Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mengabulkan permintaan kharinka di thread baru?

  • Iya

    Votes: 127 59,9%
  • Nggak usah.

    Votes: 85 40,1%

  • Total voters
    212
Suhu ko langsung exse sih.. Ahh jadi gak tau dong cara pendekatan si bocah lintang sama kak rere nya
 
mantap ... tp pov nya pakai pov sakti sm pov penulis aja hu biar ga bingung byk2 pov
 
Part 6; Siasat

Beberapa jam yang lalu, sebelum persenggamaan liar antara Rere dan Lintang

Aktor bocah bandel kita terlihat bersiul - siul riang saat menuju keluar gerbang sekolahnya. Biasanya saat ini bocah biadab itu akan segera menelfon ibunya atau Sakti untuk dijemput, tapi kali ini tidak dilakukannya.

Kenapa? Nanti juga kalian tahu.

Hmm, tanduk imajiner tumbuh perlahan di kepalanya ketika sebuah mobil sedan berwarna silver produksi jepang merayap perlahan diantara kerumunan siswa - siswi yang menghambur di depan gerbang.

Lintang tidak menghubungi Sakti atau Ibunya karena baru saja kemarin dia sadar, bahwa mobil yang dikendarai sosok pemeran di setiap percolian anarkisnya di kamar mandi, selalu melewati depan sekolahnya. Itu karena memang butik tempat wanita itu bekerja, terletak tidak jauh dari sekolah Lintang.

Saat hampir mencapai depan pintu gerbang sekolahnya, dengan gerakan agak terburu - buru, Lintang seperti hendak menyebrang, dan "Bugg!" terdengar bunyi peraduan antar bemper dan pinggang

"Aduduh..." Lintang mengusap pinggangnya yang memang agak nyeri itu, tapi tak apa, demi mendapat tumpangan Kak Rere, pikirnya mesum.

"Loh, Lintang?" kaget Rere

"Eh? Kak Rere?" ucap Lintang berpura - pura terkejut. Iya, berpura - pura. Karna itu termasuk dalam skenario cabul yang telah disusun jagoan kecil kita ini. Huh.

"Kamu gak apa - apa? Ayok, masuk..." tanya Rere setelah menghampiri Lintang, gaun ketat hitam yang dikenakan Rere tak ayal menjadi tatapan para siswa maupun siswi yang juga hendak bertolak kerumah mereka masing - masing.

Segera setelah Rere memapah Lintang, toket jumbo itupun terasa mencolek badannya dengan kurang ajar. Memprovokasi sel - sel porno di dalam otaknya untuk segera berkonak ria. Terasa sempit lah seragam biru khas siswa sekolah menengah pertama yang dikenakan Lintang.

****

Bocah berambut mangkuk itu kini terduduk tertib di bangku penumpang depan, disamping kursi kemudi yang di isi Rere.

Iya tertib, setidaknya badannya. Karna kepala bocah itu sesekali menoleh kesampung, mencuri pandang batang kaki mulus dan toket brutal milik Rere. Si empunya aset hanya menatap kedepan fokus dengan kemudinya.

"Kakak bingung nih, enaknya gimana itu biar pinggangnya gak Sakit?" tanya Rere khawatir

"Ah, gapapa, Kak. Paling bentar lagi sembuh." balas Lintang 'Iya sembuh, kan bentar lagi Ka Rere bakalan aku entot, hehehe' lanjut Lintang percaya diri, tentunya hanya dalam hati.

Lampu merah, dan Rere menghentikan mobilnya tepat sebelum zebra cross. Sejenak mengalihkan pandangan yang sedari tadi hanya fokus ke depan, ke jalan. Begitu ia menoleh ke bocah yang sebentar lagi memasuki umur ke tujuh belas tahun itu yang padahal masih SMP, ia segera mendapati bahwa bocah itupun juga sedang menatapnya, menatap bongkahan payudara nya tepatnya.

"Mesum bener nih anak!" umpat Rere tergeli dalam hati

Sadar objek fantasi colinya sedang menatapnya, Lintang segera mengalihkan pandangannya ke depan dengan kikuk.

"Apa mau dipanggilin tukang urut aja?" tanya Rere lalu kembali menjalankan mobilnya, lampu sudah hijau.

"Ah, gausah Kak. Gapapa kok, bener deh..." balas Lintang

"Ka Rere aja yang urut kalo bisa sih," lanjut Lintang. Duh, keceplosan! batin Lintang mengutuki dirinya sendiri

"Ha? Kakak yang apa?" tanya Rere

"Eh, eng-enggak, Ka. Lupain aja, ehehe" balas Lintang terkekeh

"Ih, apa nggak? Jangan bikin penasaran, huh!"

"Hmm... I-iya, kalo bisa sih... Kakak aja... Yang ngurut... Ehehehe..." balas Lintang

"Oh, itu... Kirain apaan, hmm..."

"Tapi Ka Rere nggak bisa ngurut tau, bukannya sembuh nanti malah tambah sakit, loh!" lanjut Rere

"Lintang maunya diurut Ka Rere! Huhu," rajuk Lintang lalu berpura - pura menangis

"Lah? Eh? Kok nangis? Iya - iya Ka Rere urutin nanti, jangan nangis dong, aduh..."

"Nah, gitu dong, hehehe..." balas Lintang terkekeh cabul

******

Pov. Sakti

http://www.imagebam.com/image/b26b8b935713324

(Syadzwina)

Hari jumat, emang sedikit ngeselin. Yang kalo dulu pas sma, jam sebelas udah dirumah dan siap - siap buat sholat. Tapi sekarang? Aku justru masih stuck di kampus sampe jam tiga sore nanti. Masih ada satu mata kuliah yang harus aku ikuti.

Di dekat gedung kampusku, ada sebuah pohon besar yang daun - daunnya 'rame' banget, dibawahnya ada bangku yang lumayan panjang dan aku biasa nongkrong disitu kalo lagi malas ke kantin. Temen - temenku juga sering disini, kayak sekarang ini nih, Setyo, temanku semenjak SMP yang sekarang berkuliah dan satu jurusan denganku, Kharinka, pacar Setyo, Tiara dan Syadzwina.

Kami mengobrol ringan, membahas beberapa mata kuliah dan seperti biasa, Tiara si biang gosip, membuka bahasan baru dengan topik gunjingannya yang selalu update. Aku tak begitu tertarik. Disamping aku yang tak begitu suka gosip, aku juga sedang berbincang dengan Syadzwina, atau yang sering dipanggil Wina.

Rumor berhembus dari dua bulan setelah aku berkuliah disini, gadis disampingku, Wina, yang sedikit terwaris gen Kanada dari almarhum Kakeknya itu, menyukaiku.
Jujur aku nggak nyangka sih. Sekarang coba bayangin, aku sama sekali nggak tampan, tapi ya nggak bisa dibilang jelek juga sih. Ya ada sih beberapa yang bilang kalo aku itu manis, imut, "Lu lebih cocok jadi cewek deh!" kata beberapa orang. Rambutku yang kubiarkan menggondrong, behel, dan kulitku yang putih, selalu membuat orang berkata "Lu tuh kayak bocah SMP tau nggak?" kepadaku. Tapi itu cuma penampilan, kok. Orientasi ngentotku tetap tertuju ke lawan jenis. Sumpah, gak bohong.

Wina, jujur aja ya, banyak banget cowok di kampusku ini ngejar - ngejar dia. Beberapa kali dia cerita kalo ada kakak angkatan yang sering ngirim bucket bunga, coklat yang mereknya pake bahasa jerman, macem - macem. Tapi cuma direspon biasa aja. Dia cuma bilang, kalo apa yang dikirim mereka ke rumahnya, nggak akan bisa ngerubah posisi seseorang yang udah dengan kurang ajar nempatin isi kepala dan hatinya.

Dan dari gelagatnya setiap dekat denganku, aku tahu benar siapa orang yang ia maksut itu.

Tapi entahlah.

Aku nggak bisa atau mungkin nggak tau harus ngerespon itu dengam cara apa. Oke, Wina cantik? Gausah aku jelasin kali ya, percampuran gen Kanada-Manado kayak apa? Dan, cerdas? Banget, aku tau dari Kharinka yang udah temenan sama Wina sejak SMA. Aku rasa, semua impian cowok tuh udah ada di Wina.

Tapi lagi - lagi, aku nggak tau harus ngerespon sikapnya dengan cara apa.

Disamping aku yang emang belum punya pengalaman soal hubungan - hubungan pacaran.

Jelas, kalian tau siapa yang sedang memenuhi fantasiku saat ini...

Iya, Tante Laras.

"Itu namanya Oedipus Complex, Sak." kata Setyo waktu aku cerita soal Tante Laras

"Maksutnya?" tanyaku

"Iya, kesukaan atau ketertarikan ke lawan jenis yang usianya lebih tua, namanya Oedipus Complex..." jawab Setyo lali meraih gitar yang teronggok di ujung kamar kosnya

"Kalo cuma sekedar fantasi? Tanpa ada rasa yang lebih ngarah ke perasaan cinta, gitu?" tanyaku

Setyo angkat bahu, "Itu ketertarikan. Kalo lo nggak tertarik, dia nggak akan jadi objek di dalem fantasi cabul lo itu," kata Setyo. Bener juga sih...

"Intinya deh, menurut lo, ini salah atau enggak?" tanyaku lagi

"Tergantung elo sih. Kondisi. Dia udah punya pasangan atau belum? Gitu aja." jawab Setyo sambil memetik gitarnya

Akupun dibuat termenung. Iya, dia udah punya pasangan, atau belum? Dan jawabannya jelas, udah. Dan seiring dengan kejelasan itu, maka kesimpulan absolutnya adalah; salah.

http://www.imagebam.com/image/7fdc4b935713684

(Syadzwina)

Lantas, aku harus gimana? Berenti tertarik sama Tante Laras? Itu ibarat ngubur tupai yang masih idup, jelas salah. Karna kalopun aku berenti, pertanyaan besar pasti bakal muncul, 'Emang gue bisa berenti?' jelasnya, kayak cinta pertama, entah, gue sih mikirnya gitu. Objek fantasi timbul dari ketertarikan. Mungkin sama kayak cinta, lo nggak bisa jatuh cinta sama seseorang tanpa tertarik terlebih dulu sama orang itu, disamping apa yang bikin lo tertarik sama dia. Iya, kan?

Lalu timbul sebuah asumsi yang kurasa melibas habis semua polemik diatas.

'Gue kan cuma mau ngentot sama dia, itu aja.'

Akupun tersenyun layaknya orang sinting di depan Setyo yang tiba - tiba mengubah alunan gitarnya menjadi nada minor yang menyeramkan.

Gelo, siah!

*****

Pov 3rd.

"Aduh, adu-duh... Aaa..." Lintang mengaduh - aduh menerima urutan - urutan Rere di pinggangnya

"Tahan dikit, tadi katanya minta Kakak yang urut, Kan?" tanya Rere

Lintang terlihat terlentang di sofa, kepalanya bersandarkan ujung sofa, Rere duduk disampingnya yang hanya menyisakan setengah pantat gadis itu.

Rere pun tak kuasa terkekeh geli di dalam hati, melihat apa yang ia pandang sekarang.

Gundukan di tengah selangkangan Lintang yang masih dibalut celana seragam.

"Dasar bocah mesum!" batin Rere tergelak

"Kerjain nggak ya?" lanjut batin Rere bertanya geli

Maka terciptalah suatu kondisi pelik di dalam otak masing masing kedua insan berlawan jenis itu

Pertanyaan tak kasat mata timbul diantara mereka

Siapa yang ngerjain siapa?

Awalnya, Lintang menjalankan skenario cabulnya, dan kini skenario itu ditanggapi mentah - mentah oleh Rere dan justru wanita itu berniat mengerjai bocah kecil itu.

Sungguh Rere pun tak menyangka. Bukan karna dia akan mengerjai birahi bocah itu, tapi perihal apakah nanti birahinya akan tersulut juga atau tidak?

Rere tahu betul dan sadar akan nafsunya sendiri.

Wanita itupun bisa cepat terbakar birahinya. Dan ketika itu terjadi, ia tak yakin bahwa perbedaan umur antara mereka akan jadi penghalang adegan yang selanjutnya akan terjadi...

Justru, saat ini, memori Rere terpental jauh sesaat ke masa lalu.

Kala ia masih kelas satu sma, dan entag bagaimana ceritanya memiliki pacar yang masih smp.

Dan hubungan itulah yang akhirnya merobek label keperawanan Rere, membuat sisi lain gadis itu terkuak. Sisi dimana Rere sebenarnya memiliki nafsu dan birahi yang amat besar. Setelah selesai dengan bocah smp yang menjadi pacarnya waktu itu, beberapa kali Rere memiliki hubungan dengan cowok - cowok baru. Dan bisa dipastikan, 9 dari 10 mantannya bisa dengan mudahnya merasakan lembah nikmar Rere dengan mudahnya, terkecuali Raihan yang memang tinggal di kota lain diluar pulau jawa. Sedikit, hanya sedikit saja rangsangan yang diterima, maka jalan menuju persenggamaan akan berlangsung tanpa penghalang.

Dan saat ini, saat kegiatan Rere memijat pinggang Lintang, hanya dengan melihat gundukan kelamin yang terbentuk di selangkangan Lintang, Rere merasakan celana dalamnya melembab basah.

Rere bukan tak berusaha melawan desiran hangat yang perlahan menjalari tubuhnya, perdebatan sengit terjadi di dalam otaknya, yang tentu saja dimenangkan oleh nafsu. Akan tetapi, Rere tidak, atau belum, bertindak apa - apa.

Dan sialnya, Lintang menyadari kegelisahan itu. Rere yang fokus memijat namun sesekali melirik kontolnya, duduk Rere pun tak teratur, menggeliat - geliat tak jelas, mengatupkan kedua pahanya rapat - rapat.

Lintang dengan kurang ajarnya, meletakkan telapak tangan kanannya di paha Rere, sambil mengaduh pura - pura tak kuat menahan ngilu di pinggangnya karna pijitan Rere.

Mulanya telapak itu tak bergerak, namun jemarinya dengan biadab mengelus paha Rere, samar namun terasa.

"Nghh.." lenguh Rere pelan, pelan sekali yang mungkin hanya Rere yang mendengar

"Ce-celananya agak diturunin aja... Sampe bawah pinggang... Bi-biar enak dipijitnya..." ucap Rere tiba - tiba yang menimbulkan senyum mesum samar di wajah Lintang

Dan itulah awal sebab persetubuhan liar yang selanjutnya terjadi di ruang tamu itu.

Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd