Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RUMAH KUNO PENINGGALAN IBU NUNING

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER 2

Motor sport Daniel melaju setelah dirinya menyelesaikan acara pekuliahan yang cukup melelahkan dan sangat membosankan. Daniel menaikkan kecepatan motornya menyalip banyak kendaraan dengan lihai di jalanan. Saat matahari berada di tiga perempat perjalanan, Daniel pun sampai di rumahnya. Pemuda tampan itu masuk ke dalam rumah lewat pintu samping yang menghubungkan garasi dengan ruang tengah. Daniel melihat Adelia sedang asik menyaksikan acara televisi kegemarannya sambil tertawa terbahak-bahak. Daniel bertanya pada Adelia dimana ayah dan ibu mereka berada. Adelia menjawab bahwa orangtua mereka berada di ruang menara barat. Daniel pun segera bergerak ke tempat yang ditunjuk adiknya itu.

“Ruangan ini kita ganti saja lantainya. Terlalu banyak yang rusak.” Lucas berkata sambil membelai janggutnya sambil mengamati ruang berbentuk lingkaran ini. Lucas melihat ke arah jendela yang mengarah ke menara timur. Lucas melihat sekilas sosok wanita bergerak di kamar Adelia. Lucas pun melanjutkan ucapannya, “Kita juga harus mengganti kusen-kesennya. Sudah agak lapuk.”

“Dicatat!” Ucap Hanna sambil mencatat sesuatu dalam buku kecil di tangannya. "Bagaimana dengan listrik?" Tanya Hanna kemudian.

"Hei ...! Ibu ... Ayah ... Kelihatannya sangat sibuk." Daniel berjalan menaiki tangga yang berderit dan memasuki ruang menara yang kosong. Dia terengah-engah karena menaiki tangga yang cukup tinggi. Daniel berhenti, membungkuk, dan meletakkan tangannya di pahanya. Daniel merasakan ketidak-nyamanan di penisnya membuat pergerakan pemuda itu lebih sulit. Celana Daniel tidak cukup mendukung dan dia sekarang berjalan dengan gaya berjalan yang aneh.

"Hei, sobat. Bagaimana kuliahmu?" Lucas balik bertanya pada putranya.

"Seperti biasa. Aman terkendali." Jawab Daniel sambil menatap kedua orang tuanya bergantian. Mereka mengenakan pakaian konstruksi yang berdebu.

"Aku melihat adikmu sudah di kamarnya." Lucas menunjuk ke luar jendela ke arah menara timur.

"Gak mungkin ... Adel ada di ruang tengah. Dia sedang menonton televisi." Daniel mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk ayahnya, tetapi tidak melihat siapa pun. "Mungkin itu Nidya?"

"Mereka pulang pagi ini." Hanna berkata sambil menyelipkan buku kecil di saku baju konstruksinya.

"Itu bukan Adel dan bukan Nidya?" Daniel berkata dalam hati. Daniel bertanya-tanya dalam hati, “Apakah itu Ibu Nuning?” Namun, setelah Daniel kehilangan keperawanannya tadi malam oleh Ibu Nuning, Daniel memilih untuk tidak membicarakan wanita aneh itu dengan orangtuanya.

"Aku benci berdebat!" Lucas menyipitkan mata ke menara timur.

"Kalau begitu jangan." Hanna menepuk punggung Lucas dan debu langsung membumbung di udara. Lucas tersenyum pada Hanna dan kemudian pada putranya. Bahkan dengan pakaian kerjanya yang compang-camping, Hanna tetap cantik. "Ceritakan sesuatu yang terjadi hari ini di kampus." Kata Hanna pada Daniel.

"Yah ..." Daniel menegakkan tubuh dan menghela nafas. Dia akhirnya menarik napas. "Kurasa aku butuh pakaian dalam baru. Aku benar-benar tidak nyaman. Apalagi saat olahraga."

"Hhhmm ... Ya, itu masalah yang harus segera diselesaikan." Hanna memberikan Lucas buku kecil dan pulpen dimana dalam buku kecil itu tertulis segala sesuatu yang diperlukan dalam perbaikan rumah. "Ibu akan membantu Daniel menemukan pakaian dalam baru secara online." Hanna berjalan menuju Daniel. Lantai yang rusak mencicit protes di bawah sepatu ketsnya. Kuncir kuda Hanna berayun-ayun di belakang kepalanya.

"Ayah benar-benar membutuhkan bantuan ibu. Biarkan Daniel yang mencarinya sendiri!" Ungkap Lucas setengah memprotes istrinya.

"Ayah bisa mengerjakan sendiri. Ayah lebih tahu apa yang dibutuhkan rumah ini." Hanna meraih tangan Daniel dan membawanya kembali menuruni tangga.

"Kamu sudah mencuri istriku, Daniel ..." Ucap Lucas agak keras namun bernada canda. Daniel dan Hanna tertawa mendengarnya.​

---ooo---​

"Sulit juga menemukan yang cocok." Hanna terus menggulir halaman website di laptopnya. "Maksud ibu, jika kita mendapatkan XXL, itu hanya akan menggantung pantatmu. Ukuran itu kedodoran di mana-mana kecuali satu tempat itu."

"Itu, Bu... Coba yang itu!" Daniel menunjuk ke layar dan Hanna berhenti menggulir. "Boxer mikro itu. Dikatakan dibuat untuk pria dengan paket besar."

"Ya, syukurlah." Hanna mengklik tautan dan menyesuaikan kacamata bacanya. "Bagus hingga lima belas senti saat lunak," Hanna membaca. "Seberapa besar barangmu, Daniel?"

"Aku tidak tahu." Daniel tiba-tiba sadar bahwa bahunya bersandar di bahu ibu tirinya karena kursi mereka bersebelahan. Sentuhannya hampir seperti listrik. Daniel sedikit menjauh darinya.

"Ayolah. Ibu tahu semua pria mengukurnya. Terutama remaja. Kamu pasti pernah mengukurnya." Hanna berbalik untuk menatap Daniel dan mencoba menawarkan senyum meyakinkan seperti ini semua sangat normal, meskipun mereka berdua tahu itu tidak normal.

"Aku tidak mengukurnya. Apalagi setelah berubah." Daniel menghela napas sambil menatap wajah ibu tirinya. Napas Hanna terasa manis dan bibirnya tampak begitu montok dan mengundang. Daniel telah mencium beberapa gadis, tetapi tidak ada yang sewanita Hanna. Daniel menatap mata cokelat Hanna yang hangat, diperbesar oleh kacamatanya. "Ambil saja yang ini, Bu .... Aku yakin medium akan cocok."

"Omong kosong ... Belum tentu cocok. Kamu harus diukur dulu. Ibu akan membawa ayahmu ke sini dan dia akan mengukurmu." Hanna melepas kacamatanya, berdiri, dan berjalan menuju pintu.

"Tidak, Bu. Aku akan malu jika harus menunjukkannya lagi padanya." Daniel menenggelamkan tangannya dalam posisi doa. "Bisakah ibu saja yang melakukannya, tolong?"

Hanna berhenti dan menoleh ke belakang. Daniel terlihat begitu tulus. "Baik. Ibu akan mengambil pita pengukur di dapur."​

---ooo---​

Adelia kini sedang bermain game dengan layar televisi 32 inci di depannya. Dia duduk bersila di sofa, tangannya memegang joystick berwarna hitam dan pikirannya terkonsentrasi pada game yang sedang dimainkan. Adelia sedang bermain game strategi soal jaman feudal, selalu bersumpah serapah sembari menekan tombol joystick penuh semangat. Ruangan yang luas itu terasa hampir nyaman untuk bermain game.

"Main game memang sangat menyenangkan." Kata suara yang tidak dikenal Adelia. "Saya selalu bermain game di ruangan ini juga. Api selalu membuatnya sangat nyaman dan nyaman."

Terkejut, Adelia mendongak untuk melihat seorang pemuda berusia sekitar 20 tahunan bersandar di rak kayu besar. Yang lebih mengejutkan, api sekarang berkobar di perapian. Kebisingan speker televisi bersaing dengan letupan api yang menyala-nyala. Adelia merasa berada di ruangan baru. Ada kepala binatang di dinding. Tapi seperti dalam mimpi, Adelia menerima keadaan baru dan fantastik ini sebagai hal biasa. Pemuda berambut hitam pendek itu lumayan tampan, namun penampilannya sangat jadul, "Maaf, siapa kamu?"

"Saya Dimas. Dan kamu...?" Dimas membungkuk dan mengangkat alisnya, dengan jelas ia ingin mengetahui nama gadis cantik di depannya.

"Aku Adelia." Jawab gadis itu sambil terkikik lirih. Anehnya Adelia merasa nyaman bersama pemuda yang baru saja dikenalnya. "Berapa umurmu, Dimas?" Adelia meletakkan joystick di atas meja dan menyisir rambut hitamnya yang panjang ke belakang bahu.

"Aku dua puluh tahun." Jawab Dimas sambil tersenyum ramah. Dimas pun melanjutkan ucapannya, "Dan selalu dua puluh tahun."

"Yey ... Itu gak mungkin. Aku berumur delapan belas tahun, tapi tidak selalu." Adelia tertawa lagi. "Misalnya, hanya beberapa minggu yang lalu aku berusia tujuh belas tahun."

"Saya mengerti." Dimas tersenyum. "Permainan seperti apa yang kamu suka mainkan?"

"Entahlah. Kebanyakan game strategi." Adelia melihat sekeliling ruangan. Dari mana semua perabotan berhias itu berasal? Api memancarkan segala sesuatu dengan cahaya oranye, tetapi tidak memberikan panas.

"Saya tidak tahu apa itu game strategi." Kata Dimas sambil geleng-geleng kepala.

"Permainan apa yang kamu mainkan?" Adelia tersenyum pada pemuda aneh ini.

"Saya paling sering memainkan permainan duniawi. Itu yang paling menyenangkan. Kamu harus mencobanya juga." Dimas melihat ke bawah ke celananya dan ada tonjolan yang jelas tumbuh di sana. Segera itu menjadi tenda yang sangat besar.

"Ya ampun. Apa itu?" Senyum Adelia memudar.

"Apakah kamu ingin saya menunjukkannya padamu?" Dimas mengangkat bahu lalu mengulurkan tangan untuk membuka kancing celananya.

"Tidak. Aku tidak ingin melihatnya." Adelia menggelengkan kepalanya. "Terlalu besar. Terlalu besar," teriak Adelia.

"Adelia, sayang?" Suara Hanna menggema di seluruh ruangan.

Dimas, api, dan manifestasinya yang lain berkilauan dan kemudian menghilang. Adelia mengerjapkan matanya. Ternyata gadis itu ketiduran. Adelia mendudukan diri yang belum sadar sepenuhnya sambil mengucek mata agar dapat melihat dengan jelas.

Hanna berjalan ke ruang tengah menghampiri anak gadisnya. "Ada apa, Adelia?" Hanna bertanya dengan tangan memegang pita pengukur. Ekspresi khawatir terlihat jelas di wajah Hanna. "Ibu mendengarmu berteriak."

"Itu hanya mimpi buruk." Adelia melihat sekeliling ruangan dengan bingung. Semuanya sama seperti sediakala. "Aku baru saja tertidur saat menonton televisi." Adelia mengambil remote dari meja lalu mencari-cari chanel televisi.

"Oh, baiklah." Hanna mengangguk. "Ibu harus membantu kakakmu, setelah selesai ibu akan bersamamu di sini."

"Terimakasih Ibu." Adelia melambai padanya.

"Sama-sama, sayang." Hanna melangkah ke aula dan kembali ke ruang kerja.​

---ooo---​

"Wow, Daniel. Sepertinya punyamu ini lebih besar dari kemarin." Hanna berlutut di depan putranya, pita pengukur di tangan. Hanna melihat benda gantung besar itu, seekor leviathan tangguh yang belum terbangun dari tidurnya. Tatapan Hanna beralih ke dua bola tumescent itu. Dagingnya yang kasar disilangkan dengan urat ungu kecil yang mengalir ke segala arah. Hanna sekarang tidak bisa menahan gelenyar rasa yang tidak asing menggelitik di beberapa bagian tubuhnya yang sensitif.

"Aku kira gak juga. Dia masih seperti yang kemarin" Kata Daniel.

Tiba-tiba, Daniel melihat Ibu Nuning masuk ke ruang kerja dengan cara menembus pintu yang memang tertutup. Ibu Nuning terlihat melayang lembut dan pelan sambil meletakkan jari pucat ke bibir merah mudanya dan tersenyum pada Daniel. Gaunnya yang menyentuh lantai tidak mengeluarkan suara saat dia melayang dengan anggun ke dalam ruangan. Perutnya yang hamil tidak sepenuhnya tertutup oleh kain bermotif yang ia kenakan. Kedatangan Ibu Nuning itu tidak diketahui Hanna karena posisi Hanna yang membelakanginya.

"Ya ... Mari kita selesaikan ini." Hanna mengulurkan tangan kirinya, ragu-ragu, dan kemudian memegang batang lunak itu. "Ini sangat hangat, lembut dan panjang." Hanna berkata dalam hati sambil terus menahan gairahnya. Hanna membawa pita pengukur dan membukanya. "Lima, enam, tujuh inci. Ya ampun, Daniel. Meskipun kamu tidur tapi kamu lebih panjang dari ayahmu saat dia ereksi." Hanna tidak sengaja mengatakan itu dengan lantang saking kagumnya dengan junior Daniel.

"Betulkah?" Daniel memperhatikan Ibu Nuning saat dia berdiri di belakang Hanna. Ibu Nuning menyatukan tangannya sebagai tanda ia senang. Ibu Nuning mengangguk dan tersenyum manis ketika dia melihat bahwa Daniel mengerti.

"Oke, tujuh inci itu." Hanna meletakkan pita pengukur di lantai, tetapi untuk beberapa alasan dia belum melepaskan penis putranya. "Mungkin boxer mikro itu akan berhasil. Tujuh hampir mendekati delapan."

"Eh, Ibu." Daniel berusaha untuk tidak tergagap. "Kita harus ... melihat dia menegang." Daniel memandang Ibu Nuning saat dia dengan penuh semangat mengangguk dan kemudian tatapan Daniel jatuh ke mata indah ibu tirinya. Jelas ada ketegangan gugup di mata indah itu.

"Ibu rasa tidak, Daniel." Warna merah terkuras dari wajah Hanna. Dia menggigit bibir bawahnya. "Kecuali ... Kecuali ... Jika menurutmu itu sangat penting."

"Itu sangat penting, Bu ... Bagaimana kita bisa menjamin celana dalamnya cocok bila diukur saat tertidur. Kita juga harus mengukurnya saat bangun ... Aku butuh bantuanmu, Bu." Bujuk Daniel yang langsung mendapat sambutan senang dari Ibu Nuning.

"Oke ... oke ... oke ..." Hanna mengambil napas dalam-dalam dan melihat kembali ke penis yang lembek. "Ibu akan membantumu kali ini agar kita bisa membeli pakaian dalam yang tepat." Tangan kiri Hana membuat pukulan tentatif ke atas dan ke bawah poros Daniel. Hanna berhenti, dan dibelai lagi, dan lagi. Tak lama kemudian, Hanna memiliki ritme yang bagus. Hanna bisa merasakan benda di tangannya membengkak saat darah Daniel mengalir ke dalamnya. "Ini dia. Apakah ini cukup?"

"Belum." Daniel melihat payudara Hanna berguncang di bawah kausnya saat dia bekerja keras. Tentu hal itu membantu membuat Daniel keras.

"Belum? Oke ... Oke ...!" Hanna meraih kontol raksasa Daniel dengan tangan kanannya juga dan menyatukan kedua tangannya pada poros Daniel. Hanna belum pernah melakukan handjob dengan dua tangan sebelumnya. “Oh, tidak. Ini salah tapi menyenangkan.” Pikirnya dalam hati. Hanna memberi Daniel handjob. Itu benar-benar terjadi.

"Ibu bisa ... mengukurnya ... sekarang ..." Daniel terengah-engah dan sudah sangat dekat. Daniel berusaha keras untuk tidak memuncratkan air mani ke wajah ibu tirinya.

"Untunglah." Ucap Hanna yang masih mengelus kontol raksasa Daniel dengan tangan kirinya. Hanna mengulurkan tangan dan meraih pita pengukur dengan tangan kanannya. Hanna harus benar-benar menghentikan handjob sekarang, tetapi untuk beberapa alasan dia tidak bisa. Hanna masih merasa senang mempermainkannya. "OMG, Daniel ... Panjangnya sepuluh inci." Ucap Hanna takjub.

Di belakang Hanna, Ibu Nuning mengangguk dan tersenyum, memberi semangat kepada Daniel. Dengan tangannya yang putih bersih, dia membuat gerakan seperti gunung berapi yang meletus. Dia mengucapkan kata-kata isyarat itu agar Daniel mengeluarkan spermanya. Daniel menggelengkan kepalanya pada wanita hamil itu.

"Bu... kau... harus berhenti. Atau..." Daniel mendesah sambil menahan ejakulasinya sekuat tenaga. Daniel tidak mau membasahi wajah Hanna dengan air maninya.

"Maaf, Daniel." Tangan kiri Hanna akhirnya berhenti dan dia melepaskan leviathan yang terbangun. "Pergi, urus itu di kamar mandi." Perintah Hanna kemudian.

Ibu Nuning mengerutkan kening, dan untuk sesaat wajahnya yang cantik itu tampak cukup gelap. Ibu Nuning kecewa dan kesal. Ibu Nuning berbalik dan melayang ke lemari, dan menghilang di dalam.

"Terimakasih Ibu." Daniel hanya mengenakan t-shirt-nya, melangkah mengitari ibunya dan berlari ke pintu ruang belajar. Kontol raksasanya melambung liar di depannya. Daniel membuka pintu dan menghilang di lorong dalam perjalanan ke kamar mandi.

Hanna berbalik untuk melihatnya pergi. Itu sangat membuatnya horny, betapa seksinya dia. Hanna mengambil napas dalam-dalam dan berdiri. Hanna lalu kembali ke laptopnya dan memesan beberapa boxer mikro untuk Daniel. Ketika Hanna melihat pintu lemari terbuka. Itu aneh. Dia berjalan ke pintu dan meletakkan tangannya di atasnya untuk menutupnya, tetapi berhenti ketika dia melihat apa yang tergantung di dalamnya.

Hanna melihat gantungan hitam ada kamisol dan korset biru muda. Pakaian dalam victoria. Itu tampak sedikit seksi, tetapi juga cukup cantik. Hanna bertanya-tanya apakah Lucas ingin melihatnya mengenakan pakaian itu. Kemudian dia bertanya-tanya bagaimana perasaan Daniel jika dia melihatnya seperti itu. Akankah sepuluh incinya mengeras ketika dia menampilkan dirinya kepadanya? Oh, apa yang dia pikirkan? Itu gila. Hanna akan memakainya untuk Lucas saja, bukan untuk Daniel. Hanna berbalik dan berjalan kembali ke laptop dan memesan beberapa pakaian dalam baru untuk Daniel.​

---ooo---​

"Bagaimana menurutmu, sayang?" Hanna berputar-putar di tengah kamar tidur mereka. Hari sudah larut, dan Hanna merasa bersemangat untuk pertama kalinya dalam beberapa hari. Malam ini sempurna untuk romansa.

"Kamu terlihat sangat seksi, sayang." Lucas memandang Hanna dari atas ke bawah dari posisinya di tempat tidur. Korset memang mendorong payudara Hanna ke atas, dan kamisol itu menonjolkan kontur pinggulnya. "Di mana ibu menemukan itu?"

"Di lemari ruang kerja." Hanna berdiri dan memiringkan pinggulnya ke samping. Dia merasa sangat seksi dengan pakaian dalam itu. Vaginanya mulai menetes saat dia mengencangkan korsetnya.

"Tapi, ibu memakai pakaian dalam orang lain?" Lucas bertanya-tanya, bagaimana Hanna bisa mengabaikannya.

"Jangan khawatir ayah ... Ibu mencucinya dulu." Hanna pura-pura cemberut dan berjalan ke tempat tidur. "Ayolah, ayah. Aku ingin bercinta denganmu. Aku ingin merasakan penismu di dalam diriku." Hanna merangkak naik ke tempat tidur.

"Baiklah, datang dan ambillah, sayang." Jawab Lucas sangat bersemangat.

Lucas menarik Hanna ke dalam pelukan. Mereka pun terlibat foreplay untuk beberapa saat. Lucas selalu percaya diri dengan ukuran tubuhnya. Sekarang, Hanna tidak merasa yakin setelah melihat bahkan memegang kejantanan Daniel. Mau tidak mau, Hanna akan membandingkan milik Lucas dan milik Daniel. Mereka pun bercinta manis di kamar baru mereka, dan Lucas setidaknya bersyukur bahwa dia bertahan lebih lama dari biasanya. Hampir tujuh menit.

Lucas tidak pernah tahu kalau Hanna selalu menyembunyikan kekecewaannya dengan baik. Untuk kali pertama dalam hidupnya, Hanna menginginkan lebih dari apa yang bisa diberikan Lucas. Hanna sadar kalau itu salah. Hanna pun mencoba menyingkirkan perasaan itu dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan kembali normal. Tetapi saat Hanna tertidur malam itu, pikirannya terus kembali ke visi penis megah putranya, yang sepenuhnya kaku dan sangat keras di jari-jarinya yang gemetar.​

---ooo---​

Seminggu berlalu dan keluarga Lucas menetap di rumah baru mereka. Sebagian besar kejadian aneh yang mengganggu mereka saat pertama kali pindah, telah hilang. Sepanjang itu, Hanna masih memiliki lamunan memegang kejantanan Daniel. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu lamunan tersebut telah berkurang, dan Hanna berharap pikiran-pikiran itu akan segera lenyap sama sekali.

Daniel belum pernah lagi melihat Ibu Nuning sejak wanita aneh itu mendorongnya untuk ejakulasi di wajah ibu tirinya. Ya, saat itu Daniel menolak permintaan Ibu Nuning. Ketidakhadiran Ibu Nuning sedikit banyak mengganggu Daniel. Kadang Daniel merasa gila karena merindukan bercinta lagi dengan Ibu Nuning. Daniel pikir Ibu Nuning luar biasa, seks dengannya adalah luar biasa. Daniel tidak ingin vagina yang mengambil keperawanannya menghilang selamanya.

Adelia juga tidak pernah melihat Dimas lagi dan itu tidak masalah baginya. Adelia menyukai rumah barunya, dan semakin menyukai kamar menaranya dengan pemandangan padang rumput yang luas di sekitar rumah baru mereka.

Senin malam, semua anggota keluarga baru saja menyelesaikan makan malam bersama. Lucas giliran yang mencuci piring dan gelas serta alat-alat lain bekas makan di westafel. Tiba-tiba Lucas menggerutu karena saluran pembuangan macet. Lucas pun segera berjongkok lalu menggerak-gerakkan selang pembuangan air di bawah westafel. Mata Lucas menangkap sebuah kotak kecil yang terbuat dari kayu jati di ujung kirinya. Lucas pun mengambil kotak tersebut yang menurutnya tidak harus ada di sana. Selanjutnya, Lucas menyelesaikan tugas mencucinya lalu berjalan ke meja makan. Lucas membuka kotak kecil tersebut setelah ia duduk di kursi meja makan. Beberapa kertas tua yang terlipat adalah isi dari kotak yang Lucas temukan. Lukas pun membaca isi kertas tersebut. Lucas manggut-manggut karena kini dia tahu sejarah rumah barunya. Lucas pun berjalan ke ruang tengah di mana semua anggota keluarganya berada di sana.

“Bu ...” Kata Lucas saat ia berada di sofa tempat Hanna, Daniel, dan Adelia duduk. “Ayah menemukan catatan sejarah di bawah westafel. Catatan ini mengatakan kalau pemilik pertama rumah ini adalah pasangan Frederick dan Nuning. Bangunan ini dibangun tahun 1716 sebagai rumah pribadi pejabat kompeni saat itu. Nuning atau Madame Nuning mati terbunuh saat dia sedang mengandung tujuh bulan.” Jelas Lucas sambil memberikan kertas di tangannya pada Hanna.

Tentu saja Hanna terperanjat hebat. Hanna mengenali nama itu dari mimpinya di perpustakaan. Apa yang digambarkan Lucas tentang sosok Ibu Nuning sama dengan apa yang disaksikan dalam mimpinya. Sebongkah kegelisahan mulai merasuk. Hanna teringat dengan cerita Hariz saat transaksi pembelian rumah ini. Hanna merasa apa yang dikatakan Hariz bukanlah isapan jempol belaka.

“Ayah ingat cerita Hariz tempo hari?” Hanna bertanya pada Lucas dengan ekspresi khawatir.

“Ya ... Tapi itu hanya sejarah. Apa yang dia katakan tentang Ibu Nuning sebagai pemilik benar. Tapi, cerita Ibu Nuning menampakan diri adalah omong kosong.” Jawab Lucas santai.

Daniel membeku ketika dia mendengar pembicaraan orangtuanya. Daniel sangat tahu jika Ibu Nuning adalah hantu. Hantu baik yang telah memberinya ‘sesuatu’ yang sangat berharga. Daniel harus memikirkan cara agar semua penghuni rumah ini mengabaikan dan melupakan Ibu Nuning. Daniel tidak ingin penghuni rumah mengetahui eksistensi Ibu Nuning di rumah ini.

“Frederick dan Madame Nuning tinggal di rumah ini selama dua belas tahun.” Lucas berkata sambil memperhatikan wajah istrinya yang terlihat pucat. “Hei! Ibu kenapa? Sudahlah Bu ... Jangan dipikirkan cerita Hariz. Itu tahayul. Gak ada orang mati hidup lagi.” Kata Lucas kemudian sambil tersenyum.

“Benar Bu ...” Adelia menimpali. Kemudian Adelia menghadapkan wajahnya pada Lucas, “Ayah ... Apakah catatan itu menceritakan juga seorang pemuda?” Ucapan Adelia membuat hati Daniel semakin bergetar.

“Tidak ... Tidak ada catatan seorang pemuda. Kenapa kamu menanyakan itu?” Tanya Lucas seraya menoleh ke arah Adelia. Kegelisahan Daniel sedikit mereda.

“Tidak apa-apa, ayah ...” Ucap Adelia sambil tersenyum lega. Adelia sebenarnya sempat berpikir di rumah ini ada hantu laki-laki juga. Betapa konyolnya itu.

Daniel pun memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa berkomunikasi dengan hantu. Daniel ingin sekali Ibu Nuning mengunjungi kamarnya lagi. Daniel benar-benar merasa rindu pada Ibu Nuning dan rindu bercinta lagi dengannya. Daniel terdiam dalam lamunan. Pikiran pemuda itu seakan membawa dirinya kembali ke masa lalu yang baginya hal itu akan selalu menjadi sebuah kenangan indah.​

---ooo---​

Hanna terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berubah total. Hingga ia tersadar bahwa tidak hanya dirinya namun dunianya pun berubah. Hanna bangkit dan melihat situasi sekitar. Hanna yakin ini kamarnya dan melihat Lucas tertidur di sebelahnya. Namun, ornamen dan aksesoris ruangan tidak seperti sebenarnya. Saat ini Hanna melihat ornamen dan aksesoris ruangan yang bernuansa kuno. Tempat tidur kayu jati, lemari kayu ukiran, foto-foto di kamar berubah semua, dan lain sebagainya yang semuanya berubah total.

Tiba-tiba Hanna merasa ada suara halus yang memanggil-manggil namanya. Hanna yang telanjang turun dari tempat tidur lalu menyambar kemeja flanel milik Lucas yang tergantung di capstock yang ada di belakang pintu. Hanna memakai kemeja flanel tersebut sambil terus mendengar bisikan-bisikan halus yang menyebut namanya. Bisikan halus tersebut berasal dari luar kamar. Hanna memeluk tubuhnya dan berjalan keluar kamar.

Tanpa disadari sepenuhnya, kaki Hanna terus melangkah mengikuti alunan suara halus di telinganya. Hanna perlahan menuruni tangga. Ruang tengah terlewati yang akhirnya Hanna berdiri di depan pintu perpustakaan. Pintu perpustakaan terbuka sedikit. Terdengar suara tamparan menggema keluar dari dalam ruang perpustakaan. Hanna menghela nafas keras sebelum mendorong pintu perpustakaan yang sedikit terbuka tersebut.

Ya, ampun!!!” Batin Hanna menjerit dengan kedua tangan menutupi mulutnya yang menganga.

Seorang wanita hamil berambut hitam panjang sedang bergerak naik turun di atas seorang pemuda. Si wanita mendesah kenikmatan saat bergerak naik turun di atas tubuh si pemuda. Hanna tahu kalau si wanita hamil itu adalah Ibu Nuning yang pernah ia temui di tempat ini sebelumnya. Dengan perut hamil yang matang, putingnya yang gemuk dan gelap, Ibu Nuning cukup menarik perhatian. Tetapi apa yang membuat adegan itu benar-benar mengejutkan Hanna adalah penis monster si pemuda yang keluar masuk di tubuh Bu Nuning.

“Ini mimpi ... Ini mimpi ...” Hanna menggeleng-gelengkan kepala bermaksud tersadar dari mimpi ini.

Sialnya, Hanna tidak bisa terlepas dari mimpi yang sedang menjeratnya kali ini. Mata Hanna malah terus dipaksa untuk menyaksikan adegan panas antara Ibu Nuning dengan pemuda itu. Hanna sempat bingung dengan reaksi tubuhnya yang tiba-tiba merasa ada gelenyar aneh menyelimutinya, tetapi setelah itu dia sadar, gejolak ini adalah tanda kalau dirinya horny. Hanna meletakkan tangan di antara kedua kakinya, di bawah lipatan kemeja Lucas dan merasakan celahnya. Hanna belum pernah sebasah ini sebelumnya.

“Nyonya Hanna ...” Ibu Nuning menoleh ke arah Hanna yang sedang berdiri di ambang pintu perpustakaan. Ibu Nuning pun tersenyum manis. "Kamu menemukanku... dan... uh... uh... uh... Dimas ..." Pinggul Ibu Nuning terus bergerak dengan ritme yang stabil. Ibu Nuning memegang perutnya yang bundar dengan satu tangan dan payudara yang membesar dengan tangan lainnya. "Kamu tidak sedang bermimpi ... Hanna ... Ooohh ..."

"Kamu sangat... begitu... Ooohh..." Tangan Hanna bergerak di antara kedua kakinya. Dia tidak pernah menyentuh dirinya sendiri dalam kehidupan nyata, tetapi dalam mimpi ini ia sangat ingin.

“Ooohh ... Hanna ... Ini sungguh nikmat ...” Ibu Nuning memperhatikan Hanna dengan sedikit menggoda. “Aku tahu kalau kamu merindukan kenikmatan ini ... Aaahh ... Uuugghh ...” Ucap Ibu Nuning sambil tetap bergerak naik turun. “Kamu suka apa yang kamu lihat, bukan? Aku menawarkan ini dan lebih banyak lagi. Kamu hanya perlu menyebut kalau kamu menginginkannya. Sebutkan keinginanmu, Hanna ... Sebutkan ...!”

"Tidak!!!" Hanna menggelengkan kepalanya dan jari-jarinya menemukan klitorisnya. Listrik naik ke tulang punggungnya. Tangannya bergerak lebih cepat dan Hanna merasakan klimaksnya mendekat.

"Ayolah Hanna! Lihatlah! Dimas mengisi rahim ibunya lagi." Ibu Nuning mendorong dengan gelisah saat Dimas menggerutu di bawahnya. Mata Ibu Nuning berputar ke belakang saat Dimas membasahi bagian dalam tubuhnya oleh air mani.

"Tidak!!! Tidak mungkin...!!! Tapi...!!!" Hanna menggumamkan orgasmenya yang luar biasa, tubuhnya mengejang kuat dan membiarkan kemeja Lucas terbuka. "Anakku ...!!!" Hanna berteriak saat orgasme menyapu dirinya.

"Sayang ..." Lucas memanggil istrinya dari pintu kamar mandi utama. "Ibu sudah kesiangan ... Saatnya bangun!"

"Apa?" Hanna membuka matanya. Dia berada di tempat tidur dengan kemeja flanel Lucas yang melilitnya. Hanna bangkit dan duduk bersila di atas kasur. Dirinya masih mencari makna mimpinya semalam.

Tak lama, Hanna merangkak turun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi. Hanna membersihkan tubuhnya dengan teliti sambil terus memikirkan mimpinya tadi malam. Mimpi yang membuatnya seakan-akan nyata, mimpi yang membuatnya semakin tak berdaya. Mimpi itu membuat Hanna gusar dan mendamba dalam waktu yang bersamaan. Wanita cantik itu berusaha mengontrol dirinya untuk mampu menahan atau mengendalikan dorongan-dorongan seksual yang timbul dari dalam dirinya. Celakanya, dorongan itu semakin kuat padahal otak Hanna berusaha menolak.​

---ooo---​

Daniel memutar keran dan air keluar dari shower membasahi kepalanya. Daniel menunduk, membiarkan air terus membasahi tubuhnya. Pemuda tampan itu menatap wajahnya di cermin. Menatap pantulan dirinya seolah berbicara pada diri sendiri. Daniel bukan lagi sangat merindukan Ibu Nuning tetapi sudah teramat sangat merindukannya. Entah kenapa, dalam beberapa hari belakangan Daniel merasa sangat ingin bercinta yang keras dengan hantu cantik itu. Daniel ingin memasukan kejantanannya ke dalam lubang nikmatnya yang dingin dan Daniel lah yang ingin memimpin percintaan.

Daniel yang sedang asik menghayal sembari mengurut-urut batang raksasanya terkejut setengah mati saat dengan tiba-tiba seorang wanita melewati tirai kamar mandinya. Keterkejutan Daniel hanya sekejap, hanya beberapa detik saja senyum Daniel mengembang dan hatinya merasa sangat bahagia.

"Kontol yang sangat hebat. Tapi sayang sekali, hanya digunakan seperti itu." Ibu Nuning menarik tirai kamar mandi dengan perlahan hingga mata hijaunya dapat melihat tubuh telanjang Daniel seutuhnya.

"Syukurlah ... Ibu Nuning kembali." Daniel berdiri di sana dengan air mengalir di atas tubuhnya, kedua tangan masih memegangi di penisnya. "Aku pikir Ibu Nuning akan pergi selamanya."

"Kamu mengecewakanku, Daniel!" Ibu Nuning merapikan gaunnya yang lusuh, tangannya menempel di perutnya yang membuncit. Bibir Ibu Nuning mengerucut ke bawah, sebagai tanda bahwa kalau dia kecewa. “Aku menginginkan Hanna mengeluarkan air manimu dengan tangannya dan aku sudah memerintahkanmu. Tapi kamu menolaknya.”

"Tapi dia ibuku." Daniel melepaskan penisnya dan meraih hantu itu. Salah satu tangan Ibu Nuning yang sedingin es dengan lembut menghalau tangan Daniel.

"Dia bukan ibumu ...!!!" Nada Ibu Nuning meninggi. “Aku ingin dia mengeluarkan spermamu dengan tangan atau mulutnya. Apakah kamu tuli?!”

"Itu tidak akan terjadi ... Dia ibuku ... Aku tidak akan melakukan itu pada ibuku." Ucap Daniel memelas.

"Kamu adalah pemuda yang keras kepala." Kata Ibu Nuning sambil mendekat lalu melingkarkan tangannya ke leher Daniel. "Kita akan membuatkan kesepakatan ... Suruh dia untuk mengeluarkan air manimu dan kita akan bercinta lagi di tempat tidurmu. Bagaimana?"

"Ibu Nuning ingin dia ... eh ... mengeluarkan spermaku?" Daniel tergagap dan horny. Mata Daniel beralih dari wajah cantik dan hangat itu ke lekuk payudaranya yang tersembunyi di balik gaunnya.

"Aku ingin dia mengeluarkan spermamu. Dia harus mengeluarkannya. Aku akan menganggap itu sebagai pembayaran untuk percintaan kita lagi. Jangan mengecewakanku lagi, Daniel ..." Ibu Nuning menghilang begitu saja dari hadapannya.

"Mungkin ... eh ... mungkin ... oke." Kata Daniel. Mau tidak mau dia harus melakukannya. Dia ingin merasakan kembali vagina Ibu Nuning.

Daniel segera keluar dari kamar mandi setelah mengeringkan tubuhnya. Dia berjalan ke kamarnya lalu menggunakan pakaian bersih sebelum turun ke lantai satu untuk sarapan. Sambil menyisir rambut di depan cermin, Daniel berusaha mengumpulkan keberanian dan kepercayaan diri. Daniel memang bertekad untuk bisa mengajak Hanna melakukan blowjob pada dirinya sebagaimana yang diinginkan Ibu Nuning. Daniel benar-benar menginginkan Ibu Nuning sehingga tidak ada cara lain selain memenuhi keinginan hantu cantik dan seksi itu.

Daniel turun ke lantai satu dan langsung ke ruang dapur. Di sana sudah berkumpul semua anggota keluarganya. Daniel mengambil duduk persis di depan Hanna kemudian menikmati sarapannya. Obrolan ringan pun mengalir lancar di meja makan ini. Daniel beberapa kali mencuri-curi pandang kepada Hanna. Beberapa kali pula mata mereka saling bertatapan selama lebih kurang 20 detik. Waktu yang cukup lama untuk memastikan tak mungkin tak ada sesuatu di hati mereka masing-masing.

Setelah acara sarapan usai, Lucas dan Adelia pergi. Lucas pergi bekerja sedangkan Adelia pergi sekolah. Hanna dan Daniel mencuci peralatan bekas makan. Mereka berdiri berdampingan di depan wastafel. Pada saat itu keduanya merasa ada kecanggungan yang berlebih di sela obrolan mereka.

“Bu ... Ada yang ingin aku bicarakan.” Suara Daniel bergetar. Dia berusaha mengeluarkan seluruh keberaniannya untuk berbicara.

“Ada apa sayang?” Hanna menoleh dengan tatapan heran ke wajah Daniel.

“Mungkin ini sangat memalukan. Tapi, aku harus mengatakannya.” Daniel berkata sangat hati-hati.

“Katakan saja! Ada apa sebenarnya?” Tanya Hanna.

“Bu ... Maaf beribu maaf ... Ini masalah kemaluanku lagi.” Ucap Daniel pelan sambil menundukkan kepala.

Hanna membasuh tangan dan mengelapnya hingga kering. Hanna pun mengambil tangan Daniel dan mengajak putranya itu duduk di kursi meja makan. Posisi mereka saling berhadapan. Lutut mereka saling bersentuhan. Hanna memegang kedua tangan Daniel penuh kasih sayang.

“Katakan sama ibu ... Apa masalahmu?” Tanya Hanna dengan senyum manisnya.

Daniel menatap mata ibu tirinya dan berkata, “Sejak kemaluanku berubah seperti sekarang ini. Aku tidak bisa mengeluarkan sperma. Oh Bu, aku suka melakukan masturbrasi. Tapi sejak itu, aku tidak bisa ejakulasi.” Daniel berbohong.

“Oh ... Kalau begitu, kita harus pergi ke dokter.” Ucap Hanna lirih.

“Tidak, Bu ... Aku tahu ibu tidak punya banyak dana untuk membayarku periksa ke dokter. Ibu harus berbelanja untuk renovasi rumah. Maksudku, apakah ibu bisa menggantikan dokter untuk memeriksaku.” Suara Daniel kembali bergetar. Dia takut salah ngomong.

“Aku???” Hanna tentu saja terkejut.

“Ya ...” Jawab Daniel singkat dan pelan.

“Kamu tahu ... Saat ibu mengukur kemaluanmu, ayahmu sangat terlihat cemburu dan kesal. Sekarang, kamu meminta ibu untuk melakukan masturbrasi. Bagaimana perasaan ayahmu jika dia tahu?” Hanna menatap mata Daniel dengan sorot mata ketakutan. Di sisi hatinya yang lain, Hanna sebenarnya sangat menginginkan.

“Ayah tidak perlu tahu.” Jawab Daniel sangat pelan.

“Itu namanya curang ... Selingkuh ... Melakukannya adalah dosa.” Hanna mendesah. Wanita itu sangat bingung. Ada dua sisi saling bertentangan yang berperang dalam dirinya.

“Bu ... Tolong ... Aku mohon ...” Ucap Daniel sangat memelas macam pengemis yang belum makan dua bulan.

Daniel dan Hanna saling memandang. Seolah-olah dengan mata itulah mereka bicara. Hanna akan menolak keinginan Daniel, tetapi tiba-tiba terasa ada perubahan energi yang mengalir melalui diri wanita cantik itu. Hanna merasa hampir seolah-olah dia duduk di hadapan Daniel dengan gaun kuno dan korset. Gelenyar rasa geli bercampur nikmat, merambat dari bawahnya. Tentu saja, sekarang dorongan birahinya jauh lebih kuat dari pada otak warasnya.

“Baiklah ... Buka celanamu ...” Ucap Hanna pelan.

"Oh ... Terima kasih Bu ..." Daniel langsung membuka kancing jeans yang ia pakai dan melepasnya. Kontol raksasa Daniel yang keras itu menyembul keluar di bagian atas celana dalamnya.

"Boxer ini terlihat kurang pas untukmu." Hanna bergerak ke depan Daniel dan berlutut. "Boxer ini tidak muat untuk kemaluanmu." Hanna terkikik pelan saat ia mengulurkan tangan dan menurunkan celana dalam Daniel. Tawa Hanna berhenti ketika penis Daniel tampak agung di depannya. Kepala penis berwarna ungu itu berayun hanya beberapa inci dari wajahnya. Setetes kecil precum menetes dari lubang yang ada di kepala penis Daniel. "OMG ... Aku harap ini adalah hal yang benar untuk dilakukan." Hanna membatin sendiri.

“Aku takut, Bu ... Aku tidak bisa ejakulasi ...” Daniel menguatkan kebohongannya dengan memegang pangkal penisnya.

“Ayo! Kita selesaikan!” Desah Hanna.

Hanna mengulurkan kedua tangan lalu meletakkannya di daging berurat milik Daniel. Itu sangat tebal dan pembuluh darah yang menonjol sedikit berdenyut di bawah cengkraman jari-jarinya. Hanna dengan hati-hati membelai kejantanan Daniel bolak-balik. Daniel meletakkan tangannya di pinggul dan menatap wajah cantik ibunya dan payudaranya yang bergoyang-goyang di balik bajunya. Daniel merasa senang Ibu Nuning memaksanya melakukan ini. Handjob ibu tirinya kini menjadi momen favorit barunya di rumah ini.

“Apakah kamu merasa enak, Daniel?” Tanya Hanna sambil menatap wajah Daniel.

“Lumayan, Bu ...” Jawab Daniel bersuara sendu.

“Lumayan?” Mata Hanna membulat dan Daniel membalasnya dengan anggukan kecil.

Tiba-tiba saja, Hanna mencondongkan wajah ke depan dan memasukan kepala kejantanan Daniel ke mulutnya yang hangat. Hanna jarang sekali memberikan blowjob pada suaminya, Lucas. Namun kini ia tanpa ragu memberikan itu kepada Daniel. Dengan antusias Hanna mengocok kontol raksasa milik Daniel sebentar dan mengecupi ujungnya dengan bibir tipisnya. Membuat Daniel sedikit menggeram karena perasaan nikmat tiba-tiba menyerang bagian penisnya. Terlebih ibu jari Hanna sudah mulai bergesekan dengan bagian bawah kepala penisnya dan itu memberikan sensasi yang luar biasa.

Cup

Pluphh!

Hanna mengecup kepala penis itu sekali lagi dan menyumpal mulutnya sendiri dengan penis besar itu. Hanna membuka lebar bibirnya kala ia mulai melakukan gerakan oral pada Daniel. Daniel serasa melayang merasakan lubang hangat dan lembut yang diberikan oleh mulut Hanna, begitu memanjakannya dan memaksanya untuk melihat aksi Hanna.

Daniel sedikit menyunggingkan senyuman bangganya kala melihat rambut hitam panjang yang berhiaskan bandana kelinci itu mulai naik turun memakan penisnya. Lebih terlihat seperti seekor kelinci mungil yang sedang menikmati wortel untuk makan siangnya. Kepolosan yang ditunjukkan oleh Hanna membuat Daniel semakin ingin menggagahinya hingga pingsan. Ya, sepertinya itulah niat Daniel pada ibu tirinya itu untuk saat ini.

Ruang dapur sekarang dipenuhi dengan suara slurping dan popping. Tanpa disadari oleh ibu dan anak itu, Ibu Nuning sedang mengawasi mereka dari balik pintu yang agak terbuka. Ibu Nuning tidak pernah bosan menyaksikan blowjob pertama seorang ibu pada penis putranya. Tontonan itu menjadi energi sihir baginya. Aura birahi kedua insan itu menjadi energi kehidupan bagi Ibu Nuning. Itu seperti semacam sumber energi baginya. Wajah Ibu Nuning terlihat lebih segar, tubuh semakin bertenaga.

"Bu... aku akan... uh... membuatku..." Daniel gemetar.

Menyadari saatnya telah tiba, Hanna menarik mulutnya dari penis Daniel. Hanna terus mengocok penis Daniel dengan kedua tangannya. Cengkraman semakin ia perkuat serta gerakan mengocok semakin cepat. "Selesai, Daniel ... Cepat, selesaikan!"

"Buuuuuuuu ...!!!" Daniel pun meledak.

Semburan demi semburan cairan kental yang panas keluar dari ‘meriam’ Daniel. Hanna bisa merasakan kekuatan semburan itu yang sangat kuat. Klimaks Daniel berlangsung hampir 20 detik, waktu yang cukup lama untuk seseorang mengalami puncak kenikmatan. Air mani Daniel membasahi wajah dan pakaian Hanna, bahkan sampai berceceran di lantai.

"Ya ampun ... Ya ampun ... Banyak sekali ..." Kata Hanna berulang-ulang saking takjubnya.

"Wow!" Daniel menghela napas panjang dengan gemetar. "Terima kasih, Bu. Aku merasa jauh lebih baik sekarang."

"Kamu... um... Selamat datang, Daniel." Wajah Hanna pucat pasi. "Jangan bilang ..." Dia menarik napas dalam-dalam beberapa kali. "Jangan beri tahu siapa pun tentang ini. Ini rahasia kita, oke?"

"Tentu." Daniel mengangguk, membungkuk untuk mengambil celana boxernya, lalu memakainya. Penis keras Daniel menyembul dari karet pinggang boxer. Daniel membenahi kemeja yang ia kenakan kemudian mengenakan celana panjangnya. "Ini rahasia kita, Bu ..."

“Bagus ... Bersihkan dirimu.” Perintah Hanna sambil bangkit berdiri.

"Oke. Aku mencintaimu, Bu." Daniel mencium kening Hanna lalu berbalik dan menuju pintu.

"Aku juga mencintaimu, sayang." Kata Hanna sambil melihat pakaiannya yang lengket dan basah. Dia perlu membersihkan kekacauan ini.​

---ooo---​

Setelah blowjob luar biasa dari ibu tirinya, Daniel berjalan menyusuri lorong kembali ke kamarnya dengan langkah kaku karena harus menahan kejantanannya yang masih sangat keras. Celana dalam dan celana panjang yang ia pakai membuat penisnya terjepit. Daniel membuka pintu kamarnya dan di sana berdiri Ibu Nuning di dekat jendela, mengenakan kamisol biru muda. Ketika ibu Nuning melihat Daniel, senyum lebar menyebar di wajahnya yang pucat. Ibu Nuning melompat-lompat sambil bertepuk tangan dengan gembira.

"Kamu berhasil, Daniel." Ibu Nuning tertawa dan bersemangat. "Aku sangat bangga padamu."

"Terima kasih, Ibu Nuning." Daniel melangkah masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu di belakangnya. Daniel tidak bisa menghapus seringai dari wajahnya. "Dan terima kasih telah memintaku melakukannya."

"Sama-sama, sayang." Masih tersenyum, Ibu Nuning menghentikan lompatannya dan mengangkat kamisol melewati pinggulnya. Dia tidak mengenakan apa pun di bawahnya dan itu memperlihatkan segitiga merahnya kepada Daniel. "Tadi itu sungguh luar biasa. Aku tahu kamu menikmati sekali." Ibu Nuning membalikkan tubuh, masih memegang kamisol, dan menggoyangkan pantat pucatnya.

"Wow! Aku merindukannya!" Daniel menarik celananya ke bawah dan melepas celana dalamnya. Dia melepas kemejanya dan melemparkannya ke belakang. "Sekarang apakah kita bisa melakukannya?" Mata Daniel terpaku pada pipi putih kembar di pantat Ibu Nuning.

"Aku senang kamu menjadi anak nakal. Kemarilah!" Ibu Nuning menengok ke arah Daniel dari balik bahunya dengan senyum menawan. Ibu Nuning berjalan ke sisi tempat tidur lalu mengambil posisi menungging dengan sebagian tubuh berada di atas ranjang. Ibu Nuning menyajikan bokongnya untuk Daniel. "Beberapa menit yang lalu, kamu berada di mulut ibumu. Sekarang kamu ingin lebih?" Kamisol itu menggantung di punggung Ibu Nuning, menyembunyikan sebagian besar perutnya yang bundar dan payudaranya yang bengkak di bawahnya.

"Ya ... Tapi aku sangat mengingkanmu ..." Daniel berlari lalu setengah berlutut di belakang Ibu Nuning. Daniel dengan lembut membelai lekuk pantat wanita hantu yang seksi itu dan menggigil di kulitnya yang dingin.

"Kamu sekarang mendapatkannya, Daniel ... Tapi ..." Ibu Nuning menatap mata Daniel, melihat ke belakang dari balik bahunya. "Maukah kamu melakukannya lagi dengan ibumu?"

"Aku tidak tahu." Daniel mengerutkan kening. "Aku pikir dengan aku diberikan blowjob oleh ibuku ... Aku akan terus bersamamu. Benar, itu adalah blowjob yang luar biasa. Tapi ... aku tidak ingin melewati batas dengan ibuku."

Ibu Nuning tertawa renyah penuh kegembiraan. "Kamu bodoh, Nak ... Kamu bilang menyukainya tapi kamu bilang juga tidak ingin mengulanginya ... Menurutku itu bodoh ... Tapi tidak apa-apa untuk saat ini. Kamu sekarang memilikiku. Itu kesepakatan kita dan aku adalah wanita yang menepati janji."

"Jadi, bisakah aku ...?" Daniel meraih penisnya dengan tangan kanannya dan menempatkankannya di pintu masuk kewanitaan Ibu Nuning.

"Ya ... Lakukanlah!" Ucap Ibu Nuning. Daniel langsung mendorong penisnya ke dalam dinginnya daging lembut Ibu Nuning.

Daniel kegirangan saat kepala penisnya memasuki liang vagina Ibu Nuning. Pemuda itu langsung menghentakkan pinggulnya ke depan sehingga penis besar panjang itu masuk seluruhnya.

"Oooohh ... Ibu Nuning ..." Bagian dalam Ibu Nuning yang sedingin es menyelimuti Daniel dan mengirimkan getaran ke seluruh sistem sarafnya. Daniel memegang pinggul Ibu Nuning yang lebar dan dingin lalu mendorong masuk dan keluar.

"Ya itu ... Sayang!" Ibu Nuning menatap tangannya yang putih di kasur dan menggertakkan giginya melawan serangan gencar yang diberikan Daniel. Berlian kembar di cincin kawinnya bersinar dengan cahaya oranye api yang sudah lama padam. "Kamu boleh mengambil semua yang kamu mau, Daniel ... Aku menghormati kontrakku dan begitu juga DIA."

Daniel mendengus dan membajak hantu cantik itu untuk waktu yang lama. Daniel membawa Ibu Nuning orgasme beberapa kali. Daniel terus menghujamkan batang kejantanannya yang gagah perkasa keluar masuk. Bahkan, Ibu Nuning ikut meliukkan pinggulnya. Merasakan tusukan demi tusukan yang terasa luar biasa nikmat. Benda itu terasa semakin sesak di dalam miliknya. Menggesek semakin nyaman dan menggairahkan. Mereka berdua terus terengah dan mengejar pencapaian mereka.

"Aku akan ... keluar ... di vaginamu ... Ibu Nuning." Daniel tidak peduli bahwa Ibu Nuning adalah hantu. Seks bersamanya terasa sangat luar biasa dan dia tidak pernah ingin menyerah. "Aaaahhhhhhhh". Daniel kejang dan melepaskan bebannya di dalam tubuh hantu cantik tersebut.

"Ini milikmu ... Itu milikmu ..." Desis Ibu Nuning.

Ketika orgasme Daniel mereda, Daniel melihat ke bawah untuk menemukan Ibu Nuning yang hilang. Daniel berharap kekasih hantunya akan segera kembali. Daniel berdiri lalu menjatuhkan diri ke tempat tidur. Daniel tertidur lelap dan bermimpi. Mimpi bercinta dengan Ibu Nuning membuat dirinya sangat terpuaskan. Daniel menemukan dirinya telah jatuh cinta pada hantu cantik yang bernama Ibu Nuning. Namun, tidak semudah itu mengklaim hatinya.

Bersambung

Chapter 3 Klik Di Sini
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd