakuin cuma pelukan. Itupun di tempat umum, aku nggak pernah ngizinin dia ke rumah, karena Ayahku nggak ngebolehin aku buat pacaran. Ayah kandungku, bukan orang jahat, dia cuma protektif karna aku anak kandung satu - satunya.

Dua bulan lebih sebelum hari ini, aku harus berangkat ke Manado. Ke tempat Ibu Kandungku. Om Yos, Ayah Tiriku, ngabarin kalo penyakit Bunda kambuh lagi. Tumor di dalam kepalanya tumbuh dan makin menyebar. Padahal dulu, tumor itu udah diangkat sampe ke akar - akarnya pas Bunda akhirnya harus dirawat di rumah sakit di Singapore. Semua biaya tetek bengek perawatan Mama, ditanggung sama Om Yos dan Papa Kandungku.

Iya, Papa ngebantu biaya perawatan Bunda. Awalnya Papa nggak mau, tapi, coba tebak, siapa yang maksa Papa buat ikut nanggung biaya rumah sakit Bunda?

Orang itu adalah Mama Sekar, Ibu Tiriku.

Wanita yang belum lama memasuki usia ke empat puluh dua itu, memaksa Ayahku untuk membantu membiayai Bunda. Alesan dia sederhana dan itu bikin aku semakin sayang sama dia.

Dia bilang, kalau Bunda nggak cerai sama Papa, Mama Sekar nggak akan jadi istri Papa sekarang. Lagipula, Bunda juga sering ngebantuin Mama Sekar, apalagi pas Mama Sekar masih kerja di perusahaan Bunda.

Iya, Mama Sekar adalah 'mantan' bawahan Bunda. Aneh, kan?

Kembali ke cerita saat aku harus pulang ke Manado. Sesampainya disana, Om Yos, Ayah tiriku, menjemputku di bandara. Dia sempet nanya, mau ke rumah dulu, atau langsung ke Rumah Sakit? Aku bilang langsung aja ke Rumah Sakit, karna besok malam aku udah harus pulang ke Bogor, karena lusa aku harus ikut ujian nasional.

Maka Om Yos langsung nganter aku ke rumah sakit. Sialnya, pas sampe disana, jam besuk udah abis. Dan aku nggak diperbolehkan masuk ke ruangan dimana Bunda dirawat. Jam besuk bakal dibuka lagi besok pagi. Jadi, mau nggak mau, aku harus pulang ke rumah dan nginep disana sampe besok pagi. Ngabisin waktu dari pagi sampe malemnya dan balik ke bogor.

"Kamu tidur di kamar Aron aja nanti, biar Aron tidur di sofa ruang tamu." kata Om Yos

"Yah, emang gakpapa, Om?" tanyaku

"Iya gapapa, sodara yg lain juga kalo ada yang mau nginep disini pasti tidur di kamar Aron, ko." balas Om Yos.

Aron, anak lelaki Om Yos satu - satunya. Dulu, ketika aku masih tinggal seatap sama Bunda, aku dan Aron punya kamar masing - masing, tapi setelah aku pindah ke bogor, mereka pindah ke rumah yang masih di dalam komplek yang sama. Rumah yang lebih minimalis yang cuma punya dua kamar. Mereka pindah atas usulan Bunda, karena aku pindah, daripada harus ada kamar yang kosong setelah kepindahanku ke Bogor, maka Bunda ngusulin Om Yos buat pindah rumah dan ngejual rumah yang lama.

Makanya sekarang ketika dirumah baru ini cuma ada dua kamar, kamar Bunda dan Om Yos dan kamar Aron, aku disuruh tidur dikamar Aron.

Dari dulu, pas aku masih tinggal disini, aku nggak pernah sekalipun masuk ke kamar dia, dan dia juga nggak pernah masuk ke kamarku. Kita kayak punya zona yang private yang nggak bisa diusik atau diganggu siapapun. Maka jadi aneh kalo sekarang justru aku harus tidur di kamarnya.

Karna yang diperbolehkan nemenin Bunda di luar jam besuk cuma satu orang, maka Om Yos balik ke rumah sakit, biar kalo Bunda atau bagian administrasi butuh perwakilan pasien untuk ngurus ini itu, bisa gampang.

Jadi sekarang, malem ini, di dalem rumah ini, cuma tinggal aku dan Aron. Dari dulu emang kita nggak banyak ngobrol. Tapi bukan berarti kita bermusuhan satu sama lain. Cuma karna aku mikir ngapain ngobrolin hal nggak penting? Jadi aku cuma bakal ngomong sama Aron kalo emang ada kepentingan, diluar itu, aku sama dia nggak akan ngobrol sama sekali.

Dan demi membunuh waktu hingga besok pagi, aku berniat untuk tidur lebih awal, jam dua puluh dua. Setelah menaruh ransel di atas meja di samping tempat tidur, aku langsung ngerebahin badan, dibawah selimut tebal dengan warna senada bedcover.

Dan tak butuh waktu lama, akupun terlelap dengan pulasnya.

****

Entah saat ini sudah jam berapa, tapi yang jelas, sesuatu yang menggelitikiku di vaginaku, membuatku terjaga...

Tunggu, di vaginaku? Sontak kesadaranku kembali masuk ke dalam otakku.

Angin yang diciptakan AC di kamar ini serasa lebih dingin dari sebelumnya, berkali - kali aku mengerjapkan mata, tapi pandangan yang kulihat selalu gelap, seperti ditutupi... Apa? Ditutupi? Dan ya, kedua mataku seperti tertutupi sebuah kain, dan entah kain apa yang saat ini membuntal di dalam mulutku, aku mencoba untuk berteriak, namun suara yang kukeluarkan terdengar tak jelas. Sesuatu yang menggelitiki alat vitalku tak berhenti, benda basah itu tetap menggelitiki klitorisku, dan ada sebuah benda seukuran spidol papan tulis memasuki rongga perawanku.

Iya, kelaminku masih dibaluti label suci. Belum pernah ada yang sekalipun mengutak - atik label tersebut.

Setengah mati aku berusaha menggerakan kaki dan tanganku, namun semua sia - sia, kedua lenganku terangkat menyamping ke ujung - ujung, mungkin tubuhku saat ini seperti membentuk huruf S.

Sementara benda yang kuperkirakan lidah dan jari itu sibuk di selangkanganku, aku tiba - tiba merasakan sebuah telapak tangan yang mendarat diatas payudaraku.

Air mataku masih terus terkucur. Membasahi kain penutup di mataku. Berteriak - teriak percuma karna tersumpal kain, maka hanya menghasilkan gumaman - gumaman tak jelas.

Apa ini? Apa yang sedang terjadi disini? Tolong aku, siapapun...

Rontaanku semakin menjadi - jadi, kala sebuah benda yang lebih besar dari jemari yang tadi masuk ke dalam vaginaku, memaksa menyeruak masuk ke vaginaku, vagina segar tanpa bulu dengan daging bagian dalam yang merah merona.

Aku tetap meronta, meronta dan meronta. Apalagi setelah benda itu sedikit demi sedikit masuk ke dalam, semakin dalam dan

ARGH!!!!!

Pekiku yang kembali hanya terdengar seperti gumanan.

Sakit! Sakit banget! Stop!!!!!

Aku tak kuasa, airmataku menderas lepas, membanjiri kain penutup mataku.

Kurasa selaput perawanku kini telah robek terkoyak benda itu.

Setelah semua benda itu tertelan di dalan vaginaku, sebuah hembusan nafas kurasakan di telingaku.

"Kain nya saya lepas dari mata kamu, yang di dalem mulutmu juga. Tapi, saya nggak mau kamu teriak, bisa?"

Deg!!!!

Suara itu... Aku kenal betul siapa pemilik suara itu.... Aku mengangguk menyetujui.

Kain penutupku, dilepas. Mataku mengerjap - ngerjap, membiasakan dan beradaptasi dengan cahaya lampu yang menyerang mataku. Dan perlahan pengelihatanku semakin jelas, dihadapanku terpampang sebuah sosok laki - laki.

Om Yos.

Bukannya dia harusnya di rumah sakit? Jaga bunda?! Ah! Kenapa, Om Yos?! Kenapa?!

"Jangan teriak ya..."

Aku mengangguk dengan kondisi ujung mata dalam ku yang membecek. beberapa air nya menetesi pipiku hingga terjatuh di atas ranjang.

Dan seketika sumpalan mulutku terbebas, aku tak berkata apa - apa. Diam. Membuang pandanganku ke arah lain.

Teriak? Enggak. Bunda lagi sakit, dan aku nggak mau dia tau ada sosok yang lebih dia pilih dibanding Ayahku untuk menikmati hidupnya, telah menggagahi putri kandungnya. Aku nggak mau penyakit bunda makin parah dan harus kehilangan Bunda.

Jadi, aku cuma bisa pasrah, toh, perawanku pun sudah binasa. Jadi, apalagi yang harus kupertahankan? Harga diri? Ya, harga diri, katakan itu ke kain - kain yang masih mengikat kedua lengan dan kakiku.

"Ngh..." lenguh Om Yos ketika perlahan dia menggerakkan pinggangnya maju mundur. Menimmati titik demi titik rongga vagina mudaku.

Semakin lama, tempo maju - mundur pinggangnya, semakin cepat dan terarah. Aku yang sedari tadi memalingkan wajahku dan bungkan, kini responsif mengeluarkan desah-desis melalui mulutku.

Sesuatu yang kutahu bernama gairah, kini bangkit dan mengkhianati penolakan di hatiku.

Semakin lama, perih yang teramat sangat perih yang kurasakan tadi, berangsur menghilang dan pemain cadangan yang bernama kenikmatan, kini datang dan memperkenalkan dirinya.

Dan menyadari pengkhianatan tubuhku itu, isak tangisku mengeras dan berbaur di dalam desahan - desahan nikmat yang keluar dari mulutku.

Nggak. Jangan. Hey, tubuhku! Ini pemerkosaan! Jangan dinikmati!

Aku mencoba melawan desakan birahi itu, dan kalah. Kalah telak. Karena beberapa saat kemudian, ujung dari kenikmatan yang kurasakan sebentar lagi akan tercapai.

"Om Yos... Ah... Nina mau pipis... Udaaah... Setoppp... Om Yosssh... Aaah... Ah...NGGGGGHHH OM YOOOSHHHH!" badanku menggelepar layaknya ikan hasil tangkapan. Mataku terbeliak ke atas, menampilkan putihnya saja.

Nikmat sekali.

Om Yos semakin kasar merojok - rojok isi kelaminku, nafasnyapun terlihat memburu hendak mengejar sesuatu, dan...

"NNNHHHH..." sesuatu seperti cairan terasa menyemprot - nyemprot ujung dalam vaginaku.

Oh. Tidak.

Kesadaranku pulih. Dan seketika tangisku pecah tanpa suara.

Hamil. Aku bakal hamil.

Tekanan berat yang kurasakan setelah mengetahui bahwa sperma Om Yos kini meluncur masuk ke rahimku, membuat kesadaranku yang tadi pulih, kini meredup. Mataku memburam, perlahan, kesadaranku pergi, hingga kini digantikan lelap yang kuharapkan lelap itu akan kurasakan selamanya.

Sidestory; ended.

Next, Part 13.
 
Terakhir diubah:
Duh, poor Nina.....
 
Part 13; Penutup Singkat dan Selamat Tinggal.

Lima bulan berlalu semenjak "Dongeng Sebelum Tidur" antara aku dan Nina, yang meninggalkanku pergi gitu aja ikut sama Mama arisan.

Ada beberapa "Keajaiban" pada rentang waktu itu.

Pertama, hembus kabar yang membuatku sedikit kecewa dan bahagia. Akhirnya, Wina memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan dengan Galih. Sosok pahlawan yang menolongnya lepas dari jerat perbudakan. Kecewa? Iya, tapi mungkin lebih karena aku dan Wina semakin memiliki jarak. Intensitas chatting kami berkurang, walau terkadang salah satu dari kita berdua menyapa duluan dan larut dalam obrolan singkat, tapi, ya benar - benar 'terkadang'. Di kampus pun tongkrongan kami bertambah lagi dengan satu orang, Galih. Dan Wina kini mencurahkan perhatiannya kepada Galih, tak sedikitpun dia sisain buat aku. Bahagia? Iya. Karena dengan jelas aku melihat raut Wina yang juga bahagia. Aku harus menerima itu. Selain itu, sekarang pun rasa bersalahku atas penolakanku ke Wina kini berangsur menghilang. Hehe. Sakti selalu doain supaya Wina bahagia terus! Dan Galih, aku yakin, laki - laki berbadan tegap itu mampu melindungi Wina. Nggak kayak aku.

TAPI KAN GUA BELUM NGERASAIN NGENTOT SAMA WINA!

Oke, ehm... Abaikan kata - kataku barusan.

Kejadian kedua, ini yang semakin membuatku shock dan nggak nyangka. Aku bahagia, karna Lintang sama Ka Rere udah jarang aku liat gelagat gak jelas mereka berdua.Tapi, kabar buruknya adalah...

Nina semakin deket sama bocah laknat itu. Dan aku, belum pernah liat senyum Nina semengembang itu. Mereka sering berduaan. Ada atau nggak adanya aku dirumah, mereka sering duduk bercanda berduaan, diteras rumahku lah, di ruang tamu rumahku. Sesekali aku juga ngeliat Nina keluar dari rumah Lintang. Aku nggak pernah liat langkah Nina seriang ini semenjak dia tinggal dirumahku. Yang pasti hanya satu hal; saat ini Nina bahagia, dan apa yang membuatnya bahagia, adalah Lintang. Entah apa yang dilakukan bocah smp itu sampe - sampe Nina tertarik sama dia. Dan aku percaya, Nina bakal bawa pengaruh baik buat kehidupan Lintang yang bandel itu.

Oh ya, satu lagi, sikap Lintang kepadaku. Udah jarang tuh aku liat senyum sinis misteriusnya, gak ada lagi sosok cabul yang selalu aku liat di mukanya itu, udah jarang aku liat gayanya yang sok berkuasa itu, ehmm... Tapi emang aku nggak bisa ingkar, bahwa bocah itu bener - bener badass. Seorang alpha male, yang entah pakai cara apa bisa bikin cewek semontok Ka Rere, dan secantik Nina bisa tunduk patuh sama dia. Cuma cewek itu yang aku tau tunduk sama dia, yang aku gak tau?

Tapi yang pasti, sikap Lintang nunjukin sebuah kemajuan. Sekarang aku cuma bisa bersikap bijak dan dewasa untuk nerima Lintang yang selalu main ke rumah dan berduaan sama Nina.

Kejadian ketiga, Om Bowo dan Tante Laras yang semakin mesra. Tidak adalagi kunjungan singkat Tante Laras ke rumahku.

Kejadian keempat, Ibu Bela, Mamaku, kini lebih sering dirumah. Entahlah tapi aku rasa kejadian ketiga dan keempat memiliki sebuah korelasi. Apa hanya perasaanku saja? Hmm...

Kejadian kelima, finally i'm saying a good goodbye to the college! Karna kini nggak ada lagi yang nahan aku buat berenti kuliah.

Dan akhirnya, aku juga harus bilang Goodbye ke kalian, karna mau nggak mau, cerita ini pun harus berakhir dan tamat.

Selamat tinggal!








YA ENGGAK LAAAAH! HAHAHAHA.

Babak baru di hidupku udah di depan mata, musim baru dan kehidupan yang baru. Sekarang, aku bakal nyoba lebih bijak dan dewasa. Menghargai waktuku sebaik mungkin. Lebih peduli dan ngebuang jauh sifat cuekku di belakang sana, hangus dan binasa bersama ceruta - cerita sinting hari kemarin.

Dan kemudian merentangkan spanduk selamat datang kepada orang baru yang akan datang. Entah hanya singgah atau menetap, aku bakal bersiap!

Hey, masa depan, Sakti yang baru bakal muncul! Jangan jahat - jahat ya!!!!

Next,
Part 14; New Season.
 
Sayang sekali Lintang tobat,, padahal kan belum naklukin mama bella..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd